• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman umum tentang Filsafat Pancasila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemahaman umum tentang Filsafat Pancasila"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat pancasila A. Pengantar :

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat sesungguhnya merupakan titik awal dari munculnya ilmu pengetahuan tersebut. Berawal dari titik tersebut, manusia mengembangkan pikiran-pikirannya menjadi sebuah teori, ilmu, maupun landasan yang pada akhirnya mereka pilih sebagai pedoman mereka. Bercermin dari perkembangannya tersebut, maka wajar bila dikatakan bahwa sebenarnya manusia senantiasa berfilsafat selama hidupnya.

Dari banyaknya filsafat yang muncul dari pemikiran seseorang, nantinya akan terdapat beberapa filsafat yang akhirnya terpilih dan diakui oleh sekelompok orang. Dengan demikian filsafat tersebut menjadi jalan hidup (way of life) bagi kelompok yang menggunakannya.

Rumusan Masalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?

2. Bagaimana hubungan antara tiap-tiap sila dalam Pancasila?

3. Bagaimana peran Filsafat Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? B. Pengertian Filsafat :

Sebelum memahami lebih lanjut mengenai filsafat, akan lebih mudah jika kita ketahui terlebih dahulu istilah dan pengertian filsafat itu sendiri. Secara etimologis istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni philosophia. Istilah tersebut berasal dari dua kata yakni “ philein”yang artinya “cinta”, dan “ sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” (Nasution, 1973). Maka secara harfiah dapat diartikan filsafat adalah “mencintai kebijaksanaan”

Menurut Plato, filsafat berarti pengetahuan yang berminat untuk mencapai suatu kebenaran yang asli.

Sesuai dengan arti yang telah dijabarkan tersebut, filsafat menyertai manusia dalam memilih pandangan hidup yang menurut mereka baik dan benar demi mencapai tujuan hidupnya yakni suatu kebahagiaan.

Keseluruhan arti filsafat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut

1. Filsafat sebagai produk :

a. Pengertian filsafat yang mencakup arti filsafat sebagai hasil (produk) dari proses berfilsafat para filsuf. Seperti ilmu, teori, konsep dari filsuf zaman dahulu, sistem atau pandangan hidup yang memiliki ciri tertentu.

b. Filsafat sebagai suatu problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini pada intinya merupakan hasil dari kegiatan filsafat yang produknya problema yang kemudian diselesaikan dengan cara filsafat pula.

2. Filsafat sebagai suatu proses :

Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat tidak hanya menjadi sekumpulan dogma yang diyakini, detekuni, dan dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu, melainkan lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat. Atau dengan kata lain diartikan sebagai aktivitas pemecahan masalah dengan menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya.

C. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem

Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Namun, dewasa ini ternyata masih banyak yang belum benar-benar memahami dan menerapkan Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia.

(2)

saling bekerja sama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa terpisahkan. Sebagaimana memiliki ciri sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan bagian-bagian

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri 3. Saling berhubungan, saling ketergantungan

4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem) 5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:22)

Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara singkat sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia (Syarbaini;2003).

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan organis yang menjadi dasar pemikiran Bangsa Indonesia meliputi; pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat. Kenyataan Pancasila yang demikian itu disebut kenyataan objektif, dimana kenyataan tersebut ada pada Pancasila itu sendiri tanpa bergantung pada pengetahuan orang. Itulah yang menjadikannya sebagai suatu sistem yang memiliki ciri khas tertentu dan berbeda dengan sistem filsafat lainnya misalnya, liberalisme, matrealisme, komunisme, dan aliran filsafat lainnya.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila

1. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

Pengertian matematika dari piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari Pancasila dalam urut-urutan dan sifat-sifatnya. Bahwa di antara lima sila yang ada, terdapat hubungan yang saling mengikat sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat.

Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sila ke -1. Bahwa pada hakikatnya adanya Tuhan adalah karena diri-Nya sendiri, Tuhan sebagai causa Prima. Artinya, segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan (akibat dari adanya Tuhan).

b. Sila ke-2. Manusia sebagai pokok dari suatu negara, maka muncul sebuah negara yang merupakan persekutuan hidup bersama yang beranggotakan manusia.

c. Sila ke-3 Negara adalah akibat dari adanya manusia yang bersatu.

d. Sila ke-4 Sebagai akibat dari manusia yang bersatu, akan terbentuk rakyat yang merupakan unsur suatu negara di samping wilayah dan pemerintah. Dengan kata lain, rakyat adalah totalitas dari individu-individu dalam negara yang bersatu.

e. Sila ke-5 Dengan terbentuknya suatu pemerintahan, maka akan muncul suatu tujuan yakni keadilan, yang pada hakikatnya merupakan tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara.

2. Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi Tiap-tiap sila seperti yang telah disebutkan mengandung keempat sila lainnya dan dikualifikasikan oleh keempat sila lainnya. Sebagaimana disebutkan pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini mengandung arti Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ pewakilan,dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(3)

E. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat.

Kesatuan sila-sila Pancasila bukan hanya bersifat formal logis saja, tapi juga meliputi keatuan dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila itu sendiri.

1. Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila

Pancasila yang terdiri dari lima sila, seperti yang telah dibahas sebelumnya bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi sebuah kesatuan dasar ontologis. Yakni sebuah kesatuan dasar yang bersifat nyata dan realitas.

Pada hakikatnya, dasar ontologis adalah manusia, dimana manusia memiliki hakikat. Monopruralis. Oleh sebab itu, hakikat ini juga disebut hakikat dasar atropologis. Pada hakikat ini, manusia yang berperan sebagai subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila. Intinya, yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial adalah manusia (rakyat Indonesia itu sendiri)

Sehingga hubungan kesesuaian antara manusia dengan landasan sila-sila Pancasila merupakan hubungan “sebab - akibat” yang tiap-tiap sila memiliki makna bertingkat. Dengan demikian, dasar ontologis sila-sila merupakan suatu kenyataan bahwa Pancasila dan manusia saling berhubungan.

2. Dasar Epistemologis Sila-Sila

Pancasila Pancasila sebagai sistem filsafat juga merupakan suatu sistem pengetahuan yang dijadikan sebagai pedoman untuk memandang realitas alam semesta, manusia, dan masyarakat dalam rangka menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Dalam hal ini, filsafat telah menjelma menjadi ideologi (Abdulgani, 1986).

Berdasarkan dasar epistemologisnya (sumber dan kebenarannya), Pancasila tidak bisa lepas dari dasar ontologisnya yakni manusia yang mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologis itu sendiri.

3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila

Sila-sila sebagai sistem filsafat juga memiliki suatu kesatuan dasar aksiologisnya, yakni dasar tujuan dan manfaatnya. Sehingga nilai-nilai yang terkandung pada pancasila sesungguhnya juga merupakan satu kesatuan.

Pada dasarnya segala sesuatu itu bernilai, namun keanekaragaman sudut pandang membuat penggolongan nilai semakin banyak. Segala sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja, tetapi juga yang bersifat nonmaterial. Nilai-nilai material relatif mudah diukur dibanding dengan nonmaterial. Sebagai contoh nilai kerohanian bisa diukur dengan hati nurani manusia dengan bantuan alat indra manusia.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Notonegoro, bahwa nilai dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusi.

b. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Nilai kebenaran, bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.  Nilai keindahan, bersumber pada unsur perasaan manusia.

 Nilai kebaikan, bersumber pada unsur kehendak manusia.

 Nilai religius, merupakan nilai kerohanian tertinggi yang bersumber dari keyakinan dan kepercayaan manusia.

(4)

sistematis dan hirarkis dimana sila pertama sampai sila ke-lima memiliki keterkaitan satu sama lain.

F. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia 1. Dasar Filosofis.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara Indonesia mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, serta Keadilan.

Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, etis, maupun nilai religius. Hal ini dibuktikan pada nilai Pancasila yang tersusun hirarkis piramidal yang utuh.

Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila bagi Bangsa Indonesia merupakan landasan serta motivasi atas segala perbuatan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan bernegara. Dengan kata lain Pancasila adalah cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi kenyataan.

2. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan suatu sumber dari hukum dasar Negara Indonesia. Sebagai suatu sumber hukum dasar, Pancasila secara objektif merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan PPKI pada 18 Agustus 1945, yakni Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila juga tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang sebagaimana diketahui secara yudiris UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental. Hal ini ditegaskan dalam pokok pikiran ke-empat yang konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan negara, politik negara, dan pelaksanaan demokrasi harus senantiasa berdasarkan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

G. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia 1. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideology berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila bukan hanya suatu hasil perenungan atau pemikiran sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diangkat dari nilai-nilai, adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia itu sendiri sebelum membentuk Negara

2. Beberapa pengertian ideologi: a. A.S. Hornby

Mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang. b. Soerjono Soekanto

Menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.

c. Gunawan Setiardja

merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

d. Frans Magnis Suseno

mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka.

(5)

Merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.

 Ideologi terbuka

Merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.

3. Sifat Ideologi

Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas.

a. Dimensi Realitas

Nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

b. Dimensi idealism

Ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.

c. Dimensi fleksibilitas

Ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke masa.

Dari uraian di atas, sangatlah tepat jika bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsanya. Karena nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila bukan hanya suatu hasil perenungan atau pemikiran sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diangkat dari nilai-nilai, adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia itu sendiri sebelum membentuk negara.

Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi Bangsa Indonesia, dimana ideologi tersebut sangatlah sesuai dengan Bangsa Indonesia itu sendiri.

H. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila pertama ini, terkandung nilai bahwa negara yang didirikan harus mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, setiap warga Indonesia harus beragama dan bukanlah tidak punya agama dan juga Tuhan (ateis). Sila ini juga mempunyai makna bahwa warga Indonesia harus memiliki sikap toleransi dan tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

(6)

harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak asasi manusia.

3. Persatuan Indonesia Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara adalah di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dalam hal ini, negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, kelompok, golongan maupun agama yang berbeda harus mengikatkan diri pada Bhinneka Tunggal Ika agar perbedaan bukannya diruncingkan untuk menjadi permusuhan tetapi diarahkan kepada persatuan untuk mencapai tujuan negara.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sila ini mengandung makna bahwa nilai-nilai demokrasi secara mutlak harus dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Mengingat suatu negara terdiri dari rakyat dengan latar belakang yang berbeda, sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan maupun aktivitas lainnya diutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Pada akhirnya keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Di dalam sila ke-lima terkandung nilai bahwa keadilan harus terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat suatu negara merupakan sekumpulan dari masyarakat yang hidup bersama. Kebersamaan tersebut kemudian memunculkan suatu cita-cita dan tujuan bersama, yakni keadilan. Maka, demi terwujudnya keadilan tersebut diperlukan sikap kekeluargaan dan gotong royong serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

I. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sebagai suatu bangsa, Bangsa Indonesia memiliki cita-cita serta pandangan hidup yang dipakai sebagai basis nilai dalam setiap pemecahan masalah. Pandangan tersebut digunakan sebagai landasan filosofis yang asalnya dari nilai-nilai kultural Bangsa Indonesia sendiri. Akibatnya, selama Bangsa Indonesia berkehendak untuk bersama membangun bangsa di atas dasar filosofis bernama Pancasila, maka sudah seharusnya Pancasila menjadi dasar dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum, serta kebijakan internasional. Hal inilah yang kemudian diistilahkan bahwa Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Paradigma mengandung pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, serta proses dalam bidang tertentu termasuk dalam proses berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama proses pembangunan harus berdasar pada Pancasila. Secara lebih rinci, filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan identitas nasional Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila yang berasal dari bangsa Indonesia mencerminkan karakter dan sifat dari bangsa Indonesia itu sendiri. Dan dengan kedudukan Pancasila yang menjadi dasar negara dan konstitusi (Undang-Undang Dasar) Indonesia, maka Pancasila merupakan sumber dari segala hukum yang ada di Indonesia. Sehingga pembangunan Indonesia akan memiliki visi yang jelas dan terarah. J. Kesimpulan

1. Yang dimaksud dengan filsafat Pancasila adalah kerangka berpikir dan cara berpikir yang dipilih, diakui, serta dijadikan landasan dalam setiap aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

2. .Hubungan antara tiap-tiap sila dalam Pancasila yakni tiap-tiap sila dari kelima sila yang ada merupakan kesatuan yang saling berhubungan, saling berhubungan, dan saling bekerja sama membentuk kesatuan yang bulat dan utuh. Dimana sila yang satu mengandung dan melengkapi sila yang lainnya, sehingga tiap-tiap sila tidak bisa berdiri sendiri.

(7)

Daftar Pustaka

Kaelan, dan Achmad Zubaidi. 2012, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma : Yogyakarta Winarno. 2006,

Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Kedua , Bumi Aksara : Surakarta Kaelan. 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma : Yogyakarta

(8)

Di Susun Oleh :

Egi Ferdi Erawan

Academy Comunitas Negeri Cianjur Sub Campus SMKN 1 Karang

Tengah

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

al, paradigm pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.75-80.. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi

“Dalam perencanaan mema ng semuanya harus jelas, karena di RPP itukan menyangkut apa-apa yang akan kami lakukan dalam pembelajaran, walaupun nantinya dalam proses tidak

Based on the results and discussion that has been obtained, it can be concluded that: The process of application of learning models of children learning in

This study aim to create cognitive profiles of elementary school teachers who have been and have not been following the workshop PMRI, before and after they learning

This paper will explain the characteristics of multiple representation (PPMB-MR ) based mechanics subject program that can develop students' ability in constructing

[r]

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan ketertarikan dan jumlah wirausaha muda khususnya di Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa