Ambiguitas makna dalam Kitab Ruth
(Diambil dari kitab Ruth 1:4&16)
Tugas Mata Kuliah Metode Tafsir Kitab Suci
Oleh :
Bonaventura Dwi Putra Nugraha Satria Adi (166114039)
Progam Studi IlmuTeologi
Jurusan Teologi Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
A. Selayang Pandang
Di dalam bab satu Kitab Ruth dijelaskan konteks, situasi, dan kondisi dalam penulisan Kitab Ruth. Penjelasan awal ini bertujuan untuk membentuk kerangka pemahaman dasar dari kitab. Cerita diawali dengan adanya sebuah keluarga yang berimigrasi dari Betlehem ke Moab karena adanya kelaparan yang menimpa di tanah Israel. Keluarga tersebut terdiri dari Elimelekh sebagai kepala keluarga, Naomi sebagai isteri. Mahlon dan Kylon sebagai anak. Di Moab, Mahlon dan Kylon mepersiteri Orpa dan Rut.
Dalam perjalanan waktu, Elimelekh meninggal dunia dan kemudian disusul oleh Mahlon dan Kylon. Keadaan berubah ketika Naomi mendengar kabar bahwa Israel sudah tidak mengalami kelaparan. Kabar tersebut membuat Naomi meminta agar Orpa dan Rut meninggalkannya sendiri untuk bisa kembali ke Israel. Permintaan Naomi ternyata tidak berjalan lancar karena muncul perbedaan pendapat antara Orpa, Rut, dan Naomi. Pada akhirnya, Naomi dan Rut-lah yang kembali ke tanah Israel.
Waktu penulisan Kitab Rut sebenarnya masih belum jelas karena dapat ditempatkan pada masa sebelum atau setelah pembuangan. Sebelum pembuangan karena hukum, gaya bahasa, dan nama mencerminkan masa sebelum pembuangan. Setelah pembuangan karena teologi dan makna penderitaan di dalam teks lebih condong ke masa sesudah pembuangan1.
B. Analisis Teks
Ayat satu sampai enam merupakan bagian pembuka/pengantar atau exposition. Namun di dalam bagian pembuka tersebut masih terdapat sub-bagian tersendiri. Sub-bagian tersebut adalah konteks waktu, konteks tempat, konteks situasi, dan tokoh. Konteks waktu: dijelaskan bahwa waktu selama penulisan kisah adalah zaman para hakim (1:1). Zaman hakim adalah zaman di mana setelah Yosua berhasil membawa masuk bangsa Israel ke tanaah Kanaan, pemerintahaan dibagi kepada kedua belas suku Israel yang dipimpin oleh para hakim. Konteks tempat: tempat bermula di Israel lalu berpindah ke Moab dan kemudian berpindah lagi ke Israel (1:1,6,22). Dengan kata lain, setting tempat yang digunakan adalah dua tempat yakni Israel dan Moab.
Menarik mengapa di dalam teks kitab Rut disebutkan Moab. Moab adalah suku yang masih mempunyai hubungan darah dengan kedua belas suku Israel2 (Kej 19:30-37). Konteks
situasi dan keadaan di dalam teks adalah terjadinya kelaparan di tanah Israel sehingga mengharuskan keluarga Elimelekh untuk berimigrasi dari Betlehem ke Moab (1:1). Selain itu, di dalam bagian pembukaan ini tokoh-tokoh yang terlibat ditampilkan sekaligus diperkenalkan (1:2-5). Nama para tokohpun memiliki arti simbol tersendiri di dalam bahasa Ibrani: Elimelekh
1 St. Darmawijaya, Pr., Seluk Beluk Kitab Suci, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), 262. 2 Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah, 1980), 289.
berartarti “Allah adalah rajaku”, Naomi “lemah gemulai/manis”, Mahlon “penyakit”, Kilyon “kelemahan”, Orpa “kembali ke masa lalu”, Rut “sahabat”3.
Narator di dalam teks ini lebih dominan sebagai narator omniscience dan omnipresent (1:6) karena mengetahui bahwa di Israel sudah tidak terjadi kelaparan. Alur dalam penulisan kisah adalah lurus ke depan tidak ada flashback. Sedangkan untuk waktu di dalam kisah dipersingkat ..”kira-kira sepuluh tahun”.. (1:4).
