• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPP PKN SMK HUBUNGAN INTERNASIONAL KD 4.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RPP PKN SMK HUBUNGAN INTERNASIONAL KD 4."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Kewarganegaraan

Pertemuan: Kelas/ Semester: Alokasi Waktu: KKM

KD: Karakter Budaya Bangsa (KBB):

4 XI/4 2 x 45’ 73 Bersahabat, komunikatif, cinta damai, peduli sosial,cerdas I.Standar Kompetensi : Menganalisis Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional

II. Kompetensi Dasar 4.4 Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN, PBB) dalam meningkatkan hubungan internasional

III. Kisi-kisi soal

IV. Indikator: V. Tujuan Pembelajaran: VI. Materi Pembelajaran: BentukSoal NomorSoal

1. Mendeskripsikan

 Mengabsen dan mengetahui kondisi siswa.  Pengumpulan PR.

 Menginformasikan tujuan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Kegiatan inti (80 menit):

 Pengantar mengenai materi yang akan dipelajari dengan penayangan slide (10’).  Penugasan kelompok secara tertulis (30’).

 Presentasi dan diskusi (30’).

 Evaluasi dan penarikkan kesimpulan bersama terhadap hasil presentasi dan diskusi secara keseluruhan (10’).

3. Penutup (5 menit): Pengumpulan tugas.

Penenangan, dalam hal ini guru menginstruksikan siswa untuk membaca modul di rumah guna mempersiapkan proses pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Note:

TABEL KEGIATAN INTI

(2)

yang berbeda. Dalam video tersebut digambarkan tentang anak di negara barat dan seorang anak yang bekerja di industri sepatu (pengambilan setting video dilakukan di sebuah industri sepatu di Indonesia). Dimana keduanya mendapat pemenuhan hak serta kebutuhan dasar dan perlakuan yang jauh berbeda. Penayangan tersebut dimaksudkan agar siswa mendapatkan gambaran mengenai nasip pekerja anak, khususnya mengenai industri sepatu di Indonesia yang mempekerjakan anak. Sekaligus menumbuhkan empati siswa serta sikap peduli sosial, dan agar pembelajaran tidak monoton. Pembahasan materi terkait secara lebih mendalam akan dilakukan melalui presentasi dan diskusi, agar tercipta pembelajaran siswa aktif.

ELABORASI

Guru menugasi siswa untuk mengerjakan soal latihan kelompok. Satu kelompok berisi 4 orang. Guru juga membagikan empat judul artikel yang berkaitan dengan pekerja anak di Indonesia. Setiap kelompok memperoleh satu judul artikel. Artikel digunakan sebagai referensi tambahan agar informasi yang dibutuhkan lebih lengkap, sehingga dalam pemecahan permasalahan akan lebih obyektif karena melihat fakta dari berbagai sisi (cerdas). Siswa diperbolehkan saling bertukar artikel (bersahabat).

Setelah waktu pengerjaan usai, diskusi dimulai.

Diskusi dilakukan dengan model mimbar bebas. Dimana susunan tempat duduk dibuat membentuk lingkaran dan setiap kelompok menempati posisi masing-masing dengan menambahkan aksen papan nama organisasi di bagian depan, agar kelompok lain tahu lawan bicaranya.

Dalam mimbar bebas sangat dimungkinkan terjadi perdebatan diantara siswa, namun demikian ini justru melatih siswa untuk berani berpendapat namun tetap menjaga keselarasan (komunikatif dan cinta damai).

KONFIRMASI

Kelompok lain didorong untuk memberikan tanggapan, baik berupa pertanyaan, maupun memberikan argumentasi tambahan agar tercipta suasana diskusi yang ‘hidup’ dan menyenangkan.

