TUGAS RESUME
Tatap Muka 1 - 13
Di susun guna memenuhi tugas UAS Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh : BEKTI WULANSARI
153112540120410 DIV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS NASIONAL
2015/ 2016
Tatap Muka 1 : Psikologi Pendidikan dan Pengertian Belajar
Psikologi : Ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Pschyco : jiwa. Logos : ilmu. Belajar yaitu kegiatan.
Psikologi pendidikan : ilmu yang mempelajari perilaku dalam proses belajar mengajar.
Definisi : semata-mata mengumpulkan/ menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran.
Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif (B. F. Skinner). Timbulnya tingkah laku belajar karena adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respons (tanggapan).
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman (Chapin). Suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langsung sebagai hasil latihan yang diperkuat (Reber).
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman ada interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehingga perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
Tahapan belajar yaitu: niat, proses, menetap, perubahan.
persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa pula terjadi karena belajar. Belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan.
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja , yang kemudia menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relative permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat reflex atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian diatas, bahwa pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Tatap Muka 2 : Teori-Teori Belajar
Teori belajar dapat dipahami sebagai kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Macam-macam teori belajar: a) Teori belajar behaviourisme
Teori behaviourisme adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan pengajar kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh pengajar tersebut. Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Tokoh-tokoh aliran behaviouristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark, Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
b) Teori kognitif
Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, ,ereka akan ingat lebih lama semua konsep.
d) Teori humanisme
Menurut teori humanistic, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Proses belajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar dapat diartikan sebagai kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotor.
Secara umum factor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yang ertama adalah faktor keadaan tonus jasmani yaitu kondisi fisik, dan kebugaran memberikan pengaruh positif dari kegiatan belajar individu. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani adalah: menjaga pola makan yang sehat, rajin berolahraga untuk menjaga kebugaran, istirahat yang cukup dan sehat.
2. Faktor psikologis
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa, faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Ligkungan siswa yang kumuh dan banyak pengangguran serta anak terlantar akan mempengaruhi anak dalam belajar paling tidak ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. Lingkungan sosial keluarga lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelola keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar. Lingkungan sosial sekolah seperti guru.
2. Lingkungan non-sosial
Tatap Muka 4 : Gaya Belajar
Menurut Deporter dan Hernachi gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana dia menyerap, dan kemudian dia mengatur serta mengelola informasi.
Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar dikelas/ sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan disekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi, ketika menyadari bagaimana seorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi suatu yang mudah dan menyenangkan.
Macam-macam gaya belajar
1. Visual : menitik beratkan pada ketajaman penglihatan.
2. Auditory : mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya
3. Kinestetik : mengharuskan individu yang ersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa diingatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar
mudah untuk mempelajari sesuatu, namun sebaliknya ada pula orang yang memiliki kemampuan rendah sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Faktor perhatian dan minat, keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun orang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika mempunyai minat, tidak mau dan tidak ada kehendak untuk mempelajari maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar. Faktor bakat. Faktor motivasi. Faktor kematangan. Faktor kepribadian.
Tatap Muka 5 : Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan belaja tertentu yang dialami oleh siswa atau anak didik. Setiap siswa pada prinsipnya diharpkan dapat menunjukan kinerja akademik dan mencapai prestasi belajar yang optimal. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa masing – masing siswa memiliki perbedaan baik dalam hal kemampuan fisik, kemampuan intelektual, latar belakang keluarga, dan strategi belajar siswa. Sehingga tidak semua siswa dapat berkinerja dan berprestasi secara optimal
Kesulitan belajar (learning difficulty) biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar yang dicapai siswa. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) pada siswa seperti suka berteriak di kelas, mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, sering minggat di sekolah. Kesulitan belajar menurut dugaan banyak orang adalah dialami siswa yang berkemampuan rendah saja. Padahal kesulitan belajar juga dialami oleh siswa yang berkemampuan normal (rata – rata) maupun siswa yang berkemampuan tinggi (Khadijah, 2006).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam :
1. Faktor intern siswa, yakni hal – hal atau keadaan – keadaan yang muncul dari dalam siswa sendiri.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini :
1. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psikofisik siswa, yakni:
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b. Yang bersifat afektif (ramah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)
2. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yaitu :
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor – faktor ekstern lainnya adalah sebagai berikut: a. Sosial
harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak. b. Non – sosial
Faktor – faktor non – sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap masalah kesulitan belajar, ditemukan sejumlah faktor ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.
b. Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar dengan anak yang abnormal. Hanya saja anak yang lamban atau kesulitan belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan ini.
c. Pemikiran
Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak dapat mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang – ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.
d. Gizi
dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.
e. Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan adalah hal – hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Meskipun faktor ini dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satu – satunya faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut dapat mengganggu ingatan dan daya konsentrasi anak.
f. Biokimia
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
Ciri-Ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya 1. Gangguan Persepsi Visual
Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam menuliskannya kembali.
Sering tertinggal huruf dalam menulis. Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya: ibu ditulis ubi, kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri, bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang, sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki dan lain-lain).
2. Gangguan Persepsi Auditori
b. Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.
c. Bingung/kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru (sulit menyaring) sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara mencoba memahami apa yang sedang didengar, sudah datang suara (masalah) lain.
3. Gangguan Belajar Bahasa
a. Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya. b. Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan. 4. Gangguan Perseptual-Motorik
a. Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dsb.)
b. Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam gerakannya.
5. Hiperaktivitas
a. Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu bergerak (tak bisa diam) b. Berpindah-pindah dan satu tugas ke tugas lain tanpa menyelesaikannya
6. Kacau (distractability)
a. Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting b. Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan- urutan dalam proses
pemikiran
Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan.
Tatap Muka 6 : Motivasi Belajar
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjaminkelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.
Tatap Muka 7 : Pendidikan Karakter
Kepribadian bukanlah karakter.
Ada banyak teori yg berbicara ttg kepribadian, secara umum kepribadian ada 4, yaitu: koleris, sanguinis, phlegmatis dan melankolis. Setiap kepribadian pasti ada kelemahan dan kelebihannya.
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli, karakter tidak bisa ditukar, karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari.
Karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah. Dengan mengalami ujian dan penderitaan jiwa karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih ~ Helen Keller.
Jika komunikasi tidak terbentuk dengan baik maka efektivitas Pendidikan Karakter akan terhambat.
Mencaci orang dengan kata-kata kotor, tidak membuat orang menjadi kotor, malah sebaliknya Mengotori diri sendiri. Sebab kata-kata kotor itu keluar dari hati dan pikiran kita. Hanya hati dan pikiran yang kotor mengeluarkan kata-kata kotor
Menghormati orang dengan kata-kata kasih akan membuat diri anda dihormati dan Hati anda berbelas kasih. Sebab hanya hati yang berbelas kasih yang akan mengeluarkan kata-kata kasih.
Tatap Muka 8 : Inteligency Quotience ( IQ )
IQ atau kecerdasan otak : kapasitas untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan untuk beradaptasi.
Factor-faktor yang mempengaruhi, yaitu: Lingkungan, Kemauan dan keputusan, Pengalaman hidup, Genetika, Gaya hidup, Musik (musik mozart), Sekolah, ASI, Nutrisi (stephen Ceci).
Tingkatan IQ
1. Diatas 140 luar biasa, genius
3. 110-119 cerdas, superior 4. 90-109 sedang, average 5. 80-89 bodoh, dull average 6. 70-79 anak pd batas, borderline 7. 50-69 debil, moron
8. 30-49 embicile 9. Dibawah 30 idiot
IQ bukanlah jaminan. Benar IQ sangat membantu keberhasilan dalam bidang akademik, tetapi apakah IQ menjamin keberhasilan hidup di masyarakat?
Tatap Muka 9 : Emosional Spiritual Quotience ( ESQ )
Ciri-ciri :
1. Sabar, mampu menahan dan mengendalikan diri
2. Dapat menyesuaikan diri
3. Berinisiatif 4. Kreatif 5. Peduli
6. Mandiri, tanggung jawab, bersahabat, mampu berkomunikasi dengan baik 7. Memiliki impian
8. Mempengaruhi org lain 9. Suka tantangan
10. Percaya diri
11. Ulet
IQ adalah fondasinya, sedangkan seberapa tinggi atapnya tergantung pada EQ. Kesuksesan itu 5% kepintaran (IQ), 95% lainnya adalah ketekunan dan kegigihan (EQ).
Tatap Muka 10 : Kreatifitas
Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan kreatifitas. Four P : Pribadi, Pendukung, Proses, Produk.
Tantangan dan hambatan dalam berfikir kreatif, tahap dalam berfikir kreatif, faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya kreatifitas, usaha orangtua dengan mengembangkan kreatifitas.
Proses mental yaotu dari pengalaman dan pemikiran.
Proses mental yang melibatkan adanya pemunculan gagasan-gagasan dan konsep baru, atau hubungan antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Pemikiran yang berdaya cipta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Hurlock : jenis kelamin, status sosio-ekonomi, urutan kelahiran, urutan keluarga, lingkungan, kepribadian, inteligensi.
Gulford : originality, flexibility, redefinition, elaboration.
Tatap Muka 11 : Bakat dan Minat
Suatu proses yang tetap atau kecenderungan untuk memperhatikan dan memfouskan diri pada sesuatu dengan perasaan senang dan rasa puas.
Suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prsangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan bakat anak.
Aktfitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tau, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.
Tatap Muka 12 : Pendidikan Anak Luar Biasa
Kategori siswa “luar biasa” adalah siswa dengan kelemahan (cacat) dan juga siswa cerdas. Siswa cacat adalah: siswa yang terbelakang secara mental, memiliki kelemahan fisik, terganggu secara mental, tidak memiliki kemampuan belajar dan memiliki masalah perilaku.
Macam-macam:
1. Kelemahan fisik: tunawicara, tunarungu, tuna netra, dll.
2. Terganggu secara mental: tuna grahita/ retardasi mental.
3. Memiliki masalah perilaku: tuna laras, autisme, hiperaktif dll.
Tatap Muka 13 : Cara Kerja Otak
Terdiri dari 3 dimensi:
1. Lateralitas: otak kanan dan kiri 2. Fokus: otak belakang dan depan
3. Pemusatan: sistem limbik (yg berhubungan dgn informasi emosional) dan otak besar (untuk brpikir abstrak)
Otak terdiri dari Terdiri dari: 1. 72-78% air
2. 10-12% protein 3. 8-10% lemak
4. Otak bekerja secara non-stop walaupun kita sedang tidur
Bahan bakar otak : glukosa, air, oksigen. Gelombang otak manusia:
1. Gelombang Beta 14 – 30 Hz.
Ini adalah gelombang otak saat kita sadar atau dalam kondisi normal, atau pada saat perhatian kita terbagi. Beta merupakan kondisi dimana manusia mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) dan sekaligus merupakan gerbang masuk dari berbagai stress / depresi.
Gelombang ini berkaitan dengan keadaan rileks dan tanpa stress. Dalam kondisi Alpha ini konsentrasi seseorang menjadi terpusat, karena hanya berpikir tentang satu hal pada satu saat. Kondisi ini biasanya muncul dalam keadaan hening, tenang dimana secara sengaja bisa dilakukan melalui proses relaksasi atau saat khusy berdoa. Kecerdasan Emosi (EQ) berada dalam gelombang ini.
3. Gelombang Theta 4 – 7 Hz.
Keadaan theta adalah keadaan dimana pikiran menjadi kreatif dan inspiratif. Pada gelombang inilah sering muncul ide-ide dari sebuah mimpi yang ditandai dengan pergerakan mata yang cepat (REM) saat mata tertutup. Pada gelombang inilah kecerdasan holistik berada termasuk didalamnya adalah kecerdasan spiritual (SQ).
4. Gelombang Delta 0,1 – 4 Hz.
Ini adalah gelombang otak kita saat kita tidur lelap tanpa mimpi. Pada kondisi inilah proses penyembuhan dan peremajaan sel tubuh terjadi.
Perempuan melankolis lebih rentan menderita infeksi dan kanker payudara daripada perempuan sanguinis (Psikoneuroimunologi).
Otak Normal adalah otak yang secara neuromorfofungsi tidak ditemukan kelainan. Otak normal membutuhkan asupan gizi seimbang.