• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASTRA NUSANTARA SASTRA NUSANTARA SASTRA NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SASTRA NUSANTARA SASTRA NUSANTARA SASTRA NUSANTARA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SASTRA NUSANTARA

KEANEKARAGAMAN SASTRA BUDAYA INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Diskusi pada Mata Kuliah Sastra Nusantara Semester Dua yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fauzan Ahmad, M. A.

Oleh : Siti Eka Soniawati

(13010112130129)

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.

Makalah ini saya persembahkan kepada :

1. Drs. H. M. Nur Fauzan Ahmad,M.A. selaku dosen pembimbing mata kuliah Sastra Nusantara.

2. Kedua orangtua saya, bapak dan ibu yang selama ini telah memberikan biaya kuliah.

3. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia angakatan 2012. 4. Pembaca yang budiman.

Secara garis besar makalah ini mencakup tentang ragam suku budaya yang ada di Indonesia. Betapa banyak dan corak suku-suku budaya di Indonesia. Artinya, ini mencerminkan Indonesia adalah negeri yang kaya akan warisan budaya. Dilihat dari banyak suku yang ada, seperti suku Dayak, suku Jawa dengan tembang Macapat, suku Batak, suku Toraja, suku Bali, suku Minang, dll. Masing-masing mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.

Demikianlah makalah saya. Ibarat pepatah tiada gading yang tak retak, saya menyadari masih banyak kesalahan baik dalam penulisan, sistematika, tata bahasa. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun guna revisi makalah selanjutnya. Sedikit atau banyak, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….…. KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI………

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1.2 Rumusan Masalah ………..……. 1.3 Tujuan Masalah ……….….. Bab II PEMBAHASAN

I. Sastra Melayu ……….. 1.1 Pengertian ……….….. 1.2 Sejarah ……… 1.3 Ciri sastra Melayu ………..…… 1.4 Pembagian sastra Melayu ………..… II. Keanekaragam suku di Indonesia

2.1 Sastra Jawa……….. 2.1.1. Pengertian……….. 2.1.2. Sejarah ………..… 2.1.3. Periodisasi……….. 2.2 Sastra Minangkabau

2.2.1 Pengertian……… 2.2.2 Sejarah ……… 2.2.3 Ciri Khas sastra Minangkabau………. 2.2.4 Karya sastra Minangkabau………... 2.3 Sastra Dayak

(4)

2.3.3 Sejarah ……… 2.4 Sastra Sunda

2.4.1 Pengertian ………... 2.4.2 Sejarah ……… 2.4.3 Karya sastra ……….... 2.5 Sastra Bugis

2.5.1Pengertian ………... 2.5.2 Sejarah ………... 2.5.3 Karya sastra ……….……..… 2.6 Sastra Bali

2.6.1Pengertian ………..…. 2.6.2 Pembagian ……….……… 2.6.3 Periodisasi……….……. 2.6.4 Tokoh sastra Bali ………..……. 2.7 Sastra Batak

2.7.1 Pengertian …... 2.7.2 Karya Sastra... Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……….………… 3.2 Saran ………..………. DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berkaitan dengan Sastra Nusantara sebagai salah satu mata kuliah yang khususnya mempelajari seluk beluk kesusastraan tidak akan lepas dari budaya sekitar. Kebudayaan adalah salah satu yang dijadikan objek penelitian yang nanti akan dikembangkan kemudian dipelajari secara mendalam. Lepas dari masalah tersebut, Sastra Nusantra yang berarti adalah semua hasil sastra/kebudayaan yang berada di Indonesia baik dari Sabang sampai Merauke merupakan salah satu hal yang wajib kita ketahui dan pelajari. Sebenarnya, Indonesia adalah negeri yang kaya. Kaya akan tradisi dan budaya. 33 Provinsi di Indonesia mempunyai corak dan cirri khas yang berbeda-beda, itu menunjukkan betapa kaya Indonesia akan budaya. Corak dan budaya dari masing-masing daerah pun berbeda, itu menunjukkan bahwa negeri kita berhias dengan warisan budaya. Hal yang mudah saja, ada banyak suku di Indonesia serta budaya-budaya yang menjadi cirri khas masing-masing daerah.

Sehubungan dengan itu, keanekaragaman sastra di Indonesia seperti ada sastra Jawa, sastra Batak, sastra Dayak, sastra Bali, , sastra Bugis, dll. Hal itu merupakan sebagian kecil kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun perlu diketahui, dengan adanya berbagai macam suku di Indonesia tidak akan memecahkan ras atau membedakan antara suku satu dengan suku yang lain. Bahkan, dengan banyaknya suku di Indonesia sikap dan toleransi masing-masing daerah semakin harmonis.

Berkaitan dengan adanya permasalahan tersebut, seberapa luas cakupan tentang suku-suku yang diketahui di Indonesia, saya sebagai penyusun mengkaji dan member judul makalah dengan “SASTRA NUSANTARA KEANEKARAGAMAN SASTRA DI INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat Sastra Melayu dengan kebudayaan yang ada khususnya suku-suku di Indonesia?

(6)

3. Apa kesimpulan/ manfaat dari pembelajaran sastra Nusantara berkaitan dengan keanekaragaman sastra di Indonesia?

C. Tujuan

1. Menjelaskan hakikat sastra Nusantara dengan kebudayaan yang ada khususnya suku-suku di Indonesia.

2. Menjelaskan ragam sastra yang ada di Indonesia.

(7)

BAB II PEMBAHASAN I. SASTRA MELAYU

I.1 PENGERTIAN

Sastra Melayu Klasik lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapansastra yang hidup dan berkembang di daerah Melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Masa sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang mengembangkan sastra Melayu.(Agepe. 2013. “Sastra Melayu Klasik”. Dalam alamat website http://agepe-lesson.blogspot.com)

I.2 Sejarah

Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra Melayu lama terlihat pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh. Sastra Melayu berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya. Karya sastra pertama yang tebit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.(Agepe. 2013.”Sastra Melayu Klasik”. Dalam almat website http://agepe-lesson.blogspot.com)

I.3 Ciri-ciri sastra Melayu

1) Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat. 2) Merupakan milik bersama masyarakat.

3) Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana. 4) Disebarkan secara lisan.

(8)

6) Bentuk: puisi terikat: Pantun, syair, mantra, bidal, seloka, gurindam. 7) Menggunakan Bahasa: arab Melayu, Melayu tradisional, daerah. 8) Dipengaruhi: Kehidupan tradisi, kesetiaan terhadap adat istiadat. 9) Sifat masyarakat: statis, perubahan sangat lambat.

(Jayanti :2012).

I.4 Pembagian sastra Melayu

Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut : A. Berdasarkan bentuknya, sastra lama dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Prosa lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan. (agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-klasik.doc).

2. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan, banyak suku kata tiap baris, irama.

(agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-klasik.doc). B. berdasarkan isinya, sastra lama dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Sastra Sejarah disebut customary law. (Djamaris, dkk. 1981:3).

(9)

C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga 1. Sastra Indonesia Asli

Karya sastra yang hidup dan berkembang secara turun-temurun dari generasi-kegerasi berikutnya.Karya sastra yang hidup di kalangan manyarakat menjadi milik bersama, bikan milik perorangan.Yang Termasuk Sastra Melayu Asli: kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, peribahasa, teka-teki, pantun.. (http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-lama.html).

2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu

Sastra yang diengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Seperti Kitab Ramayana, Bharatayudha dan Pancatantra.

(http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-lama-pengaruh-hindu.html).

3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam

Sastra yang dipengaruhi oleh pengaruh agama Islam. Jenis Karya Sastra dengan Pengarh Islam seperti kisah tentang para Nabi, hikayat tentang Nabi, dongeng dan legenda Islam. (agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-klasik.doc)

II. KEANEKARAGAMAN SASTRA NUSANTARA DI INDONESIA 1. SASTRA JAWA

1.1 Pengertian

Sastra yang banyak kaitan degan masyarakat Jawa. 1.2 Sejarah

Wikipedia

(10)

wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan.

Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.Penelitian ilmiah mengenai sastra Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal dan mulanya dirintis oleh Stamford Raffles, Gubernur-Jenderal dari Britania Raya yang memerintah di pulau Jawa. Selain sebagai seorang negarawan beliau juga tertarik dengan kebudayaan setempat. Bersama asistennya, Kolonel Colin Mackenzie beliau mengumpulkan dan meneliti naskah-naskah Jawa Kuno. 1.3 Periodisasi

1. Sastra Jawa kuno

sastra dalam bahasa Jawa sebelum masuknya pengaruh Islamatau pembagian yang lebih halus lagi adalah sastra Jawa yang terlama. Jadi merupakan sastra Jawa sebelum masa sastra Jawa Pertengahan.

Daftar sastra Jawa kuno dalam bentuk prosa : a. Candakarana

b. Sang Hayng Kamahayanikan c. Adiparwa

d. Sabhaparwa e. Uttarakanda

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja. 1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam: Djambatan.Asmawasanaparwa).

(11)

a. Kakawin tertua Jawa b. Kakawin Ramayan c. Kakawin Aarjunawiwaha d. Kakawin Kresnayana e. Kakawin Sumanasantaka f. Kakawin Smaradahana g. Kakawin Bhomakawya h. Kakawin Gatotkacasraya

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja. 1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam: Djambatan.Asmawasanaparwa).

2. Sastra Jawa Pertengahan

Sastra Jawa Pertengahan muncul di KerajaanMajapahit, mulai dari abad ke-13 sampai kira-kira abad ke-16. Setelah ini, sastra Jawa Tengahan diteruskan di Bali menjadi Sastra Jawa-Bali.Pada masa ini muncul karya-karya puisi yang berdasarkan metrumJawa atau Indonesia asli.

Daftar karya sastra Jawa Tengahan yaitu : a. Tantu Panggelaran

b. Pararato c. Calon Arang d. Tantri Kamandaka e. Korawasrama

(12)

a. Kakawin Dewaruci

b. Kidung Sudamala

c. Kidung Subrata

d. Kidung Sunda

e. Kidung Panji Angreni

f. Kidung Sri Tanjung

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja. 1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam: Djambatan.Asmawasanaparwa).

3. Sastra Jawa Baru

Sastra Jawa baru kuranglebih muncul setelah masyarakat agama Islam di pulau Jawa dan Demak antara abad kelimabelas dan keenambelas Masehi. Dengan masuknya agama Islam, orang Jawa mendapatkan ilham baru dalam menulis karya mereka. Maka, pada masa-masa awal, zaman Sastra Jawa Baru, banyak pula digubah karya-karya sastra mengenai agama Islam. Suluk Malang Sumirang adalah salah satu yang terpenting.

Daftar Karya Sastra Jawa Baru masa Islam :

a. Suluk Wujil

b. Suluk Malang Sumirang

c. Serat Nitisruti

d. Serat Nitipraja

e. Serat Sewaka

f. Serat Menak

g. Serat Yusup

h. Serat Rengganis

(13)

j. Serat Ambiya

k. Serat Kandha

4. Sastra Jawa Modern

Sastra Jawa Modern muncul setelah pengaruh penjajah Belanda dan semakin terasa di Pulau Jawa sejak abad kesembilan belas Masehi. Para cendekiawan Belanda memberi saran para pujangga Jawa untuk menulis cerita atau kisah mirip orang Barat dan tidak selalu berdasarkan mitologi, ceritawayang, dan sebagainya. Maka, lalu muncullah karyasastra seperti di Dunia Barat; esai, roman, novel, dan sebagainya. Genre yang cukup populer adalah tentangperjalanan. Gaya bahasa pada masa ini masih mirip dengan Bahasa Jawa Baru. Perbedaan utamanya ialah semakin banyak digunakannya kata-kata Melayu, dan juga kata-kata Belanda.Pada masa ini (tahun1839, oleh Taco Roorda) juga diciptakan huruf cetak berdasarkan aksara Jawa gaya Surakarta untuk Bahasa Jawa, yang kemudian menjadi standar di pulau Jawa.

Daftar karya sastra :

a. Lelampahaning Purwalelana, Raden Mas Purwalelana (jeneng sesinglon) 1875-1880

b. Rangsang Tuban, Padmasoesastra, 1913

c. Ratu, Krishna Mihardja, 1995

d. Tunggak-Tunggak Jati, Esmiet

e. Lelakone Si lan Man, Suparto Brata, 2004

f. Pagelaran, J. F. X. Hoery

(14)

2. 2 SASTRA MINANGKABAU 2.2.1 Pengertian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :

Sastra Minangkabau adalah sastra yang hidup dan dipelihara dalam masyarakat Minagkabau, baik lisan maupun tulisan, adapun sastra lisan yang masih hidup dalam masyarakat Minangkabau adalah jenis kaba dan dendang.

