KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun yang menjadi judul makalah ini adalah “Pengembangan Kehidupan Keagamaan Yang Sehat Dan Penanganan Kehidupan Keagamaan Yang Sakit: Tugas Dan Misi Pokok Pelayanan BKAI”
Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing ”Prof. Dr. Yahya Jaya, MA” dalam mata kuliah Bimbingan Konseling Agama Islam. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Padang, 24 Oktober 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kehidupan Keagamaan Yang sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Definisi sehat menurut pendapat para ahli yaitu sebagai berikut:1
Definisi Sehat Pender (1982). Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
Definisi Sehat Paune . Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care Aktions) secara adekual. Self care Resouces : mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Aktions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
Konsep “Sehat” dapat diinterpretasikan orang berbeda-beda, berdasarkan komunitas. Keanekaragaman kebudayaan, maka secara kongkrit akan mewujudkan perbedaan pemahaman terhadap konsep sehat yang dilihat secara emik dan etik. Sehat dilihat berdasarkan pendekatan etik, sebagaimana
yang yang dikemukakan oleh Linda Ewles & Ina Simmet (1992) adalah sebagai berikut:2
1. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani yaitu dimensi sehat yang paling nyata karena perhatiannya pada fungsi mekanistik tubuh.
2. Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada hubungan yang dekat diantara ketiganya
3. Konsep sehat dilihat dari segi emosional yaitu kemampuan untuk mengenal emosi seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk mengekspresikan emosi-emosi secara cepat
4. Konsep sehat dilihat dari segi sosial berarti kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
5. Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual yaitu berkaitan dengan kepercayaan dan praktek keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik, secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam kesendirian
Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan kesehatan pada tingkat individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat dalam masyarakat yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional.
Bimbingan Konseling Islam merupakan suatu upaya untuk membantu individu dalam mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan Konseling Islam dilakukan tidak hanya kepada individu yang terkena masalah, melainkan juga individu yang masih dalam tataran sehat.
Pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan pembinaan (pembimbingan) kesehatan mental.
Ada beberapa peran bimbingan konseling agama jika diterapkan dalam kehidupan, terutama program pengembangan kehidupan keagamaan yang sehat:3
1. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup.
Ajaran agama dapat memberikan bimbingan hidup dari masa kecil sampai dewasa, baik pribadi, keluarga, masyarakat atau hubungan kepada Allah. Maka bimbingan agama mampu memberikan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini. Apabila anak pengalaman nilai-nilai agamanya banyak maka akan menjadi pribadi yang baik ketika dewasa kelak, sebaliknya jika nilai-nilai dirumahnya jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh dari agama dan akan menjadikan kepribadian yang mudah goncang.
2. Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup.
Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan, sehingga apabila tidak berpegang pada agama, dia akan memiliki perasaan rendah diri, pesimis dan merasakan kegelisahan. Bagi orang yang berpegang teguh pada ajaran agama maka ia tidak akan mudah putus asa, tetapi mampu menghadapinya dengan tabah dan tawakal.
3. Aturan agama dapat menentramkan batin.
Agama dapat memberikan jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang mengalami gelisah, banyak orang yang tidak menjalankan perintah agama selalu mengalami gelisah dalam hidupnya, tetapi setelah menjalankan perintah agama ia mendapat ketenangan hati.
4. Ajaran agama sebagai pengendali moral
Moral adalah kelakuan yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas
kelakuan(tindakan) tersebut. Dalam masyarakat modern dewasa ini telah terjadi kemerosotan moral dan salah satu faktor penyebabnya karena kurangnya penawaran jiwa agama dalam hati dan kurangnya pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Agama dapat menjadi terapi jiwa
Agama dapat membendung dan menghindarkan gangguan jiwa, sikap, dan kesabaran yang dapat menyebabkan kegelisahan/goncangan batin. Hal ini dapat diatasi bila manusia menyesali perbuatannya dan memohon ampun kepada Tuhan. Pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membendung diri dari gangguan jiwa dan dapat mengendalikan kesehatan jiwa.
6. Agama sebagai pembinaan mental
Unsur-unsur yang terpenting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama, moral, sosial (lingkungan) yang diperolehnya. Jika di masa kecil mereka memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama, maka kepribadian mental akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Nilai agama akan tetap dan tidak berubah-ubah, sedangkan nilai sosial dan mental sering mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat.
B. Penanganan Kehidupan Keagamaan yang Sakit
Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.4
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu. Jadi definisi sehat-sakit yaitu status kesehatan seseorang terletak antara 2 kutub yaitu “sehat optimal” dan “kematian” yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak ke kutub kematian maka seseorang berada pada
area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Terapi keagamaan yang diberikan berupa bimbingan tentang konsep sehat-sakit dari sudut pandang agama, bimbingan untuk berdzikir dan berdoa. Dengan beragama yang benar, hidup menjadi lebih ikhlas atau pasrah terhadap segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan, sehingga akan terjadi proses homeostasis (keseimbangan). Semua protektor yang ada didalam tubuh manusia bekerja dengan ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pandai bersyukur sehingga tercipta suasana keseimbangan dari neuro transmiter yang ada di dalam otak.5
Didalam agama diajarkan adanya penyakit atau masalah dalam bidang kesehatan, itu dianggap sebagai sesuatu cobaan dan ujian keimanan seseorang. Oleh karena itu orang harus bersabar dan tidak boleh berputus asa, berusaha untuk mengobatinya dengan senantiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bila dikaji secara mendalam, maka sesungguhnya di dalam agama banyak memberikan tuntunan agar manusia sehat seutuhnya, baik dari segi fisik, kejiwaan, sosial maupun kerohanian. Dalam penanganan agama menganjurkan untuk melakukan meditasi atau beryoga dalam kondisi yang tepat dan mendekatkan diri pada Tuhan dengan melakukan persembahyangan atau berdoa. Sedangkan untuk pencegahan maka dianjurkan untuk mendalami ajaran-ajaran agama agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal buruk yang dapat menimbulkan sebuah penyakit.
Dalam hal penanganan kehidupan keagamaan yang sakit, bimbingan Konseling Islam sangat penting untuk diberikan, empat fungsi untuk penanganan yaitu: preventif, kuratif, preservatif, dan development.6
1. Fungsi preventif (pencegahan)
Memiliki arti membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah adalah dengan cara pemberian bantuan meliputi pengembangan strategi dan program-program pengaktualisasian diri bagi
5 M. Ustman Najati, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, (Bandung : Pustaka Hidayah. 2002), h. 36
seorang klien. Pengembangan program-program dan strategi-strategi ini dapat digunakan sebagai sarana mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi. Berhubungan dengan fungsi tersebut maka dalam bimbingan mengembangkan materi aqidah disamakan dengan materi Imaniah yaitu materi pembinaan mental dalam bentuk kepribadian dengan jalan menumbuh kembangkan kemampuan anak asuh menjadi seorang mukmin yang membentuk 6 karakter, yaitu :7
a. Karakter Robbani, Karakter yang mampu mengamalkan sifat-sifat Allah SWT sebatas kemampuan manusiawinya.
b. Karakter Malaki, yaitu; Karakter yang mampu menerapkan sifat-sifat malaikat sebatas kemampuan manusiawinya.
c. Karakter Qur’ani, yaitu; Karakter yang mampu melaksanakan nilai-nilai Al-Qur’an dalam tingkah laku nyata.
d. Karakter Rasuli, yaitu; Karakter yang mampu mengamalkan sifat-sifat rasul.
e. Karakter Hari Akhir, yaitu; Karakter yang mampu mementingkan masa depan.
f. Karakter Takdiri, yaitu; Karakter yang menghendaki kepatuhan pada hukum-hukum Allah.
Dengan keimanan inilah anak dapat mengaktualisasikan dirinya dengan cara: berlaku aktif, tawakal dan taat terhadap ajaran dan perintah agamanya. Ketaatan dan ketawakalan individu dapat menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai dan ajaran Islam. Ketaatan dan ketakwaan individu harus dibina sejak dini, sehingga individu tersebut mampu memaknai kehidupan dan nilai-nilai ajaran agamanya yang kemudian akan direfleksikan ke dalam tingkah laku sehari-harinya.
2. Fungsi Kuratif atau pengentasan.
Fungsi kuratif diartikan membantu individu memecahkan masalah yang dihadapinya. Sikap keberagamaan yang rendah pada umumnya merupakan masalah yang sering dihadapi oleh seseorang. Ketika anak melakukan tindakan pelanggaran terhadap nilai dan moral agama, orangtua
dan guru wajib mengingatkan dan memberikan bimbingan agar anak-anak mereka tidak melakukan tindakan malasuai. Berhubungan hal tersebut maka dalam memberikan bimbingan diperlukan materi syariat atau materi
Islamiah yakni pembinaan mental dalam bentuk pengembangan kepribadian dengan cara menumbuh kembangkan kepribadian muslim. kepribadian muslim ini akan mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam segala kondisi, sehingga tercipta sikap keberagamaan yang tinggi sehingga akan tumbuh lima karakter, yaitu8
a. Karakter Syahadatain, yaitu; Karakter yang membebaskan diri dari menyekutukan Allah SWT.
b. Karakter Mushali, yaitu; Karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah SWT.
c. Karakter Muzakki, yaitu; Karakter yang berani mengorbankan harta benda.
d. Karakter Sha’im, yaitu; Karakter yang mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu.
e. Karakter Hajji, yaitu; Karakter yang mau mengorbankan harta benda, waktu, nyawa untuk memenuhi panggilan Allah.
3. Fungsi Preservatif
bertujuan untuk membantu individu menjaga situasi dan kondisi semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu dapat bertahap lama (in state of good). Dalam hal ini, lebih berorientasi pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan, situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini.
Individu yang sering tidak menghargai dirinya sendiri, terbukti ketika individu merasa tidak diterima teman sebayanya, maka mereka rela melakukan apa saja, sekalipun itu sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Kecenderungan untuk tidak menghargai dirinya sendiri
merupakan indikasi sikap keberagamaan yang rendah. Sikap keberagamaan yang rendah akan sangat mempengaruhi keberagamaannya. Ketika individu sudah memandang dirinya lemah, tidak berdaya, putus asa maka mudah bagi mereka melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma agama.
Oleh karena itu, fungsi preservatif akan sangat dibutuhkan dalam membantu individu memahami keadaan yang dihadapi, memahami sumber masalah, dan individu akan mampu secara mandiri, mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Dengan kita melakukan bimbingan konseling Islam secara sungguh-sungguh maka akan menimbulkan rasa dekat kepada Allah, selain itu dapat memahami diri sendiri, baik kelebihan dan kekurangan serta situasi dan kondisi yang sedang dialami. Sehingga individu dapat memperbaiki dirinya yang kurang baik menjadi lebih baik. Inilah peran materi akhlak yang dapat menumbuh kembangkan sikap keberagamaan anak dalam memperbaiki dirinya yang kurang baik menjadi lebih baik.
4. Fungsi developmental
Merupakan fungsi bimbingan konseling Islam yang terfokus pada upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan pengembangan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap menjadi baik atau bahkan lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah. Fungsi inilah yang sangat menentukan dalam membentuk sikap keberagamaan anak dalam memelihara dan mengembangkan sikap yang tertanam mulai dari aqidah, syariat, dan akhlak pada diri anak.
Fungsi bimbingan konseling pengembangan ini, berorientasi pada upaya pengembangan fitrah manusia, yaitu sebagai makhluk Tuhan, individu, sosial/kesusilaan, dan berbudaya.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling Islam merupakan suatu upaya untuk membantu individu dalam mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan Konseling Islam dilakukan tidak hanya kepada individu yang terkena masalah, melainkan juga individu yang masih dalam tataran sehat
Manusia yang hidup dalam tataran kehidupan yang berorientasi pada kemajuan teknologi umumnya juga mengarah pada berbagai penyimpangan fitrah tersebut. Dalam kondisi penyimpangan terhadap nilai dan fitrah keberagamaan tersebut upaya bimbingan konseling Islam sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan fitrah kemanusiaan dan keberagamaannya, sehingga dengan upaya pengembangan dan pemahaman kembali atas fitrah manusia. Mereka mampu mencapai kebahagiaan yang di idam-idamkan, yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah
Faqih, Ainur Rahim, 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jogyakarta: UII Press
Jaya, Yahya. 2015. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan KE-Tuhanan Islam. Padang: Hafya Press IAIN Imam Bonjol.
Najati, M. Ustman, 2002. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, Bandung: Pustaka Hidayah.