• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Medan-Binjai-Deliserdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Nilai Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Medan-Binjai-Deliserdang"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS NILAI ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA JASA BUS RAPID TRANSIT MEDAN-BINJAI-DELI

SERDANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana

Teknik Sipil

Oleh:

MUHAMMAD RIZKI TAMBA

09 0404 128

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dimana berbatasan langsung dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang. Seiring meningkatnya volume lalu lintas, diperlukan salah satu moda transportasi yang berkapasitas besar untuk mengatasi kemacetan di 3 daerah tersebut. Pemerintah Sumatera Utara berencana untuk mengoperasikan Bus Rapid Transit untuk menghubungkan ketiga daerah tersebut menjadi kawasan Aglomerasi. Salah satu faktor utama yang penting mengenai angkutan umum adalah tarif. Tarif yang ditetapkan harus seimbang dengan kemampuan pengguna jasa dan keuntungan operator atau pemilik angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mencari besar rata-rata ATP dan WTP untuk kedua koridor Bus Rapid Transit MEBIDANG dan skenario ATP dan WTP terhadap tarif yang akan di tetapkan

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada pengguna angkutan existing yang melalui rute BRT MEBIDANG. Data sekunder berupa lokasi rute dan perencanan BRT diperoleh dari Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Pengolahan dan analisis data dibantu menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS.

Hasil ATP untuk Responden Rute Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam adalah Rp.8.897,- dan WTP sebesar Rp.5.783,-. Hasil ATP untuk Responden Rute Terminal Pinang Baris-Terminal Binjai adalah Rp.8.287,- dan WTP sebesar Rp.5.900,-. Skenario ATP dan WTP terhadap tarif di rute Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam untuk tarif sebesar Rp.4.000,- ATP responden 75% dan WTP 100%, sedangkan untuk tarif sebesar Rp.8.000,- ATP responden 8,33% dan WTP 11%. Skenario ATP dan WTP responden terhadap tarif untuk rute Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai untuk tarif sebesar Rp.4.000,- ATP responden 90% dan WTP 100%, sedangkan untuk tarif sebesar Rp.8.000,- ATP responden 16% dan WTP 11,66%.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT.

yang telah memberikan anugrah, berkah, kesehatan, kekuatan fisik dan mental

serta karunia-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis Nilai

Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Bus Rapid Transit

Medan-Binjai-Deliserdang”. Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai

syarat dalam ujian Sarjana Teknik Sipil Bidang Studi Transportasi pada Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak

kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan

ibu dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan. Penulis juga

menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,

tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orang yang senantiasa membantu penulis dalam keadaan sulit

telah memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan

perkuliahan ini, yaitu:

 Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

 Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

 Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc selaku dosen pembimbing dan

(4)

Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan meluangkan

waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu, membimbing dan

mengarahkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

 Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT. dan Ibu Adina Sari Lubis, ST. MT.

selaku dosen pembanding, yang telah memberikan kritikan dan masukan

yang membangun kepada penulis.

 Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

 Kedua orangtua tercinta Murlan Tamba dan Seri Maulina yang telah

banyak memberikan doa, motivasi dan tambahan kekuatan mental serta

finansial kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan perkuliahan

ini.

 Kakak-kakak dan abang tersayang, Kak Ica, Kak Kitty dan Bang Aga yang

juga telah memberikan doa dan dukungan seperti jurnal-jurnal terkait

penulisan tugas akhir ini kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir

ini.

 Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

USU yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.

 Seluruh surveyor yang banyak membantu penulis menyelesaikan tugas

akhir ini: Irsyad, Fandhu, Gustara, Yusuf, Onza, Bembeng, Buyung,

Hapis, Saddam, Ableh dan Kristian.

 Sohib-sohib senasib dan juga sepenanggungan di Teknik Sipil ini: Rozi

(5)

Datuk,Sandy Bere,serta teman” 09 yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Walaupun dalam menyusun Tugas akhir ini penulis telah berusaha untuk

mengkaji dan menyampaikan materi secara sistematis dan terstruktur, tetapi

tentunya Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang

membangun tentulah sangat penulis harapkan di kemudian hari

Medan, Juli 2015 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan Penelitan ... 6

I.5 Manfaat Penelitian ... 6

I.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pendahuluan ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu ... 9

2.3 Teori Produk Jasa ... 15

2.3.1 Karakteristik Jasa ... 16

2.4 Teori Permintaan ... 17

2.4.1 Hukum Permintaan ... 17

(7)

2.5.1 Elastisitas Permintaan ... 19

2.6 Teori Tarif ... 20

2.6.1 Tarif Jasa Angkutan ... 21

2.6.2 Sistem Penetapan Tarif Jasa Transportasi ... 22

2.6.3 Sistem Pentarifan Angkutan Kota ... 23

2.6.4 Penetapan Tarif Berdasarkan ATP dan WTP ... 24

2.7 Ability To Pay dan Willingness To Pay Ability To Pay dan Willingness To Pay ... 24

2.7.1 Ability To Pay ... 24

2.7.2 Willingness To Pay ... 28

2.7.3 Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) ... 30

2.8 Rancangan Kuesioner ... 33

2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Pendahuluan ... 41

3.2 Pemilihan Strategi Penelitian ... 41

3.3 Proses Penelitian ... 42

3.3.1 Variabel Penelitian ... 42

3.3.2 Instrumen Penelitian ... 42

3.3.3 Pembuatan Kuesioner ... 46

3.3.3.1 Kuesioner Karakteristik ... 46

3.3.3.2 Kuesioner Ability To Pay(ATP) ... 47

(8)

3.3.4 Penentuan Sampel Penelitian dan Penyebaran Kuesioner.. 43

3.3.5 Pengumpulan Data ... 50

3.3.5.1 Data Primer ... 50

.3.5.1 Data Sekunder ... 51

3.3.6 Analisis Data ... 51

3.3.7 Uji Statistik ... 51

3.3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

3.3.8 Analisis Korelasi ... 52

3.4 Kesimpulan ... 52

3.5 Bagan Alir ... 53

BAB IV ANALISIS DATA ... 54

4.1 Analisis Karakteristik Responden ... 54

4.2 Analisis Ability To Pay ... 59

4.3 Analisis Willingness To Pay ... 64

4.4 Uji Validitas dan Realibilitas ... 70

4.5 Analisa Korelasi ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

V.1 Kesimpulan ... 81

V.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Studi Literatur yang Berkaitan Dengan Penelitian Ini ... 7

Tabel 3.1 Format tabel untuk data mentah karakteristik responden ... 32

Tabel 3.2 Format tabel untuk data mentah kemampuan membayar responden ... 33

Tabel 3.3 Format tabel untuk data mentah WTP responden ... 34

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian Untuk Kuesioner WTP ... 35

Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Umur Responden Terminal

Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 38

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Umur Responden Terminal Pinang

Baris – Terminal Binjai ... 38

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 39

Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai ... 39

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Data Pendidikan Responden Terminal Amplas –

Terminal Lubuk Pakam ... 39

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Data Pendidikan Responden Terminal Pinang Baris–

Terminal Binjai ... 39

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Data Jenis Pekerjaan Responden Terminal Amplas–

