• Tidak ada hasil yang ditemukan

127228321 Kecerdasan Jamak id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "127228321 Kecerdasan Jamak id. docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dulu keberhasilan seseorang untuk masa depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal dulu kecerdasan hanya ditinjau dari aspek intelektual. Padahal di otak kita terdapat beberapa kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).

Di Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika (logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai dari aspek tersebut. Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih tradisional. Hal ini juga diungkapkan oleh pakar perkembangan dan pemerhati anak, Seto Mulyadi.

Setelah adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak. Padahal sekolah - sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan tinggi. Dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat pendidikan Indonesia semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam pendidikan pengembangan yang tradisional.

(2)

orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan seseorang. Misalnya arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, dan lain-lain.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan beberpa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian kecerdasan ?

2. Apa saja klasifikasi kecerdasan ?

3. Bagaimana strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan anak didik?

C.Tujuan Penulisan

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian kecerdasan berdasarkan pendapat para ahli

2. Mengetahui klasifikasi kecerdasan

3. Mengetahui bagaimana strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan anak didik

D. Metode Penulisan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

KECERDASAN JAMAK

A. Pengertian Kecerdasan Jamak

Pembahasan tentang kecerdasan telah banyak dikemukakan oleh pakar. Diantaranya menurut Gunawan adalah Charles Spearman dengan teori General Intelligence, Raymond Cattel dan John Horn dengan teori Fluid and Crystalized Intelligence, dan Stenberg dengan teori Triarchic Intelligence. Sedang Armstrong menambahkan satu teori lagi yang banyak dikaji, yaitu dari Guillford dengan teori

Structure Intelligence. Pada perkembangan selanjutnya muncul pakar kecerdasan, antara lain Goleman dengan teori Emotional Intelligence dan berikutnya Gardner dengan teori Multiple Intelligence. Masing-masing pakar mengemukakan defenisi kecerdasan. Dari defenisi yang dikemukakan para pakar tersebut diketahui bahwa kecerdasan dinyatakan sebagai potensi yang perlu dikembangkan.

Seiring dengan perkembangan teori kecerdasaan, perhatian orang terhadap pengertian kecerdasan telah bergeser dari kecerdasan sebagai kemampuan umum beralih kepada kecerdasan memiliki beberapa faktor dan bahkan banyak domain. Peralihan perhatian tersebut juga menurut Semiawan kelihatan dalam pengembangan individu yang mengacu kepada pendapat yang menunjukkan bahwa perkembangan manusia diwujudkan melalui ragam aspek yang berbeda. Hal tersebut merupakan pertanda bahwa teori kecerdasan jamak (multiple intelligence) mulai mendapat perhatian untuk digunakan sebagai acuan dalam berbagai aktivitas untuk memacu perkembangan manusia termasuk aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah.

(4)

kecerdasan jamak berdasarkan kriteria yang terdiri dari delapan faktor, yaitu 1) adanya pembagian wilayah kecerdasan pada struktur otak, seperti central core, sistem limbik dan hemisfer serebral, 2) terdapat kecerdasan yang menonjol pada orang tertentu (savant dan genius), 3) kecerdasan berkaitan dengan kebudayaan dan berkembang mengikuti pola perkembangan tertentu, 4) memiliki konteks historis, 5) memiliki hubungan dengan temuan psikometrik, 6) memiliki hubungan dengan hasil penelitian psikologi eksperimental, 7) cara kerja atau rangkaian cara kerja dasar dapat diidentifikasi, dan 8) memiliki sistem penandaan atau symbol 4 Conny, R. Semiawan, “Perkembangan Anak Usia Dini”, makalah

disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Kerjasama Dirjen PLSP Depdiknas dengan UNJ, Jakarta, 9 – 11 Oktober 2004. Kriteria yang dikemukakan Gardner tersebut sebagai bukti bahwa teori kecerdasan jamak tidak hanya dikembangkan berdasarkan hasil kajiannya sendiri, tetapi juga menggunakan dasar dan hasil kerja para pakar teori perkembangan dan kecerdasan yang muncul lebih dahulu.

(5)

pengalaman. Ini berarti lingkungan dapat berperan dalam membantu individu untuk mengembangkan kemampuannya. Samples mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam masyarakat di lingkungan sekitar. Sedang Gottfredson yang dikutip Elliott, dkk mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan mental yang bersifat umum, yang diantaranya sebagai kemampuan untuk menelaah (to reason), merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide, belajar cepat dan belajar dari pengalaman. Dua pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan sebagai suatu kemampuan. Kemampuan tersebut berfungsi untuk menelaah, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide serta yang terpenting adalah kemampuan tersebut berkaitan dengan belajar.

(6)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pengertian kecerdasan jamak dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan yang dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Pembatasan ini dilakukan dengan mengacu kepada Armstrong yang mengemukakan bahwa berbagai kegiatan dapat membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan jamak dan Gardner menegaskan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan sebagai pendekatan dan tujuan (goal) dalam pembelajaran. Selanjutnya Sonawat dan Gogri mengemukakan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan untuk membantu anak belajar dengan lebih baik. Dengan demikian, rancangan kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak yang memperhatikan indikator setiap aspek kecerdasan jamak dapat mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan indikator pada setiap aspek kecerdasan jamak. Gardner berkeyakinan bahwa semua manusia memiliki bukan hanya satu kecerdasan (inteligensi) melainkan

group abilities. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kecerdasan jamak adalah semua daya atau kemampuan yang dapat berkembang melalui pembelajaran yang terdiri dari delapan aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

B. Aspek Kecerdasan Jamak

Delapan aspek kecerdasan jamak yang dikemukakan Gardner dijelaskan berikut ini.

1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

(7)
(8)

lainnya; i) menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri; j) berusaha untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri; k) menunjukkan minat jusnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting; l) menciptakan bentukbentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral. Pendapat tersebut menggambarkan ciri-ciri aspek kecerdasan linguistik seseorang. Berdasarkan ciri tersebut dapat diperkirakan tingkat perkembangan kecerdasan jamak pada aspek verbal linguistik yang dimiliki seseorang.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan yang tergambar melalui ciri-ciri, yaitu mudah a) mendengar dan merespon setiap suara dan ungkapan kata; b) menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis; c) belajar melalui menyimak, membaca, menulis dan diskusi; d) menyimak, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan; e) memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca; f) berbicara kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat; g) menulis, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata; h) mempelajari bahasa lainnya; i) membuat tulisan, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting; j) menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.

2. Kecerdasan Logika Matematis (logical mathematical intelligence).

(9)

logika matematis diperlihatkan sebagai pola berpikir yang bervariasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas untuk menghasilkan sesuatu dan suatu perencanaan untuk masa depan. Kemampuan tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur, mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan yang logis.

Anak-anak tersebut biasanya terus-menerus bertanya, dan ingin tahu tentang peristiwa alam. Kemudian Armstrong mengemukakan orang yang cerdas secara logika matematis memiliki ciri sebagai berikut, yaitu a) mampu dalam penalaran, b) mengurutkan, c) berpikir dalam pola sebab akibat, d) merumuskan hipotesis, e) merumuskan keteraturan konseptual atau pola numerik dan f) memiliki pandangan hidup yang umumnya rasional. Ciri-ciri tesebut dapat digunakan untuk mengenali perkembangan kecerdasan logika matematis seseorang.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan yang memiliki ciriciri, seperti mudah a) melakukan operasional angka seperti menghitung, b) membuat ulasan berdasarkan penalaran, c) mengurutkan, d) berpikir sebab akibat, e) merumuskan hipotesis, f) merumuskan keteraturan konseptual atau pola numerik dan g) merumuskan pandangan hidup yang rasional.

3. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)

(10)

objek yang nyata. Sedang Lazear mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya imajinasi yang ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) misalnya menyatakan diri tidak dapat dilihat atau melakukan perjalanan ke suatu tempat yang sangat jauh dan besar secara mental.

Selanjutnya Amstrong mengemukakan bahwa kemampuan spasial berkenaan dengan kemampuan mempersepsi dunia spasial secara akurat dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual. Tiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan spasial sebagai kemampuan yang berkaitan dengan indera penglihatan secara aktif, yaitu melihat objek secara langsung ataupun tidak melihat objek. Selain itu, kecerdasan ini juga tergambar dari kemampuan membayangkan objek yang dilihat sebelumnya atau belum pernah dilihat sama sekali dan dapat memvisualisasikan suatu objek, termasuk kemampuan untuk menciptakan imajinasi mental dan gambar-gambar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) menata ruang dan menciptakan suatu tata ruang, b) membayangkan sesuatu, seperti benda, tempat, perjalanan, c) membentuk sesuatu seperti membuat pahatan, dan menciptakan karya seni, seperti menggambar, melukis, merancang tata ruang dari sesuatu yang ada di sekitarnya, d) menghasilkan pengetahuan berdasarkan suatu ilmu seperti topologi dan anatomi.

4. Kecerdasan Kinestetis Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)

(11)

beberapa kemampuan yang berkaitan dengan jasmani dan gerak. Penjelasan lain tentang kecerdasan kinestetik jasmani dikemukakan oleh Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani berkaitan dengan keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Pendapat tersebut menekankan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani meliputi kemampuan yang berkaitan dengan gerakan-gerakan tubuh yang spesifik, kesanggupan memanipulasi objek dan memiliki keterampilan fisik seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan dan keterampilan. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini sering tidak mau diam saat sedang duduk, belajar atau sedang bermain atau sedang makan, dan biasanya merekalah yang nomor satu minta izin ke luar untuk bermain. Mereka memproses pengetahuan melalui sensasi tubuh. Mereka butuh kesempatan untuk belajar dengan bergerak atau memperagakan sesuatu.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani adalah kemampuan yang berkaitan dengan fisik dan gerak yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) bergerak dengan daya kontrol tubuh yang baik, seperti berjalan, lari, lompat, loncat, menangkap, melempar, b) menyentuh objek disekitarnya, c) memanipulasi benda, seperti kursi digunakan sebagai mobil, d) responsif terhadap lingkungan, misalnya menggerakkan tubuh atau tangan saat merasakan angin bertiup, e) berpikir mekanis, f) mengingat apa yang dilakukan, g) membuat kerajinan tangan, dan h) berolah raga.

5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

(12)

kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap pola-pola bunyi, irama, warna nada dan warna suara. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini sering bernyanyi, bersenandung, atau bersiul soorang diri. Mereka juga peka terhadap suara-suara non-verbal di lingkungan mereka, atau di sekolah, seperti misalnya kerik jangkerik, dan dering bel di kejauhan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti mudah a) memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, b) bereaksi terhadap alunan musik bahkan yang rumit sekalipun dan memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar, c) mengingat melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan musik, d) bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama musik.

6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

(13)

Kemudian Armstrong mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, kecerdasan intrapersonal meliputi kemampuan yang berkaitan dengan keadaan manusia secara internal, seperti refleksi diri, berpikir meta-kognisi, yaitu mengkait-kaitkan informasi yang sudah ada dan yang baru diterima dalam pikiran (mind), serta menyadari adanya kenyataan-kenyataan spiritual.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengekspresikan diri yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) mengetahui siapa diri mereka dan apa yang dapat mereka capai di dunia ini, b) merenung dengan cara menyendiri untuk mengetahui kebutuhannya dan mengakses sisi batiniah diri, c) sensitif terhadap nilai diri, dan menyadari perasaan diri, d) sensitif terhadap tujuan hidup, e) menyadari kekuatan dan kelemahan diri.

7. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

(14)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) berhubungan dengan orang lain, b) berteman dan memiliki banyak teman, c) menikmati suasana ketika berada di tengah-tengah orang banyak d) membaca maksud hati orang lain, e) berkomunikasi, f) menengahi pertengkaran, g) menjadi pemimpin di sekolah ataupun di rumah.

8. Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)

Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang berkaitan dengan dunia alami seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna serta lingkungan. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam seperti tanaman, hewan, cuaca dan aspek-aspek alam di sekitar. Pendapat lain dikemukakan Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan benda-benda alam lainnya di lingkungan sekitar. Selanjutnya, Stefanakis mengidentifikasi kecerdasan naturalis dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu 1) memahami alam, 2) membedakan, mengklasifikasi, menggunakan keistimewaan (features) yang ada di lingkungan, dan 3) saling berinteraksi dengan pohon dan makhluk hidup lainnya46. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan naturalis berkaitan dengan kepekaan terhadap fenomena alam dan lingkungan sekitar. Fenomena alam tersebut berkaitan dengan binatang, tumbuhan, cuaca, seperti panas, dingin, hujan dan benda lainnya, seperti batuan dan tanah.

(15)

didekat akuarium, terarium b) mudah berinteraksi dengan tumbuhan, seperti suka berkebun atau berada dekat kebun, c) mudah beradaptasi dengan kondisi alam.

C. Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak Didik

Gambaran kelas pada umumnya sering kita lihat bahwa ada anak yang senang belajar bila guru menjelaskan sampai sejelas-jelasnya, ada juga anak yang senang belajar jika guru menjelaskan dengan menggunakan gambar, ada juga yang senang belajar jika diberi kesempatan untuk bertanya jawab, tetapi ada juga anak yang suka belajar jika ia diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu dan seterusnya. Menurut Thomson Amstrong, kita tidak dapat member abel mereka sebagai “bebelajar verbal” atau “pebelajar visual”, atau “pembelajar kinetis”, karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk memperluas dan mengembangkan intelegensi/kecerdasam anak didik. Tugas kita sebagai pendidik adalah bagaiman menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan semua kecerdasan yang ada pada setiap individu. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan, diantaranya :

1. Mengaktifkan seluruh indera anak didik;

2. Melatih intelegensi/kecerdasanyang berimbang; 3. Melatih silang intelegensi/kecerdasan yang berbeda.

1. Bagaiman Mengaktifkan Seluruh Indera Anak Didik Anda?

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan seluruh indera anak didik, yaitu sebagai berikut.

a. Melatih cara mendengar yang efektif.

Telinga merupakan instrument yang luar biasa bagi manusia. Melalui telinga otak menerima bunyi. Selain itu, pendengaran merupakan salah satu unsure pokok dalam pembentukan imajinasi dan kreatifitas.

b. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif.

(16)

dengan jeli, analitis dan akurat. Mata sangat erat dengan kemampuan membaca. Kemampuan membaca rata-rata 300 kata per menit dengan kemampuan mengingat 40-70% dari selruh isi bacaan. Bagi yang terampil bisa membaca 600 kata per menit dengan kemampuan mengingat utuh. c. Melatih keterampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat.

Mengenai keterampilan ini , penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut. i. Ada siswa yang tidak mencatat sama sekali.

ii. Ada siswa yang diberikan catatan lengkap oleh guru. iii. Ada siswa yang membuat catatan lengkap sendiri.

iv. Ada siswa yang diberikan catatan berupa rangkuman oleh guru. v. Ada siswa yang membuat catatan berupa rangkuman sendiri. vi. Ada siswa yang diberikan catatan berupa kata-kata kunci dari guru. vii. Ada siswa yang membuat catatan berupa kata-kata kunci sendiri. Siswa yang terakhir inilah yang paling bagus bagus hasil belajarnya. Hal ini karena pikiran hanya dapat mengingat kata-kata bukan kalimat. Kata-kata kunci merupakan Kata-kata-Kata-kata inti yang menghubungkan satu pengertian dengan pengertian berikutnya dalam suatu bacaan.

2. Bagaimana Melatih Kecerdasan yang Berimbang?

Kata “berimbang” yang dimaksud bukanlah melatih semua kecerdasan secara bersamaan karena hal ini akan menbuat pekerjaan kita sia-sia. Kini sudahlah saatnya kita menerapkan teknik-teknik pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar secara praktis. Dengan cara ini anak didik akan dapat mengalami dan menghayati apa yang dipelajari secara utuh.

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. a. Mengidentisifikasi intelegensi anak didik.

Caranya adalah sebelum memulai pelajaran guru dapat memberikan tes atau angket kepada siswanya untuk menjajaki intelegensi mereka. Dibawah ini disampaikan salah satu contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk memjajaki intelegensi siswa.

Petunjuk : Isilah dengan tanda cek (√) di muka setiap pertanyaan !

Intelejensi linguistic

o Menulis lebih baik dari rata-rata kelas

o Mudah bercerita dan membuat lelucon

o Mempunyai ingatan yang baik akan nama, tampat, dan hari

o Menyukai membaca buku

(17)

o Menyukai mendengarkan kata-katayang diucapkan

o Mempunyai kemampuan vocabulary yang baik

o Berkomunikasi dengan yang lain dalam kata-kata yang teratur.

Intelegensi matematis logis

o Suka menanyakan bagaimana sesuatu itu bekerja

o Menghitung secara cepat

o Menyukai matematika

o Menyukai permainan matematika dalam computer

o Suka menata macam-macam hal secara teratur, kategorisasi, dan hierarkis

o Berpikir lebih abstrak dan konseptual dari rata-rata kelas

o Mempunyai kepekaan dengan sebab-akibat dalam suatu persoalan

Intelegensi ruang/visual

o Melaporkan secara jelas dengan gambar visual

o Membaca denah, peta, dan diagram lebih mudah dari membaca teks

o Menyukai kegiatan-kegiatan seni

o Menggambar lebih baik dari rata-rata kelas

o Suka melihat film, slide, dan presentasi visual yang lain

o Bila membaca, lebih menyukai gambar dari pada teks

Intelegensi kinestetik tubuh

o Menonjol dalam salah satu bidang olah raga

o Selalu ingin bergerak bila duduk terlalu lama di suatu tempat

o Mudah menirukan gerak dan gaya seseorang

o Mempunyai cara mengekspresikan diri secara dramatic

o Menyukai bekerja dengan lumpur untuk membuat bangunan

Intelegensi musical

o Mengingat melodi musik dengan baik

o Mempunyai suara yang bagus

o Memainkan alat musik dan bernyanyi dengan baik

o Mempunyai cara ritmik dalam bicara dan bergerak

o Peka terhadap suara sekitar

Integensi interpersonal (social)

o Menyukai sosialisasi dengan teman

o Kelihatan dapat menjadi pemimpin yang natural

o Suka memberikan nasihat pada teman yang sedang kesulitan

o Termasuk dalam kelompok, komite, atau organisasi

o Menyukai mengajar orang lain secara informal

(18)

o Mudah empati pada orang lain

Intelegensi intrapersonal

o Mempunyai kemampuan yang kuat dan percaya diri

o Mempunyai pandangan yang relistik tentang kemampuan dan kelemahannya

o Selalu melakukan pelajaran dengan baik meskipun terlambat

o Dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalan

o Mempunyai self sistem yang tinggi

Selain dengan tes, mengidentifikasi intelegensi juga dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dapat dilakukan terhadap apa yang dilakukan anak didik dikelas dan kegiatan diluar kelas. Observasi di dalam kelas yaitu dengan mengamati apa yang dilakukan anak didik selama pelajaran dan diluar kelas dapat dilakukan dengan mengamati mereka di sela waktu istirahat.

b. Menyusun rencana pelajaran yang dapat mengembangkan beberapa keerdasan, seperti :

i. Mengorganisasikan isi atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi menarik;

ii. Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh intelegensi/kecerdasan;

iii. Merancang dan membuat tugas atau penilaian yang dapat menggali seluruh kecerdasan.

c. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh kecerdasan/intelegensi anak didik. Adapun langkah yang dapat dilakukan, yaitu :

i. Menerapkan rencana pelajaran yang telah di rancang untuk mengembangkan beberapa kecerdasan, atau

ii. Menerapkan keterampilan dasar mengajar yang dapat mengembangkan intelegensi/kecerdasan anak didik.

Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi. Tugas guru adalah mengkombinasikan dan memadulan intelegensi-intelegensi tersebut sehingga membuat mereka senang belajar.

(19)

Maksud “silang” disini adalah setiap intelegensi anak didik tidak dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu persatu secara terpisah. Tujuannya adalah agar anak didik dapat mengasah setiap bagian kecerdasannya selama waktu tertentu. Melatih silang kecerdasan dapat dilakukan dengan membangun stasiun-stasiun kecerdasan untuk setiap jenis kecerdasan yang berbeda. Yang dimaksud stasiun disini adalah semacam display dengan memanfaatkan sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik ke segala arah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun stasiun kecerdasan adalah sebagai berikut :

a. Pilih materi pelajaran yang khusus berdasarkan tingkat kecerdasannya. b. Identifikasi semua kemampuan yang ada dalam setiap jenis kecerdasan. c. Klasifikasikan isi pelajaran sesuai dengan kemampuan yang ada.

d. Tempatkanlah setiap stasiun kecerdasan ini di tempat-tempat yang sering dikunjungi atau yang mudah terlihat dari berbagai arah.

Dengan melatih silang kecerdasan anak yang berbeda ini berarti guru memberi kesempatan kepada anak didik untuk melatih setiap bagian kecerdasannya sesuai dengan kebutuhannya.

(20)

A. Kesimpulan

Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Selain itu juga menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Setiap siswa memiliki keunikan masing-masing. Mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya.

Jika sekolah ingin menerapkan Multiple Intelegences di dalam sistem pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba memulai dan bersedia untuk keluar dari `zona nyaman`nya masing-masing. Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama di dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan melalui pertemuan berkala antara Wali kelas, Guru, Guru Bimbingan Konseling, dan juga Orangtua siswa

(21)

Al-Adawiyah, Robiah, dkk. 2008. Agar Ngampus Tak Sekedar Status. Solo: Indiva Media Kreasi.

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Irmayanti, dkk. 2010. La Tahzan for Teachers. Jakarta: Lingkar Pena Kreativa. Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas

Terbuka.

http://karakteristik-kecerdasan-jamak-dalam-perspektif _ hazar31.wordpress.com

(diakses pada tanggal 22 September 2011)

http://Konsep Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner _ Asahan News (diakses pada 19 September 2011)

http://023 Potret Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran _ infodiknas.com (diakses pada 19 September 2011)

www.damandiri.or.id/file/tesis/05%20anita%20yus%20-%20bab%202.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber segala hikmat dan berkat yang telah memberkati penulis dari awal perkuliahan sampai

Bagian yang berkenaan dengan substansi-substansi material, sifat dan bilangannya, serta derajat keunggulannya, yang pada akhirnya memuncak dalam studi tentang “suatu

berpengaruh terhadap pendapatan petani kedelai yaitu dikatakan bahwa pengalaman yang dimiliki petani cukup baik sehingga petani lebih terampil dalam melakukan

Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 42 sampel di Taman Sempur menghasilkan bahwa aktivitas yang dilakukan lansia di Taman Sempur antara lain

sepenuhnya disetujui dalam sidang Dewan Jabatan Kepangkatan (Wanjak) jabatan Golongan IV/Kolonel (prosentasenya sangat kecil). Lebih jauh, dijelaskan bahwa atensi

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan

Etnobotani mempelajari suatu kelompok masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan dan lingkungannya, yang digunakan tidak hanya untuk keperluan ekonomi

Penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Karena sistem akuntansi pemerintahan merupakan