• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah perkembangan teknologi komunikasi menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah perkembangan teknologi komunikasi menjadi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

Makalah ini saya tujukan kepada teman – teman khususnya warga Asrama Bawakaraeng agar setidaknya mengetahui sejarah perkembangan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu yang secara tidak langsung kita pakai dalam kehidupan sehari – hari. Komunikasi dewasa ini telah banyak melakukan perubahan dari generasi ke generasi dari yang dulunya hanya interaksi dan pertukaran informasi antara dua individu atau kelompok dan menuju ke Jerman menjadi lebih luas lagi penyebaran informasinya melalui surat kabar dan sekarang kita telah mengenal radio dan tv sebagai suatu media massa yang penyebaran informasinya lebih cepat dan akurat di banding saudara terdahulunya yaitu surat kabar.

Melihat kebelakang sebelum komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu, komunikasi berakar dari sebuah seni berbicara dan actor utamanya adalah cicero seoarang filosof dari italia dia adalah seorang orator yang menentang kebijakan – kebijakan pemerintah, dari situ dia sering berbicara atau berpidato di depan umum untuk membujuk massa agar ikut menentang kebijakan pemerintah dan pada saat itulah seni berbicara tertuang pada setiap pidato – pidatonya di Italia. Masih di italia timbul fenomena atau gejala pernyataan melalui media yang pada saat itu kaisar romawi yang bernama Gaius Julius Caesar (100 – 44 SM) mengeluarkan peraturan bahwa setiap kegiatan – kegiatan senat di publikasikan melalui Acta Diurna, Acta Diurna Adalah suatu papan informasi yang di dalamnya terdapat informasi tentang kegiatan – kegiatan dari Senat. Senat Romawi adalah lembaga politik di Romawi kuno. Senat merupakan salah satu lembaga yang paling lama bertahan dalam sejarah Romawi.

1.2. Tujuan Penulisan

a. Dapat mengetahui perkembangan komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu.

b. Dapat memberikan informasi kepada kepada teman – teman dan pada khususnya sesama mahasiswa yang bergelut di bidang komunikasi.

1.3. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaiman sejarah komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu? b. Gejala apa yang membuat komunikasi menjadi suatu ilmu?

1. RETORIKA

(2)

Sepanjang terekam dalam literature, teoritis komunikasi dimulai sejak masa Yunani kuno. Ketika itu, Corax mengajarkan teori berbicara di depan pengadilan, yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal keterampilan persuasi (membujuk). Kemudian pada abad – abad berikutnya di mekarkan di romawi dengan nama dalam bahasa latin “rhetorika” (dalam bahasa inggria :rhetoric” dan dalam bahasa Indonesia “retorika”).

Di Yuani, Negara pertama yang mengembangkan retorika di pelopori oleh Georgias (480-370) yang dianggap sebagai guru retorika pertama dalam sejarah manusia yang mempelajari dan menelaah proses pernyataan anatar manusia. Dimulanya pengembangan retorika sebagai seni berbicara di Yunani itu adalah ketika kaum sofis mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan. Para pakar retorika lainnya adalah Isocrates dan Plato yang keduanya dipengaruhi oleh Georgias Socrates. Puncak peranan retorika sebagai pernyataan antara manusia ditandai oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles dua orang pakar yang teorinya hingga kini masih dijadikan bahan kuliah di berbagai perguruan tinggi. Walaupun pada zaman Romawi sudah mulai berkembang proses pernyataan melalui media, tetapi belum dapat dinilian sebagai ilmu, baru merupakan fenomena atau gejala. Ini terjadi ketika Gaius Julius Caesar (100-44 SM), kaisar Romawi yang termasyur mengeluarkan peraturan agar kegiatan – kegiatan senat setiap hari diumumkan kepada masyarakat setiap dengan cara ditempel pada papan pengumuman yang dinamakan Acta Diuarna. Kegiatan pengumuman pada Acta Diurna ini merupakan cikal bakal yang kita kenal sebagai kegiatan jurnalistik. Sampai di temukan kertas oleh bangsa Cina oleh Ts’ai Lun pada tahun 105 M, kegiatan itu baru menggunakan kertas. Seseorang berkebangsaan Jerman, Johanes Gutenberg (1400 – 1468) menemukan mesin cetak, yang mampu melipat gandakn tulisan bercetak, saling menyampaikan pernyataan di antara manusia semakin semarak. Berawal dari sinilah komunikasi semakin banyak diperbincangkan oleh para cendekiawan dan menjadi sesuatu yang dapat dikaji lebih dalam. Timbul banyak pengertian komunikasi dan secara otomatis perdebatan di antara cendekiawan pun terjadi untuk mencari suatu kebenaran.

2. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI PADA PERIODE 1900 – 1930 DAN PERIODE 1930 – 1950.

A. PERIODE 1900 – 1930

(3)

Periode ini disebut juga masa perkembangan speech and journalism’, yakni masa berkembangnya disiplin komunikasi yang ditandai dengan berdirinya organisasi dan berdirinya jurnal komunikasi. Pada tahun 1909 berdiri organisasi state komunikasi pertama di Amerika Serika, The Eastern State Speech Associations ( sekarang menjadi The Eastern communication Assosiation). 20 tahun kemudian terbentuk organisasi professional komunikasi, Comunication Assosiation. Perkembangan ini disusul penerbitan jurnal komunikasi pertama, The Quarterly Journal Of Versity Of Wisconsin pada tahun 1905, yang dilanjutkan dengan perkembangan technology radio (1920 an) dan televise (1940 an).

B. PERIODE 1930 – 1950

Periode ini bias disebut sebagai masa persilangan komunikasi dengan disiplin ilmu lain. Memang sejak awal pembentukannya, disiplin ilmu komunikasi tidak terlepas dari persilangan disiplin lain seperti filsafat dan teknologi. Namun persilangan yang terjadi di era adalah persilangan komunikasi dengan ilmu social dan psikologi. Dalam bidang antropologi misalnya, gerak tubuh (gesture) dan partisipasi kultural dijadikan salah satu penjelasan pola komunikasi suatu masyarakat. Studi ini turut memperkaya teoritisasi komunikasi non verbal. Percampurna juga terjadi dalam bidang psikologi berupa penggunaan teori psikologi seperti minat, persuari, sikap dan pengaruh untuk menjelaskan bagaimana dinamika yang terjadi dalam berkomunikasi.

Akhir tahun 1950 an muncul sejumlah tulisan penting. Tulisan ini tidak saja semakin membentuk komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu, tetapi juga meletakkan kerangka berpikir sebagai pijakan mengembangkan ilmu komunikasi, seperti teori Laswell, Shanon – weaver, schramm, dan katz lazerfel.

Pada tahun 1948 Laswell memperkenalkan pola komunikasi yang mengatakan bahwa proses komunikasi meliputi “who says what to whom in what channel with what effect”, atau siapa berkata apa kepada siapa dengan saluran apa serta menimbulkan pengaruh apa”.

Setahun setelah Laswell mempublikasikan teorinya, Claude Shanon yakni komunikasi menurut Shanon meliputi juga aktivitas lain seperti bermusik, balet, atau pentas seni. Walaupun pola komunikasi Shanon memiliki kesamaan dengan Laswell dalam hal perspektif yang digunakan yaitu pola komunikasi verbal yang searah, namun teori Shanon menjelaskan teori komunikasi secara lebih rinci. Shanon juga memperkenalkan istilah noise, yakni segala hal yang dapat menyebabkan penyimpangan dalam penyampaian komunikasi. Schramm

(4)

memperkenalkan konsep baru dalam komunikasi, field experience yaitu merujuk pada kesaman latar belakang dan pengalaman (seperti kesamaan bahasa dan culture) antara pengirim dan penerima pesan. Karenanya field experience diperlukan untuk menjelaskan apakah pesan yang dikirim akan diterima dengan baik atau tidak.

Senada dengan hal tersebut, Littlejohn (2002 : 12 – 13) mengidentifikasi lima kelompok teori komunikasi yang kini tengah berkembang dalam diskursus ilmu komunikasi.

1. Stuructural and functional theories : yakni teori komunikasi yang dikembangkan dari ilmu social. Teori ini melihat struktur social sebagai sesuatu yang nyata sekaligus dapat diukur.

2. Congnitive and behavioral theories : merupakan teori yang dikembangkan dari psikologi., yakni berfokus pada hubungan cara berfikir dengan tingakah laku individu.

3. Interactionis theories : teori yang melihat kehisdupan social sebagai proses interaksi. Komunikasi dalam hal ini merupakan wahana belajar bagaimana bersikap dan bagaimana memaknai.

4. Interpreative theories : teori ini coba menjelaskan arti dari suatu tindakan atau teks dalam kaitannya pengalaman individu.

5. Critical theories : teori ini berupaya menelisik kepantingan public dalam struktur komunikasi yang ada. Teori ini berfokus pada situasi yang timpang (inequal), dan menindas (oppression).

3. PUBLIZISTIK

Lama sudah ilmu yang mengkaji pernyataan antara manusia hanaya sekitar pernyataan secara lisan dan secara tatap muka, baik dalam bentuk dialog dua orang, maupun dalam bentuk sekelompok hadirin dan itulah retorika. Baru pada tahun 1609 di jerman surat kabar pertama dalam sejarah dengan menyandang nama “Avisa Relations Oder Zeitung “ disusul oleh “ Weekly News “ yang diterbitkan oleh inggris pada tahun 1622.

(5)

“Zeitungswissenschaft” yang kesemuanya berarti ilmu persuratkabaran”. Terjadi pada abad 19.

Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persurat kabaran, perkembangan tersebut disebabkan

1. Khalayak membutuhkan ilmu pernyataan umum. Kebutuhan tersebut semakin terasa mendesak ketika radio dan film tampil ke muka sebagai alat pernytaan publistik baru.

2. Meskipun memang ilmu persuratkabaran telah berhasil menjadi suatu ilmu disipliner dengan menggunakan gejala surat kabar sebagai objek dari penyelidikannya. Namun satu hal yang tak terpegang – inti dari pada segalanaya pernyataan umum yakni fungsi social dari pada kata dan makna yang seluas – luasnya. Dan fungsi social ini ialah bahwa alat – alat komunikasi mendukung dan menyatakan segala isi kesadaran yang disampaikan kepada orang lain dengan tujuan bahwa sikap rohaniah dari dia yang menerimanya menjadi sama arah dengan dia yang menyatakannya.

Penyelidikan dan ajaran secara khusus memperhatikan masalah umum mengenai pengarahan, penghimpunan, dan pemberian pengaruh secara rohaniah, merupakan sebuah ilmu yang disebut publisistik.

4. KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU (COMUNICATIONS SCIENCE)\

Jika retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antara manusia yang berkembang di Ynuani dan di Romawi satu arah menuju ke Jerman menjadi Publizistikwissenschaft yang disingkat Publizistik, maka arah lain menuju Amerika serikat di benua ini namanya Comunications Science atau ilmu komunikasi.seperti halnya ilmu publizistik yang pada awal mulanya adalah ilmu persuratkabaran, ilmu komnikasi pun berasal dari aspek persuratkabaran, yakni “journalis” suatu pengetahuan tentang seluk beluk pemberitaan melalui peliputan bahan berita, melalui pengolahan, sampai penyebaran berita.

Oleh karena yang disiarkan media surat kabar itu, ternyata tidak hanya informasi hasil kegiatan jurnalisme semata – mata, maka berkembanglah penyiaran pernyatan manusia tersebut menjadi “mass media communications” (media komunikasi massa) yang untuk memudahkannya sering disingkat “mass communications” (komunikasi massa).

(6)

Dalam perkembangan pengaruh perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, istilah mass communication dianggap tidak tepat lagi karena ternyata tidak lagi merupakan proses yang total. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazerfeld, Bernard Barelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M Rogers, dana para pakar lainnya, menunjukkan bahwa fenomena social akibat terpaan media massa hanya merupakan satu tahap saja ; ada tahap kedua, ketiga, dan tahap – tahap berikutnyayang menerruskan pesan – pesan media massa dari mulut ke mulut yang justru dampaknya sangat besar. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar komunikasi antara pribadi secara tatap muka (interpersonal face to facecomunication).

Dalam proses komunikasi secara secara total, komunikasi melalui media massa hanya merupakan satu dimensi saja ; ada dimensi – dimensi lainnya yang menjadi objek studi suatu ilmu. Dan ilmu memplejari dan menelitinya bukan “mass communication science”, melainkan communication science yang lebih luas yang meneelaah mass communication, group communication, dan lain – lain.

Sebagaimana dikemukakan Poedjawijatma (1983), Hatta (1987), Suriahsumantri (2001) dalam Vardiansyah (2005 : 8). Persyaratan suatu keterampilan menjadi ilmu itu ialah objektif, metodis, sistematis, dan universal.

1. Objektif : ilmu harus memiliki kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam. Sebagai sebuah ilmu apakah komunikasi memiliki objek tertentu? Ada dua objek material komunikasi, yaitu pertama masyarakat dan kedua media ( Abrar : 2003: V). Menurut Abrar seperti ilmu – ilmu lainnya ilmu komunikai memiliki objek material yaitu masyarakat. Dalam perkembangannya, ilmu komunikasi mengenal objek material yang lain yaitu media. Setelah menjadikan media sebagai objek material kedua, maka ilmu komunikasi memiliki objek kajian yang konkret di banding objek kajian ilmu social yang lebih tua.

2. Metodis : diambil dari bahasa Yunani (hodos yang berarti cara, jalan). Dalam bahasa umum metodis yakni metode tertentu yang disebut merode ilmiah. Maka, pengetahuan yang di dapat secara metodis merupakan syrat ilmu yang kedua. Ada sejumlah metode yang dimiliki oleh komunikasi. Secara umum, ilmu ini menggunakan metode penelitian ilmu social. Ini dapat dipahami karena pada awalnya ilmu komunikasi merupakan paradigma dari ilmu social.

(7)

3. Sistematis : dari bahasa Yunani sustema yang berarti : utuh menyeluruh, terpadu, menjelaskan sebab akibat menyangkut objeknya. Maka pengetahuan secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu ketiga. Dari objek ilmu ini kemudian di tarik garis yang literature berupa penataan, sehingg ia merupakan benar – benar suatu unit yang utuh, yang kemudian diperinci secara sistematis. Pengertiannya harus jelas, perbedaannya dengan ilmu – ilmu yang lain pun harus jelas. Begitu pula strukturnya, hierarkinya, ururtan – urutannya harus sedemikian rupa, sehingga makin ke bawah pengertiannya semakin khusus. Kini pengertian – pengertian dalam ilmu komunikasi pada prinsipnya suda mencapai kesepakatan.

4. Universal : kebenaran yang hendak di capai bukan yang tertentu, melainkan berdifat umum. Telah ada kesepakatan bahwa ilmu ini mempelajari pernyataan antarmanusia, kendati nama – nama yang berbeda masih mewarnai ilmu ini, seperti istilah Publiciteitsleer (W.N. Van Der Hout), Pers – etenschap (Kurt Baschwitz), Zeitungswissenschaf (Karl d’Ester), Communication, Journalism, Mass Communition, Communicology ( Amerika Serikat).

Pada tahun 1967 terbit buku yang berjudul “The Communicative Arts Of Science Of Speech” yang di tulis oleh Keith Brooks, yang menampilkan paparannya mengenai “Commnicology” secara luas. Mengenai Communicology (komunikologi / ilmu komunikasi) Brooks menyatakan sebagai berikut :

Pada tahun – tahun terakhir ini banyak cendekiawan komunikasi dalam berbagai disiplin ilmu yang mengkontribusikan kepada pemahaman kita landasan proses serta tipe – tipe dan bentuk – bentuk aktivitas komunikasi. Komunikologi berkaitan dengan integrasi asas – asas komunikasi dari para cendekiawan itu. Juga komunikologi berarti filsafatkomunikasi yang realistis, program penelitian yang sistematis yang menguji teori – teorinya, menutupi kesenjangan – kesenjangan dalm pengetahuan, menafsirkan dan mengabsahkan penemuannya kedalam disiplin dan penelitian khusus. Ia menyajikan program yang luas yang meliputi tetapi tidak membatasi dirinya, kepentingan – kepentingan atau tehnik – tehnik suatu disiplin ilmu.

Anggapan bahwasannya komunikasi itu sudah menjadi ilmu terbukti dengan terbitnya buku berjudul “Message Effects In Communication Science” pada tahun 1989 dengan James J. Bradac sebagai editor. Dalam buku tersebut sebelas pakar komunkasi dari berbagai Universitas kenamaan di Amerika Serikat memberikan kontribusinya mengenai aspek pesan dan efek dari proses komunikasi.

(8)

Uraian di atas menunjukkan kepada para peminat komunikasi bahwa komunikasi itu tanpa harus diragukan lagi adalah memang ilmu. Dan mereka yang bukan peminat ilmu komunikasi tidak perlu menanyakannya.

KESIMPULAN

Ilmu komunikasi berawal dari sebuah seni berbicara yang kita kenal dengan sebutan retorika dan dimulai di Yunani. Seiring perkembangan zaman retorika berubah menjadi publizistik yang lebih dikenal dengan ilmu persuratkabaran dan jurnalistik dan pada akhirnya menjadi suatu disiplin ilmu yaitu komunikologi atau ilmu komunikasi (communication science) yang mengkaji tentang pernyataan antara manusia verbal dan non verbal baik itu melalu media massa (mass communication), radio, televise dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Bambang Q – Anees, M.Ag (2007) Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa

 Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A (2003) Ilmu, Teori dan, Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

(9)

 Muhammad Mufid (2009) Pengantar Buku Etika Dan Komunikasi Filsafat. Jakarta : Kencana

 http://id.wikipedia.org/wiki/Senat_Romawi

Referensi

Dokumen terkait

8.1.2 Makna Konotasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show Orang Pinggiran Makna konotasi kemiskinan yang didapat dari analisis simbol yang ditampilkan pada tayangan

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada faktor Net Performing

Buku agenda surat masuk dan surat keluar adalah dokumen tertulis yang berisi catatan tentang surat-surat yang dibuat kelompok untuk para anggota maupun pihak

Demikian juga kalau dilihat kegiatan upakara yang dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan Tuhan akan mengeluarkan untuk dewa yadnya sebanyak Rp..

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Penerapan pendekatan Saintifik berbasis mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar

:.- Yang dimaksud dengan pelayanan publik kepada masyarakat/tamu dari Sekretariat DPRD Provinsi Sumatera Barat adalah, segala urusan dan kepentingan masyarakat/tamu

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 VII-9 cakupan pelayanan air limbah (domestik perkotaan). Sedangkan rasio elektrifikasi rumah tangga pada Tahun 2014 adalah sebesar 83,77%,