Permasalahan dalam kitab Rut bab satu ini dimulai ketika Suami dan anak-anak Naomi meninggal dunia (1:3,5). Akibatnya, Naomi memutuskan untuk kembali ke Israel dan meminta Orpa serta Rut agar meninggalkannya (1:9) dan reaksi dari Orpa serta Ruth adalah menolak permintaan Naomi (1:10). Namun, setelah Naomi menjelaskan lebih terperinci alasan mengapa ia mengajukan permintaan tersebut (1:11-13), Orpa memilih untuk meninggalkan Naomi dan Rut. Cikal bakal permasalahan ini merupakan penjelasan situasi-kondisi setelah bagian pembuka. Kemudian, situasi-konidisi mengalami perubahan ketika Naomi meminta kembali kepada Rut agar meninggalkannya (1:15) dan Rut dengan tegas menolak permintan Naomi (1:16-17). Puncak dari konflik akibat perminaatn Naomi kepada Rut adalah ketika Naomi melihat bahwa Rut menolak permintaannya dengan keinginan Rut sendiri (1:18).
Kemudian, cerita dilanjutkan dengan Naomi dan Rut yang kembali memasuki Betlehem yang sekaligus menjadi perubahan adegan, situasi, kondisi, dan bertambahnya tokoh yakni para perempuan kota (1:19). Pada bagian pendinginan ini, nama Naomi berubah menjadi Mara yang berarti kepahitan. Pada akhirnya, resolusi dari kisah Kitab Rut adalah ketika Naomi dan Rut yang merupakan orang Moab ikut kembali bersama ke Betlehem (1:22). Bagian akhir ini sekaligus menjadi bagian penutup dari serangkaian tiap-tiap sub-bagian di dalam bagian bab satu Kitab Rut.
C. Ambiguitas
“Keduanya mengambil perempuan Moab yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut” (1:4). Di dalam ayat keempat tersebut diceritakan bahwa kedua anak Naomi yaitu Mahlon dan Kilyon memperistri perempuan Moab. Perempuan Moab lebih menyimbolkan bahwa pewartaan akan Yahwe oleh orang Israel juga diwartakan kepada bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Selain itu, interpretasi akan ayat keempat tersebut diteguhkan oleh pernyataan Rut di dalam ayat enam belas: “..bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku..”. Ayat tersebut menceritakan bahwa Rut sebagai orang Moab (non-Yahudi) secara eksplisit menyatakan
3 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 424-425.
bahwa ia akan menjadi seorang Yahudi. Ayat tersebut sekaligus meperjelas interpretasi bahwa pewartaan akan Yahwe tidak terhenti hanya sebatas pada orang-orang Yahudi.
Berbeda dengan interpretasi yang pertama, tradisi Rabbini justru melihat bahwa simbolisasi dari ayat empat dan enam belas merupakan proses untuk menyiapkan orang non-Yahudi menjadi orang non-Yahudi4. Proses ini disebut sebagai proselitisme. Dengan demikian, makna
yang terdapat di dalam ayat empat dan enam belas memiliki dua interpretasi. Pertama, interpretasi dengan penekankan pada unsur harapan mesianis terhadap semua orang. Kedua, makna dari kedua ayat tersebut merupakan bentuk inisiasi proselitisme. Kedua interpretasi ini menjadikan makna yang terkandung di dalam ayat empat dan enam belas memiliki makna ganda tetapi sekaligus juga ambiguitas makna.
D. Abstraksi
Ayat empat dan enam belas meskipun memiliki ambiguitas dalam tafsiran tetap memiliki satu ciri yang menurut saya menjadi pesan utama. Pesan tersebut adalah Allah mengundang seluruh umat beriman untuk bertobat dan beriman kepada-Nya apapun keadaannya. Pesan ini begitu sarat akan rasa pengharapan sekaligus menjadi pesan yang kontekstual karena di manapun manusia berada, apapun bangsanya, dan apapun situasi-kondisinya yang menjadi landasan dasar dan tujuan hidup adalah iman kepada Allah Sang Penyelenggara.
Daftar Pustaka :
Darmawijaya.Pr, St, Seluk Beluk Kitab Suci, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009). Haag,H., Kamus Alkitab, (Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah, 1980).
Lembaga Alkitab Indonesia: Alkitab Edisi Studi. Jakarta. 2011
4 St. Darmawijaya, Pr., Seluk Beluk Kitab Suci, 264.