BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1KAJIAN TEORI 2.1.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran
2.1.2 Model Jigsaw
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dsb. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan
sumbangsaran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misal, topik yang disajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi maka kelompok terbagi menjadi 4. Jika dalam satu kelas ada 40 orang maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok heuristik, kelompok kritik, kelompok interpretasi, dan kelompok historiografi. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompokasal).Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan menerima materi tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam kelompok heuristik memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam
2.1.2.1Tujuan Model Jigsaw
Model yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk dari Universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk ini mempunyai tujuan:
1. Mengembangkan kerja sama tim (kelompok) 2. Mengasah ketrampilan belajar kooperatif
3. Menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak bisa diperoleh jika mempelajarinya sendirian.
2.1.2.2Langkah Pelaksanaan Model Jigsaw
2. Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
3. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap
subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang berbeda.
4. Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
5. a). Belajardan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya. b). Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
6. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi/pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw” tadi kepada temannya.
7. Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
2.1.2.3Kelebihan model jigsaw
Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari model jigsaw sebagai berikut.
1. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif
2. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa
3. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa
Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
2.1.2.4Kelemahan model jigsaw
1. Guru dan siswa kurang terbias dengan model ini karena masih terbawa kebiasaan menggunakan model konvensional, dimana pemberian materi
terjadi secara satu arah.
2. Memerlukan waktu yang relatif lama. 3. Tidak efektif untuk siswa yang banyak
4. Memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat dari guru 5. Memerlukan persiapan yang matang
2.1.3 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.3.1Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Drs. Slameto :2) Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan“belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”
Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”. Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman”
Menurut R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk memeproleh
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.
2.1.3.1.1 Prinsip Belajar
Setelah Anda memahami pengertian belajar, coba Anda pikirkan mengenai
prinsip belajar. Dalam hal ini yang Anda pikirkan apa asas belajar itu. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari 2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup 4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai
any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that
occurs as a result of experience
7. Bertujuan dan terarah.
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
2.1.3.2.Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian
Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan“belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari
pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Dimana hasil belajar yang meningkat dari yang sebelumnya rendah menjadi tinggi melalui proses proses yang sudah dilaksanakan oleh siswa dengan baik.)
2.1.4 Penelitian Relevan
PTK oleh Martiningsih (2006) “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA kelas Menggunakan Model Jigsaw kelas IV di SDN Padang tahun pelajaran 2011/2012” di Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudahdilakukan oleh beberapa tenaga pendidikan yang menggunakan model jigsaw dalam perbaikan pembelajaran salah satunya adalah Martiningsih (2006) di SD Negeri 1 Padang Panjang Kelas IV, dalam penelitian tindakan kelas tersebut disimpulkan bahwa Penggunaan metode jigsaw akan meningkatkan hasil belajar sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.dalam PTK ini akan sama-sama akan meneliti hasil belajar siswa dengan menggunakan model Jigsaw.
PTK oleh Zauri “Penerapan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester I Pada Pokok Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010” Kesimpulan Dalam PTK ini adalah hasil belajar siswa meningkat dengan penggunakan model Jigsaw. PTK ini sama-sama membahas hasil belajar siswa dengan menggunakan model Jigsaw
2.1.5 Kerangka Berfikir
pembelajaran, siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering ribut dalam kelas.
Dari masalah yang telah ditemukan peneliti, maka tindakan yang akan dilakukan antara lain :
1. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelasV SDN Dukuh 03 Salatiga. Setelah dilakukan penanganan atau perlakuan khusus berdasarkan masalah-masalah yang di uraikan di atas, maka terjadilah perubahan terhadap diri siswa. Siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran juga berjalan lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru dengan demikian suasana dalam kelas menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga dapat meningkatkan hasil belajar karena dengan penggunaan model yang menarik menjadikan siswa lebih tertarik dan juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Pada KD energi
Kondisi Akhir Meningktkan
Hasil belajar
2.1.6 HIPOTESIS TINDAKAN