Terminal Lubuk Pakam ... 40

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Data Pekerjaan Responden Terminal Pinang

Baris-Terminal Binjai ... 40

Tabel 4.9 Hasil Tabulasi Data Maksud Perjalanan Responden Terminal

(10)

Tabel 4.10 Hasil Tabulasi Data Maksud Perjalanan Responden Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai ... 40

Tabel 4.11 Perhitungan Ability To Pay(ATP) untuk responden Terminal Amplas

– Terminal Lubuk Pakam ... 41

Tabel 4.12 Perhitungan Ability To Pay(ATP) untuk responden Terminal Pinang

Baris – Terminal Binjai ... 42

Tabel 4.13 Perhitungan Willingness To Pay(WTP)untuk Rute Terminal Amplas

– Terminal Lubuk Pakam ... 43

Tabel 4.14 Perhitungan Willingness To Pay(WTP) Rute Terminal Pinang Baris

– Terminal Binjai ... 43

Tabel 4.15 Uji Validitas untuk Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 57

Tabel 4.16 Uji Validitas untuk Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai(Tidak

Valid) ... 58

Tabel 4.17 Uji Validitas untuk Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai ... 58

Tabel 4.18 Uji Realibilitas Kuesioner Layanan Bus Rapid Transit Terminal

Pinang Baris- Terminal Binjai ... 59

Tabel 4.19 Uji Realibilitas Kuesioner Layanan Bus Rapid Transit Terminal

Amplas- Terminal Lubuk Pakam ... 59

Tabel 4.20 Variabel yang saling berkorelasi(Terminal Amplas-Terminal Lubuk

Pakam) ... 60

Tabel 4.21 Variabel yang saling berkorelasi(Terminal Amplas-Terminal Lubuk

Pakam) ... 60

Tabel 4.22 Peringkat Layanan Yang Di Minati(Terminal Amplas – Terminal

Lubuk Pakam) ... 61

Tabel 4.23 Peringkat Layanan Yang Di Minati(Terminal Pinang Baris –

(11)

Tabel 5.1 ATP dan WTP Responden untuk Terminal Amplas- Terminal Lubuk Pakam ... 63

Tabel 5.2 ATP dan WTP Responden untuk Terminal Pinang Baris- Terminal

Binjai ... 63

Tabel 5.3 Skenario ATP dan WTP responden terhadap tarif untuk rute

Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 64

Tabel 5.4 Skenario ATP dan WTP responden terhadap tarif untuk rute

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Gambar Jaringan Bus Transit di MEBIDANG) ... 2

Gambar 2.1 Faktor-faktor ATP ... 22

Gambar 2.2 Faktor-faktor WTP ... 24

Gambar 2.3 Hubungan ATP dan WTP ... 26

Gambar 2.4 Perhitungan Tarif Berdasarkan ATP dan WTP ... 28

(13)

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

Grafik 4.1 Umur Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit ... 44

Grafik 4.2 Jenis Kelamin ... 45

Grafik 4.3 Tingkat Pendidikan Calon Pengguna Bus Rapid Transit ... 46

Grafik 4.4 Pekerjaan Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit ... 47

Grafik 4.5 Maksud Perjalanan Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit ... 48

Grafik 4.6 Pendapatan Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam ... 49

Grafik 4.7 Pendapatan Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Terminal Binjai-Terminal Pinang Baris ... 49

Grafik 4.8 ATP Responden Terminal Amplas- Terminal Lubuk Pakam ... 50

Grafik 4.9 ATP Responden Terminal Pinang Baris- Terminal Binjai ... 51

Grafik 4.10 WTP Responden Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 52

Grafik 4.11 WTP Responden Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai ... 52

Grafik 4.12 Prioritas Pelayanan Bus Rapid Transit ... 54

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran A Formulir Kuesioner Penelitian ... 68

Lampiran B Tabel Perhitungan Ability To Pay (ATP) untuk responden Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 75

Lampiran C Tabel Perhitungan Ability To Pay (ATP) untuk responden Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai ... 78

Lampiran D Tabel Perhitungan Willingness To Pay(WTP)untuk Rute Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam ... 80

Lampiran E Tabel Perhitungan Willingness To Pay(WTP)untuk Rute Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai . ... 83

Lampiran F Hasil Uji SPSS Terminal Pinang Baris - Binjai ... 86

Lampiran G Hasil Uji SPSS Terminal Amplas - Lubuk Pakam ... 89

(15)

ABSTRAK

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dimana berbatasan langsung dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang. Seiring meningkatnya volume lalu lintas, diperlukan salah satu moda transportasi yang berkapasitas besar untuk mengatasi kemacetan di 3 daerah tersebut. Pemerintah Sumatera Utara berencana untuk mengoperasikan Bus Rapid Transit untuk menghubungkan ketiga daerah tersebut menjadi kawasan Aglomerasi. Salah satu faktor utama yang penting mengenai angkutan umum adalah tarif. Tarif yang ditetapkan harus seimbang dengan kemampuan pengguna jasa dan keuntungan operator atau pemilik angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mencari besar rata-rata ATP dan WTP untuk kedua koridor Bus Rapid Transit MEBIDANG dan skenario ATP dan WTP terhadap tarif yang akan di tetapkan

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada pengguna angkutan existing yang melalui rute BRT MEBIDANG. Data sekunder berupa lokasi rute dan perencanan BRT diperoleh dari Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Pengolahan dan analisis data dibantu menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS.

Hasil ATP untuk Responden Rute Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam adalah Rp.8.897,- dan WTP sebesar Rp.5.783,-. Hasil ATP untuk Responden Rute Terminal Pinang Baris-Terminal Binjai adalah Rp.8.287,- dan WTP sebesar Rp.5.900,-. Skenario ATP dan WTP terhadap tarif di rute Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam untuk tarif sebesar Rp.4.000,- ATP responden 75% dan WTP 100%, sedangkan untuk tarif sebesar Rp.8.000,- ATP responden 8,33% dan WTP 11%. Skenario ATP dan WTP responden terhadap tarif untuk rute Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai untuk tarif sebesar Rp.4.000,- ATP responden 90% dan WTP 100%, sedangkan untuk tarif sebesar Rp.8.000,- ATP responden 16% dan WTP 11,66%.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

berkembang menjadi Kota Metropolitan, seiring dengan pertumbuhan jumlah

penduduk, perkembangan ekonomi dan semakin meningkatnya mobilitas

masyarakat kota Medan. Oleh karenanya kota Medan sebagai pusat kegiatan

ekonomi maupun pusat pendidikan di Propinsi Sumatera Utara memiliki daya

tarik bagi masyarakat yang berdomisili didaerah penyangga kota Medan seperti

kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang.

Menurut (Tamin, 1985), kota yang berpenduduk lebih dari 1-2 juta jiwa

pasti mempunyai permasalahan transportasi. Permasalahan dasar transportasi di

kota Medan adalah permintaan lalu lintas yang melebihi penyediaan ruang jalan

yang mengakibatkan kepadatan dan kemacetan lalulintas terutama di jalan-jalan

utama dan jalan-jalan protokol.

Permasalahan utama dibidang transportasi perkotaan yang dihadapi saat

ini, dapat dikemukakan sebagai berikut :

 Masyarakat perkotaan cenderung menggunakan kendaraan pribadi disebabkan

kualitas pelayanan angkutan umum yang rendah.

 Pelayanan angkutan umum yang ada saat ini hanya mampu menarik

masyarakat pengguna angkutan umum, yang tidak memiliki alternatif selain

angkutan umum dan belum mampu menarik perhatian pengguna kendaran

(17)

 Sistem setoran diidentifikasi sebagai akar penyebab rendahnya kualitas

pelayanan angkutan umum.

 Tarif angkutan umum yang berlaku belum seimbang dengan tingkat

kemampuan membayar masyarakat untuk transportasi.

 Rendahnya kapasitas angkutan umum, yang diindikasikan oleh semakin

berkembangnya angkot (MOPEN, MIKROLET, SUDACO) yang berkapasitas

sangat kecil dibandingkan angkutan umum berbasis bus.

Pemerintah Kota Medan berencana untuk menggunakan Bus Rapid Transit

sebagai salah satu moda transportasi di Medan. Perencanaan ini telah disetujui

dengan adanya nota kesepahaman MOU diantara pemerintah kota Medan, Binjai,

Deliserdang dan Sumatera Utara. Rute yang dilalui Bus Rapid Transit (BRT) ialah

Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG).

Lintasan rute secara detail dapat dilihat pada gambar 1.1.

.

(18)

Dalam penentuan tarif angkutan umum yang sekarang dilakukan

ditemukan beberapa perbedaan pendapat, dimana masyarakat pengguna umumnya

berpendapat bahwa tarif yang berlaku sekarang lebih memihak pada operator atau

pengusaha jasa angkutan tanpa melihat pada daya beli masyarakat pengguna itu

sendiri.

Dilain pihak dengan adanya kondisi krisis moneter yang sedang dialami

Indonesia mengakibatkan kenaikan harga- harga diberbagai sektor. Hal ini dialami

pula oleh sektor transportasi, dalam hal ini sektor angkutan umum, dimana

kenaikan harga suku cadang yang sangat tinggi, kenaikan harga bahan bakar serta

barang- barang pendukung operasi kendaraan lainnya mengakibatkan kenaikan

pada biaya operasi kendaraan. Sedangkan tarif ini sangat dipengaruhi oleh

besarnya biaya operasi kendaraan tersebut.

Dengan melihat masalah diatas, tentunya diperlukan tarif yang layak

diberlakukan terhadap tarif Bus Rapid Transit(BRT). Dan juga perlu diperhatikan

apakah tarif yang akan di berlakukan telah memperhatikan baik kepentingan

operator maupun kepentingan masyarakat pengguna ( dalam hal ini daya beli

masyarakat ).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)

pengguna jasa Bus Rapid Transit (BRT) ?

2. Bagaimana ATP dan WTP pengguna jasa BRT terhadap

(19)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengestimasi nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)

pengguna jasa Bus Rapid Transit di kota Medan dan Kabupaten

Deliserdang

2. Skenario penetapan tarif BRT berdasarkan nilai ATP dan WTP

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai pertimbangan

dan masukan pihak pemilik angkutan BRT yang berwenang dalam menentukan

tarif yang layak dengan pengoperasian BRT di kota Medan.

1.5Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan untuk menjaga perluasan topik yang

melebar, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilaksanakan hanya pada 2 (dua) koridor BRT yaitu rute

Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam dan Terminal Pinang Baris- Terminal Binjai.

2. Penelitian dilakukan pada calon pengguna jasa yang berpotensi

menggunakan BRT MEBIDANG.

3. Analisis dilakukan terhadap pengolahan data yang diperoleh selama kurun

waktu penelitian.

4. Survey dilaksanakan pada hari normal yaitu hari senin dan selasa selama

(20)

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

garis besar isi setiap bab yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan tugas akhir ini.

Dengan membaca bab ini, diharapkan pembaca mengetahui konsep penelitian ini

yang dilakukan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan informasi

yang diambil dari literatur yang ada berkaitan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) .

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam melakukan

penelitian mulai dari identifikasi masalah sampai dengan penarikan kesimpulan.

BAB IV. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dilakukan pengolahan data karakteristik , ATP dan

WTP responden yang didapatkan dari hasil survai di lokasi penelitian.Dan

dilanjutkan dengan menganalisis data yang diolah dengan alat bantu SPSS untuk

di uji validitas, reabilitas dan mencari korelasi pertanyaan yang ditujukan.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

LANDASAN TEORI

2.1. Bus Rapid Transit

Bus Rapid Transit didefinisikan sebagai moda transportasi umum cepat

beroda karet yang fleksibel dan mengkombinasikan elemen-elemen halte,

kendaraan, pelayanan, jalur khusus dan Intelligent Transportation System (ITS) ke

dalam sistem yang terpadu dan mempunyai identitas yang kuat.

2.1.1 Karakteristik Bus Rapid Transit

Karakteristik utama Bus Rapid Transit meliputi:  Adanya jalur khusus busway

 Halte yang menarik

 Bus yang mudah menaikkan dan menurunkan penumpang  Pembelian tiket di halte

 Pengoperasian sepanjang hari minimal 16 jam sehari

2.1.2 Manfaat Bus Rapid Transit

Beberapa manfaat dalam penerapan BRT adalah sebagai berikut :

- Penerapan BRT memberikan pilihan yang nyaman bagi pengguna

kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan umum, sehingga di baanyak

kota pada jam sibuk jumlah penumpang bisa lebih dari 20.000 orang per

jam per arah.

- Penggunaan BRT di banyak negara juga menghemat waktu perjalanan

antara 23% sampai 47% dari waktu tempuh sebelum penerapan BRT.

- Penerapan BRT juga memberikan manfaat terhadap meningkatnya

(22)

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang analisis Ability To Pay

dan Willingness To Pay (WTP. Berikut merupakan penelitian Ability To Pay

(ATP) yang dilakukan didalam negeri dengan beberapa variabel – variabel yang ditinjau serta metode pendekatan yang digunakan tertera pada tabel 2.1.

No Judul Variabel Pendekatan Keterangan

(23)

No Judul(lanjutan) Variabel Pendekatan Keterangan

(24)

Beberapa penelitian di luar negeri yang terkait dengan Ability To Pay

(ATP ) dan Willingness To Pay ( WTP) yaitu :

1. Carlsson ( 1999) meneliti kesediaan penumpang untuk membayar

perbaikan atribut dari moda transportasi yang berbeda dengan menggunakan

survei stated preference pada penumpang pribadi dan bisnis yang berpergian

dengan kereta api atau udara antara kedua kota terbesar di Swedia. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan membandingkan preferensi

penumpang pribadi dan bisnis untuk menyelidiki dan membandingkan preferensi

penumpang pribadi dan bisnis untuk moda transportasi yang berbeda, dan atribut

yang sesuai. Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yaitu menyelidiki

apakah dampak lingkungan dari moda transportasi mempengaruhi pilihan

penumpang. Pandangan tradisional untuk perjalanan antar kota bahwa penumpang

bisnis melakukan perjalanan dengan udara, sementara penumpang pribadi

melakukan perjalanan dengan kereta api atau mobil. Untuk perjalanan lebih dari

300 km, perjalanan udara masih mendominasi untuk perjalanan bisnis, dengan

nilai sebesar 48 persen dari total perjalanan, sementara kereta api memiliki 16

persen dan mobil 36 persen. Untuk perjalanan non-bisnis, mobil adalah moda

transpotasi yang mendominasi dengan 66 persen dari total perjalanan, baik kereta

api dan udara memiliki 14 persen, dan bus tujuh persen (Luftfartsverket 1998).

Pada paper ini tidak meneliti atribut utama kemauan membayar penumpang yaitu

harga dan waktu perjalanan, melainkan meneliti beberapa atribut sekunder

penumpang yaitu dampak lingkungan, kehandalan dan kenyamanan. Dari

penelitian ini ditemukan bahwa kedua penumpang baik pribadi dan bisnis

(25)

transportasi. Penumpang udara menghargai lebih tinggi perbaikan lingkungan

daripada penumpang kereta api. Dari atribut sekunder, dampak lingkungan adalah

atribut yang paling penting bagi penumpang udara, sementara dampak lingkungan

dan keandalan adalah sama pentingnya untuk penumpang kereta api. Penumpang

Bisnis lebih menghargai kehandalan dari penumpang pribadi, karena secara

umum, tarif penumpang bisnis sangat tinggi. Penjelasan untuk ini adalah faktanya

bahwa penumpang bisnis tidak membayar tiket sendiri, dengan demikian

penumpang bisnis cenderung mengabaikan atribut harga dalam survei. Sehingga

ditemukan bahwa penumpang pribadi memiliki nilai jauh lebih rendah untuk

semua atribut. Penumpang kereta secara umum memiliki nilai yang lebih rendah

semua atribut dari penumpang udara. Penjelasan untuk hasil ini bisa jadi bahwa

orang yang lebih sensitif terhadap harga perjalanan dengan kereta api (karena

perjalanan kereta api pada umumnya lebih murah daripada perjalanan udara), dan

ini tercermin dalam survei SP. Rangkumannya yaitu bahwa ada perbedaan antara

penumpang baik pribadi dan bisnis, dan antara penumpang udara dan penumpang

kereta api. Perbedaan ini disebabkan beberapa faktor, tapi dua faktor penting

adalah proses pengambilan keputusan untuk perjalanan dan siapa yang

menanggung biaya perjalanan. Penumpang bisnis biasanya membuat keputusan

sendiri dan tidak membayar biaya sendiri. Pada saat yang sama, beberapa

penumpang bisnis diatur oleh aturan di perusahaan mereka, dan ini tentu saja

dapat juga mempengaruhi pilihan mereka dari moda dari transportasi. Oleh karena

itu, terutama dalam kasus penumpang bisnis, penting untuk mendefinisikan

dengan jelas nilai-nilai yang kita ukur, bagaimana kita mengukur mereka dan

(26)

2. Mahmoud (2013). Meneliti tentang kemampuan dan membayar untuk

fasilitas publik di jalur gaza mengenai listrik dan air. Tujuan dari penelitian ini

ialah untuk mengetahui nilai faktor utama di balik kemauan dan kemampuan

rumah tangga Palestina untuk membayar tagihan mengenai dua utilitas publik

tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan teknik Stated Preference untuk

mengetahui karakteristik responden, kemampuan membayar dan kemauan

membayar. Untuk mencapai tujuan ini, tingkat model kemauan dan kemampuan

keduanya telah dikembangkan dan diperkirakan. Keputusan yang dibuat oleh

rumah tangga yang memiliki kemauan dan atau kemampuan untuk membayar

tagihannya, setelah melewati waktu tertentu air atau konsumsi listrik, yang

ditentukan dalam model dua persamaan. Karena nilai-nilai variabel terikat dalam

model dikodekan 0-5, persamaan dalam model disebut

"ordered probit model". Hasil empiris dari model estimasi menunjukkan satu set

personal, ekonomi,variabel sosial dan legislatif yang merupakan penentu utama di

balik perilaku rumah tangga terhadap pembayaran tagihan. Oleh karena itu, baik

penyedia dan konsumen harus bekerja sama dalam adopsi dan pelaksanaan

langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan tagihan. Selain itu,

beberapa jenis paket dukungan atau bantuan harus dilakukan oleh penyedia air

dan listrik jasa dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam menjalankan utilitas

umum di Tepi Gaza.

3. Eboly dan Mazzulla (2008) meneliti tentang kemauan membayar

pengguna jasa angkutan umum untuk peningkatan kualitas layanan. Tujuan utama

dari penelitian ini adalah untuk menyediakan alat untuk menghitung kesediaan

(27)

Untuk mencapai tujuan ini beberapa metode MNL ( Multinomial Logit) dan ML

(Mixed Logit ) dikalibrasikan berdasarkan pilihan pengguna didalam survei Stated

Preference. Beberapa faktor yang heterogen mengenai persepsi dari mulai atribut

reabilitas, bus kepenuhan, informasi di halte bus, dan petugas yang ramah telah

diteliti. Nilai standar deviasi yang diperoleh dari kalibrasi model menyatakan

bahwa ada perbedaan yang besar dari persepsi pengguna mengenai atribut- atribut

tersebut.

2.3 Teori Produk Jasa

Pada umumnya produk dapat diklasifikasikan dengan berdasarkan daya

tahan atau wujud suatu produk. Berdasarkan kriteria ini, terdapat tiga kelompok

produk, yaitu:

1. Barang Tidak Tahan Lama ( Nondurable Goods)

Yaitu barang berwujud yang biasanya habis pakai atau beberapa kali

pemakaian dan umur ekonomisnya tidak bisa lebih dari setahun.

Contohnya antara lain minuman dan makanan, gula, minyak makan dan

sebagainya.

2. Barang Tahan Lama ( Durable Goods)

Adalah barang yang biasanya dapat bertahan lama dan umur

ekonomisnya lebih dari setahun. Contohnya antara lain mobil, kulkas, tv

dan lain-lain.

3. Jasa ( Services)

Adalah manfaat atau kepuasan yang ditawarkan dari satu pihak ke pihak

(28)

kepemilikan sesauatu. Contohnya antara lain transportasi, telekomunikasi,

konsultasi dan sebagainya.

Menurut (Simbolon, 2003) jasa mempunyai empat karakteristik

utama yaitu tidak bewujud, tidak terpisah, bervariasi dan mudah lenyap.

1. Tidak bewujud ( Intangible)

Sifat jasa tak berwujud ( service intangibility) artinya jasa tidak dapat

dilihat, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Misalnya,

penumpang kereta api tidak akan mempunyai apapun kecuali tiket dan

jam untuk dijalankan ke tujuan mereka.

2. Tidak terpisahkan ( Insparibility)

Jasa tak terpisahkan berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari

penyediannya, entah penyediaan itu manusia atau mesin. Umumnya jasa

dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

3. Bervariasi ( Varibality)

Jasa bersifat sangat beranekaragam karena mempunyai banyak

variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan

dimana jasa tersebut dihasilkan.

4. Tidak Tahan Lama ( Perishability)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Kursi kereta api kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam

tertentu tanpa pasien di tempat praktek dokter akan hilang begitu saja

karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila jasa tidak digunakan,

maka jasa akan berlalu begitu saja. Kondisi ini tidak masalah apabila

(29)

2.4 Teori Permintaan

2.4.1. Hukum Permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah

permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan

harga dapat dibuat grafik kurva permintaan. Permintaan adalah

kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu jenis barang tergantung

kepada faktor- faktor sebagai berikut :

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain

3. Pendapatan konsumen

4. Cita masyarakat / selera

5. Jumlah penduduk

6. Musim / iklim

7. Prediksi masa yang akan datang

Hukum permintaan, pada hakikatnya semakin rendah harga suatu

barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit

permintaan terhadap barang tersebut. Dari keterangan diatas dapat

simpulkan, bahwa :

1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang

lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan

sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen akan menambah

(30)

2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang,

sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama

barang yang akan naik harganya. Pengaruh faktor bunga harga

terhadap permintaan.

a. Harga barang lain

Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan

menjadi tiga golongan :

1.) Barang pengganti / barang subsidi, yaitu apabila suatu barang

dapat menggantikan fungsi barang lain.

2) Barang pelengkap, yaitu apabila suatu barang selalu digunakan

secara bersama.

3)

Barang yang tidak saling berhubungan.

b. Pendapatan Konsumen, berhubungan pendapatan konsumen akan

menimbulkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang.

Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) tipe, yaitu :

1.) Barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan

meningkat apabila pendapatan konsumen naik.

2.) Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang yang

diminta konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan

konsumen tersebut naik maka permintaan terhadap barang

inferior akan menurun.

c. Corak distirbusi pendapatan, jika Pemerintah menaikkan pajak

pada orang yang berpenghasilan tinggi, untuk menaikkan pendapatan

(31)

2.4.2 Elastisitas Permintaan

Pengertian elastisitas permintaan menggambarkan derajat

kepekaan fungsi permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada

variabel - variabel yang mempengaruhinya. (C. Jotin Khisty & B. Kent Lall,

2003) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas

seperti berikut :

1. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan di teknik transportasi dinyatakan dengan :

Suatu barang dikatakan normal apabila permintaan atas barang

tersebut meningkat ketika pendapatan konsumen juga meningkat ( ).

Suatu barang dapat dikatakan superior apabila permintaan akan barang

tersebut meningkat ketika pendapatan konsumen meningkat dan porsi

pengeluaran untuk barang tersebut ikut meningkat ). Suatu barang

dapat dikatakan inferior jika permintaan akan barang tersebut menurun

ketika pendapatan konsumen meningkat.

2. Elastisitas Harga

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas harga :

1.) Jika konsumen membelanjakan pendapatannya dengan persentase

yang cukup besar, konsumen akan berupaya lebih keras untuk

(32)

2.) Semakin sempit definisi dari suatu barang, semakin banyak barang

Penganti untuk barang tersebut, sehingga permintaan akan barang

tersebut menjadi lebih elastis.

3.) Jika konsumen mendapati bahwa harga dan ketersediaan barang

pengganti tidak sulit, permintaan akan lebih elastis.

4.) Barang- barang yang digolongkan oleh konsumen sebagai barang

yang harus dimiliki biasanya memiliki permintaan yang tidak elastis,

sedangkan barang- barang yang dianggap mewah biasanya memiliki

permintaan yang elastis.

2.5 Teori Tarif

Tarif adalah suatu pembebanan terhadap barang yang melintasi

daerah pabean (suatu daerah geografis dimana barang bebas bergerak

tanpa dikenakan cukai/bea pabean).

Menurut Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

ditetapkan oleh pemerintah dalam mengindikasikan penetapan tarif

angkutan umum harus melibatkan tiga , yaitu:

1. Pengelola jasa angkutan kota sebagai pihak yang mengharapkan tarif

dapat seimbang dengan jasa pelayanan yang diberikan.

2. Pengguna jasa angkutan kota sebagai pihak yang mengeluarkan biaya

setiap kali menggunakan angkutan kota, dengan harapan memperoleh

layanan yang baik dan nyaman.

3. Pemerintah sebagai pihak yang menentukan tarif resmi dan sebagai

(33)

dengan pengelola, tanpa mengesampingkan pendapatan asli daerah

dari sektor transportasi.

2.5.1 Tarif Jasa Angkutan

Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk

para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Pembebanan

dalam harga dihitung menuurut kemampuan transportasi (what the traffic

will bear).

Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tarif menurut trayek

Tarif ini berdasarkan atas pemanfaatan operasional dari moda transport

yang dioperasikan dengan memperhitungkan jarak yang dijalani oleh

mooda transport tersebut (km/miles).

2. Tarif lokal

Tarif ini berlaku dalam satu daerah tertentu.

3. Tarif diferensial

Ialah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tinggi tarif menurut

jarak, berat muatan, kecepatan atau sifat khusus dari muatan yang

diangkut.

4. Tarif peti kemas (container)

Jenis tarif ini diberlakukan untuk membawa kotak atau boks diatas truk

berdasarkan ukuran boks atau kotak yang diangkut (20 feet atau 40

feet) dari asal pengiriman ke tempat tujuan barang. Atau biasa disebut

(34)

2.5.2 Sistem Penetapan Tarif Jasa Transportasi

Sistem penetapan tarif jasa angkutan kota dapat dilakukan dengan

menggunakan tiga cara, yaitu :

1. Sistem penetapan tarif berdasarkan produksi jasa angkutan kota.

Sistem penetapan ini berdasarkan biaya produksi jasa angkutan kota

ditambah dengan keuntungan yang layak bagi keberlanjutan dan

pengembangan pengelola jasa angkutan kota. Tarif yang ditetapkan

berdasarkan sistem ini dinyatakan sebagai tarif minimum, dimana

pengelola jasa angkutan kota tidak akan menawarkan lagi tarif jasa

pelayanannya lebih rendah dari tarif tersebut. Sistem ini digunakan

setelah menghitung biaya operasi kendaraan (biaya langsung dan biaya

tidak langsung) yang di dalamnya juga sudah termasuk keuntungan dan

overhead.

2. Sistem penetapan tarif berdasarkan nilai jasa angkutan kota.

Sistem penetapan ini berdasarkan nilai yang dapat diberikan jasa

pelayanan angkutan kota, dengan fokus pada mutu pelayanan dan

kepuasan penumpang misalnya kenyamanan, ketertiban dan

sebagainya. Biasanya tarif yang ditetapkan berdasarkan nilai jasa

angkutan kota dinyatakan sebagai tarif maksimum.

3. Sistem penetapan tarif berdasarkan bentuk layanan apa yang dapat

diberikan jasa angkutan kota. Tarif yang ditetapkan berdasarkan hal

tersebut berada diantara tarif maksimum dan tarif minimum. Dengan

menitik beratkan pada usaha untuk menutup seluruh variabel biaya

(35)

2.5.3 Sistem Pentarifan Angkutan Kota

Ada beberapa bentuk tarif yang dikelompokkan (Frids, 2002) yaitu:

1. Tarif sama rata/seragam (Flat Fare)

Tarif sama rata ini dikenakan sama rata terhadap penumpang dalam

trayek yang bersangkutan tanpa memperhatikan jarak tempuh, tarif

jenis ini cocok untuk trayek di daerah perkotaan karena

memungkinkan transaksi yang cepat dan mudah dalam

pengumpulan ongkos di dalam kendaraan. Tetapi sistem ini

mempunyai kelemahan bila diterapkan untuk trayek yang panjang.

Kelemahan lain dari sistem ini adalah ada kecenderungan panjang

perjalanan rata-rata menjadi lebih panjang.

2. Tarif berdasarkan jarak

Tarif ini disebut juga tarif pos, ditentukan berdasarkan jarak tempuh,

yaitu tarif diperoleh dari hasil perkalian panjang perjalanan dikalikan

dengan harga satuan per kilometer.

3. Tarif berdasarkan zona

Sistem tarif ini adalah penyederhanaan dari tarif bertahap dimana

daerah pelayanan pengangkutan dibagi ke dalam zona-zona. Pusat

kota biasanya sebagai zona terdalam. Kerugian berdasarkan zona

ini adalah penumpang yang hanya melakukan perjalanan pendek di

dalam dua zona yang berdekatan membayar ongkos untuk dua

zona, begitu juga sebaliknya ongkos akan menjadi murah bila

(36)

4. Tarif Waktu

Pada sistem ini yang menjadi penetapan tarif adalah waktu, misalnya

waktu 30 menit, 1 jam, 1 jam 30 menit dan seterusnya. Dengan

pentarifan yang demikian walaupun seseorang pindah moda selama

dalam waktu tertera dalam tiket, yang bersangkutan tidak perlu

membayar lagi.

2.6 Ability To Pay dan Willingness To Pay

2.6.1 Ability To Pay

Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk

membayar jasa angkutan yang diterimanya berdasarkan penghasilan

yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP

didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas

perjalanan pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran untuk untuk

transportasi dengan intensitas perjalanan. Besaran ini menunjukkan

kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang

dilakukannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah :

1. Penghasilan keluarga per bulan

Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin

banyak uang yang dimilkinya sehingga akan semakin besar alokasi

biaya transportasi yang disediakannya.

2. Alokasi biaya transportasi

Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah

keluarga, maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan

(37)

3. Intensitas perjalanan

Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin

panjang pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan

semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang

harus disediakan.

4. Jumlah anggota keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin

banyak intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang

ditempuhnya dan secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana

dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.

Untuk menganalisis kemampuan membayar dari masyarakat pada

dasarnya dilakukan dengan pendekatan travel budget, dengan asumsi

bahwa setiap keluarga akan selalu mengalokasikan sebagian dari

penghasilannya untuk kebutuhan akan aktivitas pergerakan, baik yang

menggunakan kendaraan pribadi maupun yang menggunakan angkutan

umum. Faktor-faktor ATP diilustrasikan seperti pada gambar 2.1.

Penghasilan keluarga per bulan

Alokasi biaya

transportasi

Intensitas perjalanan

Jumlah anggota keluarga

(38)

Gambar 2.1Faktor-Faktor ATP

Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu

pertimbangan masyarakat dalam memilih moda angkutan untuk

memenuhi kebutuhannya. Jika tarif yang harus dibayar mempunyai

proporsi yang besar dari tingkat pendapatannya maka masyarakat akan

memilih moda yang lebih murah, tetapi jika tidak ada pilihan lain maka ia

akan menggunakan moda tersebut secara terpaksa. Secara eksplisit

tampak bahwa pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi daya

beli atas jasa pelayanan angkutan umum. Selanjutnya diperhitungkan

persentase alokasi dana untuk transportasi untuk setiap keluarga dari total

pendapatannya. Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase

alokasi biaya transportasi keluarga, maka kemudian diperhitungkan ATP

tiap keluarga.

Dengan menggunakan metode travel cost individual ATP yang

dapat diterima oleh pengguna jasa, adalah :

Dimana :

Ic = Penghasilan

%TC = Persentase dari penghasilan untuk travel cost

(39)

2.6.2 Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk

mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang

digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna

terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam

permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

pada gambar 2.2, diantaranya adalah:

Gambar 2.2Faktor-faktor WTP

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan

transportasi. Semakin banyak jumlah armada angkutan yang melayani

tentunya lebih menguntungkan pihak pengguna.

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan.

Dengan produksi jasa angkutan yang besar, maka tingkat kualitas Willingness To Pay (WTP)

Produk yang ditawarkan

Penghasilan keluarga per bulan

Utilitas atau maksud

pengguna

Kualitas dan kuantitas

(40)

tidak berdesak-desakkan dengan kondisi tersebut tentunya konsumen

dapat membayar yang lebih besar.

3. Utilitas atau maksud pengguna terhadap angkutan tersebut

Jika manfaat yang dirasakan konsumen semakin besar terhadap suatu

pelayanan transportasi yang dirasakannya tentunya semakin besar pula

kemauan membayar terhadap tarif yang berlaku, demikian sebaliknya

jika manfaat yang dirasakan konsumen rendah maka konsumen akan

enggan untuk menggunakannya, sehingga kemauan membayarnya pun

akan semakin rendah.

4. Penghasilan pengguna

Bila seseorang mempunyai penghasilan yang besar maka tentunya

kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar hal ini disebabkan

oleh alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga akan memberikan

kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar.

Nilai WTP yang diperoleh dari masing-masing responden yaitu berupa nilai

maksimum rupiah yang bersedia dibayarkan oleh responden untuk tarif angkutan

jasa Bus Rapid Transit, diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari nilai

WTP tersebut, dengan rumus :

Dimana :

MWTP = Rata-rata WTP

(41)

WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke- i

2.6.3 Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)

Menurut (Tamin,1999) dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering

terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP, kondisi ini dinyatakan dalam

ilustratif yang terdapat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Hubungan ATP dan WTP

1. ATP > WTP

Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar

daripada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna

mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa

(42)

2. ATP < WTP

Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan

pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar daripada kemampuan

membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang

mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa

tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa

tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini

pengguna disebut captive riders.

3. ATP = WTP

Kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan

membayar jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini

terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan

untuk membayar jasa tersebut.

Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama

dalam sistem angkutan umum. Aspek- aspek tersebut adalah ;

1. Pengguna (User)

2. Operator

3. Pemerintah (Regulator)

Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam

hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan

(43)

Gambar 2.4 Perhitungan Tarif Berdasarkan ATP dan WTP 1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif

yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok

masyarakat sasaran. Intervensi/ campur tangan pemerintah dalam bentuk

subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi, dimana nilai tarif

berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya

sama dengan nilai ATP ( sesuai Gambar 2.4 )

2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga

bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan

melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan

( sesuai Gambar 2.4 )

Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat

(44)

2.7 Metode Stated Preference

Metode stated preference merupakan suatu teknik yang

menggunakan pernyataan atau pendapat responden secara individu

mengenai pilihannya terhadap suatu set pilihan. Terdapat beberapa cara

mengukur preferensi seseorang dalam melakukan survey SP. Diantara lain

adalah:

a. Conjoint Analysis

Conjoin Rating, dalam metode ini responden

memberikan penilaian pada alternative yang ditawarkan

dengan menggunakan skala rating ( misalnya memilih

satu skala diantara 1 sampai 10), Metode ini

menggunakan atribut yang bervariasi dan telah

dipertimbangkan terlebih dahulu.

Conjoint Rangking, perbedaan metode ini dengan

Conjoint Rating adalah responden diberi 3 atau lebih

alternatif dalam satu pertanyaan dan diharapkan

membuat rangking atau urutan dari alternatif-alternatif

tersebut.

Paired Comparison, melalui metode ini responden

diharapkan untuk memilih diantara dua alternative

dimana satu alternatif menunjukkan keadaan yang ada

saat itu dan altternatif lain yang menunjukkan adanya

(45)

b. Discrete Choice Method

Refendum Contingen Choice, teknik ini meliputi

pertanyaan yang ditujukan kepada responden dan

responden diharuskan menetapkan satu pilihan diantara

dua alternatif. Model pertanyaan yang sering digunakan

untuk metode ini adalah model biner dimana responden

hanya diberi pilihan jawaban ya atau tidak.

Choice Modeling, dalam metode ini terdapat banyak

data sehingga responden memilih diantara lebih dari

dua alternatif dimana setiap alternatif digambarkan

dengan beberapa atribut.

Dalam penelitian ini digunakan model pemilihan conjoin rangking

untuk kuesioner karakteristik responden, ATP responden dan WTP

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua rute BRT MEBIDANG yaitu :

1.) Titik 1 (satu) berlokasi di Terminal Binjai – Terminal Pinang Baris (Jalan Lintas Banda Aceh- Medan – Jalan Medan- Binjai – Jalan Medan Sunggal)

( Sumber : Google Earth)

2.) Titik 2 (dua) berlokasi di Terminal Amplas- Terminal Lubuk

(47)

( Sumber : Google Earth)

3.2 Penentuan Sampel Penelitian

Total jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 responden dengan total

120 responden di kedua rute BRT. Jumlah ini dipilih agar memenuhi syarat

perhitungan statistik yang baik, dengan penyebaran skor yang mendekati kurva

(48)

3.3 Data Penelitian 3.3.1 Data Primer

Data primer pada penelitian ini didapatkan dengan cara melakukan

wawancara pengguna angkutan existing yang melewati kedua rute BRT . Data

primer terbagi atas tiga yaitu data karakteristik responden,data Ability To Pay dan

data Willingness To Pay. Data karakteristik responden diperoleh dengan

mengetahui umur responden, jenis kelamin responden, tingkat pendidikan

responden, golongan atau pekerjaan responden dan maksud tujuan perjalanan.

Data Ability To Pay didapatkan dengan cara mengetahui penghasilan, alokasi

penghasilan untuk transportasi per bulannya dan frekuensi perjalanan. Data

Willingness To Pay didapatkan dengan cara menanyakan tarif yang diharapkan

responden.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian didapatkan dari Departemen Perhubungan

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Data sekunder dalam penelitian ini

meliputi rute-rute yang dilalui Bus Rapid Transit Mebidang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara survai langsung ke lokasi rute Bus Rapid

Transit. Dan kemudian dilakukan penyebaran kuesioner kepada pengguna

angkutan existing, Sebelum melakukan wawancara pertama responden akan diberi

penjelasan akan dibangunnya BRT beserta pengertian dan kelebihannya.

Rancangan kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik responden,

(49)

1. Kuesioner Karakteristik Penumpang

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui karakteristik dari calon

pengguna jasa Bus Rapid Transit dengan menanyakan umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, golongan atau pekerjaan, dan maksud

perjalanan. Format tabel data mentah untuk karakteristik responden seperti

pada tabel 3.1.

(50)

2. Kuesioner Ability To Pay (ATP)

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui penghasilan, alokasi

transportasi dan frekuensi perjalanan.

ATP adalah kemampuan membayar masyarakat atas imbalan terhadap

barang atau jasa yang dinikmati berdasarkan pendapatan yang dianggap

ideal. Format tabel untuk data mentah Ability To Pay dapat dilihat pada

(51)

3. Kuesioner Willingness To Pay (WTP)

WTP didefenisikan sebagai besaran rata- rata rupiah yang bersedia di

keluarkan oleh penumpang sebagai pembayaran satu unit bus yang di

nikmatinya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP terhadap jasa

BRT didasarkan atas tarif BRT yang diharapkan. Variabel- variabel yang

digunakan untuk menentukan WTP terhadap jasa Bus Rapid Transit

adalah tarif yang diharapkan dan prioritas pelayanan yang diharapkan.

Format tabel untuk data WTP dapat dilihat pada tabel 3.3 dan instrumen

penelitian untuk WTP pada tabel 3.4.

Re

(52)

Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Kuesioner

Willingness to pay(WTP)

Tarif Bus Rapid Transit per trip

Tarif Berapakah tarif Bus Rapid Transit yang realistis dengan layanan yang Anda harapkan?

Dimensi kualitas

Bus memiliki sirkulasi udara AC dengan keharuman yang terjaga

Kondisi tempat duduk yang ergonomi ( tidak menyebabkan kelelahan)

Ruangan untuk kaki yang nyaman

Kemudahan mendapatkan pelayanan

Pembayaran ongkos tarif bisa melalui tiket kertas dan tiket elektronik

Loket tiket terdapat di setiap halte

Ketepatan Waktu Pelayanan

Jadwal keberangkatan dan kedatangan Bus Rapid Transit yang sesuai dengan jadwal

Keamanan dan kelengkapan

Adanya petugas keamanan baik di halte dan dalam bus

Terdapat P3K, Fasilitas

Petugas di halte berbicara dengan tutur kata yang sopan dan mudah dimengerti

Atribut pendukung lainnya

Kondisi di dalam bus dan halte terjaga kebersihannya

Papan petunjuk/ informasi mudah dimengerti serta petugas menginformasikan halte berikutnya

(53)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Hasil kuesioner yang didapatkan dari responden kemudian akan

direkapitulasi dan diolah dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel.

Jenis-jenis data yang diolah terbagi atas data karakteristik responden, data ATP

dan data WTP.

3.6 Analisis Data

Analisis masalah berdasarkan hasil- hasil yang didapat dari pengolahan

data yang terdiri dari analisis karakteristik responden, analisis ATP dan analisis

WTP. Pengolahan data ATP dan WTP akan diolah dengan menggunakan alat

bantu Excel dan dengan alat bantu Statistical Package for Social Science (SPSS)

(54)

3.7 Bagan Alir

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Tugas Akhir MULAI

SELESAI Landasan Teori

Data Primer :

 Karakteristik Responden  ATP Responden  WTP Responden

Tujuan Penelitian

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pengolahan Data:

 Data Karakteristik Responden (Excel)  Data ATP Responden (Excel)

 Data WTP Responden (Excel dan SPSS)

Kesimpulan dan Saran Teknik Pengumpulan Data :  Penyebaran Kuesioner  Survai Wawancara ke Lokasi

Analisa dan Hasil

Data Sekunder :

(55)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Hasil Data

4.1.1 Hasil Data Karakteristik Responden

Hasil karakteristik responden terdiri dari informasi umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, golongan atau jenis pekerjaan, dan maksud perjalanan jika

menggunakan Bus Rapid Transit. Data mentah karakteristik responden dibagi

menjadi dua bagian untuk rute Terminal Binjai – Terminal Pinang Baris dan Terminal Amplas– Terminal Lubuk Pakam dan ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Umur Jumlah

<20 16

21-30 12

31-40 16

41-50 9

51-60 7

>60 0

Total 60

Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Umur Responden Terminal

Amplas – Terminal Lubuk Pakam

Umur Jumlah

<20 12

21-30 26

(56)

41-50 6

51-60 4

>60 1

Total 60

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Umur Responden Terminal

Pinang Baris – Terminal Binjai

Jenis Kelamin Jumlah

Pria 40

Wanita 20

total 60

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam

Jenis Kelamin Jumlah

Pria 28

Wanita 32

total 60

Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Data Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai

Pendidikan Jumlah

Sekolah Dasar 2

Sekolah Menengah Pertama

14

Sekolah Menengah Atas 33

(57)

Pasca Sarjana

Lain- Lain 2

Total 60

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Data Pendidikan Responden Terminal Amplas –

Terminal Lubuk Pakam

Pendidikan Jumlah

Sekolah Dasar 4

Sekolah Menengah Pertama

8

Sekolah Menengah Atas 36

S1 12

Pasca Sarjana 0

Lain- Lain 0

Total 60

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Data Pendidikan Responden Terminal Pinang Baris– Terminal Binjai

Pekerjaan Jumlah

Pelajar / Mahasiswa 17

Ibu Rumah Tangga 6

Guru / Dosen / Akademisi 2

Pegawai Negeri / TNI / Polri

9

(58)

Wiraswasta 5

Total 60

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Data Jenis Pekerjaan Responden Terminal Amplas–

Terminal Lubuk Pakam

Pekerjaan Jumlah

Pelajar / Mahasiswa 16

Ibu Rumah Tangga 6

Guru / Dosen / Akademisi 1

Pegawai Negeri / TNI / Polri

4

Pegawai Swasta / BUMN 13

Wiraswasta 20

Total 60

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Data Pekerjaan Responden Terminal Pinang Baris–

Terminal Binjai Maksud Perjalanan Jumlah

Bekerja 52

Bisnis 3

Non Bisnis 5

Lain- lain 0

Total 60

Tabel 4.9 Hasil Tabulasi Data Maksud Perjalanan Responden Terminal Amplas –Terminal Lubuk Pakam

Maksud Perjalanan Jumlah

Bekerja 41

(59)

Non Bisnis 13

Lain- lain 4

Total 60

Tabel 4.10 Hasil Tabulasi Data Maksud Perjalanan Responden Terminal

Pinang Baris – Terminal Binjai

4.1.2. Hasil Data Ability To Pay

Perhitungan nilai Ability To Pay (ATP) untuk Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel 4.11 dan lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran B dan Terminal Pinang Baris- Terminal Binjai pada tabel 4.12

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

(60)

. . . . . .

Tabel 4.11Perhitungan Ability To Pay (ATP) untuk responden Terminal

Amplas – Terminal Lubuk Pakam

Keterangan:

X1= Responden

X2= Rata-rata pendapatan per bulan

X3= % Rata-rata alokasi biaya transportasi per bulan

X4= Rata-rata alokasi biaya transportasi per bulan

X5= % Rata-rata alokasi biaya transportasi dari Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam

(61)

B

Tabel 4.12Perhitungan Ability To Pay(ATP) untuk responden Terminal

Pinang Baris – Terminal Binjai

Keterangan:

X1= Responden

X2= Rata-rata pendapatan per bulan

X3= % Rata-rata alokasi biaya transportasi per bulan

X4= Rata-rata alokasi biaya transportasi per bulan

X5= % Rata-rata alokasi biaya transportasi dari Terminal Pinang Baris – Terminal Binjai

(62)

Binjai

X7= Frekuensi Perjalanan

X8= ATP Responden

4.1.3 Hasil Data Willingness To Pay

Data hasil survey yang diperoleh untuk Willingness to Pay(WTP) untuk rute

Terminal Amplas- Terminal Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel 4.13

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran D. Untuk rute Terminal Pinang Baris – Binjai pada tabel 4.14 lengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.

Responden

Prioritas paling tinggi dalam pelayanan WTP

Responden

A B C=A

1 6000

Ketepatan Waktu Pelayanan,Keamanan

Pelayanan dan Atribut Lainnya 6000

2 7000

Kenyamanan Pelayanan,Ketepatan Waktu Pelayanan,Keamanan Pelayanan dan Atribut

Lainya 7000

Pelayanan dan Atribut Lainnya 7000

Tabel 4.13Perhitungan Willingness To Pay(WTP)untuk Rute Terminal

Amplas – Terminal Lubuk Pakam

Responden

Prioritas paling tinggi dalam pelayanan WTP

Responden

Pelayanan dan Atribut Lainnya 7000

(63)

. . . .

. . . .

60 7000

Kemudahan Pelayanan,Keamanan Pelayanan,Keramahan Pelayanan dan Atribut

Lainnya 7000

Tabel 4.14Perhitungan Willingness To Pay(WTP) Rute Terminal Pinang

Baris – Terminal Binjai

4.2 Analisis Data Responden

4.2.1 Analisis Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden terdiri dari informasi umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, golongan atau jenis pekerjaan, dan maksud perjalanan jika

menggunakan Bus Rapid Transit. Hasil data rekapitulasi karakteristik responden

kemudian akan ditampilkan dalam bentuk grafik 4.1 dan kemudian akan

(64)

Grafik 4.1 Umur Calon Pengguna Jasa Bus Rapid Transit

Dalam survey yang dilakukan untuk responden rute Terminal Pinang

Baris– Terminal Binjai mayoritas umur responden ialah 21-30 tahun dengan persentase sebesar 43%. Untuk rute Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam adalah 20 tahun kebawah dan 31-40 tahun dengan persentase 27%. Dan untuk

(65)

Grafik 4.2Jenis Kelamin

Responden yang diambil dari Terminal Binjai – Terminal Pinang Baris didominasi oleh wanita (53%) sedangkan dari Terminal Amplas – Terminal Lubuk Pakam didominasi oleh pria (67%). Dan untuk jenis pendidikan responden

(66)

Grafik 4.3Tingkat Pendidikan Calon Pengguna Bus Rapid Transit Tingkat pendidikan untuk responden di rute Terminal Amplas- Terminal

Lubuk Pakam adalah SD(7%), SMP (13%), SMA (60%), dan S1(20%) sedangkan

untuk responden di rute Terminal Binjai – Terminal Pinang Baris adalah sebesar SD (4%), SMP (23%), SMA (55%),S1 (15%) dan lain-lain (3%). Dengan melihat

persentase untuk tingkat pendidikan di kedua koridor tersebut maka persentase

terbesar adalah Sekolah Menengah Atas. Dan untuk jenis pekerjaan untuk

Gambar

Gambar 1.1 Gambar Jaringan Bus Transit di MEBIDANG
Tabel 2.1 Studi Literatur yang berkaitan dengan penelitian ini
Gambar 2.2 Faktor-faktor WTP
Gambar 2.3 Hubungan ATP dan WTP
+7

Referensi

Dokumen terkait