• Tidak ada hasil yang ditemukan

51984298 Teori Pembelajaran tuntas. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "51984298 Teori Pembelajaran tuntas. docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Pembelajaran

mastery learning

June 30, 2009 By: Edie SOESILO Category: Latihan

A. PENGERTIAN BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)

Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%. Bloom (1968) mengidentifikasi adanya lima variabel yang sangat penting dalam program mastery learning, yaitu: kualitas pembelajaran, kecakapan untuk memahami pelajaran, ketekunan, waktu, dan kecerdasan. Menurut Bloom (1968) didasarkan atas hasil kajiiannya menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki kecerdasan yang tinggi dapat mengerjakan secara baik setiap tugas yang diberikannya, bahkan ia dapat terlibat belajar walaupun untuk bahan ajar yang sangat komplek, sedangkan peserta didik yang memiliki kecerdasan yang rendah hanya dapat mempelajari bahan ajar yang sederhana sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan John Carroll (1963) menjelaskan bahwa jika kondisi peserta didik memiliki kecerdasan yang berdistribusi normal dan mereka memperoleh kualitas pembelajaran dan jumlah waktu belajar yang sama maka pengukuran hasil belajar akan menunjukan distribusi normal pula. Menurutnya, bahwa kecerdasaan dan jumlah waktu belajar merupakan persyaratan bagi peserta didik untuk dapat memperoleh hasil belajar secara tuntas.

Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan

penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi. Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :

1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.

2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial.

Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran.

Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :

(2)

2. Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan yang optimaldan tepat

B. CIRI-CIRI BELAJAR TUNTAS

a. Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar.

b. Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.

c. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya. d. Model Carroll, Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.

e. Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiaisi pula.

C. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR TUNTAS

Para pengembang konseb belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran

b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.

c. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut.

d. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.

e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan. f. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.

D. PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS

Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa mengguanaakan strategi belajara tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan prosedur belajar tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi, menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan

petunjuk awal.

Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:

? Kegiatan orientasi

(3)

orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka waktu satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah dirancang, lalu melanjutkan dengan pra test.

? Kegiatan belajar mengajar

? Guru mengenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan cara:

Memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arati dan car mempergunakannya untuk kepentingan belajar.

Mengajukan pertanyaan yang menonjolkan isi bahan yang disajikan. Mengajukan topik umum/konsep umum yang akan dipelajari.

? Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan standar kelompok. Tujuannya adalah menjelaskan apa yang akan dilakuakan siswa dalam kegoiatan kelompok.

? penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. Guru menyampaikan pelajaran sambil memberi peringatan secara periodik untuk menarik perhatian siswa.

? Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum. Tes dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai diajarkan.

? Menetapkan siswa yang hasil pelajarannya telah memuaskan. Mereka diminta untuk membantu temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas pengayaan bahan baginya sendiri.

? Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa ang hasil belajarnya belum memuaskan. ? Menetapkan siswa yang hasil belajaranya memuaskan.

? Penentuan tingkat penguasaan bahan

Setelah satuan pengajaran selesai diberikan, diadakan tes sumatif, dan diperiksa oleh temannya sendiri berdasarkan petunjuk guru. Mereka sendiri yang menentukan tingkat penguasaan bahan berdasarkan kriteria penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

? Memberikan atau melaporkan tingkat penguasaan setiap siswa yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengayaan mereka, bahan yang sudah dikuasai ditandai dengan M (mastery) dan yang belum dikuasai ditandai dengan NM (non mastery)

? Pengecekan keefektifan seluruh program

Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai dengan hasil yang dicapai siswa, yakni persen siswa yang mampu tingkat mastery (standar A). Ada dua cara untuk menetukannya yang dapat

dilakukan oleh guru:

• Membandingkan hasil yag dicapaioleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain.

• Membuat hipotesis tentang hasil belajar, lalu dibuktikan berdasar hasil belajar kelas (membandingkan tes awal dan tes akhir).

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BELAJAR TUNTAS ? Keunggulan belajar tuntas

Strategi belajar tuntas memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

? Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangakn diri, dan memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.

? Sesuai dengan psikologi belajra modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual dan belajar kelompok.

? Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni menguasai bahan ajar secara tuntas.

(4)

? Penilaian yang dilakukan mengandung nilai obyektifitas yang tinggi karena penilaian dilakukan oleh guru, teman dan diri sendiri.

? Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu dibantu oleh guru dan temannya.

? Berdasarkan perencanaan yang sistematik.

? Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing iindividu. ? Berusaha menutupi kelemahan-kelemahan strategi belajr yang lain.

? Mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus bekerjasama secara efektif sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal.

? Kelemahan belajar tuntas

? Sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan.

? Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu semester. ? Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.

? Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.

? Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang ditetapkan. ? Diberlakukannya sistem ujian (EBTA atau EBTANAS) yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian.

F. VARIABEL MASTERY LEARNING

? Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran

? Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta

pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.

? Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas

penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar

? Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

G. PRINSIP-PRINSIP UTAMA PEMBELALARAN TUNTAS

1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,

2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback,

3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,

4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)

DAFTAR PUSTAKA

(5)

• Rancang Bangun Konsep Teknologi Pendidikan – ttp://re-searchengines.com/ ishak1108.html • Mastery learning - http://one.indoskripsi.com/node

• Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.

• Suwatno, Dr, M.Si. 2008, Mengatasi kesulitan belajar melalui klinik pembelajaran :

Disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Pengembangan Teaching Klinik bagi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Januari 2008

• Suratin GM, Drs. 2000. Pengaruh pendekatan andragogi mastery learning secara terpadu terhadap prestasi belajar mahasiswa penyetaraan D II PGSD guru kelas pada mata kuliah evaluasi pengajaran : Lemlit UT

oleh :

Wahyudi 1102407033 Muhammad Anis 11024070 Muhammad Uwitanto 11024070 Edi Susilo 1102407039

pembelajaran kontekstual

June 23, 2009 By: 5afryan Category: Uncategorized

A. Latar belakang

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika Read the rest of this entry →

Makalah Pembelajaran Proses

May 26, 2009 By: 5khoirul_hariwibowo Category: Uncategorized

MAKALAH KELOMPOK 2

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

Mata Kuliah : Teori Pembelajaran Pengampu : Heri Triluqman BS

Disusun oleh :

Khoirul Hariwibowo (5101407032)

Rahmat Febrianto (5101407017)

Ra. Ajeng Rengganis DP (7101407126 ) Hera ( 7101407100)

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum yang digunakan sekarang ini yang berorientasi pada materi dan tujuan nampaknya sudah tidak sesuai lagi. Perlu ditambahkan suatu pemikiran yang berbeda, yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh oleh pembelajar untuk

mengembangkan dirinya, untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan fakta dan konsep yang yang tidak banyak, tapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasai dan/atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Namun pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak justru dapat menghambat kreatifitas siswa.

Dalam suatu proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar dientukan oleh peran dan

kompetensi guru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan

penlaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian

diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa, di dalam kelas ataupun kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk siswa yang pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan

memuaskan, atau sebaliknya.

Jadi, jelas bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah penilaian keterampilan proses atau pendekatan ketrampilan proses. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingakatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

BAB II

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

A. Pengertian Keterampilan Proses

(7)

Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan pembelajaranyang menekankan pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untukmengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilaiyang dilakukan oleh murid dalam proses

pembelajaran.

Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.

B. Tujuan Keterampilan Pros

Tujuan pembelajaran proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga bukan sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas, pada keterampilan proses, guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuwan.

Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.

C. Rasional Keterampilan Proses

Pendekatan pembelajaran proses karena dengan pendekatan pembelajaran proses diharapkan siswa dapat mengalami sendiri tentang materi yang disampaikan dengan berinteraksi langsung dengan obyek nyata atau sebenarnya sehingga siswa dapat membuat kesimpulan sendiri.

Conny Setiawan mengemukakan empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:

a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh kongkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental.

c. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bias gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena I tu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.

(8)

D. Kemampuan Dasar dalam Keterampilan Proses

Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut pengamatan, tidak menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu

menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.

Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan(Conny Setiawan, 1987:17-18). Senada dengan kemampuan dasar yang diajukan di atas, Sriyono membuat suatu daftar keterampilan proses yang diikuti oleh indicator-indikator.

Ketrampilan Proses INDIKATOR

1 Mengajukan pertanyaan 1 Bertanya mengapa, apa, dan bagaimana 2 Bertanya untuk meminta penjelasan

3 Bertanya yang berlatar belakang hipotesis

2 Mengamati 1 Menemukan fakta yang relevan dan memadai 2 Menggunakan sebanyak mungkin indra

3 Menafsirkan/pengamatan 1 Mencatat setiap pengamatan secara terpisah 2 Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah

3 Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan

4 Meramalkan 1 Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengatur alat/bahan 1 Menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman langsung 6 Merencanakan penelitian 1 Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian

2 Menentukan variable-variabel

3 Menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah 4 Menentukan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis

5 Menentukan cara dan langkah-langkah kerja 6 Menentukan bagaimana mengolah pengamatan

7 Menerapkan Konsep 1 Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru

2 Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 8 Berkomunakasi 1 Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

2 Menjelaskan hasil penelitian 3 Mendiskusikan hasil penelitian

4 Menggambarkan data dengan grafik, table, atau diagram

Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan atau keterampilan beserta kata kerja operasional dari masing-masing kemampuan atau keterampilan tersebut. 1. Mengamati

(9)

2. Menggolongkan ( mengklasifikasikan )

Yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep yang akan digolongkn sebagai dasar penggolongan.

Kata kerja operasional : mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan ( menginterpretasikan )

Yaitu keterampilan proses menafsiran sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen yang telah kita lakukan.

Kata kerja operasional : menafsir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan.

4. Meramalkan ( memprediksi )

Yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi yang ada.

Kata kerja operasional : mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi.

5. Menerapkan

Yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori,

keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati.

Kata kerja operasional : menggunakan ( informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori, sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi ), menghitung, menentukan variable, mengendalikan variable, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.

6. Merencanakan penelitian

Yaitu keterampilan yang amat penting karena menentuken berhasil tidaknya penelitian.

Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian, sumber dat atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.

Kata kerja operasional : menentukan massalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.

7. Mengkomunikasikan

Yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.

Kata kerja operasonal : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan, meragakan, mengungkapkan, melaporkan ( dalam bentuk lisan, tulisan, gerak atau penampilan ). Keterampilan proses memerlukan latihan atau penggunaan secara terus menerus agar dapat dimiliki oleh siswa. Perkembangannya berlangsung sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu lama. Oleh karana itu, penelitian kemampuan keterampilan proses tidak perlu dilakukan pada tiap pembelajaran, tetapi bias sekali atau dua kali dalam satu semester untuk melihat

(10)

E. Penilaian Keterampilan Proses

Penilaian merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa secara keseluruhan, baik dalam bidang pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun keterampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai tolak ukur maupun pengambilan keputusan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar. Untuk maksud tersebut, guru perlu mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun

terhadap hasil belajar siswa. Penilaian proses ( Usman, 1999 ) dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara non tes dengan menggunakan lembar pengamatan. Agar tidak memberatkan guru, pelaksanaanya dapat dilakukan secara bertahap lima orang siswa, begitu seterusnya sampai seluruh siswa mendapat giliran. Hal ini dilakukan oleh guru pada waktu siswa sedang belajar.

Dalam menentukan atau membuat lembar pengamatan, perlu memperhatikan hal-hal berikut. a. menentukan keterampilan yang akan diamati

b. membuat criteria penilaian untuk masing masing keterampilan.

Penilaian terhadap keterampilan proses dapat pula dilakukan dengan tes tertulis, namun tidak menjangkau semua kemampuan, karena menggunakan indera pendengaran dan perabaan tidak mungkin diliai dengan tes tertulis. Di samping itu, penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dengan tes perbuatan, tetapi dalam hal ini diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai tingkah laku yang diharapkan.

BAB III PENUTUP

Jadi pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.Yang sebelumnya harus telah memiliki kemampuan-kemampuan dasar.Kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa diantaranya adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.

Dan proses yang tidak kalah pentingnya dalam pendekatan proses adalah penilaian.Dengan melakukan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat digunakan sebagai tolak ukur. Peran guru dalam pelaksanaan penilaian keterampilan proses adalah selaku pengamat yang menentukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung ( untuk alat ukur non tes ) baik siswa perindividu maupun untuk seluruh siswa dalam satu kelas. Guru dapat melakukan penilaian keterampilan proses sebanyak dua atau tiga kali dalam satu semester.

portofolio

(11)

No Comments →

teori perkembangan kognitif piaget

April 14, 2009 By: 05triwibowo Category: Uncategorized

pembelajaran kontekstual

June 23, 2009 By: 5afryan Category: Uncategorized

A. Latar belakang

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.

Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

(12)

pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.

Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),

menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

(13)

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Kontekstual

Menyandarkan pada pemahaman makna.

Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).

Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional

Menyandarkan pada hapalan

Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

Perilaku dibangun atas kebiasaan.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.

Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

(14)

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran Lakukan refleksi di akhir pertemuan

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. Inquiry

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning (Bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Tukar pengalaman.

Berbagi ide

5. Modeling (Pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection ( Refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari.

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Penilaian produk (kinerja).

(15)

H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Kerjasama

Saling menunjang

Menyenangkan, tidak membosankan Belajar dengan bergairah

Pembelajaran terintegrasi Menggunakan berbagai sumber Siswa aktif

Sharing dengan teman Siswa kritis guru kreatif

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

Nyatakan tujuan umum pembelajarannya. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

di susun oleh kelompok pembelajaran kontekstuAl

(16)

septi

yulika

nurul fajar,

Selasa, 22 April 2008

Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123).

Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti “pembelajaran berdarkan proyek (project-based instruction)”, ” pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction)”, “belajar otentik (authentic learning)” dan ”pembelajaran bermakna (anchored instruction)”.

2. Ciri-ciri khusus Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Arends (2001 : 349) berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, & soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992, 1994; Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990).

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prisip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

(17)

berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pada pelajaran ”Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makaah.

e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir.

3. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berda- sarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemam -puan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 : 7).

Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(18)

memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah berikut.

Tahap

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan

masalah yang dipilih.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber: Ibrahim, 2000 : 13).

Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:

a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

b. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/ percobaan.

Referensi

Dokumen terkait

Uraian materi I ini membahas tentang tinjauan ulang materi yang pernah di bahas pada modul sebelumnya. Materi pertama adalah membahas tipe data dasar pada Turbo Pascal. Tipe dasar

Eksperimen Pembuatan Kastengel dengan Substitusi Tepung Ceker Ayam sebagai Upaya Peningkatan Gizi.. Universitas

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT

Coelogyne asperata Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinsi Gula Dan Air Kelapa” untuk mendapatkan media komposisi yang baik bagi pertumbuhan bibit3. anggrek C.asperata dalam botol,

Gambar 5b dan Gambar 5c terlihat agak datar pada interval frekuensi 10 Hz sampai 1000 Hz, hal ini menunjukan suatu DC konduktivitas yang berarti konduktivitas komposit (AgI) 0,3 (

H02b : µ2bPK = µ2bMA, artinya tidak terdapat perbedaan harapan pemberi kerja tentang kompetensi mahasiswa akuntansi dengan kompetensi mahasiswa akuntansi mengenai akun-akun

Tujuan penelitian ini adalah merancang bahan ajar berbasis augmented reality menggunakan android sebagai sarana untuk pembelajaran bangun ruang bidang datar

1) Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Apabila kebijakan dividen meningkat maka nilai perusahaan juga meningkat. Hal ini