• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Data Karakteristik Sosial Sampel

No Sampel Nama Sampel Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pengalaman Usaha (Tahun) Lama Pendidikan Formal (Tahun) Jumlah Tanggungan (Orang)

(2)

22. Nurhayati Perempuan 30 1 6 3

23. Iwan Laki-laki 43 2 6 6

24. Raja Asli Oton Laki-laki 58 2 6 1

25. Cindi Perempuan 46 1 6 3

26. Jura Perempuan 46 1 6 3

27. Tina Perempuan 31 2 12 2

28. Safrijal Laki-laki 35 3 6 3

29. Mawardi Perempuan 37 5 6 5

30. Rusli Perempuan 49 10 6 6

Total

1.250 115 195 134

Rataan

(3)

Lampiran 2. Data Penggunaan Input Produksi Pengolahan Ikan Asin (1kali produksi)

No Sampel Jumlah Bahan Baku Ikan

(4)

21. 50 14 174

22. 50 15 185

23. 200 65 810

24. 700 215 2.690

25. 100 36 456

26. 200 63 780

27. 500 130 1.630

28. 200 58 725

29. 500 158 1.970

30. 1.000 302 3.780

Total 10.790 3.285 41.075

(5)

Lampiran 3. Data Penggunaan Peralatan Pengolahan Ikan Asin

No Sampel

Jenis Peralatan Tong Umur Ekonomi Bingke Umur Ekonomi Timbangan

(6)

20. 1 5 7 0,5 1 2 1 1,5 3 1

21. 1 7 10 0,5 2 1 0 1 3 0,5

22. 1 5 20 0,5 2 1 0 1 2 1

23. 2 5 70 0,5 2 2 0 1 0 1

24. 4 8 100 0,5 3 3 0 1 0 2

25. 1 5 40 0,5 2 2 0 1 0 1

26. 2 5 50 0,5 2 1 0 1 0 1

27. 5 1 100 0,5 3 1 3 1 0 1

28. 1 5 50 0,5 2 2 0 1 0 1

29. 5 5 100 0,5 3 2 0 1 0 1

30. 8 5 150 0,5 3 2 10 1 0 1

Jumlah 95 159 1837 15 63 54 75 35,5 40 32,5 188

(7)

Lampiran 4. Rekapitulasi Penggunaan Peralatan Pembuatan Ikan Asin

No Sampel

Jenis Peralatan

Jumlah Peralatan (Buah)

Rataan Umur Tong Bingke Timbangan Terpal Parang Keranjang Ekonomis

(8)

21. 1 10 2 0 3 0 16 3,50

22. 1 20 2 0 2 1 26 2,92

23. 2 70 2 0 0 5 79 2,75

24. 4 100 3 0 0 10 117 3,83

25. 1 40 2 0 0 4 47 3,75

26. 2 50 2 0 0 3 57 3,58

27. 5 100 3 3 0 10 121 2,42

28. 1 50 2 0 0 5 58 2,75

29. 5 100 3 0 0 10 118 3,00

30. 8 150 3 10 0 10 173 14,92

Jumlah 95 1837 63 75 40 188 2290 112

(9)

Lampiran 5. Data Penggunaan Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Tenaga Kerja (1 kali produksi)

No Sampel

Nama Jumlah Bahan

(10)

20. Hj. Soju 60 20 259

21. Intan 50 14 174

22. Nurhayati 50 15 185

23. Iwan 200 65 810

24. Raja Asli Oton 700 215 2.690

25. Cindi 100 36 456

26. Jura 200 63 780

27. Tina 500 130 1.630

28. Safrijal 200 58 725

29. Mawardi 500 158 1.970

30. Rusli 1.000 302 3.780

Total 10.790 3.285 41.075

(11)

Lampiran 6. Data Biaya Input Pengolahan Ikan Asin (1 kali produksi)

No Sampel

Jumlah dan Biaya Bahan Baku (Rp/Kg) Jumlah dan Biaya Bahan Tambahan Jumlah biaya

Garam (Kg) Air Bersih (Liter) Bahan Tambahan Bahan B

(12)

20. 60 3.000 210.000 20 1.500 30.000 259 150 38.850 68.850

21. 50 3.000 150.000 14 1.500 21.000 174 150 26.100 47.100

22. 50 3.500 175.000 15 1.500 22.500 185 150 27.750 50.250

23. 200 3.500 700.000 65 1.500 97.500 810 150 121.500 219.000

24. 700 3.500 2.450.000 215 1.500 322.500 2.690 150 403.500 726.000

25. 100 3.500 350.000 36 1.500 72.000 456 150 68.400 140.400

26. 200 3.500 700.000 63 1.500 94.500 780 150 117.000 211.500

27. 500 3.500 1.750.000 130 1.500 195.000 1.630 150 244.500 439.500

28. 200 3.500 700.000 58 1.500 87.000 725 150 108.750 195.750

29. 500 3.500 1.750.000 158 1.500 237.000 1.970 150 295.500 532.500

30. 1.000 3.500 3.500.000 302 1.500 453.000 3.780 150 567.000 1.020.000

Total 10.790 100.500 37.215.000 3.285 45.300 5.111.400 41.075 4.500 6.161.250 11.272.650

(13)

Lampiran 7. Data Biaya Penyusutan Penggunan Peralatan Pengolahan Ikan Asin

No Sampel

Biaya Penyusutan/ Jenis Peralatan

(14)

21. 1 7 219,18 10 0,5 1.111,11 2 1 493,15 0 1 0,00

22. 1 5 219,18 20 0,5 2.222,22 2 1 547,95 0 1 0

23. 2 5 438,36 70 0,5 8.166,67 2 2 547,95 0 1 0

24. 4 8 876,71 100 0,5 11.111,11 3 3 821,92 0 1 0

25. 1 5 219,18 40 0,5 4.888,89 2 2 547,95 0 1 0

26. 2 5 383,56 50 0,5 5.555,56 2 1 547,95 0 1 0

27. 5 1 1.095,89 100 0,5 13.888,89 3 1 821,92 3 1 205,48

28. 1 5 219,18 50 0,5 5.555,56 2 2 547,95 0 1 0

29. 5 5 1.095,89 100 0,5 11.111,11 3 2 821,92 0 1 0

30. 8 5 1.753,42 150 0,5 16.666,67 3 2 821,92 10 1 684,93

Jumlah 95 159 20.712,33 1.837 15 215.222,22 63 54 17.910,96 75 36 5136,99

(15)

Lampiran 8. Data Pemakaian Tenaga Kerja (HKO)

No Sampel Jumlah Bahan Baku (Kg) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Upah/HKO (Rp) Total Biaya Tenaga Kerja (Rp)

(16)

23. 200 6 85.000 510.000

24. 700 20 85.000 1.700.000

25. 100 3 85.000 255.000

26. 200 5 85.000 425.000

27. 500 13 85.000 1.105.000

28. 200 5 85.000 425.000

29. 500 15 85.000 1.275.000

30. 1.000 26 85.000 2.210.000

Total 10.790 288 2.550.000 24.480.000

(17)

Lampiran 9. Data Biaya Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Tenaga Kerja

No Sampel Jumlah Bahan Baku Ikan Segar (Kg)

Jumah Biaya Jumlah dan Biaya Bahan Tambahan (Rp)

(18)

21. 50 150.000 14 21.000 174 26.100 170.000

22. 50 175.000 15 22.500 185 27.750 170.000

23. 200 700.000 65 97.500 810 121.500 510.000

24. 700 2.450.000 215 322.500 2.690 403.500 1.700.000

25. 100 350.000 36 72.000 456 68.400 255.000

26. 200 700.000 63 94.500 780 117.000 425.000

27. 500 1.750.000 130 195.000 1.630 244.500 1.105.000

28. 200 700.000 58 87.000 725 108.750 425.000

29. 500 1.750.000 158 237.000 1.970 295.500 1.275.000

30. 1.000 3.500.000 302 453.000 3.780 567.000 2.210.000

Total 10.790 37.215.000 3.285 5.111.400 41.075 6.161.250 24.480.000

(19)

Lampiran 10. Nilai Konversi Ikan segar menjadi Ikan Asin

No Sampel Nama Sampel Jumlah Bahan Baku Ikan

Segar (Kg) Nilai Konversi

(20)

21. Intan 50 0,66 33

22. Nurhayati 50 0,64 32

23. Iwan 200 0,6 120

24. Raja Asli Oton 700 0,5 351

25. Cindi 100 0,67 67

26. Jura 200 0,6 120

27. Tina 500 0,59 295

28. Safrijal 200 0,625 125

29. Mawardi 500 0,59 295

30. Rusli 1.000 0,59 605

Total 10.790 18 6.386

(21)

Lampiran 11. Data Jumlah Penerimaan dan Biaya Pengolahan Ikan Asin

No

Sampel Nama Sampel

Jumlah Bahan Baku Ikan Segar

(Kg)

Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Total Biaya Bahan Baku (Rp) Bahan Tambahan (Rp) Tenaga Kerja

(22)

21. Intan 50 150.000 47.100 170.000 1.906 369.006

22. Nurhayati 50 175.000 50.250 170.000 3.184 398.434

23. Iwan 200 700.000 219.000 510.000 9.632 1.438.632

24. Raja Asli Oton 700 2.450.000 726.000 1.700.000 13.769 4.889.769

25. Cindi 100 350.000 140.400 255.000 6.040 751.440

26. Jura 200 700.000 211.500 425.000 6.791 1.343.291

27. Tina 500 1.750.000 439.500 1.105.000 16.971 3.311.471

28. Safrijal 200 700.000 195.750 425.000 6.802 1.327.552

29. Mawardi 500 1.750.000 532.500 1.275.000 13.988 3.571.488

30. Rusli 1.000 3.500.000 1.020.000 2.210.000 20.886 6.750.886

Total 10.790 37.215.000 11.272.650 24.480.000 277.878 73.245.528

(23)

Lampiran 12. Data Pendapatan Pengolahan Ikan Asin (1kali produksi)

No Sampel Jumlah Bahan Baku Ikan Segar (Kg)

(24)

21. 50 367.100 1.906 369.006 33 16.000 528.000 158.994

22. 50 395.250 3.184 398.434 32 16.000 512.000 113.566

23. 200 1.429.000 9.632 1.438.632 120 16.000 1.920.000 481.368

24. 700 4.876.000 13.769 4.889.769 351 15.500 5.440.500 550.731

25. 100 745.400 6.040 751.440 67 15.500 1.038.500 287.060

26. 200 1.336.500 6.791 1.343.291 120 16.000 1.920.000 576.709

27. 500 3.294.500 16.971 3.311.471 295 15.500 4.572.500 1.261.029

28. 200 1.320.750 6.802 1.327.552 125 15.000 1.875.000 547.448

29. 500 3.557.500 13.988 3.571.488 295 15.500 4.572.500 1.001.012

30. 1.000 6.730.000 20.886 6.750.886 605 15.500 9.377.500 2.626.614

(25)

Lampiran 13. Data Biaya Input Pengolahan Ikan Asin Per 1 Kg Bahan Baku

No Sampel

Jumlah Bahan Harga Biaya Bahan Tambahan Jumlah Biaya Jumlah Biaya Bahan Baku Baku Bahan Baku Garam Air

Bahan

(26)

20. 60 3.000 500 648 1.148 4.148

21. 50 3.000 420 522 942 3.942

22. 50 3.500 450 555 1.005 4.505

23. 200 3.500 488 608 1.095 4.595

24. 700 3.500 461 576 1.037 4.537

25. 100 3.500 720 684 1.404 4.904

26. 200 3.500 473 585 1.058 4.558

27. 500 3.500 390 489 879 4.379

28. 200 3.500 435 544 979 4.479

29. 500 3.500 474 591 1.065 4.565

30. 1.000 3.500 453 567 1.020 4.520

(27)

Lampiran 14. Data Biaya Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Tenaga Kerja Per Kg Bahan Baku

No Sampel Jumlah Bahan Baku Ikan Segar (Kg)

Biaya Jumlah dan Biaya Bahan Tambahan

(28)

21. 50 3.000 420 522 3.400 7.342,00

22. 50 3.500 450 555 3.400 7.905,00

23. 200 3.500 488 608 2.550 7.145,00

24. 700 3.500 461 576 2.429 6.965,71

25. 100 3.500 720 684 2.550 7.454,00

26. 200 3.500 473 585 2.125 6.682,50

27. 500 3.500 390 489 2.210 6.589,00

28. 200 3.500 435 544 2.125 6.603,75

29. 500 3.500 474 591 2.550 7.115,00

30. 1000 3.500 453 567 2.210 6.730,00

Total 10790 102.500 14.537 17.463 73.140 207.640,24

(29)

Lampiran 15. Data Biaya dan Penerimaan Pengolahan Ikan Asin Per Kg Bahan Baku

No Sampel Nama Sampel

Jumlah Bahan Baku Ikan Segar (Kg)

Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Total Biaya P Bahan Baku (Rp) Bahan Tambahan (Rp) Tenaga Kerja (Rp) Penyusutan (Rp) Bahan Baku (

(30)

22. Nurhayati 50 3.500 1.005 3.400 64 7.968,68

23. Iwan 200 3.500 1.095 2.550 48 7.193,16

24. Raja Asli Oton 700 3.500 1.037 2.429 20 6.985,38

25. Cindi 100 3.500 1.404 2.550 60 7.514,40

26. Jura 200 3.500 1.058 2.125 34 6.716,46

27. Tina 500 3.500 879 2.210 34 6.622,94

28. Safrijal 200 3.500 979 2.125 34 6.637,76

29. Mawardi 500 3.500 1.065 2.550 28 7.142,98

30. Rusli 1000 3.500 1.020 2.210 21 6.750,89

Total 10.790 102.500 32.000 73.140 966 208.606,65

(31)

Lampiran 16. Data Pendapatan Pengolahan Ikan Asin Per Kg Bahan Baku

(32)

21. 50 7.342 38 7.380 16.000 8.620

22. 50 7.905 64 7.969 16.000 8.031

23. 200 7.145 48 7.193 16.000 8.807

24. 700 6.966 20 6.985 15.500 8.515

25. 100 7.454 60 7.514 15.500 7.986

26. 200 6.683 34 6.716 16.000 9.284

27. 500 6.589 34 6.623 15.500 8.877

28. 200 6.604 34 6.638 15.000 8.362

29. 500 7.115 28 7.143 15.500 8.357

30. 1.000 6.730 21 6.751 15.500 8.749

(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, Rabiatul. 2006. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta

Afrianto, Eddy, Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Djazuli, N. 2002. Penanganan dan Pengolahan Produk Perikanan Budidaya

Dalam Menghadapi Pasar Global : Peluang dan Tantangan. Makalah

Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Erizal, J. 1991. Prosiding Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan

Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Hayami, Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S. 1987. Agricultural Marketing and

Processing in Upland Java : A prospectif from A Sunda Village.

Bogor.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khotimah, dan Sutawi 2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha. LP FE-UI. Jakarta.

Kusumastanto, T. 2000. Solusi Alternatif Atasi Krisis Ekonomi dan Penggerak

Sektor Riil. Kompas.

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rangkuti Rizky Ridhani. 2009. Analisis Pendapatan, Kesempatan Kerja, dan

Nilai Tambah Pada Industri Pengolahan Ikan Asin. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Santoso, B. 1998. Teknologi Tepat Guna Ikan Asin. Kanisius. Jakarta.

Sevilla, C.G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta.

Singarimbum, M dan Sifiah Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

(35)

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah, Malang.

Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Suparno. 1992. Prosiding Forum II Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Suprapto. 2006. Proses Pengolahan dan Nilai Tambah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju

Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian

ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan

tujuan penelitian (Singarimbun, 1989). Dengan pertimbangan bahwa daerah yang

diteliti merupakan salah satu sentra produksi ikan asin yang cukup potensial di

wilayah Sumatera Utara, maka ditetapkan daerah penelitian adalah di Desa Bagan

Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang sekaligus pengolah ikan asin

yang ada di Desa Bagan Asahan. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 KK, dan

metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling yaitu

pengambilan sampel yang mudah untuk dijumpai dan sesuai dengan kriteria

sampel yang diperlukan yaitu nelayan sekaligus pengolah ikan asin sebanyak 30

KK (Sugiyono, 2004).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani melalui

survei dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan

(37)

penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian (1), mengenai biaya dan penerimaan dalam industri

pengolahan dihitung dengan rumus :

Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.

TC = FC + VC

Dimana :

TC = Total Cost /Total biaya (Rp)

FC = Fixed Cost /Biaya tetap (Rp)

VC = Variable Cost /Biaya variable (Rp)

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Py.Y

Dimana :

TR = Total penerimaan (Rp)

Py = Harga produksi (Rp/Kg)

(38)

Untuk tujuan penelitian (2), yaitu menganalisis besar pendapatan yang diperoleh

petani dari usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian digunakan rumus :

I = R – TC

R = Py.Y

TC = FC + VC

I = R – TC

= (Py.Y) – (FC + VC)

Dimana :

I = Pendapatan Petani

R = Penerimaan (Rp)

TC = Biaya Total (Rp)

Py = Harga Produksi (Rp/Kg)

Y = Jumlah Produksi (Kg)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp)

VC = Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) (Rp) (Suratiyah, 2006)

Secara teoritis, apabila R > TC maka petani mendapat keuntungan, apabila nilai

R=TC maka petani tidak untung dan tidak rugi, dan apabila nilai R < TC maka

petani akan mengalami kerugian (Soekartawi, 2006)

Untuk tujuan penelitian (3), yaitu menganalis besar nilai tambah yang diperoleh

dari pengolahan ikan asin di daerah penelitian digunakan Metode Hayami dengan

(39)

Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah dengan Metode Hayami

No Variable (Output, Input, Harga) Formula

1. Hasil/ produksi (kg/tahun) A b. Ratio nilai tambah (%) (11a/10)

L = K – F – G H = L/K (%) 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) (5x7)

b. Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a)

P = N x E Q = P/L (%) 13. a. Keuntungan (Rp) (11a – 12a)

b. Tingkat Keuntungan (%) (13a/11a)

R = L –P I = R/L (%) Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14. Margin (Rp/kg)

a. Pendapatan TK langsung 12a/14 (%) b. Bahan Tambahan 9/14 (%)

c. Keuntungan perusahaan 13a/14 (%)

S = K – F T = P/S (%) U = G/S (%) V = R/S (%) Sumber : Hayami, et all

Dalam Metode Hayami, ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain

faktorkonversi, koefisien tenaga kerja, dan nilai produk. Kelebihan dari analisis

nilai tambah Metode Hayami adalah :

1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitasnya.

2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.

(40)

Kriteria nilai tambah menurut Sudiyono (2004), yaitu :

- Nilai tambah dikatakan rendah jika nilai rasio < 50%

- Nilai tambah dikatakan tinggi jika nilai rasio > 50%

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi

1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi yang diperoleh (Rp).

2) Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh besarnya produksi (Rp).

3) Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan

ikan asin yang diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap (Rp).

4) Penerimaan adalah total produksi ikan asin dikalikan dengan harga jual ikan

asin (Rp).

5) Pendapatan adalah jumlah penerimaan dikurangi semua biaya yang telah

dikeluarkan (Rp).

6) Metode Hayami adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari nilai

tambah.

7) Nilai tambah merupakan selisih nilai produksi ikan asin dikurangi dengan

harga bahan baku ikan dan sumbangan input lain (Rp)

8) Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah dari nilai produk (%).

9) Bahan baku adalah masukan atau bahan utama (ikan segar) dalam pengolahan

ikan asin (Kg).

(41)

11) Sumbangan input lain adalah semua korbanan selain bahan baku dan tenaga

kerja langsung yang digunakan selama proses produksi (Rp/kg).

12) Bahan tambahan adalah nilai/harga bahan lain selain bahan baku yang

diperlukan untuk melakukan pengolahan ikan per kg bahan baku (Rp/Kg).

13) Hasil/produksi adalah output dari pengolahan ikan segar menjadi ikan asin

(Kg).

14) Tenaga kerja adalah jumlah total curahan kerja yang terlibat dalam proses

produksi (HOK).

15) Koefisien tenaga kerja adalah pembagian antara banyaknya tenaga kerja

dengan produksi yang bisa dihasilkan.

16) Faktor konversi adalah produk yang dapatdihasilkan dari satu satuan bahan

baku.

17) Nilai produk adalah perkalian antara faktor konversi dengan harga produk

rata-rata.

18) Harga produk rata-rata adalah harga rata-rata produk ikan asin per kg

(Rp/Kg).

19) Upah rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan per jumlah curahan tenaga kerja

yang dibutuhkan dalam proses produksi (Rp/HOK).

20) Imbalan tenaga kerja adalah hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja

dengan upah rata-rata (Rp/Kg).

20) Keuntungan adalah nilai tambah yang dikurangi dengan imbalan tenaga kerja

(Rp/Kg).

21) Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai

(42)

22) Margin adalah selisih nilai output ikan asin dengan bahan baku ikan (Rp/Kg).

3.5.2 Batasan Operasional

1) Penelitian ini dilakukan di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai,

Kabupaten Asahan.

2) Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang sekaligus pengolah ikan asin

di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

(43)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Geografis

Bagan Asahan memiliki luas sekitar 324 Ha terletak di Kecamatan Tanjung Balai,

Kabupaten Asahan merupakan salah satu sentra produksi ikan asin yang cukup

potensial di Sumatera Utara khususnya di kabupaten Asahan. Desa Bagan Asahan

memiliki 6 dusun. Secara administratif Desa Bagan Asahan memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

-Sebelah Utara : Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Desa Bagan Asahan Pekan

- Sebelah Barat : Sei Asahan

- Sebelah Timur : Desa Asahan Mati

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bagan Asahan pada tahun 2013 tercatat berjumlah 7.004 jiwa

yang terdiri dari berbagai suku. Suku dominan di Desa Bagan Asahan adalah suku

Melayu. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bagan Asahan disajikan

(44)

Tabel 4.1. Jumlah penduduk desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai,

Kabupaten Asahan, Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 3.517 51,3 %

Perempuan 3.487 48,7 %

Jumlah 7.004 100%

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Asahan

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin di Desa Bagan Asahan antara laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan yang tidak besar, yaitu sekitar 2,6 %.Dari sisi keagamaaan, diketahui

bahwa penduduk Desa Bagan Asahan hanya menganut 2 agama yaitu agama

Islam dan Budha.

Penduduk Desa Bagan Asahan memiliki mata pencaharian yang beragam. Mata

pencaharian penduduk desa Bagan Asahan dominan adalah nelayan. Hal ini

disebabkan luas dan produktifitas laut yang tinggi sehingga mendorong penduduk

untuk berlaut. Pada Tabel 4.2 ini disajikan distribusi penduduk menurut pekerjaan

di Desa Bagan Asahan.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2013

No Uraian Jumlah (Jiwa)

1. Pegawai Negeri 17

2. Pegawai Swasta 29

3. Pedagang 147

4. Nelayan Perikanan 1.487

(45)

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Bagan Asahan

lebih dari setengah (63,41%) berprofesi sebagai nelayan, dan pegawai negeri

berada pada jumlah terendah yaitu sebanyak 0,72 %.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat

setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Desa Bagan Asahan

disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Penduduk Desa Bagan Asahan, Kecamatan

Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2013

Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

Kantor Desa 1

Kantor Karantina Perikanan 1

Kantor Karantina Pertanian 1

Pos Radar TNI-AL 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Bahan Asahan

4.2 Karakteristik Sampel

4.2.1 Karakteristik Nelayan Pengolah Ikan Asin

Nelayan pengolah ikan segar menjadi ikan asin adalah nelayan yang menangkap

ikan di laut dan sebagian dari tangkapannya dijual ke pasar dalam bentuk segar

(46)

pengolah, pengalaman pengolah, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman

pengolah. Karakteristik nelayan diperoleh dari para sampel dengan melakukan

wawancara secara langsung maupun data sekunder di daerah penelitian yaitu di

Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

4.2.2 Umur

Adapun umur pengolah merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan

kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha pengolahan. Variasi umur

memberikan perbedaan terhadap kemampuan dan keinginan kerjanya. Dengan

demikian variabel umur dapat memberikan pengaruh produksi dan pendapatan

pengolah. Keadaan umur pengolah sampel di daerah penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Keadaan Kelompok Umur Pengolah Responden Di Desa Bagan Asahan,

Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2013

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang)

1. 20-29 1

2. 30-39 10

3. 40-49 18

4. ≥ 50 2

Jumlah 30

Sumber : Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.4 keadaan kelompok umur pengolah dapat dilihat bahwa nelayan

pengolah ikan asin sebagian besar berada dalam rentang usia yang produktif (20

-49 tahun) sebanyak 28 orang dengan persentase 93,33%.

4.2.3 Pendidikan

(47)

usahanya. Adapun tingkat pendidikan dari sampe pengolah di Desa Bagan Asahan

sangat bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA hingga S1. Tingkat pendidikan dari

sampel pengolah ikan asin di Desa Bagan Asahan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Sampel Pengolah Ikan Asin di Desa Bagan

Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1. SD 26

2. SMP 3

3. SMA 1

Jumlah 30

Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.5 tentang tingkat pendidikan dapat dilihat secara umum jenjang

penyelesaian tingkat pendidikan masih tergolong rendah. Keadaan ini disebabkan

beberapa faktor seperti tingkat pendapatan yang rendah dan rendahnya kesadaran

akan pentingnya pendidikan dihari depan.

4.2.4 Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan

pengolahan dalam produktivitas usahanya. Semakin tinggi pengalaman usahanya

maka akan semakin efektif dan efisien pula kegiatan usahanya sehingga akan turut

mempengaruhi pendapatan yang diterima. Tingkat pengalaman usaha responden

pengolah ikan asin di Desa Bagan Asahan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Pengalaman Usaha Sampel Pengolah Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2013

No Pengalaman Usaha Jumlah (orang)

1. 1-5 23

2. 6-10 6

3. 11-15 1

(48)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pengalaman usaha di Desa Bagan

Asahan berada pada jenjang 1 - 10 tahun. Apabila dikaitkan dengan umur rata-rata

sampel maka rata-rata sampel telah menjalani usaha pengolahan ikan asin diumur

dua puluhan.

4.2.5 Jumlah Tanggungan (Orang)

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh

nelayan pengolah ikan asin dari hasil pendapatan pengolahan. Jumlah tanggungan

nelayan pengolah ikan asin dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jumlah Tanggungan Nelayan Pengolah Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, tahun 2013

No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang)

1. 1 3

Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.7 tentang tanggungan nelayan pengolah ikan asin dapat dilihat

bahwa rata-rata jumlah tanggungan nelayan pengolah ikan asin di Desa Bagan

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Besar Biaya dan Penerimaan yang diperoleh dari Industri Pengolahan Ikan Asin di Daerah Penelitian

5.1.1 Tahapan Pengolahan Ikan Asin

Untuk mendapatkan ikan asin yang sesuai dengan keinginan konsumen,

dibutuhkan beberapa tahapan proses. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu

kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 2 (dua) hari

(apabila matahari normal). Tahapan paling penting dalam proses pembuatan ikan

asin adalah penggaraman. Kegiatan ini membutuhkan ketelitian dalam

pengukuran bahan baku. Tahap penjemuran merupakan kegiatan yang bersifat

depending, artinya kegiatan ini tidak dapat dikontrol produsen, dan sinar matahari

merupakan satu-satunya faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembuatan

ikan asin.

Pengolahan ikan segar di daerah penelitian membutuhkan proses yang relatif

panjang, yang terdiri dari 6 tahapan, yaitu : 1) pembelahan/pembersihan,

2) pencucian pertama, 3) perendaman/penggaraman, 4) pencucian kedua,

5) penjemuran dan, 6) pengemasan. Pada gambar 5.1 disajikan alur tahapan

(50)

Gambar 5.1 Alur Tahapan Pengolahan Ikan Segar Menjadi Ikan Asin

Pembelian Bahan Ikan Segar Diperoleh Ikan Segar

(51)

Tahapan Pembelahan Ikan.

Pembelahan ikan dalam proses pembuatan ikan asin merupakan kegiatan pertama

dan sangat penting. Pembelahan ini dimaksudkan untuk memperbesar luas

permukaan tubuh ikan sehingga seluruh perlakuan, misalnya penggaraman,

pencucian dan pengeringan bisa berjalan secara efisien dan efektif. Kegiatan

pembelahan ikan ini memerlukan input tenaga kerja yang cukup besar.

Tahapan Pencucian Pertama

Ikan yang telah dibelah selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah (tong) yang

telah diisi dengan air bersih untuk selanjutnya dicuci sampai bersih.

Tahapan Proses Penggaraman.

Kegiatan penggaraman merupakan kegiatan penambahan garam dalam bentuk

larutan kepada bahan baku ikan segar. Penambahan garam ini dimaksudkan untuk

memberikan daya tahan selama proses penyampaian dari produsen sampai ke

konsumen akhir. Dengan kata lain, penggaraman bertujuan untuk mengawetkan

daging ikan selama proses penyimpanan sampai ke konsumen akhir. Bahan dasar

yang digunakan untuk kegiatan ini adalah berupa garam butiran biasa (tidak

beryodium). Kebutuhan garam dalam kegiatan ini memiliki perbandingan 3 kg

garam untuk 10 kg ikan segar. Kebutuhan biaya rata-rata untuk setiap satuan kg

bahan yg diawetkan adalah Rp 420,- . Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata

(52)

Tahapan Pencucian Kedua.

Setelah bahan baku ikan asin mengalami proses penggaraman, maka selanjutnya

dilakukan pencucian kedua. Pencucian ini tidak seintensif pada pencucian

pertama, dimana tujuannya adalah hanya untuk membersihkan bahan baku dari

kemungkinan kotoran-kotoran yang ada selama proses penggaraman.

Tahapan Penjemuran

Penjemuran merupakan kegiatan yang sangat strategis dalam proses pembuatan

ikan asin. Melalui penjemuran akan diperoleh ikan asin dengan tingkat kekeringan

dengan kadar air mendekati 7%. Tingkat kadar air ini berbeda-beda menurut

produsen. Kadar air yang mencapai 7% dimaksudkan agar struktur daging ikan

tidak mengalami oksidasi selama proses penyampaian. Kegiatan penjemuran

dengan matahari normal membutuhkan waktu 6-7 jam.

Tahapan Pengemasan

Tahapan pengemasan adalah merupakan kegiatan akhir dari seluruh tahapan yang

ada. Pengemasan adalah merupakan kegiatan memasukkan ikan asin yang sudah

jadi kedalam goni bersih dengan ukuran rata-rata 50 kg/goni.

5.1.2 Input Pengolahan Ikan Asin

5.1.2.1 Bahan Baku

Usaha pembuatan ikan asin di daerah penelitian membutuhkan ikan segar yang

berasal dari laut dengan jenis ikan Gulama Batu (Nibea Albiflora). Ikan jenis ini

sangat jamak ditemui di perairan dalam di sekitar wilayah pantai timur. Ikan jenis

(53)

Gambar 5.2 : Tampilan Visual Ikan Gulama

Ikan jenis gulama dalam bentuk segar kurang memiliki nilai ekonomi karena

memiliki cita rasa yang kurang enak, sehingga jenis ini sebagian besar tidak

ditransaksikan dalam bentuk segar. Jenis ikan ini memiliki tubuh yang

memanjang dan jika ditekan terasa lunak. Hal inilah yang memungkinkan jenis ini

memenuhi syarat dijadikan ikan asin.

Wilayah perairan laut pantai timur, merupakan penghasil ikan gulama yang cukup

besar di Sumatera Utara. Desa Bagan Asahan yang secara geografis merupakan

wilayah pesisir memanfaatkan kelimpahan sumberdaya tersebut dengan

mengolahnya menjadi ikan asin.

Pengolahan ikan gulama segar menjadi ikan asin di daerah penelitian dapat

digolongkan dalam industri kecil rumah tangga. Penanganan ikan segar

merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan dalam

mengatasi kelebihan produk dari ikan segar. Penanganan ikan segar dilakukan

dengan cara pengawetan melalui proses penggaraman. Adapun tujuan utama dari

pengolahan ikan segar menjadi ikan asin untuk memperpanjang daya tahan,

(54)

Pengolahan ikan segar di daerah penelitian membutuhkan proses yang relatif

panjang, yang terdiri dari 6 tahapan, yaitu : pembelahan/pembersihan, pencucian

pertama, perendaman/penggaraman, pencucian kedua, penjemuran, dan

pengemasan. Jumlah input bahan baku dari sampel pengolah ikan asin disajikan

di Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1 Jumlah Bahan Baku Pengolahan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, 2014

No Jumlah Bahan Baku Jumlah Sampel Keterangan

1. 30-100 8

Sumber : Data Primer diolah, lampiran 2

Dari Tabel 5.1 tersebut diperoleh data bahwa rata-rata penggunaan bahan baku

setiap 1 kali produksi adalah 359,7 kg. Besarnya penggunaan bahan baku ini

disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan kondisi kepemilikan sarana dan

prasarana oleh pengolah ikan asin.

5.1.2.2 Bahan Tambahan Pengolahan Ikan Asin

Garam

Garam (NaCl) merupakan senyawa ionik yang terdiri dari ion positif dan ion

negatif. Garam merupakan bahan pendukung utama pada pembuatan ikan asin.

Penggunaan garam dimaksudkan untuk mengasinkan ikan sehingga ikan tersebut

terawetkan. Konsentrasi garam yang tinggi akan menyusutkan cairan di dalam

(55)

Jumlah penggunaan garam dalam pengawetan ikan asin ditentukan oleh beberapa

faktor seperti ketebalan daging ikan. Semakin tebal daging ikan, maka garam

yang dibutuhkan akan lebih banyak.

Metode penggaraman yang digunakan di daerah penelitian adalah penggaraman

basah, yaitu merendam ikan yang telah dibelah dengan garam yang telah

dilarutkan dengan air.

Penggunaan garam berdasarkan bahan baku pengolahan ikan asin disajikan pada

tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Penggunaan Garam pada Pengolahan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2014

No. Uraian Total Rataan

1. Bahan Baku 10.790 360

2. Garam 3.285 110

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 2

Dari tabel 5.2 dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata penggunaan garam dalam

pengolahan 1 kg ikan segar adalah 0,3 kg.

Air

Air merupakan bahan tambahan dalam pembuatan ikan dengan metode

penggaraman basah. Air digunakan untuk pencucian ikan segar dan untuk

melarutkan garam. Dalam proses penggaraman air yang dipakai harus air yang

bersih, karena air yang kotor dapat membuat ikan mudah busuk dan terinfeksi

(56)

Karena letak geografisnya yang berada disekitar pesisir, maka produsen ikan asin

memiliki keterbatasan untuk memperoleh air bersih. Hal ini menyebabkan

produsen harus membeli air bersih untuk pengolahan ikan asin. Pada Tabel 5.3

disajikan penggunaan air berdasarkan bahan baku yang dipakai pada pengolahan

ikan asin :

Tabel 5.3. Penggunaan Air Berdasarkan Bahan Baku pada Pengolahan Ikan Asin

di Desa Bagan Asahan, Kabupaten Asahan, Tahun 2014

No Uraian Jumlah (Unit) Rataan

1. Jumlah Bahan Baku 10.790 360

2. Jumlah Air 41.075 1.369

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 2

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata jumlah pemakaian air untuk

melarutkan 1 kg garam adalah 13 liter air.

5.1.3 Kebutuhan Biaya Input

Biaya yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan terdiri dari biaya bahan baku,

biaya bahan tambahan, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan. Biaya total

diperoleh dari pertambahan biaya tetap dan biaya variabel, dimana biaya tetap

terdiri biaya penyusutan peralatan ikan asin sedangkan biaya variabel diperoleh

dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya bahan tambahan, dan biaya tenaga

kerja.

5.1.3.1 Biaya Variabel

Pengolahan ikan asin bergantung pada besarnya modal dan kapasitas produksi

(57)

nelayan. Rata-rata harga ikan segar di daerah penelitian bergerak pada kisaran

harga Rp 3.000,- sampai dengan Rp 3.500,- per kg.

Pergerakan harga ikan gulama segar sangat mempengaruhi keputusan produsen

untuk membeli. Apabila harga ikan segar turun secara nyata, maka umumnya

produsen akan membeli dalam jumlah banyak. Sebaliknya produsen akan

mengurangi jumlah pembelian ikan segar apabila harga cenderung menaik.

Pada Tabel 5.4 disajikan data penggunaan biaya bahan baku pengolahan ikan asin

di daerah penelitian :

Tabel 5.4 Jumlah Kebutuhan Biaya Bahan Baku Dalam Pengolahan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

Bahan Baku Ikan Segar Kebutuhan

Biaya (Rp)

Total (Kg) 10.790 37.215.000

Rataan (Kg) 360 1.240.500

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 8

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah pembelian minimun bahan baku

ikan segar adalah 30 kg dan yang paling tinggi 1000 kg. Dengan demikian

kebutuhan biaya juga bergerak mengikuti banyaknya bahan baku ikan segar yang

dibeli. Dari besarnya standar deviasi yang tinggi diketahui bahwa biaya yang

digunakan sangat tidak merata dengan kisaran penggunaan biaya minimum

Rp 105.000,- dan yang tertinggi Rp 3.500.000,-

Bahan tambahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ikan asin adalah

garam dan air. Penggunaan garam dimaksudkan selain mengasinkan ikan adalah

(58)

ikan. Biaya untuk bahan tambahan garam dan air memiliki presentase biaya

sebesar 13,38 % (Rp 741.22,-) dari seluruh total biaya. Dengan rincian untuk

garam 3,8 % dan selebihnya (10,38%) adalah untuk kebutuhan biaya air.

Besarnya kebutuhan biaya air dalam proses pengolahan ikan asin disebabkan

keberadaan air di daerah penelitian dapat dikatakan cukup langka. Karena

kebutuhan air untuk pengolahan ikan asin sangat transaksional, maka produsen

harus mengeluarkan biaya Rp 150,- setiap liter. Besarnya biaya penggunaan

garam dan air di daerah penelitian disajikan pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Jumlah Penggunaan dan Biaya Air Dalam Proses Pembuatan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2014.

No Uraian Jumlah Penggunaan

(Kg)

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 8

Dari Tabel 5.5 dapat diinterpretasikan bahwa biaya penggunaan Jumlaair dalam

proses pembuatan ikan asin lebih besar dibandingkan dengan biaya garam.

Rata-rata penggunaan garam dalam pengolahan ikan asin di daerah penelitian adalah

Rp 170.380,- sedangkan rata-rata biaya air Rp 205.375,-

Tabel 5.6 Jumlah Penggunaan HKO Dalam Proses Pembuatan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan

Tahun 2014

No Uraian Jumlah Tenaga

Kerja (Orang)

Upah/HKO (Rp) Total Upah

(Rp)

(59)

Penggunaan tenaga kerja pada pengolahan ikan asin tergantung dari jumlah ikan

yang akan diolah ketika ikan segar banyak, maka tenaga kerjanya akan semakin

banyak banyak. Setiap tenaga kerja akan mengerjakan seluruh proses pengolahan

ikan asin mulai dari proses pembelahan, pencucian, perendaman/pengasinan,

penjemuran hingga sampai pada tahapan akhir yaitu proses pengemasan. Dari

Tabel 5.6 diketahui bahwa total penggunaan tenaga kerja sebanyak 288 orang

dengan rata-rata HKO adalah 9,6.

5.1.4 Penerimaan dalam Pengolahan Ikan Asin

Penerimaan dalam pengolahan ikan asin adalah besarnya volume produksi

dikalikan dengan harga yang diterima. Struktur pasar komoditas ikan asin secara

sempit dapat dikatakan mendekati pasar persaingan sempurna. Yaitu dengan

karakteristik, produk yang dijual adalah homogen (tidak ada diferensiasi), dan

produsen hanya sebagai penerima harga (price taker). Artinya seorang produsen

komoditas ikan asin tidak dapat mempengaruhi harga jual.

Di daerah penelitian rata-rata volume produksi produsen adalah sebesar 213 kg.

Adapun rata-rata harga jual yang diterima oleh produsen Rp 15.800/kg. Dengan

demikian besarnya penerimaan setiap individu produsen berada pada rentang

Rp 297.000,- sampai dengan Rp 9.377.500,-. Besarnya nilai penerimaan dari

produk ikan asin berdasarkan jumlah produksi di daerah penelitian disajikan pada

(60)

Tabel 5.6 Penerimaan Hasil Pengolahan Ikan Asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Tahun 2014

Jumlah Produksi

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 14

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa perubahan ikan segar menjadi ikan asin

melalui proses pengolahan memberikan nilai tambah yang cukup besar. Secara

nominal komparasi nilai ikan segar dan ikan asin memiliki perbandingan 1 : 5

artinya pengeluaran biaya sebesar Rp 1.000.000,- akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 5.000.000,- (belum termasuk biaya pengolahan).

Dilihat dari penggunaan jumlah bahan baku ikan segar, maka sampel penelitian

dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : pertama adalah produsen dengan jumlah

pengolahan bahan baku 30-300kg ; kedua adalah produsen dengan jumlah

pengolahan 301-600 dan ; ketiga adalah produsen dengan jumlah pengolahan

601-1000. Rata-rata penerimaan untuk kelompok pertama (30-300kg) adalah

Rp 1.473.970, penerimaan untuk kelompok kedua (301-600kg) adalah

Rp 4.234.000, dan penerimaan untuk kelompok ketiga (601-1000kg) adalah

Rp 7.816.500,-.

Besarnya penerimaan pengolahan ikan asin jika dilihat dari aspek waktu maka

dapat dikatakan arus perputaran modalnya cukup baik, karena durasi waktu yang

dibutuhkan untuk mengolah ikan segar menjadi ikan asin rata-rata hanya 2 hari

dengan kondisi matahari yang normal mulai dari pembelian ikan hingga sampai

(61)

5.2. Pendapatan yang diperoleh Dari Pengolahan Ikan Asin

Pendapatan

Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan ikan asin dikurangi dengan biaya total

yang dikeluarkan dalam proses produksi. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi 1 kg ikan asin adalah Rp 6.781,- biaya ini terdiri dari biaya bahan

baku, bahan tambahan, penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja.

Dengan demikian rata-rata pendapatan yang diperoleh produsen dari pengolahan

ikan segar menjadi ikan asin adalah Rp 888.899,- .Besarnya pendapatan yang

diperoleh pengolah ikan asin disajikan pada Tabel 5.7 :

Tabel 5.7 Pendapatan Pengolah ikan asin di Desa Bagan Asahan, Kecamatan

Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, tahun 2014

No Uraian Total (Rp) Rataan (Rp)

1. Biaya Variabel 72.967.650 2.497.438

2. Biaya Tetap 277.828 9.262

3. Penerimaan 99.912.500 3.330.417

4. Pendapatan 26.666.972 888.899

Sumber : Data Olahan Primer Lampiran 15

Dari Tabel 5.7 diperoleh data bahwa perbandingan antara biaya variabel dan biaya

tetap adalah 1 : 270. Apabila dikomparasi biaya variabel dan biaya tetap dari

biaya total maka terlihat biaya variabel memberikan kontribusi 99,6%, sedangkan

biaya tetap sebesar 0,4%.

Besarnya penerimaan produsen pengolah ikan asin berbeda menurut volume

olahan. Adapun besarnya rentang penerimaan masing-masing sampel berada pada

(62)

15.800/kg adalah Rp 3.330.417,-. Sedangkan bersarnya Perbandingan biaya total

dengan penerimaan adalah 1 : 1,3.

Total produksi rata-rata dalam pengolahan ikan asin terdiri dari biaya rata-rata

pembelian ikan segar, biaya pembelian garam, biaya tenaga kerja dan biaya

penyusutan peralatan. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi olahan dikali

dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha

pengolahan.

Apabila penerimaan lebih besar dari biaya total produksi maka dikatakan usaha

memperoleh pendapatan atau surplus. Sebaliknya apabila total biaya lebih besar

dibandingkan penerimaan maka usaha pengolahan mengalami kerugian

Dari penelitian diperoleh data hasil bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh

oleh produsen bergerak secara setara mengikuti besarnya bahan baku yang diolah,

artinya semakin besar bahan baku yang diolah akan semakin tinggi juga

pendapatan yang diterima pengolah.

5.3 Nilai Tambah Ya ng Diperoleh Pengolah Ikan Asin

Pembuatan ikan asin jenis Gulama dilokasi penelitian berlangsung sudah cukup

lama. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kerja dalam keluarga.

Kelimpahan sumberdaya ikan jenis Gulama di perairan sekitar lokasi penelitian

menjadi faktor utama kegiatan ini dilakukan. Proses pembuatan ikan asin dapat

dikatakan cukup sederhana, akan tetapi butuh ketelatenan dalam membelah.

(63)

menggunakan teknologi sederhana. Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatannya

yang masih mengandalkan tenaga kerja manusia dan alam (sinar matahari).

Dalam pembuatan ikan asin pengolah biasanya menggunakan bahan baku segar.

Bahan dasar ikan segar langsung diolah dan dibersihkan untuk seterusnya

dikeringkan. Bahan dasar tersebut tidak sempat untuk disimpan dalam pendingin

atau media lainnya.

Dalam penelitian ini, untuk melihat besarnya nilai tambah digunakan metode

Hayami. Menurut Hayami (Hayami et.al,1987), nilai tambah adalah selisih antara

komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang di

gunakan selama proses berlangsung. Kegiatan pengolahan ikan segar menjadi

ikan asin, akan mengakibatkan bertambahnya nilai komoditas tersebut.

Pada tabel 5.8 berikut ini disajikan hasil perhitungan nilai tambah dengan

(64)

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Nilai Tambah yang Pengolah Ikan Asin, di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, tahun 2014

No Variable (Output, Input, Harga) Nilai

1. Hasil/ produksi (kg) 212,87

2. Bahan baku (Kg) 359,67

3. Tenaga kerja (HOK) 9,6

4. Faktor konversi (1/2) 0,59

5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,03

6. Harga produk rata-rata (Rp/Kg) 15.800

7. Upah rata-rata (Rp/HOK) 85.000

12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) (5x7) 2.268,75

b. Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a) 52,26

13. a. Keuntungan (Rp) (11a – 12a) 2.072,45

b. Tingkat Keuntungan (%) (13a/11a) 47,74

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

14. Margin (Rp/kg) 6.001,20

a. Pendapatan TK langsung 12a/14 (%) 37,80

b. Bahan Tambahan 9/14 (%) 27,66

c. Keuntungan perusahaan 13a/14 (%) 34,53

Dari Tabel 5.8. dapat diinterpretasikan bahwa pengolahan ikan segar menjadi ikan

asin memberikan tingkat keuntungan diatas normal. Keuntungan ini diperoleh

dengan rentang waktu selama 2 (dua) hari. Dengan faktor konversi sebesar 0,59,

maka kegiatan ini mampu memberikan imbalan sebesar 59 persen hasil olahan.

Artinya apabila produsen mengolah ikan segar seberat 1 ton, maka hasil olahan

yang diperoleh akan mendekati 590 kg. Mengingat perbandingan harga ikan segar

(65)

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah maksimum hasil olahan ikan

asin adalah sebesar 685 kg, sedangkan minimum olahan adalah 18 kg. Dari 30

sampel penelitian diperoleh rata-rata hasil produksi sebesar 212,8 kg. Jumlah ini

diperoleh dengan mengolah sebanyak 356,67 kg ikan segar. Dengan demikian

besarnya koefisien faktor konversi adalah 59,18 persen. Banyaknya tenaga kerja

yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ikan, yang meliputi 6 (enam) tahapan

adalah sebesar 9,6 HKO. Bagian terbesar penyerap tenaga kerja dari seluruh

tahapan adalah penjemuran yaitu sebesar 4,71 persen. Sedangkan yang terkecil

menyerap tenaga kerja adalah tahapan penggaraman (0,4%). Koefisien faktor

konversi sebesar 0,59 sebenarnya masih dapat ditingatkan dengan cara

memperbaiki proses pengolahan terutama pada tahap pembelahan dengan

menggunakan teknologi yang lebih baik.

Koefisien tenaga kerja sebesar 0,03 menunjukkan bahwa 3 HKO tenaga kerja

mampu mengolah 100 kg ikan segar. Harga komoditas ikan asin didalam

penelitian dapat dikatakan cukup stabil. Sistem penjualan ikan asin berlangsung

dengan cara transaksi ditempat. Rata-rata pengolah telah memiliki pembeli

langganan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai sehingga biaya transportasi

ke pasar kecamatan atau kabupaten ditanggung oleh pembeli. Dari hasil

wawancara dengan para pengolah selama satu tahun yaitu periode Oktober 2013

sampai dengan periode Oktober 2014 harga ikan berfluktuasi pada besaran Rp

15.000 sampai dengan Rp 16.500,-. Pemerintah daerah Kabupaten Asahan

(66)

Dengan demikian upah harian yang berlaku adalah Rp 71.333,-. Sehingga upah

yang berlaku dalam proses pengolahan ikan asin pada dasarnya sudah diatas upah

harian minimum yautu sebesar Rp 85.000,-.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ikan asin adalah jenis ikan gulama

(Nibea Albiflora). Harga ikan gulama di daerah penelitian bervariasi sesuai

dengan kelimpahan hasil tangkapan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa

selama setahun terakhir rata-rata harga ikan gulama yang dibeli adalah Rp 3.350,-

Dengan harga tertinggi adalah Rp 3.500,- dan harga terendah adalah Rp 3.000,-.

Proses pembuatan ikan asin membutuhkan bahan tambahan yaitu garam dan air.

Kebutuhan biaya untuk garam adalah Rp 473,71,- dan untuk air adalah Rp

73,867,- Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa besarnya kebutuhan biaya variabel bahan

baku dan bahan tambahan untuk setiap satuan kg ikan asin adalah sebesar Rp

547,57,-.

Nilai produk ikan asin sebesar Rp 9.380,79,- diperoleh dari hasil perkalian antara

faktor konversi dengan harga produk rata-rata. Artinya nilai produk ikan segar

setelah diolah menjadi ikan asin memiliki nilai konversi sebesar 0,59.

Nilai tambah dalam proses pengolahan ikan segar menjadi ikan asin adalah selisih

antara nilai tambah dengan harga bahan baku dan bahan tambahan. Perbandingan

antara nilai bahan baku dan bahan tambahan dengan nilai produk adalah 53,41%.

Rasio nilai tambah adalah perbandingan antara nilai tambah dengan nilai produk

(67)

Imbalan tenaga kerja adalah bagian tenaga kerja yang masuk ke dalam

penerimaan. Jumlah imbalan ini bergantung kepada besarnya koefisien tenaga

kerja upah rata (HOK). Semakin besar koefisien tenaga kerja dan upah

rata-rata, maka imbalan akan semakin tinggi.

Tingkat keuntungan pengolah ikan asin sebesar Rp 2.054,78,- per kilogram

menunjukkan bahwa setiap satuan pengolahan akan memberikan tingkat

keuntungan diatas normal. Dengan rata-rata kapasitas pengolah sebesar 359,6 kg,

maka besarnya tingkat keuntungan rata-rata sampel adalah Rp 739.042,-.

Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa besarnya keuntungan pengusaha sebesar sebesar

34,07 persen, hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan ikan segar menjadi

ikan asin di lokasi penelitian memiliki prospek yang sangat baik. Artinya dengan

investasi sebesar 1 juta akan dapat memberikan keuntungan sebesar 34,67 persen

(68)

BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian berikut ini diuraikan beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut :

1) Total biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan ikan asin di daerah

penelitian adalah Rp 73.245.528 dengan rata-rata biaya tiap pengolah

adalah Rp 2.441.518. Sedangkan penerimaan yang diperoleh adalah

sebesar Rp 99.912.500, dengan rata-rata penerimaan tiap pengolah ikan

asin adalah sebesar Rp 3.330.417.

2) Pendapatan yang diperoleh pengolah ikan asin di daerah penelitian adalah

Rp 26.666.972 dengan rata-rata penerimaan per pengolah adalah sebesar

Rp 888.899.

3) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan asin adalah Rp 4.370

dengan rasionya 46,59%. Rasio nilai tambah 46,42 < 50% maka dikatakan

nilai tambah pengolahan ikan asin di daerah ini kecil.

6.2 Saran

Pengolahan ikan gulama menjadi ikan asin di daerah penelitian masih dilakukan

dengan cara sederhana. Kegiatan ini sebenarnya memiliki prospek ekonomi yang

(69)

ketergantungan terhadap sinar matahari, kegiatan pembelahan ikan yang masih

menggunakan tenaga manual cukup menyita waktu dan sangat banyak menyerap

biaya. Disarankan kegiatan ini dapat menggunakan teknologi sehingga kegiatan

ini lebih efisien dan efektif. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan

asin sebenarnya sudah memberikan tingkat keuntungan diatas normal, akan tetapi

disarankan kepada pemerintah daerah dapat memberikan pelatihan-pelatihan dan

program-program pemberian kredit dengan bunga ringan sehingga kapasitas

produksi bisa ditingkatkan sehingga potensi keuntungan dapat dicapai secara

(70)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Tinjauan Ikhtiologi

Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung

asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya

mencapai 90% dengan jaringn pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Hal yang

paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber

protein lainnya. Kandungan kimia, tingkat kematangan, dan kondisi tempat

hidupnya. (Adawyah, 2006).

Pada umumnya ikan mempunyai bentuk yang sistematis kecuali untuk ikan

sebelah. Tubuh ikan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala mulai dari bagian

dari ujung mulut sampai akhir tutup insang. Badan, akhir tutup insang sampai

pangkal sirip anal, dan dari sirip anal sampai ujung ekor disebut bagian ekor. Ikan

memiliki beberapa sirip, yaitu sirip pektoral atau sirip dada, sepasang sirip ventral

atau sirip perut, sirip dorsal atau sirip punggung, sirip anal atau sirip dubur, dan

sirip ekor.

Permukaan tubuh ikan terbungkus kulit yang bersisik atau semacam duri kecil

yang bersusun. Kulit ikan tersebut membungkus daging yang didukung oleh

sistem tulang. Pada bagian dalam tubuh terdapat organ yang menjalankan sebagai

(71)

tetapi sebagian besar terdapat pada bagian badan terdiri dari dua jaringan perut,

dua jaringan punggung, dan empat longitudinal. Sel atau jaringan daging utama

yang merupakan unsur dasar fungsional dan morfologi memiliki struktur yang

kompleks.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daging ikan mempunyai komposisi kimia

air ( 60,0 – 80,0 %) ; protein (18,0 – 30, 0 %) ; lemak (0,1 – 2,2 %) ;karbohidrat

(0,0 – 1,0 %) ; vitamin dan sisanya mineral.

Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai

industri perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Baik buruknya penanganan

ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai

bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut (Afrianto dan Liviawaty,

1989).

Dengan kandungan air yang cukup tinggi, tubuh ikan merupakan media yang

cocok untuk kehidupan bakteri pembusuk atau mikroorganisme lain, sehingga

ikan sangat cepat mengalami proses pembusukan. Kondisi ini sangat merugikan

karena dengan kondisi demikian banyak ikan tidak dapat dimanfaatkan dan

terpaksa harus dibuang, terutama pada saat kondisi melimpah. Oleh karena itu

untuk mencegah proses pembusukan perlu dikembangkan berbagai cara

pengawetan dan pengolahan yang cepat dan cermat agar sebagian besar ikan yang

diproduksi dapat dimanfaatkan.

Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses,

(72)

penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya

yaitu memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami

proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau

membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan.

Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan asin, yaitu

ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan. Dalam skala

Nasional ikan asin merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai

kedudukan penting, hampir 65% produk perikanan masih diolah dan diawetkan

dengan cara penggaraman. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila ikan

asin termasuk dalam sembilan pokok penting bagi kebutuhan masyarakat.

Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka produk ikan asin sering

mengalami kerusakan selama dalam penyimpanan. Kualitas ikan dan kondisi

ruang penyimpanan yang akan digunakan perlu diperhatikan. Tingkat kesegaran

ikan sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri. Selain itu, cara penanganan,

sanitasi, faktor biologis, temperatur lingkungan alat pengangkutan ikan dan ruang

penyimpanan harus mendapat perhatian pula karena dapat mempengaruhi mutu

ikan asin yang dihasilkan.

Kerusakan pada ikan asin dapat disebabkan oleh bakteri halifilik yang mampu

mengubah tekstur maupun rupa daging ikan asin. Bakteti itu dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu :

(73)

2. Obligat halofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup secara baik pada

lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi lebih besar dari

2%.

Selain disebabkan oleh bakteri halofilik, kerusakan mikrobiologi pada ikan asin

juga dapat disebabkan oleh jamur, ragi, dan beberapa serangga dalam bentuk larva

atau dewasa (Adawyah, 2006).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Ikan Asin

Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan,baik di dalam maupun di

luar negeri. Saat ini arab Saudi dan Belanda telah berusaha mengimpor ikan asin

dari Indonesia. Namun kesempatan ini belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena

produksi ikan asin di negara kita masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan

asin sebesar 4.200 ton/ tahun telah berhasil dipenuhi, tetapi permintaan Belanda

belum dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu meningkatkat kuantitas dan kualitas

produk penggaraman (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

Penambahan garam atau penggaraman atau pengasinan yang dilakukan dalam

pembuatan ikan asin tidak hanya memberikan rasa asin pada ikan, hal tersebut

juga dimaksudkan untuk proses pengawetan ikan. Ikan adalah termasuk dalam

kategori bahan makanan yang mudah membusuk (perishable food). Sejak ikan

mati, hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 12 jam untuk memulai

pembusukan. Penggunaan kadar garam yang tinggi mampu menghambat

pertumbuhan bakteri-bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan pada daging

ikan. Jadi, selain menambah nilai jual ikan yang kurang ekonomis, pengasinan

(74)

kedepan dengan tidak mengurangi nilai gizi yang terkandung dalam ikan tersebut

(Widodo dan Suadi, 2006).

Jika usaha untuk melakukan pengolahan yang bernilai tambah telah dilakukan

dan produk yang dihasilkan berhasil menarik perhatian masyarakat, maka mutu

produk perlu diperhatikan dengan lebih seksama. Mutu dapat diartikan sebagai

tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk yang dihasilkan produsen.

Semakin tinggi tingkat kepuasan semakin tinggi harga yang dapat ditawarkan

produsen. Semakin rendah tingkah kepuasan semakin rendah harga yang

ditawarkan konsumen (Suparno, 1992).

2.1.3 Teknis Pengolahan Ikan Asin

Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama

dan sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan dan pengolahan ikan

meninggalkan sifat khusus pada setiap hasil awetan atau olahannya. Hal ini

disebabkan oleh berubahnya : sifat bau, cita rasa, wujud atau rupa, dan tekstur

daging ikan (Moeljanto, 1992).

Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian terpenting

dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut,

peningkatan dan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia, karena

tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan

baik (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

(75)

Perbedaan hasilnya tergantung pada penyiangan dan pencucian, jumlah garam

yang digunakan, jangka waktu penggaraman, dan penjemurannya. Hal – hal

tersebut disebabkan jenis – jenis dan ukuran ikan atau cara pengolahan

selanjutnya, serta asin yang diinginkan (Moeljanto, 1992).

Untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik harus digunakan garam murni,

yaitu garam dengan kandungan NaCl cukup tinggi (95%) dan sedikit sekali

mengandung elemen yang dapat menimbulkan kerusakan, seperti yang sering

dijumpai pada garam rakyat. Ikan asin yang diolah dengan garam murni

memiliki daging berwarna putih kekuning – kuningan yang lunak. Jika dimasak,

rasa ikan asin ini seperti ikan segar (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

Selain dengan menggunakan garam dengan kandungan NaCl yang cukup tinggi,

untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik juga harus memperhatikan

perawatan, dan perbaikan unit pengolahan, semua peralatan serta perlengkapan

membantu yang dipergunakan dalam operasi pengolahan agar selalu bersih.

Dengan demikian, unit pengolahan beserta peralatan dan perlengkapan yang

digunakan bukanlah merupakan sumber penularan bakteri perusak bagi produk

yang diolah (Santoso, 1998).

Proses penggaraman dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Penggaraman kering (Dry Salting)

Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar

maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk kristal. Ikan yang

Gambar

Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah dengan Metode Hayami
Tabel 4.1. Jumlah penduduk desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai,
Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Penduduk Desa Bagan Asahan, Kecamatan
Tabel 4.4 Keadaan Kelompok Umur Pengolah Responden Di Desa Bagan Asahan,
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Action Packages are encouraged to develop documents or materials that assist countries implement activities toward the AP target.  Action Packages should consider

[r]

Pada hari ini Rabu tanggal Sembilanbelas bulan Oktober tahun dua ribu enam belas, mulai pukul 09.00 s/d 11.00 waktu server LPSE (10.00 s/d 12.00 WITA) bertempat di Sekretariat ULP

Bahkan bila kita amati masih banyak lagi film-filam yang dikonsumsi oleh pemirsa (mad’u) seperti film Rahasia Illahi, Demi Masa, Insyaf, Taubat, dan masih banyak lagi film yang

Salah satu alasan pentingnya partai politik ini sebagaimana disebutkan dalam konsideran Undang-undang tentang partai politik adalah bahwa partai politik merupakan

• Tujuan: pemadatan lahan agar lebih mampu menopang pertumbuhan tanaman kelapa sawit • Pemadatan jalur tanam dilakukan dengan.. menggunakan trek excavator dan dilalui beberapa

PENGARUH SELLING SKILL DITINJAU DARI PRESENTATION SKILL , KEMAMPUAN BERTANYA, KEMAMPUAN BERADAPTASI DAN PENGETAHUAN TEKNIKAL TERHADAP KINERJA TENAGA PENJUALAN (Studi Kasus pada

Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak daun pepaya, herba meniran dan rimpang kunyit, dapat meningkatkan jumlah trombosit pada tikus yang