30 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
MAKNA SIMBOLIK UPACARA MELASTI DALAM SOSIALISASI NILAI MORAL PADA REMAJA HINDU DI KOTA PALU
1*
Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui makna simbol-simbol yang
digunakan dalam upacara Melasti dalam Agama Hindu di Kota Palu (2) Mendeskripsikan makna simbolik Upacara Melasti dalam sosialisasi nilai moral kepada remaja Hindu di Kota Palu. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Unit analisis dalam penelitian ini komunitas bali remaja hindu. Penetuan subjek dilakukan dengan cara puerposive sampling yang berjumlah 13 orang terdiri dari 3 orang Pemangku Adat, 4 orang Tokoh Agama, 3 orang Tokoh Pemuda dan 3 orang Remaja Hindu yang ada di Kota Palu. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan 3 tahap yakni: reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prosesi Upacara Melasti di Kota Palu dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup. Ada beberapa simbol yang digunakan dalam Upacara Melasti yaitu, Jempana, Pratima, Banten Pekelem, Lelontek atau Umbul-umbul, Senjata Dewata Nawa Sanga, dan Tirtha Amertha. Dimana setiap simbol tersebut memiliki makna tersendiri bagi umat Hindu di Kota Palu, seperti Jempana secara Umum merupakan tempat untuk meletakkan Pratima untuk diusung ke segara. Pratima bermakna sebagai stana dari perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, Banten Pekelem bermakna untuk menenggelamkan segala kotoran di Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Lelontek atau umbul-umbul bermakna sebagai kedewataan Tuhan, Senjata Dewata Nawa Sanga bermakna sebagai senjata Sembilan dewa penjuru dunia yang merupakan simbol kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan Tirtha Amertha bermakna air suci kehidupan yang dapat membersihkan segala kotoran yang ada dibhuana agung dan bhuana alit. (2) Makna simbolik Upacara Melasti dalam Sosialisasi Nilai Moral pada Remaja Hindu di Kota Palu mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan nilai-nilai kekompakan dengan rasa tanggung jawab moral kepada Remaja Hindu dalam melaksanakan tugas-tugasnya, selain itu dalam Upacara Melasti ini ada suatu proses pembinaan atau sosialisasi nilai disiplin dan tanggung jawab terhadap para Remaja dan pemuda Hindu di Kota Palu.
31 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupan selalu terikat oleh tatanan kehidupan yang terhimpun
dalam suatu adat istiadat sebagai salah satu unsur dari kebudayaan. Masyarakat hindu
asal bali di manapun berada tidak dapat melepaskan diri dari budaya, adat istiadat,
tradisi dan upacara keagamaan.Kehidupan masyarakat Bali di Kota Palu setiap tahunnya
mengalami peningkatan jumlah Urbanisasi dari Desa ke kota, khususnya di kota Palu
sendiri setiap pelaksanaan upacara keagamaan terutama dalam pelaksanaan hari raya
Nyepi ada sebuah upacara yang dilaksanakan dalam menyambut hari raya Nyepi, yaitu
upacara Melasti. Melasti adalah upacara yadnya yang dilakukan untuk mensucikan diri
secara lahir dan bathin yaitu untuk dapat meningkatkan keheningan pikiran, dan juga
dilaksanakan untuk kesucian jagat raya ini. Upacara ini dilakukan untuk mensucikan
alam serta manusianya sendiri yang pada kenyataan telah banyak masyarakat bali
khususnya dikota Palu meninggalkan tatakarma yang mencerminkan nilai moral
seseorang.
Khususnya di Kota Palu sendiri setiap tahunnya selalu dilaksanakan upacara
Melasti dalam menyambut hari raya Nyepi. Bagi masyarakat di Palu upacara Melasti
juga merupakan upacara yang dilakukan untuk membersihkan dan mensucikan bhuana
agung atau alam serta bhuana alit atau manusia itu sendiri dalam hal untuk pengendalian
diri khususnya mengendalikan perbuatan, perkataan, pikiran serta perilaku yang
melanggar nilai norma. Hal ini banyak terjadi dikalangan remaja, yang semakin hari
mengalami penurunan nilai moral, banyak dikalangan remaja Hindu yang ada di Kota
Palu yang telah meninggalkan perilaku yang sesuai dengan ajaran agamanya sehingga
menjadi penyebab menurunnya moral para remaja Hindu. Selain itu juga dalam
pelaksanaan Upacara Melasti ini memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan moral
kepada para remaja yang ada di kota palu dan menunjukkan bahwa dalam upacara
melasti ini ada suatu proses pembinaan atau sosialisasi nilai disiplin dan tanggung
jawab terhadap para Remaja dan pemuda Hindu di Kota Palu.
Hal ini menjadi perhatian bagi orang tua dan para tokoh agama untuk kebih
memperhatikan para remaja Hindu yang semakin hari perilakunya jauh dari ajaran
agama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan Upacara Melasti ini para tokoh agama dan
masyarakat ikut melibatkan para remaja Hindu dalam setiap pelaksanaan Upacara
32 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
rangkaian dari hari raya Nyepi terkandung nilai-nilai yang dapat merubah perilaku atau
Moral masyarakat Bali kearah yang kebih baik lagi, yang disampaikan atau
disosialisasikan melalui upacara Melasti. Pada saat upacara dilaksanakan disinilah
remaja hindu diajarkan untuk saling berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Setelah
berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya atau bersosialisasi dengan
lingkungannya barulah individu tadi dapat berkembang.Saat Upacara Melasti umat
Hindu khususnya diajarkan untuk dapat melihat diri baik dan buruknya kerja yang
dilakukan seseorang.Berkenaan dengan hal tersebut maka peneliti bermaksud untuk
menelaah “Makna Simbolik Upacara Melasti dalam Sosialisasi Nilai Moral Remaja
pada Hindu di Kota Palu”, yang bertujuan agar kita dapat mengetahui simbol-simbol
yang digunakan dalam Upacara Melasti serta mengetahui makna simbolik Upacara
Melasti dalam sosialisasi Nilai Moral pada Remaja Hindu di Kota Palu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif.Metodekualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data kualitatif berbagai berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang
berperilaku yang dapat diamati (Sugiyono,2013:15) merupakan data yang berbentuk
kata, skema dan gambar. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan
data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 (dua) keadaan atau lebih, hubungan antar
variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain.Menurut
Sugiyono (2008:139-140)penelitian dengan menggunakan deskriptif adalah
menggambarkan dan menafsirkan keadaan sekarang ini berkenaan dengan kondisi yang
ada dan memusatkan dari pada pemecahan masalah-masalah yang aktual.Penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Sugiyono
(2009:181). Jadi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang digambarkan dengan
33 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
No. Indikator Penelitian Hasil yang diharapkan
1. Prosesi Upacara Melasti, melalui
tiga tahapan yaitu :
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Penutup
Upacara Melasti ini diharapkan
mampu memberikan kontribusi
untuk mengembangkan nilai-nilai
kekompakan dengan rasa tanggung
jawab moral kepada Remaja Hindu
dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Selain itu diharapkan
pula dalam upacara melasti ini ada
suatu proses pembinaan atau
sosialisasi nilai disiplin dan
tanggung jawab terhadap para
Remaja dan pemuda Hindu di Kota
1. Makna Simbol-Simbol Upacara Melasti Di Kota Palu
Pelaksanaan Upacara Melasti di Kota Palu menggunakan beberapa simbol
sebagai sarana upacara. Selain itu juga ada beberapa tahapan pelaksanaan/prosesi
Upacara Melasti di Kota Palu, yaitu sebagai berikut :
a. Prosesi Upacara Melasti di Kota Palu
Tahap persiapan:semua umat Hindu Kota Palu berkumpul di pura untuk
mempersiapkan keberangkatan ke pantai dupa dan melaksanakan ritual
keagamaan untuk memohon izin kepada Sang Hyang Widhi guna melaksanakan
Upacara Melasti.
Tahap Pelaksanaan: inilah umat Hindu melaksanakan prosesi upacara melasti yang dilakukan dipinggir pantai sebagai sumber mata air suci. Pada tahap
pelaksanaan inilah dilakukan prosesi upacara melasti seperti menyucikan
34 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
persembahyangan bersama oleh seluruh umat Hindu yang ikut melaksanakan
upacara melasti.
Tahap penutup: melaksanakan kegiatan berupa pengembalian jempana, pratima
atau arca, senjata maupun simbol-simbol serta perlengkapan yang digunakan
dalam upacara melasti ketempat semula. Dalam tahap ini seluruh umat kembali
kepura untuk melakukan upacara dipura dan melakukan persembahyangan
bersama sebelum pulang.
b. Makna Simbol-Simbol Upacara Melasti Di Kota Palu
Makna simbol Jempana: Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis bahwa, jempana merupakan bangunan berupa gedong atau singgasana
dari padmasana, terbuat dari kayu diukir yang penggunaannya dengan
mengusung bangunan tersebut. Didalam jempana inilah akan diletakkan pratima
yang merupakan stana para dewa yang akan diusung kepantai ketika
melaksanakan upacara melasti. Pada umumnya jempana ini memiliki makna
sebagai kendaraan atau tempat untuk pratima yang merupakan sebagai stana Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Pada waktu prosesi Melasti ini, Jempana sebagai
sthana para dewata diusung ke tempat Melasti.
Makna simbol Pratima atau Arca: Pratima atau Arca adalah bentuk atau
perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pratima juga sering disebut
sebagai sarana untuk mengsimbolkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pratima
bermakna sebagai perwujudan atau stana dari Tuhan Yang Maha Esa. Melalui
pratima inilah umat Hindu Kota Palu melakukan pemujaan ketika Upacara
Melasti dilaksanakan. Pratima ini sebagai simbol atau wujud dari Tuhan Yang
Maha Esa, karena keterbatasan pikiran, sehingga manusia tidak bisa memikirkan
dan membayangkan wujud dari Tuhan, maka dari itu dibuatlah pratima sebagai
sarana untuk melakukan pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Makna simbol Banten Pekelem atau Banten Upakara: Berdasarkan hasil
penelitian dikatakan bahwa, Banten Pekelem atau Banten Upakara bermakna
sebagai simbol Bhakti umat kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk melebur
segala kotoran yang ada di Alam maupun yang ada dalam diri manusia itu
35 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
kotoran itu ikut tenggelam. Sehingga setelah selesai Upacara Melasti seluruh
umat Hindu Kota Palu diharapkan bisa meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta menjernihkan pikiran, perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak moral umat Hindu.
Makna simbol Lelontek atau Umbul-Umbul: Berdasarkan hasil wawancara
bahwa, Lelontek merupakan sejenis umbul-umbul yang juga digunakan dalam
upacara melasti yang juga diarak untuk mengiringi jempana. lelontek atau
umbul-umbul ini bentuknya beraneka macam ada yang seperti payung dan juga
memiliki gambar yang beraneka macam. Penggunaan lelontek atau
umbul-umbul ini melambangkan kedewataan atau kekuasaan dari Tuhan Yang Maha
Esa atau biasa disebut sebagai manifestasi dari Tuhan. Dengan adanya simbol
manifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang berupa lelontek diharapkan agar umat
manusia bisa membuang segala sifat-sifat keangkuhan dan sombong. Selain itu
juga lelontek digunakan sebagai pengingat akan sejarah yang terjadi di masa
lampau untuk dapat melestarikan budaya Agama Hindu.
Makna simbol Senjata Dewata Nawa Sanga: Senjata Dewata Nawa Sanga
bermakna sebagai simbol senjatanya para dewa yang menguasai Sembilan
penjuru mata angin. Sembilan senjata ini merupakan simbol kekuasaan dari
Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa alam semesta, Sembilan penjuru ini
merupakan tempat berstananya para dewa yang sebagai manifestasi dari Tuhan
Yang Maha Esa. Hal yang dapat kita petik yaitu bahwa sesungguhnya manusia
itu adalah makhluk ciptaan Tuhan, kekuasaan dan kekuatan manusia
sesungguhnya terbatas, oleh karena itu manusia harus sujud dan tunduk kepada
segala perintah dan larangan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Makna simbol Tirtha Amertha: Berdasarkan hasil wawancara bahwa, Tirtha Amertha memiliki makna sebagai air suci kehidupan yang diperoleh dari segara
atau pantai ketika melaksanakan upacara melasti yang diperoleh saat
melaksanakan ritual mepekelem, dimana ketika menenggelamkan banten
pekelem disanalah diambil Tirtha Amertha itu. Tirtha inilah yang nantinya akan
36 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
Tirtha Amertha yang nantinya digunakan untuk mensucikan pikiran manusia
agar tidak melakukan prilaku yang bersifat negatif dan melanggar norma agama.
2. Makna Simbolik Upacara Melasti Dalam Sosialisasi Nilai Moral Pada Remaja
Hindu diKota Palu
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa makna simbolik upacara melasti memiliki
kedudukan yang penting dalam proses sosialisasi nilai moral karena sosialiasi nilai
moral dapat disampaikan kapan saja sesuai situasi dan kondisi, misalnya pada kegiatan
Dharma Santhi. Nilai moral yang ingin disampaikan dalam kegiatan dharma santhi tidak
dapat dipisahkan dari makna simbolik karena nilai moral yang disampaikan merupakan
nilai moral yang terkandung dalam makna simbolik upacara melasti. Selain melalui
kegiatan dharma santhi sosialisasi nilai moral bisa dilakukan secara langsung seperti
keikutsertaan para pemuda dan remaja dalam pelaksanaan upacara melasti sebagai seke
gong dan seke ngayah, sehingga bisa mencerminkan rasa tanggung jawab serta
kekompakan para remaja hindu dalam menjalankan tugas mereka masing-masing. Hal
ini berarti Upacara Melasti ini mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan
nilai-nilai kekompakan dengan rasa tanggung jawab moral kepada Remaja Hindu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu para orang tua atau masyarakat yang terlibat
dalam pelaksanaan upacara melasti ini datang dengan tertib dan tepat waktu, hal ini
artinya orang tua tersebut memberikan sebuah contoh keteladanan terhadap para
Remaja dan anak muda tentang apa artinya ketertiban. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam upacara melasti ini ada suatu proses pembinaan atau sosialisasi nilai disiplin dan
tanggung jawab terhadap para Remaja dan pemuda Hindu di Kota Palu.
PEMBAHASAN
Upacara Melasti merupakan salah satu upacara yang selalu dilaksanakan oleh
umat Hindu di Kota Palu setiap satu tahun sekali sebelum memasuki hari Raya Nyepi.
Inti upacara ini adalah pembersihan bhuwana agung (makrokosmos) baik dari diri
manusianya atau dari alam semesta beserta isinya serta mencari air kehidupan untuk
mensucikan diri serta untuk menghancurkan segala sifat buruk. Upacara Melasti di Kota
Palu dilaksanakan dua hari sebelum hari Raya Nyepi, dalam pelaksanaannya umat
Hindu menggunakan beberapa sarana sebagai simbol. Namun dalam Upacara Melasti
37 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
tahap persiapan, dimana dalam tahap persiapan ini sebelum berangkat ke Segara semua
umat Hindu berkumpul di Pura untuk mempersiapkan segala keperluan yang akan
digunakan dalam Upacara Melasti. Selain itu juga dilakukan ritual singkat untuk
memohon izin untuk melaksanakan upacara Melasti agar diberikan keselamatan dan
kelancaran.
Tahap yang kedua yaitu tahap pelaksanaan dimana ketika semua telah sampai di
Segara atau di Pantai Dupa semua umat mempersiapkan diri untuk mengikuti semua
ritual upacara yang akan dilaksanakan. Adapun upacara Melasti dimulai dengan
melakukan pecaruan untuk membersihkan tempat upacara. Selanjutnya dilakukan
upacara Mepekelem, dimana upacara ini dilakukan dengan menenggelamkan banten
pekelembeserta perlengkapan yang ada didalamnya seperti ayam dan sebagainya. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk melebur dan menenggelamkan segala kotoran yang
ada di alam dan diri manusia itu sendiri. Selain itu juga upacara mepekelem ini
dilakukan untuk Nunas Tirtha Amertha dari segara yang nantinya digunakan untuk
mensucikan segala pratima dan pralingga yang ada di Pura dan untuk mensucikan
pikiran, perkataan dan perbuatan agar bisa dikendalikan.
Tahap yang ketiga yaitu tahap penutup dimana setelah umat sampai di Pura
umat kembali menuntun Jempana dan perlengkapannya untuk diletakkan kembali pada
tempatnya semula, namun sebelum itu ditampilkan tari-tarian rejang sebagai pelengkap
upacara. Selanjutnya seluruh umat Hindu Kota Palu mempersiapkan diri untuk
melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Agung Wanakertha Jagadnata
sebelum kembali ke rumah masing-masing. Temuan ini sejalan dengan penelitian I
Ketut Diara Astawa, (2013:3-4) ,dimana dalam penelitiannya juga membahas tentang
prosesi upacara Melasti. Adapun Prosesi upacara Melasti dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu yang pertama tahap persiapan, yang kedua tahap pelaksanaan dan yang ketiga
tahap penutup.
Adapun simbol-simbol yang digunakan yang pertama yaitu Jempana, dimana
Jempanan ini merupakan bangunan berupa gedong atau singgasana yang mirip dengan
padmasana, namun ukurannya lebih kecil dan terbuat dari kayu diukir dan dicat warna
emas yang penggunaannya dengan mengusung bangunan tersebut. Pada umumnya
jempana ini memiliki makna sebagai kendaraan atau tempat untuk pratima yang
38 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
Pratima atau Arca adalah bentuk atau perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Pratima juga sering disebut stana Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai sarana untuk
mengsimbolkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pratima atau Arca digunakan sebagai
simbol atau bentuk perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa, karena manusia tidak bisa
memikirkan dan membayangkan keberadaan Tuhan sehingga diperlukan sarana untuk
melakukan pemujaan kepada Tuhan.
Simbol yang ketiga yaitu Banten Pekelem yang merupakan sarana upakara yang
digunakan dalam Upacara Melasti sebagai sarana pemujaan atau simbol keagamaan
sebagai alat untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Banten pekelem ini digunakan untuk melebur segala kotoran yang ada baik di Bhuana
Agung dan Bhuana alit. Dengan ditenggelamkannya segala kotoran ini diharapkan
segala sifat-sifat buruk umat Hindu Kota Palu yang bersifat duniawi ikut tenggelam.
Simbol keempat yaitu lelontek atau umbul-umbul ini terbuat dari kain warna putih,
kuning, hitam atau merah berisi lukisan naga sehingga bentuknya juga memanjang
(dipancang denagn bambu melengkung), menggambarkan para naga kedewataan seperti
Vasuki, Anantabhoga dan Taksaka sebagai penjaga, memberikan perlindungan dan
kemakmuran kepada umat manusia di bumi. Penggunaan lelontek atau umbul-umbul ini
melambangkan kedewataan atau kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa atau biasa
disebut sebagai manifestasi dari Tuhan. Dengan adanya simbol manifestasi Tuhan Yang
Maha Esa yang berupa lelontek diharapkan agar umat manusia bisa membuang segala
sifat-sifat keangkuhan dan sombong.
Simbol yang kelima yaitu simbol Senjata Dewata Nawa Sanga, merupakan
simbol senjata Sembilan dewa penjuru dunia yang merupakan simbol kekuasaan dari
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa alam semesta
ini. Simbol Senjata Dewata Nawa Sanga ini juga merupakan Simbol demokrasi, saling
menyayangi, saling didengar semua suara umat manusia. Simbol yang terakhir yaitu
simbol Tirtha Amertha, Tirtha Amertha merupakan air suci kehidupan yang dapat
membersihkan segala kotoran yang ada dibhuana agung dan bhuana alit yang diperoleh
ketika melaksanakan ritual mepekelem.Fungsi Tirtha dalam ritual Upacara Melasti yaitu
sebagai penyucian tempat-tempat, bangunan, alat-alat upacara, ataupun diri seseorang.
Dengan adanya Tirtha Amertha yang nantinya digunakan untuk mensucikan pikiran
39 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
agama. Selain itu agar umat manusia di Kota Palu khususnya yang masih remaja bisa
mengendalikan diri dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang bisa merusak moral
mereka.
Secara garis besar nilai moral yang terkandung dalam setiap simbol-simbol
upacara melasti yaitu untuk meningkatkan sradha dan bhakti atau kepercayaan umat
hindu melalui simbol-simbol yang ada dalam sarana upacara melasti. Selain itu dengan
adanya simbol-simbol yang digunakanan dalam sarana upacara melasti diharapkan
mampu mengendalikan perilaku manusia seperti perkataan, pikiran dan perbuatan agar
tidak lepas dari ajaran moral.Temuan ini sejalan dengan penelitian I Putu Sudianta,
(2012:84-86)dimana dalam penelitiannya membahas tentang simbol-simbol yang
digunakan dalam upacara Melasti di Toili Barat. Adapun simbol-simbol yang digunakan
dalam Upacara Melasti yaitu, jempana atau joli, pratima atau arca, banten upakara atau
banten pekelem, lelontek atau umbul-umbul dan senjata dewata nawa sanga.
Makna simbolik Upacara Melasti di Kota Palu ini memiliki nilai moral tersendiri
yang dapat disosialisasikan atau disampaikan kepada seluruh umat Hindu di Kota Palu,
khususnya remaja Hindu. Karena remaja Hindu di Kota Palu masih sangat kurang
pemahaman mereka mengenai makna upacara Melasti dan makna simbol-simbol yang
digunakan pada saat Upacara Melasti. Sosialisasi nilai moral dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja apabila situasi dan kondisi mendukung, misalnya saja pada saat
kegiatan dharma wacana atau pun dharma santi. Selain itu juga tampak keikutsertaan
para pemuda dan remaja dalam pelaksanaan upacara melasti sebagai seke gong dan seke
ngayah, sehingga bisa mencerminkan rasa tanggung jawab serta kekompakan para
remaja hindu dalam menjalankan tugas mereka masing-masing. Hal ini berarti Upacara
Melasti ini mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan nilai-nilai
kekompakan dengan rasa tanggung jawab moral kepada Remaja Hindu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Selain itu para orang tua atau masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan
upacara melasti ini datang dengan tertib dan tepat waktu, hal ini artinya orang tua
tersebut memberikan sebuah contoh keteladanan terhadap para Remaja dan anak muda
tentang apa artingya ketertiban. Hal ini menunjukkan bahwa dalam upacara melasti ini
ada suatu proses pembinaan atau sosialisasi nilai disiplin dan tanggung jawab terhadap
40 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
terkandung nilai-nilai etika yang tak kalah pentingnya dalam mengembangkan nilai
Agama. Selain itu juga yang tidak kalah penting ditekankan di sini adalah rasa
kesamaan kemanusiaan yang disampaikan melalui ajaran Tat Twam Asi mereka akan
dapat menghayati secara menyeluruh dalam kesadaran mulia melalui alur pikiran yang
dikaji secara pragmatis dan rasional.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dengan adanya penelitian tentang Makna
Simbolik Upacara Melasti Dalam Sosialisasi Nilai Moral Pada Remaja Hindu Di Kota
Palu.
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tahapan dalam prosesi Upacara
Melasti di Kota Palu ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap penutup. Adapun simbol-simbol yang digunakan dalam upacara Melasti
yaitu Jempana, Pratima/Arca, Banten Pekelem, Lelontek atau Umbul-umbul,
Senjata Dewata Nawa Sanga dan Tirtha Amertha. Secara garis besar makna
simbolik yang terkandung dalam setiap simbol-simbol upacara melasti yaitu untuk
meningkatkan sradha dan bhakti atau kepercayaan umat hindu melalui
simbol yang ada dalam sarana upacara melasti. Selain itu dengan adanya
simbol-simbol yang digunakanan dalam sarana upacara melasti diharapkan mampu
mengendalikan perilaku manusia seperti perkataan, pikiran dan perbuatan agar
tidak lepas dari ajaran moral.
2. Makna simbolik upacara melasti ini cukup penting karena, Upacara Melasti ini
mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan nilai-nilai kekompakan
dengan rasa tanggung jawab moral kepada Remaja Hindu dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Selain itu para orang tua atau masyarakat yang terlibat dalam
pelaksanaan upacara melasti ini datang dengan tertib dan tepat waktu, hal ini
artinya orang tua tersebut memberikan sebuah contoh keteladanan terhadap para
Remaja dan anak muda tentang apa artingya ketertiban. Hal ini menunjukkan
41 JURNAL EDU CIVIC MEDIA PUBLIKASI PRODI PPKN
disiplin dan tanggung jawab terhadap para Remaja dan pemuda Hindu di Kota
Palu.
Saran
Adapun saran yang bisa penulis sampaikan yaitu:
1. Perlunya sosialisasi atau penyampaian dari tokoh-tokoh masyarakat atau
pemangku Adat dan guru Agama tentang pemaknaan Upacara Melasti dan
simbol-simbol yang digunakan dalam Upacara Melasti kepada Umat Hindu di
Kota Palu khususnya untuk Pemuda dan Remaja Hindu yang pemahamannya
masih kurang, sehingga mereka mengikuti Upacara Melasti tidak hanya sekedar
mengikuti pelaksanaan Upacara Melasti saja, namun lebih memaknai
pelaksanaannya.
2. Kepada para Pemuda dan Remaja Hindu hendaknya selalu mengikuti kegiatan
sosialisasi jika dilaksanakan kegiatan sosialisasi, karena ini dapat menambah
pengetahuan kita sebagai Umat Hindu. Dan jadikan ini sebagai proses belajar,
karena belajar tidak harus dibangku sekolah melainkan bisa dilakukan
dilingkungan keluarga dan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Astawa, I Ketut Diara. (2013). Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Dalam Upacara Melasti Petirtan Jolotundo Di Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Skripsi sarjana. Universitas Negeri Malang.
Sudianta, I Putu. (2012). MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu). Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta