• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESADARAN DIRI MAHASISWA AKADEMI KEPERAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KESADARAN DIRI MAHASISWA AKADEMI KEPERAW"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KESADARAN DIRI MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN X TENTANG KESIAPAN MERAWAT INDIVIDU GANGGUAN JIWA

Lina Rahmawati

Akper Saifuddin Zuhri Indramayu 082128682855/lutfi_fadilah83@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini berjudul kesadaran diri Mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu tentang Kesiapan Merawat Individu Gangguan Jiwa. Teori yang digunakan adalah konsep kesadaran diri Stuart Laraia. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Tingkat II Semester IV berjumlah 51 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dimana seluruh mahasiswa dijadikan responden penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menyebar kuisioner yang dibagikan pada sampel sebagai instrument pengumpulan data. Teknik sampling menggunakan total sampling yakni jumlah sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi berjumlah 51 orang mahasiswa tingkat II Akper Saifuddin Zuhri. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian secara keseluruhan kesadaran diri mahasiswa tingkat II Akper Saifuddin Zuhri terhadap kesiapan merawat individu gangguan jiwa adalah positif yaitu 59,9 % temuan ini menunjukan bahwa kesiapan mahasiswa dalam merawat individu gangguan jiwa sudah baik sehingga mampu menjadi penolong yang layak, dapat menjadi helper bagi individu gangguan jiwa, dan memiliki kesadaran diri baik sehingga diharapkan mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik.

(2)

Latar Belakang

Kontekstual penelitian ini berdasarkan diskusi mahasiswa Akademi Keperawatan X yang sudah beberapa kali mendapatkan perkuliahan keperawatan jiwa yaitu konsep keperawatan dan kesehatan jiwa. Stigma pasien gangguan jiwa begitu tinggi pada masyarakat, begitu juga mahasiswa keperawatan sehingga keingintahuan sejauh mana kesadaran diri mahasiswa keperawatan mengenai stigma dan kesembuhan klien gangguan jiwa.

Fenomena yang terjadi stigma pasien gangguan jiwa masih tinggi, tidak hanya dilakukan masyarakat, akan tetapi dari tenaga kesehatan perawat khususnya masih menganggap klien gangguan jiwa sulit sembuh, merepotkan keluarga, kotor dll. Untuk itu diperlukan upaya meningkatkan kesadaran diri mahasiswa keperawatan mengenai stigma sehingga diharapkan kedepannya menjadi perawat yang dapat menanamkan keyakinan bahwa klien gangguan jiwa dapat sembuh walaupun dalam keterbatasan.

Stigma merupakan factor risiko lingkungan yang sangat penting bagi survivor skizofrenia, untuk itu diperlukan pemahaman, pengalaman yang baik untuk memperbaiki stigma. Kesadaran diri individu pada individu skizofrenia erat kaitannya dengan stigma. Untuk itu penting untuk diteliti bagaimana pengalaman stigma dan kesadaran diri seseorang mengenai kesembuhan individu skizofrenia. Penelitian Zeltz (2014) mengungkapkan orang dengan tingkat kepercayaan diri lebih tinggi memiliki kesadaran diri yang kurang pada individu gangguan jiwa. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran diri dan menghilangkan stigma pada individu gangguan jiwa khususnya pada tenaga kesehatan.

Kesadaran diri merupakan keadaan seseorang secara sadar dalam melakukan identifikasi, memproses, dan sadar mengenai dirinya. Fungsi dari kesadaran diri bagi individu yaitu perhatian pada diri sendiri, evaluasi diri, pengalaman, peningkatan pengtehuan tentan diri, bagaimana mengatur diri sendiri dan kondisi mental individu tersebut. Kesadaran diri juga dapat diartikan interaksi individu, bagaimana individu menilai diri sendiri, ungkapan batin, dan citra individu terhadap dirinya sendiri (Morin Alain, 2011)

(3)

pada saat mengambil keputusan. Kesadaran diri juga berate tolak ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.

Menurut Suryati dan IKA (2004) menambahkan semakin kita mengenal diri kita maka semakin memahami apa yang dirasakan dan dilakukan. Pemahaman tersebut memberikan kesempatan atau kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita berhubungan dengan emosi, pikiran dan tindakan.

Manfaat kesadaran diri menurut (Bimo, 2008) antara lain memahami diri dalam relasi dengan orang lain, menyusun tujuan hidup dan karir, membangun relasi dengan orang lain, memahami nilai-nilai keberagaman, memimpin orang lain secara efektif, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kontribusi pada perusahaan, masyarakat dan keluarga.

Kesadaran diri sangat penting dimiliki perawat karena perawatan merupakan alat efektif dalam merawat pasin sehingga diperlukan kesadaran diri, penggunaan diri secara terapeutik melalui komunikasi terapeutik. Perawat harus menciptakan rasa percaya diri (trust) agar pasien dapat mempercayai perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatan pasien. Perawat harus dapat menggunakan dirinya sebagai penolong (helper). Salah satu cara menjadi seorang helper yaitu perawat harus memiliki kesadaran diri seperti kualitas personal, kunikasi fasilitatif, dimensi respon, dimensi tindakan dan hambatan dalam berkomunikasi.

Penelitian ini mengenai pengalaman mahasiswa keperawatan secara umum mengambarkan kesadaran dirinya dalam menghadapi klien gangguan jiwa, stigma dan kesembuhan klien gangguan jiwa. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana kesadaran diri mahasiswa keperawatan dalam menghadapi klien gangguan jiwa. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi dosen keperawatan jiwa maupun perawat dalam menanamkan keyakinan kesembuhan klien gangguan jiwa.

(4)

Pentingnya kesadaran diri seorang mahasiswa keperawatan yang kelak akan menjadi tenaga kesehatan khususnya perawat yang memiliki perilaku baik dan positif pada individu gangguan jiwa, maka diperlukan analisis mengenai kesadaran diri dan upaya untuk meningkatkan kesadaran diri tersebut agar kedepannya masalah kesehatan jiwa dapat teratasi dari berbagai lini.

Rumusan masalah

“ Bagaimana kesadaran diri mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri tentang kesembuhan individu gangguan jiwa?”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum kesadaran diri mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri tentang kesembuhan individu gangguan jiwa. Metode Penelitian

Desain penelitian adalah deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan terukur pada keseluruhan objek penelitian mengenai persepsi mahasiswa terhadap kesembuhan individu gangguan jiwa. Menurut Kriyantoro (2010) metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan dengan sistematis dan terukur. Penelitian deskriptif mampu menggambarkan fenomena pada populasi tertentu. Lokasi penelitian dilakukan di Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu.

Populasi adalah kesleuruhan objek penelitian yang berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai test, peristiwa-peristiwa dan sebagainya sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Bungin, 2001 ). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu Program DIII Keperawatan Tingkat II yang masih aktif berjumlah 51 orang.

Sampel adalah sebAgian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati (Kriyantoro, 2010). Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu keseluruhan mahasiswa tingkat II dijadikan sampel penelitian berjumlah 51 orang.

Teknik Pengumpulan Data

(5)

pimpinan Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri dan melaksanakan penelitian di pertengahan perkuliahan keperawatan jiwa semester genap tahun akademik 2016/2017. Peneliti meminta izi terlebih dahulu pada responden dan bertanya apakah seluruh responden bersedia dijadikan responden. Keempat peneliti mempersiapkan kuisioner dan melakukan penyebaran kuisioner dengan membagikan langsung pada tiap-tiap responden. Penyebaran kuisioner dilaksanakan selama 2 jam.

Tinjauan Teoritis Kesadaran diri

Kesadaran diri merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki perawat. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilaku secara pribadi maupun sebagai suber pelayanan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien termasuk keyakinan akan kesembuhan dari kondisi gangguan mental (Johari Window, 1998).

Kesadaran diri merupakan salah satu komponen dari kecerdasan emosional, kesadaran diri pada mahasiswa diperlukan untuk memahami akan pentingnya pemahaman mengenai kesembuhan individu gangguan jiwa, hasil tersebut akan dimaknai bahwa semakin tinggi kesadaran diri maka akan semakin baik (Hen & Goroshi, 2014).

Individu gangguan jiwa

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologic, dan gangguan itu hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002, Maramis, 2004).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal. Analisis data tunggal bertujuan untuk melihat gambaran secara umum bagaimana kesadaran diri mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri tentang individu gangguan jiwa.

(6)

1. Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin, usia dan budaya

Gambaran karakteristik mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu Tingkat II Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Mahasiswa Keperawatan Akper Saifuddin Zuhri

Distribusi karakteristik responden mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu Tingkat II Tahun 2017 pada table 1 menunjukan distribusi berdasarkan jenis kelamin, usia dan budaya. Distribusi jenis kelamin responden mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Tingkat II Tahun 2017 menunjukan sebagian besar adalah perempuan yaitu 30 orang (77 %). Distribusi usia adalah 19 tahun (77%). Distribusi budaya adalah jawa yaitu 30 orang (77%).

2. Kesadaran diri terkait kesiapan mahasiswa dalam merawat pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa.

Secara umum gambaran kesadaran diri mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu sebagai berikut :

Table 2 Distribusi Kesadaran Diri Mahasiswa Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri Indramayu Tingkat II Tahun 2017 dalam Merawat pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa.

No. Kesadaran Diri Kategori Frekuensi Presentase %

1 Memandang diri sendiri sebagai orang yang dipercaya serta dapat dijadikan

pegangan bagi pasien?

Positif

Negatif 336 72 %18%

(7)

Negatif 12 31 %

4 Merasa cukup stabil untuk

berpisah dengan seseorang? PositifNegatif 1821 47 %53 % 5 Dapat membiarkan diri

6 Perilaku diri tidak dianggap sebagai ancaman bagi orang

Sumber : Data Primer diolah 2017

Pada table 2 didapatkan hasil bahwa dari 8 item kesadaran diri mahasiswa mayoritas item “menerima individu/pasien sebagai seseorang yang baru terlepas dari masa lalu” memiliki persentase tinggi sebanyak 90 % sedangkan persentase terendah sebanyak 47 % pada item

“ merasa cukup stabil untuk berpisah dengan seseorang” . PEEMBAAHASAN

Karakteristik responden

Dalam penelitian ini terdapat 3 jenis karakteristik yang diteliti dengan hasil sebagai berikut : a. Jenis kelamin

(8)

Hal ini disebabkan perempuan memiliki kebutuhan afeksi tinggi, sehingga mempengaruhi pengetahuan (Sulistyo, 2013).

b. Usia

Rentang usia responden dalam penelitian ini yaitu antara 19 sampai 22 tahun. Usia responden terbanyak adalah usia 19 tahun dengan jumlah 30 responden sedangkan usia tersedikit adalah usia 20 tahun dengan jumlah 2 responden. Harlock (2007) mengungkapkan usia 21-40 tahun yaitu dewasa awal memiliki kemampuan mencapai puncak dalam menganalisis, menalar, dan berfikir kreatif sehingga pengetahuan yang didapatkan secara tidak langsung akan diterapkan. Dasilva (2015) lebih lanjut mengungkapkan bahwa pada fase dewasa awal merupakan fase yang sempurna secara pertumbuhan dan perkembangan, memiliki kemampuan keseimbangan fungsi fisiologis, dan mampu dalam bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sosial, moral dan intelektual serta mengalami perubahan secara kognitif dan emosional. Semakin cukup usia seseorang, maka semakin meningkaat kemampuan, pengetahuan dan kekuatan seseorang, dan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang lebih dewasa mempunyai kecenderungan lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi dusianya.

c. Budaya

Budaya yang dimiliki oleh responden 77 % adalah Jawa. Menurut Pamadhi (2008) Budaya merupakan satuan pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan yang bersifat relatif; bergantung pada kemampuan manusia dalam belajar dan menyebarkannya ke yang lain. Budaya juga dapat diartikan sebagai kebiasaan dari kepercayaan, tatanan sosial dan kebiasaan dari kelompok ras, kepercayaan atau kelompok sosial. Menurut Zuhriy (2011) mengungkapkan bahwa budaya merupakan suatu kompleks dari ide ide, gagasan, nilai nilai, norma peraturan dan sebagainya, budaya juga sebagai wujud kompleks aktivitas, kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan budaya juga sebagai benda benda hasil karya manusia sehingga budaya seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang untuk menjalankan sehari hari.

Kesadaran Diri

Hasil kesadaran diri mahasiswa Akper Saifuddin Zuhri Indramayu Tingkat II Tahun 2017 dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 2 didapatkan bahwa :

(9)

Mahasiswa yang memandang diri sebagai orang yang dipercaya serta dapat dijadikan pegangan bagi pasien berjumlah 33 responden (72 %) sedangkan yang tidak memandang diti sebagai orang yang dipercaya serta dapat dijadikan pegangan bagi pasien berjumlah 6 orang (18 %). Menurut Watloly (2001) kesadaran diri merupakan fikiran positif yang membangun sikap dan tanggung jawab pada diri seseorang. Kesadaran diri melahirkan kemajuan berfikir dan mampu memimpin dirinya. Lebih lanjut Irianto (2011) menambahkan orang yang memiliki kesadaran diri akan kompeten dalam melaksanakan suatu tugas dengan penuh kedisiplinan dan tanggung jawab. Mahasiswa yang memiliki kesadaran diri akan mampu bertanggung jawab terhadap pasien, bersikap dan berfikir positif pada pasien gangguan jiwa, dan mampu memimpin dirinya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan baik.

2. Merasa Cukup Ekspresif

Mahasiswa yang merasa cukup ekspresif berjumlah 27 responden (69%) sedangkan yang tidak merasa cukup ekspresif berjumlahh 12 responden (31%). Menurut Isac Kerlow (2009) ekspresi wajah merupakan gambaran kepribadian/karakter seseorang. Kepribadian baik digambarkan dengan mudah senyum, ceria, dan riang gembira. Nilai kepribadian seseorang disampaikan melalui ekspresi. Mahasiswa yang merasa memiliki ekspresi cukup maka diharapkan memiliki kepribadian yang baik, mudah senyum, dan ceria pada pasien gangguan jiwa, sehingga pasien merasa senang pula.

3. Berfikir Positif

Mahasiswa yang bersikap positif, hangat, perhatian, menyukai, menaruh perhatian dan respek pada pasien gangguan jiwa sebanyak 34 responden (87%) sedangkan yang tidak 5 responden (13 %). Menurut Azwar (2007) sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap juga merupakan reaksi atau objek (Notoatmodjo, 2003). Mahasiswa yang memiliki sikap positif diharapkan memiliki perilaku positif pada pasien dan siap dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

4. Merasa Cukup Stabil untuk Berpisah

(10)

21 responden (53%). Menurut Arikunto (2001) kestabilan seseorang untuk berpisah salah satunya dipengaruhi oleh kesiapan mental. Kesiapan mental adalah kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan hasil dari tumbuh kembang sepanjang hidup dan pengalaman hidup sehari-hari. Mahasiswa yang merasa cukup stabil berati memiliki kesiapan mental yang baik dalam menghadapi perpisahan.

5. Membiarkan Diri Sepenuhnya Masuk dalam Urusan Orang Lain dan Menerima Apa Adanya

Mahasiswa yang membiarkan diri sepenuhnya masuk dalam urusan orang lain dan menerima apa adanya berjumlah 28 responden (72%) sedangkan yang tidak berjumlah 11 responden (28%). Membiarkan diri sepenuhnya masuk dalam urusan orang lain dan menerima apa adanya dapat diartikan empati. Menurut Johnson (dalam Sari dan Elisa, 2003) adalah kecenderungan untuk memahami kondisi atau keadaan pikiran orang lain. Seseorang yang berempati digambarkan sebagai individu yang toleran, ramah, mampu mengendalikan diri dan humanistik. Mahasiswa yang dapat menerima pasien apa adanya diartikan memiliki empati sehingga mampu memahami apa yang dirasakan pasien , toleran, ramah dan mampu mengendalikan diri.

6. Menganggap dirinya bukan ancaman bagi orang lain

Mahasiswa yang menganggap dirinya bukan ancaman bagi orang lain berjumlah 31 responden (80%) dan yang tidak berjumlah 8 responden (20%). Menganggap diri bukan ancaman bagi pasien dapat diartikan membuat pasien aman dan nyaman. Kenyaman1.an adalah keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistic. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada individu Kolcaba 2003). Mahasiswa yang menganggap dirinya bukan ancaman, maka akan berusaha membuat pasien nyaman, memenuhi kebutuhan dasar sehingga pasien merasa sejahtera. 7. Membebaskan Diri dari Perasaan Terancam dan Perasaan Negatif

(11)

Stigma tidak boleh sedikitpun doberikan pada pasien gangguan jiwa, apalagi petugas kesehatan/perawat. Stigma harus dihapuskan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat sembuh.

8. Menerima pasien sebagai individu baru yang terlepas dari masa lalu

Mahasiswa yang menerima pasien sebagai individu baru dan terlepas dari masa lalunya berjumlah 35 responden (90%) sedangkan yang tidak 4 responden (10%). Menurut Sullivan (1971) dalam Suryani (2005) seorang perawat harus mampu menjadi seorang helper yang efektif memiliki kemampuan menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima, maka akan merasa aman dalam menjalin hubungan. Mahasiswa harus dapat menerima pasien apa adanya terlepas dari kehidupan masa lalu.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini antara lain :

a. Sebagian besar besar mahasiswa memandang dirinya dapat dipercaya dan dijadikan pegangan bagi pasien

b. Sebagian besar mahasisa merasa cukup ekspresif

c. Sebagian besar mahasiswa memiliki sikap positif, hangat, menaruh perhatian dan respek pada pasien gangguan jiwa dengan kategori 33 responden (82 %)

d. Sebagian besar mahasiswwa membiarkan diri sepenuhnya masuk dalam urusan orag lain (pasien) dan menerima apa adanya dengan kategori 27 responden (69 %)

e. Sebagian besar mahasiswa menganggap dirinya bukan ancaman bagi orang lain dengan kategori 34 responden (87 %)

f. Sebagian besar mahasiswa dapat membebaskan dari perasaan terancam dan penilaian negative pada pasien 28 responden (72 %)

g. Sebagian besar mahasiswa menerima pasien sebagai individu baru dan terlepas dari masa lalunya dengan kategori 35 responden (90 %).

Saran

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti, maka peneliti memberikan saran : 1. Magi mahasiswa keperawatan

(12)

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Institusi pendidikan keperawatan dapat mengembangkan kurikulum keperawatan jiwa khususnya mengenai konsep diri mahasiswa dalam kesiapan merawat pasien gangguan jiwa. Mahasiswa tidak memberikan stigma pada pasien gangguan jiwa.

3. Persatuan perawat nasional Indonesia

Organisasi perawat nasional dapat memberikan sosialisasi terkait stigma dan kesembuhan pasien gangguan jiwa pada petugas kesehatan khususnya perawat. Perawat tidak boleh memberikan stigma negatif pada pasien dan menanamkan keyakinan kesembuhan.

4. Peneliti lain

Peneliti diharapkan mampu mengembangkan penelitian terkait upaya menurunkan stigma dan meningkatkan upaya kesembuhan pasien gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Aedil Muhammad, dkk. 2013. Perilaku Petugas kesehatan dalam Perawatan pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS.

Anthony WA. 1993. Toward a Vision of Recovery for Mental Health and Psychiatric Rehabilitation Services. Psychosocial Rehabilitation Journal. Vol 16 (4); 11-23

Ariwidiyanto, Dedy. 2015. Hubungan antara Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif dengan Sikap Perawat pada Pasien Skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta. Skripsi Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Universitas Airlangga.

(13)

Da Silva Pereira, Belarmino. 2013. “Pengaruh Kompetensi dan Kompensasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat di Hospital Nacional Guido Valadares Timor Leste. Tesis Manajemen di Universitas Padjajaran Bandung.

Giorgi, A & Giorgo, B. 2008. Phenomenology in J.A. Smith (Eds). Qualitative Psychology : A Practical Guide to Research Methode (pp.26-51). London : Sage Publication

Goleman, D. 2000. Working With Emotional Intelligence. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Goleman, Daniel.2001.Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi (terjemahkan oleh Widodo). Jakarta: PT. Gramedia

Hen, M., & Goroshi, M. (2014). Self effficacy, emotional intellegence, GPA and academic procrastination in higher education. Eurasian Journal of Social Sciences , 2 (1), 1-10.

Hurlock B.E, 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Irianto Agus. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Grasindo

Kerlow, Isaac. 2009. The Art of 3D Computer Animation and Effects. New Jersey: Jhon Willey & Sons, Inc

Kriyantono, R. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Pubic Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana.

Kriyantono, Rachmat. 2010.

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.

Martina , Adinda Devi. (2012). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Status Nutrisi Dengan Kejadian Anemia Pada Pasien Tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran: Universitas Diponegoro.

Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta : FK Unika Atmajaya.

Maslim. R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 58-65

(14)

Rahmawati, Lina. 2015. Pengalaman Survivor Skizofrenia dalam Proses Recovery di Kersamanah Kabupaten Garut. Bandung : Unisba.

Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Skinnet, B. F. (1974, reprinted 1993). About behaviorism. London: Penguin

Stuart dan Laraia, 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 8 Th Edition. St. Louis : Mosby.

Suryani . 2013. Pengalaman Penderita Skizofrenia tentang Proses Terjadinya Halusinasi. Bandung : Jurnal Keperawatan Paadjadjaran Volume 1 No. 1 Hal 1-9

Suryati P, dan Ika N P. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akutansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Suryati P, dan Ika N P. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 2, September 2004: 260 – 281.

Walgito, Bimo. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

Watloly, Aholiab. 2001. Tanggung Jawab Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Karakteristik  Mahasiswa  Keperawatan  Akper  Saifuddin  ZuhriIndramayu Tingkat II Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Lamlagang Cabang Banda Aceh, maka terangkumlah sebuah tulisan yang berbentuk laporan kerja praktik (LKP) dengan judul “P rosedur Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Dalam umpan balik negatif terdapat kategori jenis umpan balik yang didasarkan atas jenis besaran sinyal output yang diambil (tegangan atau arus) dan cara pengembaliannya secara

h. Untuk mendiseminasikan hasil dan meningkatkan mutu penelitian, ketua pelaksana kegiatan penelitian diwajibkan mempresentasikan hasil penelitan dalam seminar yang

If this message is not eventually replaced by the proper contents of the document, your PDF viewer may not be able to display this type of document.. You can upgrade to the

Sejalan dengan apa yang dikatakan Wulansari, Pangaribuan (2017, hlm. 23) berpendapat bahwa keluarga tidak hanya memandang anak sebagai wadah dari semua harapannya, tetapi

Akulturasi Budaya untuk Akselerasi Pembauran Kebangsaan - Erham Budi Wiranto | 7 Akulturasi budaya dalam arti penyesuaian antar budaya dalam konteks Yogyakarta lebih

Dengan demikian, dibutuhkan konstruksi pelindung pilar jembatan yang dapat menahan benturan material pada saat terjadi banjir bandang. Ada beberapa pertimbangan pemilihan

Melakukan pengawasan dan penindakan serta penanggulangan terhadap WNA dan pemukim gelap yang melanggar ketentuan Keimigrasian di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan