• Tidak ada hasil yang ditemukan

CRITICAL REVIEW JOURNAL ARAHAN PENEMPATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CRITICAL REVIEW JOURNAL ARAHAN PENEMPATA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena tak lepas dari rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical Review Journal Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tersusun dengan peran serta dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Arwi Yudi Koswara, ST; Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. sebagai dosen mata kuliah, arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam penyusunan laporan ini.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.

4. Penulis yang karyanya sangat bermanfaat sebagai referensi penyusunan makalah, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu dalam

muqadimmah singkat ini.

Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Jika ditemukan kekurangan di dalam substansi makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar - besarnya. Untuk itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(3)

DAFTAR ISI

Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP ... 2

Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang ... 3

Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang ... 4

BAB II KONSEP DASAR TEORI ... 5

2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976) ... 7

2.1.6 Komaruddin (1999) ... 8

2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005) ... 8

2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987) ... 8

Tabel 2.1.1.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian ... 9

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 10

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi ... 10

Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang ... 10

Tabel 3.1.2 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP ... 11

Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP ... 12

Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang ... 12

3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi ... 12

3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih ... 13

3.4 Kelebihan dan Kekurangan ... 16

BAB IV PENUTUP ... 17

4.1 Kesimpulan ... 17

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Review

Program wajib belajar sembilan tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semua masyarakat dari segala penjuru mulai dari masyarakat miskin hingga masyarakat berada diwajibkan mengikuti dan melaksanakan program yang dilaksanakan pemerintah tersebut. Yang dimaksudkan wajib disini adalah anak-anak yang berusia 7tahun-12tahun dan 13tahun-15tahun berkewajiban memasuki pendidikan dasar. Namun dalam pelaksanaanya, jika tidak ditunjang dengan fasilitas yang lengkap dan dapat melayani semua masyarakat, maka dapat memberikan efek yang buruk bagi penerus bangsa ini.

Konsekuensi logis yang harus dilakukan adalah pemerintah menyediakan berbagai fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang menjadi sasaran layanan pendidikan dasar dapat menikmati. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten Rembang dengan mernbangun SMP baru yang dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6 buah ruang kelas) di wilayah perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Rembang telah membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah perdesaan. Namun perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru tersebut masih rendah, rata-rata baru sekitar 54,5%. Bahkan keberadaan beberapa SMP baru juga menyebabkan menurunnya jumlah siswa pada SMP yang berdekatan. Sehingga terdapat ruang kelas tidak terisi oleh siswa baik di SMP baru maupun di SMP yang berdekatan, Sedangkan di beberapa tempat lain terdapat kondisi yang berbeda. Masih banyak anak lulusan SD yang tidak tertampung di SMP karena daya tampung SMP di tempat tersebut sangat terbatas. Anak-anak yang tidak tertampung terpaksa tidak bersekolah karena tidak ada SMP lain di sekitar lokasi tempat tinggal yang dapat menampung mereka.

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti tidak terlepas dari metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuisioner dan metode dokumentasi. Yaitu metode kuisioner dilakukan dengan pengambilan data primer, sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan pengambilan data sekunder Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan positivistik.

(6)

1. Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP dalam jurnal penelitian ini digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam menempatkan lokasi SMP. Penentuan bobot untuk masing-masing faktor dan sub faktor (kritena) dilakukan melalui pengolahan hasil-hasil kuesioner pembobotan yang diperoleh dari pendapat responden. Tahapan pengolahan data dimulai dengan tabulasi hasil kuesioner, perhitungan rata-rata geometrik, normalisasi dan perhitungan nilai bobot, dan diakhiri dengan uji konsistensi.

Berikut adalah tabel hasil analisis AHP dengan cara mengalikan bobot masing-masing kriteria dengan cara mengalikan bobot faktor yang ada di atasnya atau yang berhubungan :

Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP

Dari peringkat faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah lebih penting dibanding faktor lahan, jarak dan transportasi. Jadi menurut responden, faktor prioritas untuk menernpatkan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk (51,67%) dan faktor distribusi sekolah (25,58%).

(7)

2. Performance Analysis ( kinerja analisis)

Kinerja analisis digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah priontas yang perlu penambahan unit SMP. Dalam melakukan analisis, kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan SMP adalah jumlah siswa lulusan SD yang dapat terlayani oleh SMP yang ada dan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP di tiap-tiap wilayah kecamatan. Indikator kinerja pelayanan SMP dikatakan tinggi apabila APK tingkat SMP lebih dari 85%, sedang apabila APK tingkat SMP antara 80%, rendah apabila APK tingkat SMP kurang dari 80%.

Berdasarkan analisis kinerja pelayanan SMP dengan menggunakan kriteria dan indikator tersebut di atas, dihasilkan tingkat kinerja pelayanan di masing-masing wilayah kecamatan seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang

Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, terdapat 8 kecamatan yang memiliki kinerja pelayanan SMP masih rendah, yaitu Kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Kalion, Kragan dan Sluke . Delapan kecamatan tersebut menjadi wilayah prioritas untuk penambahan unit SMP.

3. Land Suitability Analysis

(8)

Berdasarkan kriteria kelayakan dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting masing-masing lokasi di delapan wilayah kecamatan. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai dan masing-masing lokasi untuk menentukan derajat kelayakan Dari rangkaian kegiatan analisis menggunakan metode Land Suitability Analysis, diperoleh beberapa lokasi yang layak untuk menempatkan SMP sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang

(9)

BAB II KONSEP DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Von Thunen

Menurut Von Thunen bahwa lokasi sebagai variable terikat yang mempengaruhi variable bebasnya seperti urban growth, perekonomian, politik, bahkan budaya masyarakat (gaya hidup). Teori ini dilandasi oleh pengamatannya terhadap daerah tempatnya tinggal yang merupakan lahan pertanian. Inti dari teori Von Thunen adalah teori lokasi pertanian yang menitikberatkan pada 2 hal utama tentang pola keruangan pertanian yaitu:

 Jarak lokasi pertanian ke pasar

 Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut).

Dari teori tersebut disimpulkan bahwa harga sewa lahan pertanian nilainya tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat kota akan lebih mahal di bandingkan lahan yang jauh dari pusat kota karena jarak yang makin jauh dari pusat kota/kegiatan, akan meningkatkan biaya transportasi.

Model Teori Lokasi Pertanian Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Berikut adalah skema teori tersebut.

Gambar 2.1.1.1 Konsep Teori Von Thunen.

2.1.2 Teori Weber

(10)

industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).

(a) (b) (c)

Gambar 2.1.2.1 Konsep Teori Weber

Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)

Keterangan: M = pasar

P = lokasi biaya terendah. R1, R2 = bahan baku Gambar

(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.

(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri. (c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

2.1.3 Teori Losch (1940)

(11)

ekonomi dan pergerakan orang yang termodifikasi berdasarkan tingkatan hirarki atas layanan yang tersedia. Teori pusat layanan memberikan sebuah pondasi untuk sebuah bangunan besar penelitian empiris atas kerangka pembangunan kota dan hal ini berguna untuk pembangunan ekonomi kota dan wilayah yang memiliki isu mengenai lokasi dan kelangsungan hidup aktivitas ekonomi.

Gambar 2.1.3.1. Jaringan Kota yang Dibentuk oleh Ragam Fungsi (Aktivitas) yang Berbeda

2.1.4 Model Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.

Dari keempat teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP. Faktor-faktor tersebut antara lain :

 Jarak Optimum

 Harga Lahan

 Jumlah Penduduk

 Jaringan Jalan

 Angkutan Umum

 Aglomerasi (persebaran sekolah)

2.1.5 Chiara dan Koppelman (1976)

(12)

 Jumlah penduduk

 Jarak SMP dengan SD-SD disekitarnya

 Jarak SMP dengan SMP lain

 Jarak SMP dengan permukiman

2.1.6 Komaruddin (1999)

Faktor-Faktor yang berpengaruh menurut Komaruddin (1999) sebagai berikut :

 Letak

 Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang)

 Pertimbangan keuangan

 Faktor-faktor fisik

 Harus dihindari tanah yang subur/beririgasi teknis

2.1.7 Departemen Pendidikan Nasional (2005)

Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005) sebagai berikut :

 Jumlah Penduduk

 Jumlah lulusan SD

 Jumlah SMP

 Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana

 Peruntukan lahan sesuai RTRW

 Memiliki status hak atas tanah

2.1.8 Departemen Pekerjaan Umum (1987)

Faktor-faktor yang berpengaruh menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) sebagai berikut :

 Jumlah penduduk

 Jumlah SD

 Jarak SMP dengan Permukiman

(13)
(14)

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang mengoptimalkan program wajib belajar sembilan tahun yang merupakan salah satu kebijakan dari pemerintah. Dalam melaksanakan program tersebut, pemerintah harus menyediakan berbagai fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang menjadi sasaran layanan pendidikan dasar dapat menikmatinya. Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang telah menyediakan fasilitas pendidikan dengan membangun Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, dalam pelaksanaanya terdapat beberapa permasalahan mengenai distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di Kabupaten Rembang. Dari pembahasan sebelumnya, telah dilakukan 3 tahapan analisis untuk mengarahkan penempatan lokasi SMP di wilayah Kabupaten Rembang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang terpilih 8 kecamatan yang dijadikan sebagai wilayah prioritas untuk penambahan unit SMP diantaranya Kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Kallori, Kragan, Sluke.

Adapun Alasan-alasan yang menjadikan 8 kecamatan tersebut sebagai lokasi prioritas penambahan unit SMP, antara lain :

1. Dari hasil analisis kinerja (Performance Analysis) menghasilkan 2 kriteria penentu yaitu kriteria jumlah lulusan SD dan kriteria jumlah SMP. 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang mempunyai jumlah siswa lulusan SD yang belum tertampung di SMP lebih dari 60 anak dan termasuk kedalam indikator rendah. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) juga rendah yaitu kurang dari 80 %. Sehingga kinerja pelayanan SMP di wilayah tersebut dikatakan masih rendah.

Tabel 3.1.1 Hasil Analisis kinerja di 8 Kecamatan, Kabupaten Rembang

No. Kecamatan Kemungkinan Jumlah Lulusan SD

belum Tertampung di SMP APK (%) Tingkat Kinerja

1. Bulu 88 72,60 rendah

2. Gunem 67 63,96 rendah

3. Sale 73 75,45 rendah

4. Sarang 337 64,16 rendah

(15)

8. Sluke 70 66,89 rendah

2. Sedangkan, untuk kriteria jumlah SMP dengan menggunakan analisis Land Suitability Analysis memperhitungkan derajat kelayakan penempatan lokasi SMP. 8 kecamatan yang terpilih itu dilihat dari hasil analisisnya dikatakan mempunyai lokasi yang layak. Karena telah memenuhi semua kriteria yang digunakan dalam analisis tersebut. Sehingga 8 kecamatan itu dijadikan untuk penambahan unit SMP di Kabupaten Rembang.

(16)

Tabel 3.1.3 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP

Tabel 3.1.4 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang

3.2 Faktor-faktor Penentu Lokasi

Dari hasil konsep dasar teori didapatkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel penelitian jurnal sebagai berikut :

1. Faktor Jarak

Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat dari berapa jauh jarak lokasi fasilitas terhadap permukiman penduduk, jarak terhadap SD sekitarnya dan jarak terhadap SMP terdekat.

2. Faktor Penduduk

Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat dari berapa jumlah penduduk yang menjadi sasaran pelayanan dan jumlah lulusan SD yang akan melanjutkan ketingkat SMP.

3. Faktor Transportasi

Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat dari akses jalan menuju lokasi dan angkutan umum yang digunakan untuk menuju kelokasi atau sebaliknya.

4. Faktor Lahan

Yaitu faktor yang berpengaruh untuk menentukan lokasi penempatan SMP dilihat dari harga lahan, kepemilikan status lahan, kondisi fisik lahan dan peruntukan lahan. 5. Faktor Distribusi Sekolah

(17)

Kemudian, setelah dilakukan analisis menggunakan analisis AHP dari 5 faktor yang digunakan 2 diantaranya sebagai variabel penelitian yang menunjukkan bahwa faktor prioritas yang digunakan untuk menentukan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah.

3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Terpilih

Dalam penentuan arahan penempatan lokasi fasilitas SMP di Kabupaten Rembang, jurnal tersebut menggunakan beberapa macam teori landasan yang sudah sesuai dengan faktor-faktor yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran menurut setiap teori lokasi yang digunakan :

1. Teori Von Thunen

Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi adalah harga lahan yang dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat kegiatannya. Semakin jauh jarak terhadap pusat kegiatan maka harga lahan semakin murah, begitu juga sebaliknya. Faktor lahan yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi SMP sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Von Thunen. Namun, setelah dilakukan analisis AHP nilai bobot yang dihasilkan tidak terlalu besar yaitu 12,61%. Sehingga faktor lahan hanya digunakan sebagai pendukung bukan sebagai faktor penentuan lokasi.

2. Teori Weber

Teori ini mengemukakan bahwa faktor penentu lokasi yang mempengaruhi adalah upah tenaga kerja, biaya transportasi, kekuatan aglomerasi. Sedangkan, faktor yang digunakan dalam jurnal ini memperhitungkan dari segi transportasi dan aglomerasi (persebaran sekolah). Keterkaitan 2 faktor tersebut yang ada didalam jurnal sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh weber. Karena dalam penentuan lokasi SMP di Kabupaten Rembang menggunakan faktor tersebut. Namun, setelah dilakukan analisis dengan metode AHP menghasilkan bobot yang rendah yaitu 5,02%. Sehingga faktor transportasi tidak menjadi faktor penentu utama lokasi SMP di Kabupaten Rembang, melainkan menjadi faktor pendukung lokasi.

3. Teori Losch

(18)

5,12%. Sehingga faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu melainkan sebagai faktor pendukung penentu lokasi. Sedangkan, faktor penduduk mengahasilkan nilai dengan bobit tertinggi diantara 4 faktor lainnya yaitu sebesar 51,67%. Sehingga yang dijadikan faktor penentu lokasi SMP di Kabupaten Rembang salah satunya adalah faktor penduduk.

4. Model Gravitasi

merupakan model yang digunakan untuk menentukan lokasi yang paling optimal sebagi pusat kegiatan dalam perencanaan pembangunan. Dalam jurnal ini, faktor yang termasuk kedalam model ini adalah faktor jarak optimal. Namun, jarak optimal diguanakn sebagai faktor pendukung karena mempunyai bobot nilai yang rendah. 5. Teori Chiara dan Koppelman (1976)

Dari teori tersebut yang termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP meliputi:

- Jumlah penduduk

- Jarak SMP dengan SD-SD di sekitarnya - Jarak SMP dengan SMP yang lain - Jarak SMP dengan permukiman

Dalam penerapan teori terhadap jurnal, teori ini sudah terimplikasi didalamnya. Karena peneliti menggunakan acuan faktor diatas untuk mengklasifikasikan apa saja faktor yang mempengaruhinya. Jumlah penduduk termasuk kedalam faktor penduduk yang mempunyai nilai bobot tertinggi setelah dilakukan analisa AHP, sehingga dijadikan sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor lainnya masuk kedalam faktor jarak.

6. Komarrudin (1999)

Dari teori tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan lokasi SMP yaitu :

- Letak

- Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang) - Pertimbangan keuangan

- Faktor-faktor fisik

- Harus dihindari tanah yang subur/ beririgasi teknis

(19)

7. Departemen Pendidikan Nasioanal (2005)

Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP sebagai berikut :

- Jumlah Penduduk - Jumlah lulusan SD - Jumlah SMP

- Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana - Peruntukan lahan sesuai RTRW

- Memiliki status hak atas tanah

Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor penduduk dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan Nasional. Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu penempatan lokasi SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa AHP paling besar yaitu 51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung.

8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)

Teori tersebut menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP sebagai berikut :

- Jumlah penduduk - Jumlah SD

- Jarak SMP dengan Permukiman

Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan faktor distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara 3 faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut. Karena nilai tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati peringkat pertama sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki peringkat kedua dengan nilai bobot sebesar 25,58%.

(20)

yang dapat dijadikan faktor prioritas yaitu faktor penduduk dengan analisis AHP didapatkan bobot nilai sebesar 51,67% dan peringkat kedua adalah faktor distribusi sekolah yaitu sebesar 25,58%. Sedangkam faktor lain hanya sebagai faktor pendukung karena bobot nilai dari ketiga faktor dibawah faktor penentu. Seperti faktor lahan dengan bobot 12,61% , kemudian faktor jarak 5,12% dan faktor transportasi 5,02%.

Dengan terpilihnya 2 faktor sebagai penentu lokasi maka Kabupaten Rembang yang terpilih sebagai tempat lokasi penambahan jumlah unit SMP disebabkan karena kondisi maupun karakteristik masing-masing kecamatan telah teridentifikasi paling banyak dipengaruhi oleh faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah tersebut

3.4 Kelebihan dan Kekurangan

Dalam penelitian jurnal tidak lepas dari adanya kekurangan dan kelebihan isi jurnal yang dilakukan oleh peneliti. Adapun kelebihan jurnal sebagai berikut :

- Konsep dasar teori dalam jurnal tersebut sangat mendukung. Dengan menggunakan beberapa teori yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dapat disimpulkan dan dihasilkan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel penelitian dalam jurnal. - Analisis yang digunakan dalam jurnal sudah sesuai dan cukup lengkap karena

berkesinambungan satu sama lain. Sehingga didapatkan faktor dan kriteria untuk menentukan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang.

- Perhitungan yang digunakan juga cukup jelas karena menampilkan tabel-tabel yang berisi perbandingan faktor satu dengan faktor yang lain. Sehingga perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai acuan perhitungan dalam menentukan hasil kesimpulan.

Sedangkan untuk masalah kekurangan dalam jurnal tersebut meliputi :

- Teori yang digunakan dalam jurnal tidak menjelaskan terlebih dahulu pengertian masing-masing teorinya. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan untuk memahami pertimbangann apa saja sehingga didapatkan hasil seperti itu dan selanjutnya dijadikan sebuah variabel penelitian.

- Pada tabel matrik tidak dipaparkan penjelasan dari isi tabel tersebut. Sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami bagaimana cara membaca tabel tersebut yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan hasil akhirnya.

(21)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Istilah wajib dapat dimaknai bahwa semua warga yang berusia 7- 12 tahun dan 13 - 15 tahun berkewajiban memasuki pendidikan dasar. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten Rembang dengan mernbangun SMP baru yang dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6 buah ruang kelas) di wilayah perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Rembang telah membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah perdesaan. Namun perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru tersebut masih rendah. Distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di Kabupaten Rembang. Oleh sebab itu, perlu dirumuskan arahan penempatan lokasi SMP sebagai salah satu solusi efektif dalam pendistribusian lokasi SMP.

Teori yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut menggunakan beberapa teori, seperti :

1. Teori Lokasi Von Thunen 2. Teori Lokasi Weber 3. Teori Lokasi Losch 4. Model Gravitasi

5. Chiara dan Koppelman (1976) 6. Komaruddin (1999)

7. Departemen Pendidikan Nasional (2005) 8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)

Dari hasil kajian teori-teori diatas dihasilkan faktor-faktor yang kemudian diklasifikasikan menjadi faktor jarak, faktor penduduk, faktor transportasi, faktor lahan, dan faktor distribusi sekolah yang akhirnya menjadi variabel penelitian.

(22)

faktor tersebut memiliki bobot nilai yang paling tinggi diantara lima faktor yang dianalisis. Kemudian wilayah-wilayah prioritas yang diperlukan penambahan unit SMP terdiri dari 8 kecamatan yang terpilih dari sebelumnya 14 kecamatan di Kabupaten Rembang diantaranya yaitu Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Kallori, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sluke. Setelah itu tahap terakhir yang dianalisis yaitu menentukan alternatif penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang. Arahan penempatan lokasi SMP di masing-masing Kabupaten Rembang yaitu di Babaktulung (kecamatan Sarang); Woro (Kecamatan Kragan); Dadapan, Sedan dan Mojosari (Kecamatan Sedan); Sambiyan (Kecamatan Kaliori);Tahunan (Kecamatan Sale); Gunem (Kecamatan Gunem); Pasedan (Kecamatan Bulu); Mangga, (Kecamatan SluIce).

Dalam keterkaitan antara teori dengan jurnal ini digunakan 8 teori sebagai penentu faktor yang dijadikan sebuah variabel penlitian. Faktor dan teori yang terdapat dijurnal dan dapat dihubungkan antara lain :

1. Teori Von Thunen

Teori tersebut dalam menentukan harga lahan dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat pelayanan. Dalam jurnal harga lahan bukan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot nilai yang rendah yaitu 12,61%

2. Teori Weber

Teori tersebut dipengaruhi oleh faktor jarak. Dan didalam jurnal faktor hanya sebagai faktor penentu karena mempunyai bobot nilai yang rendah yaitu 5,12%.

3. Teori Losh

Teori tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk maupun jarak permukiman terhadap pusat pelayanannya. Dalam jurnal faktor penduduk dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot nilai yang paling besar diantara 5 faktor yang lain yaitu sebesar 51,67%.

4. Model Gravitasi

Model yang dipengaruhi oleh jarak optimum terhadap pusat pencapaiannya. Dalam jurnal faktor jarak tidak dijadikan sebagai penentu melainkan sebagai faktor pendukung.

5. Chiara dan Koppelman (1976)

(23)

sehingga dijadikan sebagai faktor penentu penempatan lokasi. Sedangkan faktor lainnya masuk kedalam faktor jarak.

6. Komaruddin (1999)

Dalam penerapan terhadap jurnal, untuk menentukan faktor lahan dapat juga menggunakan teori tersebut. Karena, jika faktor-faktor diatas dapat diklasifikasikan lebih rinci masuk kedalam kategori faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis AHP faktor lahan tidak dijadikan sebagai faktor penentu karena memiliki bobot yang rendah yaitu 12,61%. Faktor tersebut hanya dijadikan sebagai faktor pendukung dari faktor penduduk dan faktor distribusi.

7. Departemen Pendidikan Nasional (2005)

Dalam pembahasan isi jurnal, teori yang digunakan sebagai penentu faktor penduduk dan faktor lahan dapat juga menggunakan teori Departemen Pendidikan Nasional. Faktor-faktor diatas diklasifikasikan kedalam faktor penduduk dan faktor lahan. Namun, setelah dilakukan analisis yang digunakan sebagai faktor penentu penempatan lokasi SMP yaitu faktor penduduk. karena memiliki hasil bobot anlisa AHP paling besar yaitu 51,67%. Sedangkan faktor lainnya sebgai faktor pendukung. 8. Departemen Pekerjaan Umum (1987)

Dalam penelitian jurnal, faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor penduduk dan faktor distribusi maupun faktor jarak dapat juga menggunakan teori dari Departemen Pekerjaan Umum (1987). Peneliti dalam menentukan teori tersebut pastinya telah mengetahui bagaimana kondisi wilayah penelitian sehingga faktor yang ditemui dilapangan sesuai dengan faktor yang terdapat dalam teori tersebut. Namun diantara 3 faktor tersebut salah satunya yaitu faktor jarak tidak digunakan sebagai faktor penentu utama. Melainkan sebagai faktor pendukung dari faktor penentu tersebut. Karena nilai tertinggi dari hasil analisis yaitu faktor penduduk yang menmpati peringkat pertama sebesar 551,67%. Sedangkan faktor distribusi menduduki peringkat kedua dengan nilai bobot sebesar 25,58%.

4.2 Lesson Learned

(24)
(25)

DAFTAR PUSTAKA

- Mardi, dkk, Januari 2009, “Arahan Penempatan Lokasi Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Karakteristik Wilayah di Kabupaten Rembang”. Jurnal Penataan Ruang.

Volume 3, No. 2, http://personal.its.ac.id/files/pub/3565-eko_budi-urplan-JURNAL%20PENATAAN%20RUANG%202009%20Vol%203%20No%202.pdf. 16 Februari 2016

- http://www.pwktech.info/system-modeling/analytic-hierarchy-process-ahp/. Diakses pada : Hari Minggu, 14 Maret 2016

- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada : Hari Senin, 15 Maret 2016

Gambar

Tabel 1.1.1 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP
Tabel 1.1.2. Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang
Tabel 1.1.3. Alternatif Penempatan Lokasi di Kabupaten Rembang
Gambar 2.1.1.1 Konsep Teori Von Thunen.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Dari penjelasan di atas tampak bahwa literasi matematika terkait dengan kemampuan siswa dalam menggunakan matematika untuk menghadapi masalah- masalah yang ada pada

Memori sensoris merupakan proses penyimpanan informasi melalui saraf saraf sensoris dalam jangka waktu yang sangat pendek..  Encoding dalam memori sensoris: Pada saat mata

Andaikata pendidikan agama yang diterima dari orang tuannya dirumah sejalan dan serasi dengan apa yang diterima dari gurunya di Taman Kanak- kanak, maka ia masuk sekolah dasar