 Evaluasi dan penarikan kesimpulan bersama dilakukan dalam bentuk aktivitas sebagai berikut: (a) Meminta dua orang siswa untuk memberikan simpulan secara lisan mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan. Alasan meminta dua orang siswa untuk memberikan simpulan adalah, bisa jadi hasil diskusi kelas ditafsirkan oleh siswa secara berbeda, dan dapat pula ditemui sudut pandang/perspektif lain dari hasil simpulan dari siswa yang menyimpulkan terlebih dahulu, dan agar menjadi pembanding dari dua kesimpulan tersebut; (b) Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang belum terjawab oleh kelas; (c) Guru memberikan masukan maupun tambahan informasi, serta koreksi terhadap hasil pembelajaran secara menyeluruh. Tidak lupa Guru memberikan apresiasi positif terhadap kinerja siswa secara keseluruhan, dan memberikan pujian pada siswa yang aktif secara verbal saat presentasi berlangsung, serta memberikan teguran serta motivasi pada siswa yang tidak fokus maupun pasif.

 Guru mengajak seluruh siswa untuk memberikan compliment dan applause sebagai reward atas performance siswa dalam diskusi. Berikutnya, pengumpulan tugas kelompok. Siswa diminta kembali ke bangku masing-masing. Siswa diminta menyusun posisi tempat duduk seperti semula.

VIII. Metode, Media, dan Sumber Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran:

 Penayangan slide ‘empatical grown’

 Penugasan dengan pemberian PR kelompok secara tertulis untuk penguasaan materi dasar, sebelum aplikasi dijalankan

 Analisa korelasi antara teori dengan fenomena sosial kemasyarakatan  Presentasi dan diskusi mimbar bebas

 Mengekstraksikan proses pembelajaran melalui simpulan lisan oleh siswa 2. Media Pembelajaran:

 Kartu latihan soal kelompok, yang terdiri dari dua jenis soal dan lembar jawab kelompok.  Lembar pengamatan siswa

3. Sumber Pembelajaran:

(3)

 Bambang Suteng, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

 Internet dan hasil PR siswa. IX. Penilaian

Lembar pengamatan siswa berikut ini mencakup penilaian siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan mencakupi setelahnya (penilaian akhir). Kognitif meliputi pengetahuan siswa, artinya kongnisi siswa dapat diukur melalui hasil pekerjaan tertulis siswa dan bagaimana pendapat siswa saat diskusi. Afeksi siswa dapat diukur dengan memperhatikan perilaku dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, bagaimana sikap siswa terhadap guru, terhadap mata pelajaran, dan terhadap teman sekelasnya. Psikomotor siswa diukur dengan melihat gerak siswa, dalam artian sejauh mana usaha siswa dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan guna menjawab latihan soal individu, apakah siswa giat bekerja, bekerja secara cepat, dan tidak bermalas-malasan. Agar tiga unsur penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor siswa terukur, maka direfleksikan dalam lembar penilaian berikut ini:

NO NAMA SKOR T.KEL KINERJASKOR INDV.SIKAP NILAI AKHIR

1. CATUR HARDITO 70 10 20 100

Penjelasan:

1. Dalam memberikan penilaian, meskipun bentuk penugasan adalah latihan kelompok, namun perolehan NILAI AKHIR tiap siswa dalam satu kelompok bisa saja berbeda. Ini dikarenakan penilaian secara individu tetap diperhitungkan, sesuai dengan performance setiap siswa secara individu.

2. Pada kolom TUGAS KELOMPOK, nilai perolehan siswa dalam satu kelompok sama. Penilaian yang sama ini didasarkan pada nilai dari hasil latihan kelompok yang dikerjakan bersama-sama. Skor latihan kelompok adalah 70 secara keseluruhan, dengan melihat bobot/kualitas pemikiran dan pendapat kelompok.

3. SKOR INDIVIDU meliputi KINERJA dan SIKAP siswa selama pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja dengan kriteria sebagai berikut: Indikator penilaian kinerja adalah  menunjukkan kerja sama yang baik dalam kelompok dengan mengambil porsi kerja secara optimal; tingkat keterlibatan dan peran positif yang ditunjukkan selama pembelajaran berlangsung, yang terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas bersama, keaktifan bertanya, menjawab, dan berpendapat dalam diskusi  skor dengan skala 1 – 10; Penilaian sikap dengan kriteria sesuai dengan kolom KBB skor dengan skala 1 – 20. Total penilaian individu adalah 10 + 20 = 30.

4. Penilaian secara keseluhan merupakan akumulasi dari skor latihan kelompok dan skor individu dengan rincian dan rumus penilaian sebagai berikut: S.T.KEL + KINERJA + SIKAP = 80 + 10 + 10 = 100.

5. Kriteria penilaian

A. 80 – 100 : Baik sekali B. 75 – 79 : Baik C. 60 – 74 : Cukup D. < 60 : Kurang

IX. Soal, Kunci Jawaban, Kisi-kisi Soal terlampir.

Wonosari, 02 Januari 2012

Mengetahui,

(4)

Drs. Sangkin, M. Pd Zuky Iriani, S.Pd

NIP. 19630302 199003 1 005 NIP. 19840514 2009 03 2

006

LAMPIRAN

ARTIKEL 1

PEKERJA ANAK, MISKIN DI MASA DEPAN

Rabu, 18 January 2012 05:56 http://www.lampungpost.com/home/pencarian-berita/39-nasional/22093-pekerja-anak-miskin-di-masa-depan.html

JAKARTA (Lampost): Jumlah pekerja anak di Indonesia berdasarkan data BPS mencapai 1,7 juta anak. Penyebaran yang paling banyak di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ancaman baru kemiskinan. Pekerja anak berusia rata-rata 5—17 tahun ini umumnya bekerja di sektor perkebunan dan industri sepatu. Ini beririsan dengan penduduk bekerja di Indonesia yang didominasi berpendidikan rendah. Data awal November 2011 menunjukkan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2011 mencapai 117,4 juta orang dengan jumlah penduduk bekerja 109,7 juta orang. Dari jumlah penduduk yang bekerja itu, pekerja dengan jenjang pendidikan SD ke bawah mendominasi dengan jumlah 54,2 juta orang atau 49,4%. Di sisi lain, pekerja dengan pendidikan sarjana hanya 5,6 juta orang atau 5,15%. Gambaran tenaga kerja Indonesia tersebut seakan menjadi cerminan buram masyarakat Indonesia di masa depan. Sebab, menurut Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Adi Dharma, penduduk suatu negara dapat menjadi semakin miskin lantaran adanya pekerja anak. "Pekerja anak itu tidak memiliki pendidikan formal. Jika itu terjadi, mereka tidak akan memiliki nilai tawar terhadap upah minimum regional. Hasilnya, hidup pekerja anak yang memasuki usia kerja akan seperti itu saja. Penduduk pun akan semakin miskin," kata Adi di Sarasehan Percepatan Menuju Indonesia Bebas Pekerja Anak, di Jakarta, kemarin. Adi mencontohkan dalam pembuatan sepatu ini, mungkin pengusaha sepatu tidak mempekerjakan anak di pabrik. Namun, pengusaha sepatu mengambil alas sepatu dari mitranya yang mempekerjakan anak. Selain itu, para pekerja juga kerap mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai seperti perbudakan, eksploitasi seksual, peredaran narkoba atau penyelundupan barang ilegal, dan pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral anak. Untuk mengurangi jumlah pekerja anak, Kemenakertrans menargetkan dapat menarik sebanyak 11 ribu pekerja anak dari tempat kerjanya. "Melalui proses pendampingan di shelter untuk mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan," kata Menakertrans Muhaimin Iskandar pada kesempatan yang sama.

Di sisi lain, pengamat ekonomi Indef Aviliani mengatakan banyaknya pekerja anak disebabkan terdesak kebutuhan keluarga. Namun, permasalahannya, pendidikan para pekerja anak yang mayoritas berpendidikan SD akan membuat mereka terus berada dalam lingkaran kemiskinan meskipun mereka telah bekerja selama puluhan tahun.

ARTIKEL 2

Pekerja Anak Sarat Risiko

oleh ndu pada 26-12-2007 http://sarisolo.multiply.com/journal/item/29/Pekerja_anak_sarat_risiko? &show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

JAJAR (Joglosemar): Ketua Badan Pelaksana Harian Social Analysis and Research Institut (SARI), Zainal Abidin ketika ditemui di kantornya Senin (24/12) mengatakan pada tahun 2007 sebanyak 88 pekerja anak di wilayah eks- Karesidenan Surakarta bekerja di sektor terburuk.

(5)

menjelaskan di Klaten banyak anak yang bekerja pada industri mie soun. Dalam satu hari mereka harus mengangkat ratusan plat mie soun sebanyak empat hingga lima kali. “Bayangkan anak-anak seusia mereka harus bekerja di bawah terik matahari dengan mengangkat beban berlebih dengan risiko terluka hingga kulit terbakar. Padahal, anak-anak yang terus menerus bekerja di bawah panas matahari langsung, secara perlahan penampilan mereka menjadi lebih tua dari usia sebenarnya,” ungkap Abidin.

Dia mengungkapkan, anak-anak yang berusia 13 hingga 17 tahun di Karanganyar banyak bekerja di industri petasan maupun kembang api dengan risiko terbakar, menjadi korban ledakan dan keracunan bahan pembuatnya. “Kondisi tempat kerja pabrik petasan di wilayah Karanganyar sangat tidak sehat, kamar mandi berdekatan dengan unit pengolahan limbah bahan kimia pembuat petasan, bisa saja bahan-bahan tersebut tercampur dengan air di kamar mandi dan itu sangat berbahaya,” ujarnya. Selain industri petasan, pekerja anak juga mendominasi industri garmen atau konveksi yang memang banyak terdapat di sana, industri garmen, menurut Abidin bisa saja menjadi berbahaya ketika tempat kerjanya lembab, remang-remang, terbatasnya ventilasi serta keselamatan kerja yang tidak memadai. (ndu)

ARTIKEL 3

Anak Bengkel Sepatu Sebagai Sosok Pembela Hak-hak Anak

Kamis, 7 Agustus, 2008 http://qitori.wordpress.com/2008/08/07/anak-bengkel-sepatu-sebagai-sosok-pembela-hak-hak-anak/

Posted by Quito Riantori

Tak ada kesan berlebih dari penampilan Asep Ramdhani. Perawakannya yang kecil dan kurus tak menunjukkan sosok aktivis yang memperjuangkan hak-hak anak. “Saya menjadi aktivis anak sejak enam tahun lalu,” kata Asep. Ini berarti ia sudah membela hak-hak anak pada saat masih berusia 10 tahun. Ia membela hak-hak anak yang bekerja di industri alas kaki di Cibaduyut, Bandung. Keterlibatan Asep sebagai pembela hak anak dilatarbelakangi masa lalunya yang tak seberuntung anak-anak lainnya. Sejak berusia satu bulan, Asep harus kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya. ”Ayah dan ibu saya cerai,” kata Asep. Karena itulah, ia diasuh bibinya yang tinggal tak jauh dari sentra industri sepatu Cibaduyut. Asep hidup serba kekurangan dan terpaksa berhenti sekolah setelah tamat SD. Di lingkungan tempat tinggalnya, angka putus sekolah sangat tinggi. Asep bekerja sebagai buruh angkutan barang di pasar. Terkadang ia membantu saudaranya yang tinggal di Subang, Jawa Barat. Selain itu, ia juga membantu bibinya berjualan bubur ayam di Pasar Subang. Selepas berjualan bubur, ia membantu menjadi kernet angkutan kota yang dikemudikan pamannya.

Pekerjaan itu dilakoninya sejak pagi hingga menjelang tengah malam. Asep berkenalan dengan para aktivis yang memperjuangkan hak-hak anak ketika ia masih duduk di bangku kelas V SD. Kebetulan, tak jauh dari rumahnya, berdiri sebuah sanggar bermain, Sanggar Kreativitas Anak Sidikara. Sanggar bermain milik Yayasan Sidikara dan Organisasi Buruh Sedunia (ILO) itu menampung sejumlah anak-anak pekerja di lingkungan industri sepatu Cibaduyut. Tujuannya, menghapus pekerja anak sektor alas kaki. Jumlah pekerja anak di Cibaduyut memang sangat tinggi. Berdasarkan data ILO pada 2005, jumlah “bengkel sepatu” –sebutan industri sepatu rumahan di Cibaduyut– mencapai 1.132. Tiap bengkel sepatu

setidaknya mempekerjakan dua buruh yang masih anak-anak. Sehingga jumlah pekerja anak di industri sepatu Cibaduyut mencapai 2.264 jiwa. “Mereka tidak diupah secara layak,” ujar Asep. Pekerja anak-anak di bengkel sepatu hanya dibayar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 sehari. Mereka bekerja selama 12 jam sehari, mulai pukul 08.00 dan baru pulang pukul delapan malam. Nasib pekerja anak yang tidak menguntungkan ini mengusik nurani Asep. Bersama sejumlah temannya, ia bergabung dalam sanggar. Dari sanggar yang beranggotakan lebih dari 500 anak itu, dia belajar banyak soal hak-hak anak. Asep mencoba memperjuangkan hak-hak anak lewat beragam cara. Termasuk menemui Ketua Asosiasi Pengusaha Sepatu Cibaduyut. “Saya meminta agar kesejahteraan pekerja anak ditingkatkan. Mereka harus dibayar sama dengan pekerja dewasa,” kata Asep, bersemangat.

Asep beruntung, untuk mengelola sanggar, dia dan teman-temannya tak perlu memikirkan biaya. Semua fasilitas, seperti komputer dan listrik, disediakan ILO. Asep yang ditunjuk menjadi koordinator program pelatihan komputer juga

memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah dari Yayasan Sidikara.

Sayang, dua tahun terakhir, ILO memutuskan mengakhiri programnya di Cibaduyut. Sanggar yang ada pun terpaksa ditutup. “Mereka menganggap proyek sudah berhasil,” tutur Asep. Tapi tidak demikian dengan para pekerja anak. Tak adanya tempat bermain dan belajar membuat mereka memilih kembali menjadi “anak bengkel sepatu”.

(6)

pekerja dan mantan pekerja anak itu diundang mengisi berbagai acara. Selain itu, untuk memperoleh biaya operasional sanggar, Asep dan kawan-kawan membuat berbagai kerajinan dari kayu dan kulit. Hasil kreativitas ini berbuah manis. “Ternyata ada nilai jualnya. Uangnya bisa buat operasional sanggar dan pemasukan anak-anak,” katanya. Pekerja anak sepatu satu per satu kembali bergabung. Sanggar yang didirikan pada Oktober 2006 itu pun diberi nama: Sanggar Muda Kreatif. Asep kemudian ditunjuk sebagai koordinator divisi kemitraan. Telanjur aktif di dunia LSM, Asep pun tak tanggung-tanggung. Dia bertekad mengabdikan dirinya sebagai aktivis sosial.

Ketua OSIS SMK Negeri 7 Bandung ini bergabung dengan Yayasan Sidikara sebagai sukarelawan. Tugasnya, melakukan pendampingan terhadap kaum difabel atau anak-anak cacat. “Mereka harus punya akses belajar yang sama dengan kita,” kata Asep. Belakangan, Asep bergabung di Forum Anak Jawa Barat, yang sama-sama memperjuangkan hak anak. Sepak terjangnya inilah yang mendapat perhatian dari Unicef, yang kemudian menobatkannya sebagai Pemimpin Muda

Indonesia 2007. Meski begitu, Asep mengaku tak ada yang berubah dalam dirinya. Dia tetap bersekolah dan membela hak anak-anak sepatu.

ARTIKEL 4

Euforia Berbahaya di Pabrik Sepatu

11 November 2002 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/11/11/KSH/mbm.20021111.KSH82408.id.html BAU lem menyergap hidung. Siapa pun yang baru pertama masuk ke bengkel pembuatan sepatu itu mungkin tak akan tahan dengan sengatan bau yang menyentak penciuman itu. Hal serupa dialami Agus Kurnia, karyawan bagian

pengeleman, setahun lalu. Mual, sakit kepala, dan batuk tak habis-habis dideritanya. Tapi kini, setelah tiap hari berurusan dengan lem, muncul perkembangan baru. Aroma itu tidak lagi "menusuk" hidung, bahkan menjadi bagian dari keseharian remaja 15 tahun ini. Mungkin, Agus dan rekan-rekannya memang merasa bisa beradaptasi dengan bau yang meruap dari lem. Padahal, yang terjadi lebih dari itu. Penelitian yang dilakukan Yayasan Ulil Albab-lembaga sosial yang bergerak di bidang kesehatan-bekerja sama dengan International Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC), tentang ketergantungan pekerja anak terhadap lem di sentra industri sepatu Cibaduyut, Bandung, membuktikan hal lain. Dari dua ratus lebih responden mereka, semuanya mengalami gangguan tingkat penciuman kronis, dan mayoritas menderita ketergantungan pada lem. Apa yang sebenarnya terjadi? Susanto, dokter yang memimpin penelitian ini, menyatakan bahwa kandungan fenol dalam darah anak-anak itu besarnya 50 sampai 80 miligram per desiliter.

Padahal, berdasarkan standar kesehatan, tubuh tak bisa menerima lebih dari 10 miligram per desiliter. Fenol, kata Susanto, berasal dari benzena, yaitu cairan pelarut dan perekat lem yang digunakan dalam pembuatan sepatu. Dalam literatur kesehatan, fenol termasuk zat psikotropika karena mengakibatkan efek ketergantungan pada orang yang aktif

menghirupnya. Sengaja atau tidak. Fenol terserap ke dalam tubuh para pekerja sepatu itu melalui hidung, kulit, atau mulut melalui tangan yang tidak dicuci dulu sebelum makan. Zat ini kemudian masuk ke dalam inti sel dan mengubah struktur sel itu, yang mengakibatkan timbulnya kanker darah atau leukemia. Lebih parah lagi, fenol juga bisa disimpan dalam hati, limpa, otak, dan sumsum tulang belakang. Dalam waktu sepuluh tahun mendatang, organ-organ itu sangat rentan terhujam kanker. Dalam rentang yang lebih pendek, menurut Susanto, fenol mengakibatkan sakit kepala, infeksi saluran pernapasan atas, asma, mual, dan kegembiraan yang berlebihan (euforia). Menurut penelitian yang dilaksanakan sejak tahun lalu itu, hampir semua responden (85 persen) yang bekerja selama 2 sampai 4 tahun menderita penyakit itu. Yang terbanyak dikeluhkan adalah sakit kepala. Mengapa bisa begitu? Lingkungan kerja yang tak memenuhi standar kesehatan dituding sebagai penyebab. Menurut Susanto, itu akibat tak tersedianya sistem sirkulasi udara dan ventilasi dalam bengkel. Para pekerja bersibuk-sibuk dalam ruang tertutup tanpa jendela dan cahaya. Kini salah satu solusinya adalah

menempatkan pekerja bagian pengeleman di tempat terbuka atau, minimal, yang cukup udara dan cahaya. Memang, berdasarkan pemantauan TEMPO di beberapa bengkel pembuatan sepatu di Cibaduyut, banyak bangunan yang tak memenuhi standar kesehatan. Salah satunya adalah bengkel kerja milik Yana Suryana di Kelurahan Mekar Wangi. Bangunan berlantai dua seluas 50 meter persegi ini sangat miskin sirkulasi udara dan lubang cahaya. Atap hanya ditutup asbes sehingga ruangan terasa pengap dan panas. Dalam situasi begini, tingkat penguapan benzena dari lem semakin tinggi. Walhasil, dari luar pun, bau menyengat itu bisa tercium. Para karyawan bagian pengeleman-setidaknya Agus Kurnia, Pepih, dan Karman-merasa tak ada yang aneh dengan bau itu. Mereka sudah merasa normal dengan aroma menyengat hidung itu. "Dulu memang pusing, sekarang sih enak saja nyium bau lem," kata Agus tertawa-tawa. Menurut Yana-yang memasukkan produknya untuk diberi label Edward Forrer-semula ia tidak tahu pengaruh zat-zat yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu itu pada kesehatan buruh. Namun, setelah ada penyuluhan dari Yayasan Ulil Albab dan

(7)

jeruk, sesudah itu kopi. Setelah itu, mereka diminta mengendus bau yang lebih menyengat, yaitu terasi dan tembakau. Berdasarkan temuan ini, Ulil Albab dan ILO berharap perbaikan tak cuma datang dari pemilik pabrik sepatu, tapi juga pada produsen lem yang menggunakan zat adiktif dalam produknya. Sebab, selama ini, di kalangan anak jalanan, lem sudah populer sebagai sarana untuk mabuk dan fly yang murah dan mudah didapat. Biasanya disebut ngelem. Itu tak lain karena kandungan zat psikotropika di dalam lem atau zat perekat. Hanya dengan beberapa ribu rupiah, seseorang bisa menghirup lem dan mencandunya untuk menenangkan hati karena bisa mendatangkan kegembiraan yang berlebihan. Ketua perajin sepatu Cibaduyut, Haji Yayat, menyatakan seharusnya produsen lem mencatumkan komposisi zat kimia yang dikandung dalam produk perekat ini. Dalam kemasan lem, biasanya hanya tercantum bahwa produk ini mudah terbakar. Tanpa ada peringatan bahwa perekat ini mengandung zat psikotropika yang jelas berbahaya. Bukan hanya bagi para perajin sepatu, tapi bagi siapa pun. AKA dan Rinny Srihartini (Bandung)

KARTU SOAL

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ PEMERINTAH INDONESIA

Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ UNITED NATIONS CHILDREN’S FUND (UNICEF) Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ PERSATUAN PENGUSAHA SEPATU SE-JAWA BARAT Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ UNITED NATIONS EDUCATIONAL SCIENTIFIC AND

CULTURAL ORGANIZATION (UNESCO)

Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO)

Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ INTERNATIONAL LABOR ORGANIZATION (ILO) Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

(8)

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ LSM PEDULI NASIB PEKERJA ANAK

Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK

Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.

Gambar

TABEL KEGIATAN INTI

Referensi

Dokumen terkait

Pokazalo se da dobar supstrat u Heckovoj reakciji može biti i anhidrid benzojeve kiseline u ulozi arilirajućeg agensa zbog toga što su nusprodukti u takvim reakcijama ugljikov(II)

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi menurut sifatnya yang diklasifikasikan menjadi gangguan mekanik dan gangguan semantik. Dimana gangguan mekanik adalah gangguan

Novel Empress Orchid karya Anchee Min yang diterbitkan pada tahun 2004 yang difokuskan pada seorang tokoh utama yaitu Putri Anggrek atau Putri Yehonala atau 慈禧太后 (Ci Xitaihou)

Penjelasan di atas dapat dipahami nilai etis yaitu budi pekerti yang baik, dimana pelajaran dari Pencak Silat tidak hanya mengajarkan beladiri tangkis, hindar,

Dalam hal ini penerapan target costing yang terjadi di perusahaan dilakukan dengan menggunakan 6 (enam) prinsip - prinsip yaitu harga yang menentukan biaya (price

spiritualitas dan etik-moral umatnya masing- masing, yang dapat mencegah terjadinya Tipikor oleh warganya termasuk mereka yang berprofesi sebagai oknum-oknum penyidik,

Pada tampak samping kanan dari sudut tampak bangunan ini (tampak samping kanan) berbatasan langsung dengan site tanah tetangga, hal ini di siasati dengan penekanan

LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad baru) bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan