• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG - Pengaruh Pengaturan Tempat Duduk U Shape Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG - Pengaruh Pengaturan Tempat Duduk U Shape Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus

menerus guna mencapai serangkaian tujuan bersama (Robbins & Coulter, 2007). Dalam mencapai tujuan dari organisasi maka ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu struktur, tujuan, hukum, prosedur, pengoperasian yang berlaku, teknologi, kompleksitas, spesialisasi, kewenangan, pembagian tugas, lingkungan dan manusia (Hardjitno, 1997).

Sejalan dengan Hardjitno, Nawawi (2008) menyatakan bahwa aspek manusia atau sumber daya manusia merupakan faktor pusat di lingkungan

organisasi yang mencari laba (perusahaan dan industri), voluntir (organisasi/perkumpulan berdasarkan kemanusiaan dan pengabdian) dan nir laba (instansi pemerintah). Salah satu organisasi nir laba adalah lembaga atau

organisasi pendidikan.

Lembaga atau organisasi pendidikan merupakan suatu lembaga yang

bertujuan mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki oleh siswa/siswi agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupun sebagai manusia, baik sebagai

(2)

Dalam mengembangkan potensi manusiawinya siswa/siswi yang juga nantinya akan menjadi sumber daya manusia dalam suatu organisasi maka mereka

harus mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dimana aspek yang mendukung seseorang dalam belajar adalah konsentrasi. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Surya (2007) bahwa kegiatan belajar mengajar

sangat membutuhkan konsentrasi belajar karena jika konsentrasi belajar tidak ada maka sebenarnya tidak ada pembelajaran yang terjadi.

Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti pikiran dan perasaan dimana hal ini dibutuhkan dalam belajar sebagai perwujudan perhatian yang tepusat dan merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa

memperoleh prestasi yang baik (Djamarah, 2008). Selain itu, menurut Slameto (2003) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

mengenyampingkan hal lainnya yang tidak berhubungan dimana dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Menurut Tonienase (2007) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yaitu pergaulan, psikologi, modalitas

belajar dan lingkungan. Pergaulan dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran sebab melalui pergaulan siswa dapat bertukar informasi baik posistif

maupun negatif sehingga hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa. Masalah psikologis berpengaruh pada konsentrasi karena siswa yang mengalami gangguan baik dari lingkungan sekitar maupun keluarga maka hal ini

(3)

belajar. Modalitas belajar merupakan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Pengaruh dari lingkungan

dapat berupa suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar dimana desain belajar ini merupakan media atau sarana yang dibuat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, yaitu dengan cara memilih dan mendesain ruang belajar sesuai

dengan kebutuhan misalnya memasang gambar, mengatur posisi duduk dan memilih tempat duduk baik bersifat formal maupun informal.

Organisasi tempat dilakukannya penelitian ini adalah Harvard English Course yang berada di Sei Rampah. Organisasi pendidikan ini bersifat informal yang fokus pada bidang pengajaran bahasa inggris dimana siswa yang belajar

dimulai dari pukul tiga sore sampai jam enam sore. Setiap kelas beroperasi selama satu setengah jam dan dimulai setelah jam pulang sekolah sehingga sering sekali

dijumpai siswa yang tidak fokus dalam menerima pelajar. Selain itu, masalah yang sering timbul adalah anak dan orangtua yang meminta anaknya duduk dipaling depan dengan alasan tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan

jelas jika duduk dibelakang sampai anak yang hanya akan main – main saja jika ditempatkan di tempat duduk belakang.

Oleh karena berbagai alasan tersebut, pihak kursus menyatakan sering megalami kesulitan untuk mengatur tempat duduk siswa mereka. Pihak pengelola

sebenarnya sadar terhadap masalah lingkungan yang ada, hal ini dibuktikan dari pemasangan ac, kipas angin serta sistem pencahayaan yang baik namun mereka juga mengakui bahwa tidak semua dari faktor lingkungan dapat mereka atasi

(4)

Faktor lingkungan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena apabila ada gangguan dari lingkungan belajar maka kegiatan belajar mengajar

tidak akan berlangsung dengan baik. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Justian (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar di Ruang Kelas” membuktikan bahwa

kebisingan dengan tingkat kebisingan 53dbA keatas mempengaruhi ketanggapan siswa dalam belajar sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kebisingan harus

dihindarai karena dapat mengganggu proses belajar di kelas.

Selain itu penelitian yang dilakuakan oleh Herlina (2007) yang berjudul “Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa” dimana

dilakukannya perlakuan berupa pengelolaan kelas yang terdiri dari pengaturan perabot, sarana belajar, alat peraga, panjangan kelas, pengaturan tempat duduk,

pengelompokkan siswa, sampai pembuatan laporan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan nilai terendah pada kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan meningkat menjadi 62.90 sampai dengan 68.89.

Pengaturan tempat duduk siswa dapat mempengaruhi peserta didik dalam mencapai keberhasilannya. Pengaturan tempat duduk tidak hanya dilihat dari

bagus tidaknya, tinggi atau rendahnya tempat duduk serta bentuk dan ukurannya, namun pengaturan tempat duduk juga meliputi formasi tempat duduk yang tepat

untuk digunakan oleh siswa (Djamrah & Aswan, 2010).

(5)

meningkatkan konsentrasi belajar, memudahkan guru maupun siswa untuk bergerak dan berinteraksi pada saat kegiatan-belajar mengajar berlangsung

(Harsanto dalam Dirgantoro, 2012).

Selain itu menurut Mohhamad Sholeh Hamid, S.Pd (2012) pengaturan tempat duduk dapat dilakukan untuk memenuhi empat tujuan dalam belajar, yakni

aksebilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia, mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian

ke bagian lain dalam kelas, interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru dengan siswa maupun antar siswa, dan variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau

berkelompok.

Ada beberapa model formasi tempat duduk yaitu : auditorium style (garya tradisional), face-to-face style (gaya berhadap-hadapan), off-set style (gaya off-set), seminar style (gaya berbentuk U), cluster style (gaya kelompok) (Renne, 1997). Selain itu, Wiyani (2013) mengemukakan beberapa jenis formasi

pengaturan tempat duduk yaitu, formasi auditorium, chevron, meja pertemuan, konfrensi, pengelompokkan terpisah, tempat kerja, kelompok untuk kelompok,

lingkaran, peripheral, tradisional dan U shape.

Pada umumnya organisasi pendidikan di Indonesia menggunakan pengaturan tempat duduk tradisional yaitu siswa/siswi duduk berpasang-pasangan

dalam satu meja dengan satu kursi panjang atau dua kursi yang berderet memanjang ke belakang (Wiyani, 2013). Pengaturan tempat duduk ini memiliki

(6)

disampaikan oleh guru dianggap tidak sampai ke peserta didik yang duduk di belakang hal ini dibuktikan dari hasil observasi Renaningtyas, dkk (2013) di SD 1

Bae, Kudus, yang mengungkapkan bahwa siswa yang duduk di belakang memiliki tingkat konsentrasi belajar dan keaktifan dalam tanya jawab yang rendah.

Pentingnya pengaturan tempat duduk pada siswa sering sekali luput dari

perhatian pihak organisasi pendidikan padahal hal ini merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh orangtua siswa. Hal ini dibuktikan dari adanya pemberitaan

di media online Elshinta.com dimana pada saat memasuki tahun ajaran baru orangtua siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Situ Leutik Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat rela mengantri dari jam 3 pagi untuk berebut

tempat duduk agar anaknya mendapatkan tempat duduk di paling depan. Salah satu orangtua siswa mengatakan bahwa kegiatan berebut tempat duduk

merupakan tradisi turun temurun agar anak mereka bisa duduk di tempat duduk paling depan (Elshinta.com, 2013).

Perubahan penyusunan tempat duduk memiliki peran penting bagi siswa

dimana mereka bisa saling berinteraksi satu sama lain dan untuk itu James Scivener mengusulkan penggunaan bentuk lingkaran, petak, dan tapal kuda

(horseshoe) dalam meningkatkan interaksi siswa (Scivener, 1994). Menurut Scivener dalam Safa Zerin (2009) penggunan pola pengaturan tempat duduk U Shape dapat membentuk eye-contact dan berinteraksi secara alami, selain itu ia juga mengatakan bahwa siswa yang lemah kemampuannya tidak mempunyai kesempatan untuk bersembunyi dan siswa yang lebih baik kemampuannya juga

(7)

Selain itu Wiyani (2013) menyatakan bahwa pengaturan tempat duduk U Shape dapat memaksimalkan alat indera siswa dan siswi, dimana menurut Margaret (2005) dalam memproses informasi, hal utama yang diperlukan adalah fungsi alat indera yang optimal terutama alat indera merupakan pintu masuknya informasi. Alat indera yang utama digunakan dalam pemrosesan informasi adalah

indera penglihatan (visual) dan indera pendengaran (audioty) sehingga dalam memproses informasi dibutuhkan stimulus visual dan audiroty yang baik.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Mohhamad Sholeh Hamid, S.Pd (2012) dalam bukunya yang berjudul Metode Edutaiment dimana formasi tempat duduk U Shape sangat menarik dan dapat mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran serta guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung

berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.

Menurut Jeremy Harmer dalam Safa Zerin (2009), pola penyusunan

tempat duduk U Shape membuat posisi siswa, guru dan jangkauan ke papan tulis menjadi sama rata dan ini memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih dekat

berinteraksi kepada siswa dan siswa juga dapat saling berinteraksi satu sama lain. Lingkungan belajar yang baik dan ergonomis dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, dimana untuk meningkatkan kualitas belajar dibutuhkan konsentrasi

(8)

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pengaturan Tempat Duduk U Shape terhadap Konsentrasi Belajar”.

2. PERUMUSAN MASALAH

a. Apakah ada pengaruh pengaturan tempat duduk U Shape terhadap konsentrasi

belajar?

b. Seberapa besar pengaruh pengaturan tempat duduk U Shape terhadap

konsentrasi belajar?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaturan

tempat duduk U Shape terhadap konsentrasi belajar dan seberapa besar pengaruh

pengaturan tempat duduk U Shape terhadap konsentrasi belajar.

4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

mengembangkan pengetahuan dalam ilmu psikologi, khususnya dibidang

Psikologi Industri dan Organisasi, terutama mengenai pengaruh pengaturan

tempat duduk U Shape terhadap konsentrasi belajar.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukkan atau

(9)

terhadap konsentrasi belajar siswa sehingga dapat menjadi referensi bagi pihak

yang berkepentingan seperti organisasi pendidikan dan peneliti yang meneliti

pokok permasalahan yang sama.

5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori konsentrasi belajar dan

pengaturan tempat duduk U Shape. Selain itu pada bab ini juga memuat tentanghipotesa penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian yang mencakup variabel

penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel, teknik

pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji reliabilitas alat

ukur, metode analisa data serta hasil uji coba alat ukur penelitian.

(10)

Bab ini berisi analisa data dan pembahasan berisi uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

yang ditandai dengan rerata jumlah koloni bakteri Pseudomonas sp.yang tumbuh yaitu 49,33 × 10 8 CFU/mL.Penurunan jumlah koloni bakteri pada penelitian ini diduga

FAMILY INFLUENCE TOWARD ANTOINETTE COSWAY ALIAS BERTHA MASON’S PERSONALITY CHANGES IN JANE RHYS’S.. WIDE

tidak terdapat transportasi umum yang melewati jalan tersebut. Sepanjang jalan kelurahan dan seluruh rumah penduduk di Seloharjod. sudah memiliki jaringan

Sistem Pakar merupakan teknologi komputer yang penerapannya dapat menjadi alat bantu bagi para petani tanaman jeruk. Penelitian ini akan membuat alat bantu konsultasi

Dalam satu regu tebang terdapat 2 - 3 orang tenaga kerj a, yai tu satu orang operator yang bertugas mene- bang pohon dan satu sampai dua orang sebagai pembantu

Untuk itu dibutuhkan penanggulangan air yang telah masuk ke tambang dengan menggunakan metode mine dewatering sump dan pompa, yakni dengan menganalisa total air yang masuk ke

Menurut Taufik Abdullah (1966) adat dapat berarti dalam satu sisi kebiasaan lokal: disatu sisi lain sebagai keseluruhan sistem struktur dari masyarakat dan