Kelompok 8
1. Sherly Meirdania Lestari (131510501110)
2.Urifa (131510501204)
3.Yoko Simbolon (131510501090)
4.Yulianah (131510501007)
KARAKTERISTIK WILAYAH BIOGRAFIS TROPIKA DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Bentuk permukaan bumi mempunyai perbedaan antara satu tempat dan tempat yang lain. Bentuk perbedaan muka bumi, seperti: iklim, tanah, dan relief ini akan mempengaruhi jenis dan persebaran makhluk hidup (flora juga fauna). Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Sumaatmadja, 1988). Secara umum, Indonesia berada pada wilayah iklim tropis karena posisi lintangnya yang terletak antara 6°LU–11°LS. Namun karena adanya berbagai faktor geografis, pola iklim negara Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik wilayah geografis tropika di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yang meliputi iklim, tanah, dan kondisi biologis. Adanya perbedaan tersebut mengakibatkan jenis tanah, tanaman dan makhuk hidup maupun tak hidup juga ikut beragam dan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain.
B. Data
Gambar 1. Tiga wilayah iklim Indonesia. Wilayah A Gambar 2. Peta Wilayah Pembagian Flora dan Fauna (Monsun) Wilayah B (ekuatorial) garis dan titik, di Wilayah Indonesia (Sungkawa,2008) Wilayah C (lokal) garis putus-putus (Aldrian
dan Susanto, 2003).
C. Pembahasan
Dari gambar diatas dapat diartikan bahwa karakteristik sumber daya ekosistem tropika diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yang meliputi iklim, tanah, dan kondisi biologis (Ruthenberg, 1971). Iklim merupakan komponen agroekosistem yang paling sulit dimodifikasi. Komponen iklim yang sangat berpengaruh terhadap keragaman tanaman adalah suhu dan kelembapan (Amien, 1997). Menurut Tjasyono dalam Aldrian dan Susanto (2003) secara umum iklim di Indonesia terbagi menjadi 3 bagian, yakni iklim monsun, iklim ekuatorial, dan iklim lokal. Iklim monsun merupakan iklim yang terjadi akibat perbedaan tekanan di Benua Asia dan Australia sehingga terjadi angin yang saling bergantian atau berperiode dalam waktu berbeda. Akibat dari angin monsun ini Indonesia hanya memiliki hanya dua musim saja yaitu, musim hujan musim kemarau. Angin monsun barat bertiup pada bulan Oktober-Maret, dimana pada saat kedudukan semu matahari berada dibagian selatan, sehingga Benua Australia memiliki intensitas penyinaran yang tinggi dibandingkan Benua Asia. Pada kondisi seperti ini, Indonesia mengalami musim hujan karena angin yang bertiup melewati Samudra Pasifik yang membawa uap air. Sedangkan angin muson timur merupakan angin yang bertiup pada awal April-September, dimana disaat kedudukan semu matahari dibagian utara menyebabkan tekanan udara di Asia rendah sedang di Australia tinggi. Kemudian angin bertiup dari Australia ke Asia, angin munson timur akan melewati gurun di Australia yang mengakibatkan Asia seperti Indonesia mengalami musim kemarau. Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Daerahnya meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau Kalimantan bagian Utara. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun. Daerahnya hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua.
Jika dilihat dari topografi, Indonesia memiliki banyak gunung-gunung vulkanik yang masih aktif karena Indonesia berada di wilayah cincin api (ring of fire). Akibatnya sebagian besar wilayah Indonesia yang dilalui oleh lempengan-lempengan tektonik dunia memiliki kesuburan yang cukup tinggi, seperti bagian timur wilayah Sumatera dan bagian selatan wilayah Jawa. Masing-masing jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga teknik pengelolaannya pun berbeda agar dapat mendukung kelestarian vegetasi yang tumbuh di atasnya. Beberapa karakteristik tanah yang perlu diperhatikan dan dikelola yaitu kesuburan tanah, ketersediaan unsur hara, kerentanan terhadap erosi, kepadatan tanah, dan pertukaran hara dalam tanah karena wilayah tropika memiliki siklus hara tertutup.
Adanya perbedaan musim dan jenis tanah yang beragam mengakibatkan jenis tanaman yang tumbuh di wilayah Indonesia berbeda. Tumbuhan berbunga endemik di Indonesia telah diketahui di Irian 124 marga, Kalimantan 59 marga, Sumatera 17, dan Jawa 10 marga (FAD, 1981). Keanekaragaman jenis tumbuhan ini diklasifikasi menurut teori Frans Wilhelm Junghuhn, dimana setiap tumbuhan digolongkan berada di posisi atau habitat yang sesuai dengan jenis tanah itu sendiri. Wilayah dengan ketinggian 0-650 meter yang beriklim panas cocok ditanami padi, jagung, tebu, dan karet. Wilayah sedang dengan ketinggian 650-1500 meter cocok ditanamai kopi tembakau, teh, dan sayuran. Sedangkan wilayah yang berada di atas 2500 meter yang beriklim dingin tidak ada tanaman budidaya.
tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan daerah Nusa Tenggara. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kera, kuskus, babi rusa, anoa dan burung maleo. Banyak terjadi permasalah dengan fauna-fauna yang berada di Indonesia karena ketidakseragaman penyebaran tersebut, sehingga setiap fauna berkembang sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan. Beberapa binatang yang terancam punah : badak bercula satu yang berada di jawa barat, harimau di sumatra, gajah sumatra dan beruang madu yang terdapat di kalimantan. Adanya perbedaan suhu disetiap masing-masing pulau fauna harus bertahan hidup sendirinya. Keragaman biologis diatas akan membentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Dimana interaksi yang beragam ini yang menyusun ekosistem tropika. Jika keberlangsungan interaksi ini rusak, maka ekosistem tropika akan hancur.
Selain keuntungan dengan keberadaan iklim tropis, tanah dan keberagaman flora fauna, Indonesia juga memiliki masalah rumit, yakni kepadatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang ada di Indonesia sebagian besar bermukim di pulau jawa, sementara luas Pulau Jawa hanya 7% dari luas total daratan yang dimiliki Indonesia. Hal ini menunjukkan tidak meratanya persebaran penduduk yang mengakibatkan daya dukung lingkungan kurang seimbang. Selain itu, persebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan kemiskinan, terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan (Bank Dunia dalam Sholeh, 2009).
D. Kesimpulan
Karakteristik ekosistem tropika di Indonesia meliputi iklim, jenis tanah, dan kondisi biologis yang saling berinteraksi membentuk suatu ekosistem. Jika interaksi ini terganggu, maka ekosistem tropika akan hancur. Selain itu keberadaan Indonesia di wilayah tropika memiliki keuntungan dalam keberagaman sumber daya alam dan makhluk hidup (flora dan fauna), namun Indonesia juga memiliki masalah lain, yakni persebaran jumlah penduduk yang tidak merata menyebabkan kemiskinan, terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.
Daftar Pustaka
Aldrian, E, and R.D., Susanto. 2000. Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature, Int. J. Climatol, Vol. 23, No. 12, page: 1435-1452
Amien.1997. Karakteristik dan Zone Agroekkologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat: Bogor
Ruthenberg hans. 1971. Farming System in the Tropic. Clarendon Press : Oxford
Sholeh, Maimun. 2009. Kemiskinan : Telaah dan Beberapa Strategi Penanggulangannya. Page : 5
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.