2.2.2 Sejarah

Karya sastra Minangkabu dihasilkan antara 1870-1972 yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapnuli, Minagkabau dan daerah Sumatera lainnya. Orang Tionghoa dan masyarakat Indonesia pertama kali diterbitkan pada tahun 1870.

(http://www.scribd.com/doc/53959412/Karya-sastra-Minangkabau). 2.2.3 Ciri khas sastra Minangkabau

a. Menggunakan bahasa Minagkabau b. Berlatarbelakang budaya Minangkabau

c. Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan Miangkabau d. Diwarnai oleh kesenian Minangkabau

(http://www.minangforum.com/Thread-Karya-Sastra-Minangkabau). 2.2.4 Karya sastra Minangkabau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas a. Kaba

(15)

Mato, Kaba Anggun Nan Tongga, Kaba Lareh Simawang, Kaba Rancak Dilabuah, Kaba Gadih Basanai, Kaba Malin Deman, Kaba Rambun Pamenan. di dalam kaba (cerita) tukang kaba tidak hanya menyampaikan bahan berbentuk prosa ssaja seperti contoh di atas, namun tukang kaba juga menyampaikan bahan cerita yang bukan cerita dengan bentuk seperti petuah adat dan nasihat seperti halnya gurindam. Dendang

Dendang adalah seni suara yang diiringi oleh alat musik saluang.

2.3 SASTRA DAYAK 2.3.1 Pengertian

Sastra dayak adalah salah satu kesusatraan pada ruang lingkup daerah Kalimantan. Salah satu hasil sastra adalah Karungut.

2.3.2 Karya sastra Dayak a. Karungut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni ini berupa sastra lisan atau juga bisa disebut pantun yang dilagukan.Karungut merupakan karya yang dijunjung masyarakat Dayak sebagai sastra besar klasik dan merupakan semacam pantun ataugurindam. Pelantun karungut mengisahkan syair-syair kebajikan dengan meramu bermacam legenda, nasihat, teguran, dan peringatan mengenai kehidupan sehari-hari. Karungut sering dilantunkan pada acara penyambutan tamu yang dihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan diungkapkan dalam bentuk Karungut.

(16)

bahasa daerah Dayak dan mudah dimengerti penontonnya. Karungut diiringi alat musik kecapi, bisa pakai band atau organ. Karungut semacam sastra lisan nusantara untuk Kalimantan Tengah sama dengan Madihin jika di Kalimantan Selatan. Sedangkan di Jawa Tengah disebut Macapat. Dengan kata lain karungut dapat dikatakan suatu irama lagu daerah Kalimantan Tengah untuk melagukan syair-syair atau naskah yang bukan berbentuk syair. Karungut dikenal di sepanjang jalur sungai Kahayan, Kapuas, Katingan, Rungan Manuhing dan sebagian jalur sungai Barito.

Karungut merupakan seni khas Kalimantan Tengah yang mempunyai arti dan makna yang sangat dalam untuk ritual dan untuk menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan keperluannya. Dahulu karangut dinyanyikan para ibu untuk menidurkan putra-putrinya. Dewasa ini karungut dapat ditemui di tempat hajatan perkawinan maupun khitanan, untuk menyambut tamu penting, untuk kampanye pilkada dan lain-lain.

2.3.3 Karya sastra Dayak

Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:

a. Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.

b. Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda. c. Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.

(17)

Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua.

( http://palingindonesia.com/suku-dayak-kalimantan/).

2.3.4 Sejarah

(18)

2.4 SASTRA SUNDA 2.4.1 Pengertian

Dari wikipedia ensiklopedi bebas

Adalah karya sastra yang mencakup wilayah Jawa Barat. 2.4.2 Sejarah

Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh denganSungai Citarum sebagai batasnya.

2.4.3 Karya sastra Sunda

a. Lutung kasarung

Lutung Kasarung adalah cerita pantun yang dianggap paling sakral diantara pantun Sunda yang lain, sehingga jarang sekali ada juru pantun yang berani menceritakannya.

(19)

(http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/puisi-tradisional-sunda/).

b. Sawér

yaitu bentuk karya sastra tradisional Sunda buhun yang sering digunakan dalam upacara nyawér. Dalam pelaksanaan sawér atau nyawér biasanya naskah sawér ditembangkan, dikawihkeun (dinyanyikan) ataudideklamasikan.

(http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/puisi-tradisional-sunda/).

2.5 SASTRA BUGIS 2.5.1 Pengertian

Sastra yang berkembang di wilayah Makasar. Sastra bugis pada umumnya adalah hasil cipata masyarakat Bugis.

2.5.2 Sejarah

Dilihat dari tradisi perkemabngan satra Bugis menempuh dua cara, yaitu tradisi lisan dan tradisi tulis.

(20)

tergolong karya sastra yang disebut tolok dan yang bukan karya sastra yang disebut lontarak.

b. Periode kedua para pakar menyebutnya zaman tomanurung atau

periode yang ditandai dengan munculnya sebuah bentuk pustaka bugis yang berbeda dengan pustaka galgo (sastra). Dalam periode ini muncul atau berkembang dua bentuk pustaka bugis, ada yang tergolong karya sastra yang disebut tolok dan yang bukan karya sastra yang disebut lontarak.

C. Ketika periode lontarak berkembang beberapa lama, muncul pula

bentuk pustaka bugis yang lain dari kedua bentuk karya sastra yang berkembang sebelumnya (galigo dan tolok), yakni pau-pau atau pau-pau rikadong serta pustaka lontarak yang berbau islmi. Selain itu ada perkembanga baru sastra bugis dalam bentuk prosa. Pada umumnya, sastra prosa ini merupakan saduran dari sastra Melayu kuno atau sastra pars 2.5.3 Bentuk karya Sastra Bugis

Karya sastra Bugis yang berbentuk puisi, yaitu:

a. Elong, dalam pengertian secara harfiah, elong berarti nyanyian dalam bahasa Bugis. Elong merupakan puisi yang berupa syair yang menggambarkan falsafah, petuah serta suasana pikiran. Elong dalam masyarakat Bugis betul-betul dinyanyikan atau dilagukan secara lisan. Fungsi elong sebagi hiburan sangat menonjol

Bentuk-bentuk elongmpugi yaitu:

a) Berdasarkan jumlah larik setiap bait: bait yang terdiri atas dua larik dan tiga larik.

b) Berdasarkan posisi dan suku katanya: 1) Elong sikai-kai

2) Elong yang berangkai ana sure

3) Elong yang berangkai nama-nama hari c) Berdasarkan cara penuturannya:

(21)

d) Berdasrkan isi dan bentuknya: 1) Elong sipaqdio-rio

2) Elong assimiliereng 3) Elong silebbai

4) Elong osong dan aruq e) Berdasarkan usia:

1) Elong ana-ana

2) Elong to malolo (elong mappadicawa dan elong sicanring) 3) Elong to matoa (elong pangngajak dan elong masigala) 4) Elong toto/ nasib (elong peddi dan elong maruddani) f) Berdasrkan gaya bahasanya:

1) Elong maliung 2) Elong bawang

b. Cenningrara (mantra) adalah salah satu jenis puisi lama. Mengandung makna permohonan, permintaan, atau harapan. Jumlah barisnya tidak tetap, ada yang berjumlah tiga baris, empat baris, dan bahkan ada yang lebih dari sepuluh baris. Cenningrara bersifat magis, memiliki kekuatan gaib dan kesaktian bila diyakini oleh pemiliknya.

c. Warekkada (ungkapan) adalah suasana yang indah untuk mengungkapakan sesuatu secara halus. Warekkda dapat berupa sindiran dan nasihat.

d. Paddennuang (pribahasa) adalah kata atu seelompok kata yang susunannya tetap yang merupakan perumpamaan yang bersifat halus.

e. Pappaseng adalah perintah, nasihat, amanat, dan permintaan yang disampaikan oleh orang lain, atau merupakan wasiat yang diturunkan secara turun temurun oleh masyarakat, yang berisikan ajaran moral yang patut untuk dituruti. 2. Karya sastra Bugis yang berbentuk prosa yaitu:

(22)

b. Pau-pau rikadong atau merupakan cerita rakayat masyarakat Bugis. Contohnya: Dewatae, olo-kolo, dan towaranie.

c. Sastra Tolo, merupakan cerita tentang kepahlawanan.

(http://lifeiseducation09.blogspot.com/2012/12/sejarah-sastra-bugis.html).

2.6 SASTRA BALI 2.6.1 Pengertian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sastra Bali merupakan salah satu khazanah kesusastraan Nusantara.Seperti kesusastraan umumnya, sastra Bali ada yang diaktualisasikan dalam bentuk lisan (orality) dan bentuk tertulis (literary). Menurut katagori periodisasinya kesusastraan Bali ada yang disebut Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali Purwa maksudnya adalah Sastra Bali yang diwarisi secara tradisional dalam bentuk naskah-naskah lama. Sastra Bali Anyar yaitu karya sastra yang diciptakan pada masa masyarakat Bali telah mengalami modernisasi. Ada juga yang menyebut dengan sebutan Sastra Bali Modern.

Bali sebelum dikenal adanya kertas di Bali, umumnya ditulis di atas daun lontar. Karena ditulis di atas daun lontar, "buku sastra" ini disebut dengan "lontar". Memang ada bentuk tertulis lainnya, seperti prasasti, dengan menggunakan berbagai media seperti batu dan lempengan tembaga, namun tidak terdapat karya Sastra Bali ditulis di atas bilah bambu, kulit binatang, kayu, kulit kayu. Belakangan setelah dikenal kertas, penulis karya sastra Bali menuliskan karyanya di atas kertas, bahkan sudah banyak diketik.

Bahasa yang digunakan untuk menulis Sastra Bali ada tiga jenis yaitu Bahasa Jawa Kuna (Kawi Bali), Bahasa Jawa Tengahan, Bahasa Bali.

(23)

a. Sastra Bali menurut bentuknya 1) Tembang

Di Bali terdapat berbagai jenis tembang yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Masyarakat Bali membedakan seni tembang ini menjadi empat (4) kelompok yaitu gegendingan, macapat, palawikia, kakawin.

2) Gancaran 3) Palawikia

b. Sastra Bali menurut jamannya

c. Sastra Bali menurut cara penuturunyaa d. Sastra Bali menurut bahasanya

2.6.3 Periodisasi sastra Bali

1) periode runtuhnya Kerajaan Gelgel, 1686, hingga ekspedisi Belanda ke Buleleng, 1849, selama periode ini bahasa Bali untuk pertama kalinya digunakan pada karya sastra lokal baru;

(2) periode 1849 sampai dengan 1908: untuk periode ini, koleksi-koleksi dan publikasi oleh Van Eck dan Van der Tuuk menunjukkan bukti yang subtantif untuk perkembangan aksara Bali sampai dengan akhir abad ke-19 M;

(3) periode 1908 sampai dengan Indonesia merdeka pada 1945, ketika ibukota di Singaraja, di mana pendidikan berkembang dan terakhir Gedong Kirtya yang memengaruhi kesusasteraan Bali: selama periode ini penulis-penulis asal Bali awal menggunakan bahasa Indonesia sudah mulai aktif sejak 1930-an;

(24)

baru bagi para penulis, dan penggunaan bahasa Indonesia menjadi resmi dan menyebar ke seantero Bali.(http://wacananusantara.org/periodisasi-sastra-bali/)

2.6.4 Tokoh sastra Bali 1. Tokoh dalam mitologi Hindu Nama: Pratipa

Aksara Dewanagari Ejaan Sanskerta: Pratīpa

Muncul dalam kitab: Mahabharata; Purana Gelar: Raja Hastinapura

Asal: Hastinapura, Kerajaan Kuru Kediaman: Hastinapura

Kasta: Ksatriya Profesi: Raja

Dinasti: Kuru, keturunan Candra Pasangan: Sunanda

Anak: Dewapi, Bahlika, Santanu

Dalam mitologi Hindu, Pratipa (Sanskerta:Pratīpa) adalah nama seorang Raja India dari trah Candrawangsa atau Dinasti Candra. Ia merupakan seorang keturunan Maharaja Bharata, dan memerintah Kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia menikah dengan Sunanda, putri dari Kerajaan Sibi dan memiliki tiga orang putra, yaitu Dewapi, Santanu, dan Bahlika. Di antara ketiga putranya tersebut, Santanu yang dinobatkan sebagai raja, sebab Dewapi memilih untuk menjadi pertapa. Sementara itu, Bahlika memilih untuk mengembara ke wilayah India Barat.

(http://sastrabali.com/category/sastra-2/mahabharata/tokoh-mahabharata/page/9).

2.7 Sastra Batak

(25)

Sastra Batak adalah sastra masyarakat batak toba yang memiliki makna yang berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan (Batak: Habisuhon), kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat Dohotuhum) dan kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari). Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat ini sangatlah lemah karena bukti untuk itu tidak kuat. (http://togapardede.wordpress.com/2012/02/04/sastra-budaya-batak-toba/)

2.7.2 Karya Sastra

1. Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.

Umpasa batak toba ini adalah karya sastra dalam bentuk syair/puisi yang berisi pernyataan restu, nasehat dan doa bagi orang yang mendengarnya. Umpasa adat batak toba diperdengarkan dalam upacara adat dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya, serta Kadang kala umpasa ini juga diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh:

Bintang na rumiris, ombun na sumorop.

Sai tubu di hamu anak na riris, boru pe antong torop.

2. Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pe-matang sawah yang licin.

3. Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, di-ungkapkan oleh orang yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.

4. Pepatah (Batak: Umpama). Terdapat beberapa macam pepatah yang ada dalam Sastra Batak.

(26)

Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara, khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah Tapanuli.

Namun demikian orang Batak telah tersebar ke berbagai penjuru dunia ini. Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar. Nenek moyang suku bangsa Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau menurut mitos orang Batak yang beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal dari titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai manusia pertama dikirim oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulau Samosir. Suku ini memiliki beberapa persamaan dengan salah satu suku di daerah Fhilipina. Karena itu diperkirakan bahwa sebenarnya keturunan Batak Toba berasa dari daerah Asia bagian Hindia Belakang. Banyak teori dan pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba.

(27)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui hakikat sastra Melayu serta ragam corak sastra di Indonesia dapat diketahui betapa kaya Indonesia akan budaya. Maka dari itu, kita harus mempunyai rasa bangga terhadap sastra-sastra yang ada di Indonesia. Manfaat dari pembelajaran ini adalah kita sadar akan adanya sastra di tengah-tengah kita, dengan begitu karya sastra tersebut tetap utuh.

3.2 Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Agepe. 2013.”Sastra Melayu Klasik”. Dalam almat website http://agepe-lesson.blogspot.com.

Agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-klasik.doc.

http://myindoliterature.blogspot.com/2011/sastra-sejarah,html.

http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-lama-pengaruh-hindu.html.

http://www.scribd.com/doc/53959412/Karya-sastra-Minangkabau

http://www.minangforum.com/Thread-Karya-Sastra-Minangkabau

http://palingindonesia.com/suku-dayak-kalimantan

http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/puisi-tradisional-sunda

http://lifeiseducation09.blogspot.com/2012/12/sejarah-sastra-bugis.html

http://sastrabali.com/category/sastra-2/mahabharata/tokoh-mahabharata/page/9

(http://togapardede.wordpress.com/2012/02/04/sastra-budaya-batak-toba/ )

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Perlu ditegaskan lagi bahwa meskipun bentuk-bentuk tulisan karya sastra tersebut sama-sama berasal dari model karya sastra Eropa dengan tema masing- masing yang

1) Junus, Umar. Sosiologi Sastra: Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. “Karya Sastra Dilihat sebagai Dokumen Sosial”. Paradigma Sosiologi

Setelah melakukan kajian pustaka, penulis menyimpulkan bahwa belum ada karya yang secara khusus membandingkan pendekatan sastra yang digunakan oleh kedua tokoh ini untuk

Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :178) mengatakan :”Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam

Lebih lanjut Yock menjelaskan jika sastra Islam melayu pada awalnya merupakan hasil saduran dari karya sastra bahasa parsi dan Arab oleh dua kelompok yang paling

Berdasarkan pengamatan terhadap orientasi kritiknya, karya- karya kritik sastra Indonesia yang berkembang di Yogyakarta pada tahun 1966—1980 menunjukkan variasi orientasi

Perkembangan bentuk karya sastra tersebut menjadikan bahan untuk kami menyelenggarakan Pergelaran Sastra Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI

Format pembelajaran ini tidak sekadar mengajak pebelajar untuk menikmati karya sastra dan menganalisis struktur pembentuk karya sastra tetapi juga berkembang pada tataran analisis detil