Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Muhammad Priyatna, M.Pd.I
Disusun oleh: Putri Fadillah NIM : 201421009
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
Jl. Raya Dramaga Km 7, Bogor Tlp. (0251) 8625187
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah Swt, karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Psikolinguistik Silvia Marni, M.Pd. yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menulis makalah ini, dan juga kepada pihak-pihak yang telah medukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis telah menyelesaikan makalah ini sesuai dengan kemampuan, namun penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran, guna membangun kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, 27 November 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Batasan Masalah...1
C. Tujuan...2
D. Kegunaan Penulisan...2
E. Sistematika Penulisan...2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Belajar...3
B. Teori-Teori Belajar...4
1. Koneksionisme...4
2. Pembiasaan Klasik...5
3. Pendekatan Behavioral dan Kognitif...6
4. Pendekatan Pemrosesan Informasi...7
5. Pendekatan Kontruktivis Sosial...8
C. Perwujudan Prilaku Belajar...10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...13
B. Saran...13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal–hal yang sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Maka dari itu pendidik harus bisa menjadi teladan yang baik, pendidik juga dituntut untuk menguasai kondisi kelas. Oleh karena itu, sebagai pendidik kita mempelajari teori belajar. Teori-teori tersebut bertujuan mempermudah guru dalam mengajar peserta didiknya.
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah di tulis sebagai kerangka dari materi yang akan kita bahas. Berikut adalah batasn masalahnya:
1. Definisi Teori Belajar
2. Macam-Macam Teori Belajar
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan infornasi tentang:
1. Mengetahui Definisi Teori Belajar
2. Mengetahui Macam-Macam Teori Belajar
3. Mengetahui Definisi Teori Belajar Pendekatan Behavioristik dan Kognitif 4. Mengetahui Perubahan-Perubahan Perilaku dalam Belajar
Makalah ini juga bertujuan untuk proses pembelajaran di dalam kelas untuk mendukung penyerapan informasi sebanyak-banyaknya.
D. Kegunaan Penulisan
Kegunaan penulisan ini adalah :
1. Untuk penyusun sendiri, merupakan suatu kebanggaan tersendiri
dimana penyusun mampu menggali mengenai Pemahaman tentang bakat. 2. Sebagai bahan presentasi.
3. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang insya Allah bermanfaat bagi kita semua, serta memberikan konstribusi keilmuan dan referensi bagi dunia akademis.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari III BAB, yang masing-masing babnya terdiri dari sub bab sebagai penjelasan dari setiap babnya. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Pembahasan, pengertian teori belajar, macam-macam teori belajar, dan perwujudan perilaku belajar.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Menurut Kerlinger dalam Sugiyono dan Hariyanto1, teori merupakan
sebuah konsep atau definisi yang menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu dari sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan cara menghubungkan berbagai variabel yang ada didalamnya.
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.2
Teori-teori belajar yang dikembangkan beberapa tokoh telah mengalami tingkat perkembangan yang sangat pesat. Masing-masing tokoh memiliki dasar dan sudut pandang yang berbeda sesui dengan latar belakang keilmuannya. Banyaknya teori belajar dan pembelajaran tersebut secara garis besar terbagi tiga kelompok besar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik. Pengelompokkan teori-teori belajar tersebut lebih menekankan perbedaan pada sudut pandang tejadinya proses belajar pada individu.3
1 Sugiyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 27
2 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 145
B. Teori-Teori Belajar
1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen trondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Thorndike adalah seorang pendidik dan psikolog berkebangsaan Amerika. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Wesleyan (1895), program magister dari Harvard (1896), hingga ahirnya meraih gelar doktor di Columbia (1898)4.
Terkait dengan belajar, menurutnya belajar merupakan peristiwa terbetuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respons adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen “kucing lapar” yang dimasukan dalam sangkar, yang dinamai puzzle box, diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat, serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu5.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trials dan error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum tertentu. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut dengan tori belajar koneksionisme atau teori asosiasi6.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan in diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.
4 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, hal 138
5 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, hal 138
a. Hukum kesiapan
Hukum ini menyatakan bahwa semakin siap individu untuk memperoleh dan melakukan perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku tersebut menimbulkan kepuasan pada individu tersebut dan akan cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan
Hukum ini mnytakan bahwa semakin sering sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan maka asosiasi yang terbentuk semakin kuat.
c. Hukum efek
Hukum ini menyatakan bahwa hubungan stimulus respon akan diperkuat apabila akibatnya menyenangkan dan akan ditinggalkan bila hasilnya tidak menyenangkan tidak memuaskan.7
2. Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).8
Pavlov melakukan eskperimen dengan menggunakan anjing, daging, dan bel. Ia melakukan kombinasi deging sebagai perangsang asli atau US (unconditional stimulus) dengan bel sebagai perangsang netral (neutral stimulus) yang menjadi simulus bersyarat, yaitu kombinasi daging dan bel atau CS (conditioning stimulus), bersamaan secara berulang-ulang sehingga memunculkan
7 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 150-151
reaksi yang diinginkan, yaitu munculnya air liur anjing atau CR (conditioning respons), meskipun hanya mendengar bunyi bel.9
Hasil eksperimen Pavlov tersebut memunculkan teori yang disebut dengan Teori Classical Conditioning (pengkondisian klasik). Artinya, stimulus-stimulus alami untuk menghasilkan respons-respons yang diinginkan dan dikondisikan. Dengan demikian, dalam proses belajar dengan tingkah laku sebagai ukuran keberhasilannya dapat dilakukan melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan (Conditioning Process).10
3. Pendekatan Behavioral dan Kognitif
Belajar dalam pandangan behavioristik merupakan sebuah bentuk perubahan yang dialami siswa dalam bentuk perubahan kemampuannya untuk bertingkah laku denga cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons11. Pokok perhatian teori behavioristik adalah belajar akan terjadi akibat
adanya interaksi stimulus/input dan respons/output yang dapat diamati atau diukur12.
Penerapan teori ini dalam pendidikan lebih banyak menggunakan mekanisme penguatan (reinforcement). Tokoh-tokoh teori behavioristik di antaranya Edwin Guthrie, Clark Hull, Gagne, Edward Lee Thorndike, dengan teori belajar conectionism, Ivan Pavlov dengan teori belajar classical conditioning, B.F. Skinner dengan teori belajar operant conditioning, dan Albert Bandura dengan teori belajar sosial atau sosial learning13.
9 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 153
10 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, hal. 153-154
11 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hal. 20
12 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 148
internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya14.
Teori belajar kognitif memandang bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Akan tetapi siswa harus aktif, secara mental dan fisik membangun struktur kognitif pengetahuannya berdasarkan tingkat kematangan kognitif yang dimilikinya. Pembelajaran dalam pandangan kognitif lebih menekankan proses yang berpusat pada siswa serta berorientasi pada pembentukan pengetahuan dan penalaran siswa.15
4. Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.16
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penulusuran bergerak secara hirakhis, dari informasi
14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, hal. 108
15 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 180
yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.17
Konsepsi landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa untuk berpikir devergan, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.18
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran, dan 3) pengorganisasian atau urutan pembelajaran.19
5. Pendekatan Kontruktivis Sosial
Pandangan konstruktivisme dilandasi oleh para pemikir seperti Piaget, Vygotsky, dan Brunner20. Konstruktivisme merupakan sebuah pandangan dimana
pelajar lebih aktif pada proses pembelajaran dalam membangun pemahaman dan memahami informasi21. Konstruktivisme dikenal sebagai pendekatan dalam
psikologi yang memandang bahwa anak dapat membangun pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai pengalaman yang telah dimilikinya22.
Penerapan teori konstruktivisme memandang bahwa belajar bukan hanya sekadar menerima secara pasif informasi yang disampaikan oleh guru. Sehingga bentuk pembelajaran berupa pengonstruksian pengetahuan yang bersifat aktif dan
17 http://warnet178meulaboh.blogspot.co.id/2014/10/makalah-teori-belajar-dan-Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009, Hal. 145
21 Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Penamas Murni., 2010, Hal. 207
pendidikan seperti sains dan matematika, psikologi dan antropologi, serta komputer. Untuk lebih mempermudah mengorganisasikan tentang pandangan-pandangan konstruktivisme, maka konstruktivisme dibagi menjadi dua yakni konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.
Para konstruktivis memiliki tujuan pembelajaran yang hampir mirip. Mereka lebih menekankan bahwa belajar guna mendapatkan pengetahuan yang kemudian digunakan daripada disimpan sebagai konspe atau keterampian yang tidak diaktifkan. Mereka berpendapat tujuan pembelajaran juga termasuk mengembangkan kemampuan untuk menemukan dan mengatasi masalah-masalah yang rumit yang membutuhkan pemikiran kritis, self determinatiaon dan keterbukaan terhadap berbagai macam perspektif23.
Kosntruktivisme sosial lebih menekankan proses dalam memaknai dan memahami sesuatu dengan bantuan orang-orang di sekitar individu. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial, perangkat kultural, dan aktivitas menentukan perkembangan dan pembelajaran individual sama seperti cerita seorang anak yang sedang di pantai bersama ayahnya di atas. Dengan cara melakukan aktivitas bersama orang lain, pembelajar appropiate (mengaprosiasikan), menginternalisasikan atau mengambil untuk dirinya sendiri produk-produk yang dihasilkan dengan cara bekerja bersama-sama. Hasil yang didapatkan dapat berupa strategi maupun pengetahuan baru. Teori konstruktivisme sosial ini banyak menyandarkan diri pada interaksi sosial dan konteks kultural. Vygotsky juga memberikan pandangan mengenai konstruktivisme sosial ini. Salah satu keunggulan teori pembelajarannya yakni cara belajar yang mempertimbangkan psikologis maupun sosial. Kosnep pembelajaran Vygotsky yang terkenal adalah
Zone of Proximal Development dan scaffolding24. Salah satu cara untuk
memasukkan konstruktivisme ke dalam individual dan sosial adalah dengan
23 Driscoll (2005) dalam Anita Woolfolk. Educational Psychology Bagian Kedua (edisi terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009, Hal. 151
“memikirkan pengetahuan yang dikonstruksikan secara individual dan di mediasi secara sosial”.25
C. Perwujudan Prilaku Belajar
Dalam memahami arti belajar dan esensi karena belajar, para ahli sependapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu diantara mereka mengenai hal yang prinsipel meskipun mengenai apa yang dipelajari sisiwa dan bagaimana perwujudannya masih merupakan teka-teki namun berikut dapat dipaparkan pendapat sekelompok ahli yang relatif lebih lengkap. Manifestasi atau perwujudan prilaku belajar bisanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Kebiasaan
Menurut (Burghargt: 1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Karena proses penyusutan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant konditioning.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak pada kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Disamping itu, menurut (Reber: 1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapih secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
3. Pengamatan
25Windschitlt (2002) dalam Anita Woolfolk. Educational Psychology Bagian Kedua
masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar siswa dapat mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian.
4. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Tentunya perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. Disamping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif.
5. Berpikir Rasional
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Sedangkan dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber : 1988).
6. Sikap
7. Inhibisi
Secara singkat, inhidisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung (Reber: 1988). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi ialah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yag lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.
8. Apresiasi
Pada dasarnya apresiasi suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chavlin: 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupun kongkrit yang memiliki nilai yang luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya: seni sastra, seni musik, seni lukis, drama, dan sebagainya.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku yang menyangkut keanekaragamaan perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan prilaku belajar.26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.
Teori belajar dan pembelajaran tersebut secara garis besar terbagi tiga kelompok besar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik. Perkembangan jaman membuat teori belajarpun ikut berkembang sesuai dengan jaman pelopor dari teori tersebut. Berikut adalah beberapa teori yang telah mengalami perkembangan, Koneksionisme, Pembiasaan Klasik, Pendekatan Behavioral dan Kognitif, Pendekatan Pemrosesan Informasi, Pendekatan Kontruktivis Sosial.
Teori belajar behavioristik memandang belajar dari sudut pandang hasil belajar yang terukur dan dapat diamati. Teori belajar kognitif memandang belajar dari sudut pandnag proses belajar dengan berbagai komponen yang mempengaruhi dan kompleksitas proses.
Perwujudan Prilaku Belajar: Kebiasaan, Keterampilan, Pengamatan, Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat, Berpikir Rasional, Sikap, Inhibisi, Apresiasi, dan Tingkah Laku Afektif.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Budiningsih, Asri, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005 Gunawan, Heri, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Irham, Muhammad & Wiyani, Novan Ardy, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013
Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010
Santrock, Jhon. W,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta: Kencana, 2011
Sugiyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014
Woolfolk, Anita. Educational Psychology Bagian Kedua (edisi terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009
Web: