BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini perkembangan arus globalisasi dunia dan
kerjasama di segala bidang berkembang sangat pesat.Dampak yang sangat
dirasakan adalah akibat dari perkembangan tersebut salah satunya adalah sektor
ekonomi. Arah kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan dan
mewujudkan landasan yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan yang diprioritaskan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan,
dilakukan antara lain dengan pembangunan ekonomi.1
Dengan perkembangan di sektor ekonomi yang sangat pesat,hukum
perjanjian juga turut berkembang pesat,dimana masyarakat semakin banyak yang
mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang
kemudian menimbulkan berbagai perjanjian, termasuk salah satunya adalah
perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh wedding organizer.
Wedding Organizer adalah salah satu jenis usaha yang sangat dekatdan erat kaitannya dengan konsumen. Sering kali dikatakan demikian karenasebuah
Wedding Organizer harus mampu menghadirkan setiap keinginandan impian calon pasangan pengantin pada pesta pernikahan, meskipunharus tetap dalam
1
perjanjian (kontrak) yang sudah disepakatibersama. Wedding organizer juga harus bisa memberikan pelayanan danrasa aman serta nyaman terhadap calon pasangan
pengantin yang sering kalimerasa sangat tertekan, frustasi, dan gelisah dalam
menghadapi hari besar disepanjang hidupnya.
Dari penjabaran diatas memberikan penjelasan mengenai bagaimana suatu
perusahaan yang melayani jasa untuk berperilaku dan bekerja sehingga hasil yang
dirasakonsumen dapat sesuai harapan.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada
seseorang lain atau dimana orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal. Dari peristiwa itu timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itumenerbitkan suatu perikatan antara dua orang
yang membuatnya.Dari perikatan yang terjadi itu, maka akan menimbulkan
adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat dan berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, sebagaimana termasuk dalam Kitab
Undang-undangHukum Perdata Pasal 1338 :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu,dan perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. 2
Berbicara tentang hukum perjanjian yang memiliki sifat terbuka yang
artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang-undang, dalam hal
2
ini mengandung makna bahwa Buku III KUHPerdata dapat diikuti oleh para pihak
atau dapat juga para pihak menentukan lain dengan beberapa syarat namun hanya
yang bersifat pelengkap saja yang dapat disampinginya, karena di dalam
ketentuan umum ada yang bersifat pelengkap dan pemaksa.3
Secara garis besar pengertian perjanjian berdasarkan Pasal 1313
KUHPerdata :
“ Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih “.4
Dalam pelaksanaan suatu perjanjian terkadang terjadi permasalahan dimana
salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan yang disepakati dalam
perjanjian.Akibat hukum yang dialami karena tidak dipenuhinya suatu perikatan
adalah penggantian biaya, rugi, dan bunga, pada Pasal 1243 BW disebutkan :
“ bahwa barulah mulai diwajibkan apabila debitur, setelah dinyatakan lalai
memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya hanyadapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu
yang telah dilampaui”.
Pasal ini bermaksud untuk menjelaskan mengapa seseorang dapat dibebani
pembayaran ganti kerugian. Penentuan mulainya perhitungan pembayaran ganti
kerugian itu tergantung dari ada tidaknya jangka waktu yang dijadikan
patokanuntuk kelalaian salah satu pihak. Dalam pasal ini juga terkait dengan
masalah danbeban pembuktian, yaitu apabila terjadi wansprestasi,debitur dihukum
3
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009), hal 39
4
Solahuddin, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Visimedia,2007 ), hal 331
membayarkerugian jika tidak dapat membuktikan bahwa terjadinya wanprestasi
itu disebabkan oleh keadaan yang tidak terduga atau diluar kemampuan debitur.5
Akan tetapi tidak semua wanprestasi dapat dituntut ganti kerugian, karena
apabila tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak bukan karena
kelalaian maka pihak tersebut dapat dibebaskan dari pembayaran ganti
kerugian.Hal ini diatur pada Pasal 1244 KUHPerdata dan 1255 KUHPerdata.
Dalam Pasal 1244 KUHPerdata menyebutkan :
“ debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh suatu hal yang tidak terduga, yang tak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya,walaupun tidak ada iktikad buruk padanya“.
Pasal 1245 KUHPerdata menyebutkan :
“ tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan
memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk
memberikannya atau berbuat sesuatu yang diwajibkan atau melakukan suatu
perbuatan yang terlarang baginya”.
Keadaan seperti yang disebut diatas juga keadaan yang memaksa ( force majeure ). Di dalam suatu perjanjian pada umumnya selalu memasukkan klausula mengenai force majeure agar para pihak mengerti pembatasan antara kelalaian yang disebabkan oleh para pihak itu sendiri dan kelalaian yang terjadi karena
adanya keadaan yang memaksa. Akan tetapi walaupun telah dimasukkan
masalah mengenai sejauh mana dan bagaimana suatu keadaan bisa dimasukkan
kedalam
5
Ibid,hal 12- 13
keadaan force majeure seperti yang yang dijelaskan pada perjanjian kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration di Medan dengan Pengguna Jasa.
Dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasanya dalam hal ini konsumen jelas disebutkan jika terjadi pembatalan yang dilakukan oleh pihak
pertama maka pihak kedua berhak mendapatkan50 % ( lima puluh persen ) dari
biaya kegiatan yang telah disepakati, namun apabila pihak kedua yang melakukan
pembatalan,maka pihak pertama berhak mendapat ganti rugi 50 % ( lima puluh
persen )dari biaya kegiatan yang telah disepakati.
Pada Pasal 1266 KUHPerdata secara khusus memberikan pengaturan
tentang syarat batal dalam perjanjian timbal balik. Undang- undang tersebut
menentukan bahwa“ syarat yang membatalkan perjanjian timbal balik adalah
kalau salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya “.ketentuan undang- undang
ini, terutama Pasal 1266 KUHPerdata adalah merupakan suatu yang menarik
perhatian, dikarenakan didalamnya banyak mengandung kelemahan- kelemahan
yang kadang- kadang satu sama lain mempunyai sifat yang bertentangan.
Ayat 1 dari Pasal itu mengatakan :
Ayat 2 mengatakan bahwa :
“ Syarat batal itu tidak membatalkan perjanjian dengan sendirinya, tetapi
harus dimintakan kepada hakim”.
Ayat 3 mengatakan bahwa :
“ Permintaan itu juga dilakukan walaupun syarat batal itu dinyatakan di
dalam perjanjian”.
Ayat 4 mengatakan bahwa :
“ Dalam hal syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim leluasa
untuk menurut keadaan, atas permintaan tergugat memberikan suatu jangka
waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya”.
Apabila undang- undang di atas diteliti ayat demi ayat, maka sifat yang
bertentanganitu akan terlihat yaitu : 6
1. Materi yang diatur dalam ayat 1 dan 2, ayat pertama menyatakan bahwa syarat batal itu dianggap selalu ada di dalam perjanjian timbal balik,tetapi ayat kedua menyatakan, bahwa kalau syarat batal terjadi, perjanjian itu tidak batal dengan sendirinya melainkan harus diucap oleh hakim.
2. Pembentuk undang- undang memandang atau meletakkan syarat dan kewajiban memenuhi prestasi itu dalam kedudukan yang sederajat.
3. Apabila syarat batal dipenuhi, maka segala sesuatu kembali ke keadaan semula, ketentuan ini mengandung kelemahan karena tidak mendekati keadilan. Pihak yang tidak lalai dibebani pula dengan suatu kewajiban untuk menerima kembali segala apa yang mungkin telah diserahkannya.
Dari perikatan yang terjadi itulah, maka akan menimbulkan adanya suatu
hak dan kewajiban yang mengikat dan berlaku sebagai undang- undang bagi para
asaltidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum
serta
6
Mariam Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal 43
tidak menyimpang dari syarat umum sahnya perjanjian. Karena orang leluasa
membuat perjanjian, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban
umum atau kesusilaan sebagaimana tertuang dalam Pasal 1337 KUH
Perdata,maka banyak sekali perjanjian yang muncul dalam praktek sehari-hari,
salah satunya ialah perjanjian kerjasama yang dilaksanakan oleh CV. Bintang
MandiriIn7 Wedding Event Organizer& Decoration di Medan dengan para pengguna jasaevent organizer tersebut yang berkaitan dengan pelayanan akad dan resepsi .
Pada saat seorang calon pengguna jasa wedding organizer mengajukan untuk memakai jasa yang telah disediakan,maka mereka telah menyetujui syarat-
syarat yang ditentukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dan membuat kata sepakat yang dituangkan dan dijelaskan dalamsuatu perjanjian, yang bertujuan untuk menjamin dan melindungi kepastian hukum bagi
pengguna jasa dengan CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer&Decoration, karena di dalam perjanjian tersebut akan diatur secara jelas hak dan kewajiban
antara pengguna jasa dengan pihak wedding organizer, Di samping itu juga berpedoman kepada Undang- undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yang pada hakekatnya bertujuan untuk
menciptakan sistem perlindungan kepada pengguna jasa ( konsumen ) serta
In7 Wedding Organizer& Decoration sebagai pelaku usaha ( produsen ) mengenai pentingnya perlindungan konsumen sebagai perwujudan kepedulian wedding organizer terhadap pengguna jasa.
Namun dengan demikian, sering kali terjadi hambatan- hambatan yang
mengakibatkan proses pelaksanaan perjanjian menjadi terkendala, diantaranya
adalah ketidaksesuaian harapan pengguna jasa dengan apa yang dikerjakan oleh
pihak wedding organizer dalam hal yang telah diperjanjikan, contohnya adalah ketika dalam hal yang diperjanjikan pengguna jasa meminta segala hal sesuai
dengan keinginannya dalam hal apapun itu termasuk dalam penyewaan gedung
yang diinginkan oleh pengguna jasa, akan tetapi pihak wedding organizer tidak dapat memenuhi hal yang diperjanjikan tersebut karena terdapat hambatan yang
dialami oleh pihak wedding organizer.Ketidaksesuaian antara kesepakatan yang sudah disetujui bersama dengan kenyataan pada pelaksanaannya tidak berjalan
dengan baik.Ketidaksesuaian itu diluar perencanaan yang telah disetujui oleh
pihak pengguna jasa, sehingga terjadi kegelisahan terhadap pengguna jasa.
Hal lain adalah ketika segala yang diperjanjikan dalam perjanjian telah
sesuai dengan keinginan pengguna jasa akan tetapi terdapat halangan lain yaitu
pembatalan perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh pengguna jasa kepada
pihak wedding organizersecarasepihak yang tentunya dapat merugikan pihak
wedding organizer. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan pembatalan adalah putusnya hubungan antara calon pengantin sebelum terjadinya pelaksanaan
tersebut, pembatalan terjadi bukanlah atas kemauan kedua belah pihak akan tetapi
karena telah terjadi sesuatu diluar kemauan kedua belah pihak.
Dalam beberapa hal terdapat pula yang disebut dengan force majeure yaitu adalah ketika segala hal yang diperjanjikan telah dapat dipenuhi akan tetapi
terdapat halangan diluar kemampuan masing- masing pihak misalnya kebakaran,
banjir, dan bencana alam lainnya yang dapat membuat segala yang direncanakan
batal karena keadaan terpaksa, selain itu juga keadaan memaksa atau force majeure tidak hanya meliputi hal- hal secara alam tersebut, akan tetapi juga dapat dilihat dari keadaan memaksa dari segi subjektif yaitu contohnya adalah ketika
segala hal yang dipersiapkan telah selesai dikerjakan maka terdapat suatu musibah
pada pihak pengguna jasa yang tidak bisa dihindari sehingga terjadi pembatalan
secara terpaksa yaitu meninggalnya salah satu orang tua si pengguna jasa sehingga
tidak memungkinkan oleh pihak pengguna jasa untuk tetap membuat acara
pernikahan yang dimaksud walaupun segala persiapan telah selesai dikerjakan.
Oleh karena itu membahas dan meneliti perjanjian kerjasama yang dibuat
oleh wedding organizer dan pengguna jasa dalam hal ini konsumen menjadi sangat menarik untuk diteliti karena menjadi suatu pertanyaan bagaimana
sebenarnya ketentuan dan batasan dari ruang lingkup suatu perjanjian kerjasama
tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka penulis melakukan penelitian
B. Perumusan Masalah
permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari pembatalan kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa jika terjadi wanprestasi yang dikarenakan oleh salah satu pihak, baik
dari pihak wedding organizer maupun pihak pengguna jasa?
2. Bagaimanakah pentingnya pencantuman klausula force majeure dalam sebuah perjanjian yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa?
3. Bagaimana ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya perjanjian
dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama yang terjadi antara CV. Bintang
Mandiri In7Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa ?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana dikemukakan di
atas, adapun yang menjadi tujuan penulis yang dikemukakan dalam penelitian
tesis ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari pembatalan
kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration
salah satu pihak baik, dari pihak wedding organizer maupun pihak pengguna jasa
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pentingnya pencantuman klausula
force Majeure dalam suatu Perjanjian Kerjasama yang dilakukan oleh Cv. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa
c. Untuk mengetahui ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya
perjanjian oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration
dengan pengguna jasa dalam hal ini disebut konsumen.
2. Manfaat penelitian
1.Teoretis
a. Sebagai bahan informasi yang berguna bagi masyarakat mengenai
perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak- pihak tertentu dengan
pengguna jasa mereka yang dalam hal ini disebut konsumen.
b. Sebagai bahan untuk menambah khasanah keilmuan bagi para akademisi
dan dunia pendidikan pada umumnya, khususnya bagi pengembangan
ilmu hukum.
2. Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran, serta
meningkatkan pemahaman tentang perjanjian baik secara praktis maupun
teoritis. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan para praktisi
yang terlibat langsung dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh
penelitian ini dapat dijadikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan
hukum, khususnya tentang bagaimana cara melaksanakan serta
ketentuan- ketentuan perjanjian serta kedudukan perjanjian sebagai badan
hukum yang memiliki kekuatan yang sama dengan badan hukum lainnya.
b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam pengambilan
dalam mengembangkan kajian ilmu di bidang Ilmu Hukum Kenotariatan
serta dapat menjadi kebijakan dalam melaksanakan perjanjian kerjasama
yang dilakukan oleh pihak- pihak tertentu dengan pengguna jasa yang
melakukan kerjasama.
D.Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik
terhadap hasil- hasil penelitian yang sudah ada, maupun yang sedang dilakukan
khususnya pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah, “
Analisis Yuridis Atas Pembatalan Perjanjian Kerjasama Event Organizerdengan Pengguna Jasa ( Studi Pada CV. Bintang Mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration di Medan) .”
Namun penulis ada menemukan beberapa tesis karya mahasiswa, yang
mengangkat permasalahan perjanjian kerjasama, tetapi permasalahan dan bidang
kajiannya sangat jauh berbeda, yaitu :
1. Tesis atas nama Dony Parhimpunan Harahap, NIM : 087011032, dengan judul
Dari penelusuran kepustakaan tersebut di atas, dapatlah dipastikan bahwa
penelitian yang dilakukan adalah hasil dari pemikiran sendiri. Karena adanya
perbedaan materi dan pembahasan yang dilakukan. Dengan demikian penelitian
ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis
berdasarkan nilai- nilai objektifitas dan kejujuran.
E.Kerangka Teori dan Kosepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu terjadi,7dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.8
Teori diperlukan bagi mereka yang ingin mengembangkan suatu bidang
kajian hukum tertentu.Hal itu dilakukan untuk meningkatkan dan
memperkayapengetahuannya dalam penerapan aturan hukum. Dengan melakukan
telaah mengenai konsep- konsep hukum, para ahlihukum akan lebih
meningkatkan daya interprestasi dan juga mampu menggali teori- teori yang ada
di belakang ketentuan hukum tersebut.9
Sebagai tolak ukur menganalisis permasalahan yang akan diteliti
karenasuatu teori atau kerangka teori harus mempunyai kegunaan paling
sedikitmencangkup hal- hal sebagai berikut : 10
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan konsep- konsep.
7
8
Ibid, hal 216
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005, hal 73
10
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, ( Bandung : Alumni, 1993 ), hal 254
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal- hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang telah diteliti.
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa- masa mendatang. e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan- kekurangan
pada pengetahuan penelitian.
Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak
salaharah. Sebelumnya diambil rumusan Landasan Teori seperti yang telah
dandikemukakan M. Solly Lubis, yang menyebutkan :11
“ Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir- butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan ( problem )
yang dijadikan bahan perbandingan pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan”.
Teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang
salingberhubungan dalam hal ini mengikuti aliran tertentu yangdapat dihubungkan
secara logis satu dengan yang lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan
berfungsi meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati dalam sistem
deduksi yang mengemukakan suatu alasan atau penjelasan.Suatu teori harus diuji
menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
Adapun teori menurut Maria S.W . Sumarjono adalah :12
“ seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang
didefinisikan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan
11
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian,( Bandung : Mandar Madju, 1994), hal 30
12
Maria S.W Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, ( Yogyakarta : Gramedia, 1989 ), hal 12
Dalam teori ini sendiri jika dihubungkan dengan upaya mewujudkan
keadilan dalam hubungan hukum bagi para pihak yang ada dalam perjanjian ini
adalah dengan memberikan aturan- aturan dan batasan-batasan yang dapat
memberikan keadilan pada kedua belah pihak.
Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/
petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati.Kerangka teori
diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha
untuk memahami pelaksanaan perjanjian kerjasama sebagai kaedah hukum atau
sebagai isi kaedah hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan,
dan pelaksanaan kaedah hukum tersebut di masyarakat.
Berdasarkan pengertian teori dan kegunaannya serta daya kerja teori
tersebut di atas dihubungkan dengan Judul “ Analisis Yuridis atas
PembatalanPerjanjian Kerjasama Event Organizer dengan Pengguna Jasa” dengan mengambil studi pada CV. Bintang mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration
di Medan, teori yang digunakan mesti menjurus kepada rasa adil kepada kedua
belah pihak sehingga terjadi dampak hukum yang adil apabila terjadi suatu
masalah. Maka dalam ilmu hukum dikenal dengan ajaranTeori Keadilan yang
dijadikanacuan dalam penelitian ini.
Dalam Teori Keadilanoleh Radbruch yang menyatakan :13
positif,konstitutif bermakna padakeadilan harus menjadi unsur yang mutlak.”
13
Ibrahim Johnny,Teori & metode penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia,2005,hal 156
Berdasarkan keterangan diatas dapatlah dilihat bahwa hubungan teori
keadilan yang diterangkan diatas sangat sesuai dengan perjanjian kerjasama yang
dilakukan oleh wedding organizer karena bertujuan demi memberikan rasa adilkepada kedua belah pihak dalam membuat perjanjian sehingga terjadi batasan-
batasan yang harus dipatuhi oleh masing- masing pihak serta dampak hukum yang
sesuai pula dengan hal yang dilanggar kedua belah pihak.Dalam Pasal 1338
KUHPerdata :
“ Menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-
undang yang berlaku sebagai undang- undang bagi yang membuatnya, bahwa
pada prinsipnya perjanjian yang telah disepakati merupakan hukum bagi yang
membuatnya dan kepada hukum itulah mereka tunduk “.
Maka berdasarkan definisi diatas bahwa ketentuan- ketentuan umum yang
mengikat semua perjanjian ( bernama dan tidak bernama ) adalah Pasal 1319
mengatakan bahwa :
“ semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun
yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan- peraturan
umum”.
Pasal ini menyatakan bahwa perjanjian apa saja, baik yang diatur dalam
KUHPerdata Buku III Bab V sampai dengan Bab XVIII dan yang terdapat di luar
Buku III KUHPerdata ini tunduk pada ketentuan- ketentuan umum dari
14
M. Yahya Harahap, Segi- Segi Hukum Perjanjian, ( Bandung : Alumni, 1986 ), hal 85
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dalam teori, peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi
dan kenyataan.Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi
yangdigeneralisasikan dari hal- hal yang khusus yang disebut definisi
operasional.15Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini
haruslah didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh
hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan konsep
merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain- lain, seperti asas
dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan
salah satu dari hal- hal yang dirasakan penting dalam hukum.
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh
suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis.16
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan
suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang
seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil,
kadang- kadang dirasa masih juga abstrak, sehingga diperlukan
definisi-definisioperasional yang akan dapat menjadi pegangan konkrit di dalam proses
15
Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1998 ), hal 3
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1995 ), hal 7
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hal 13
Agar terdapat persamaan presepsi dalam dan memahami penulisan dalam
penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan
pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana terdapat di bawah ini :
a. Analisis Yuridis
Adalah penyelidikan, penjabaran sekaligus pemecahan secara
hukumterhadap suatu peristiwa atau permasalahan yang timbul untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.
b. Perjanjian
Pengertian perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa dimana
seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana 2 ( dua ) orang saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal.18
c. Event Organizer
Adalah suatu bentuk usaha yang mencangkup penyelenggara suatu acara
yang terdiri dari serangkaian mekanisme yang sistematis.Penyelenggaraan acara
adalah istilah untuk penyedia jasa professional. 19
d. Wedding Organizer
Adalah bentuk usaha yang mendalami tentang cara menjalankan suatu acara
18
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Pembimbing Masa, 1980, hal 1
23 November 2012
20
Brosur In7Wedding Organizer & Decoration Medan
e. Prestasi
Prestasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut juga dengan
istilahperformance “ dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal- hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah
mengikatkan dirinya untuk itu,pelaksanaan mana sesuai dengan “ term “ dan “ condition “ sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.21
f. Wanprestasi
Wanprestasi, adalah seseorang yang tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana yang telah ditetapkan.22
g. Kerugian
Pengertian kerugian adalah penurunan nilai benda atau barang, atau biaya
tambahan yang perlu dikeluarkan, atau kehilangan peluang melakukan
sesuatuhalaktifitas atau kehilangan peluang untuk melakukan suatu aktifitas yang
bernilai ekonomis.23
h. Ganti Rugi
Adalah penggantian biaya rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu
perjanjian, oleh karena itulah baru mulai diwajibkan salah satu pihak
yangdinyatakan lalai karena tidakmemenuhi perjanjiannya.24
21
Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal 87
22
23
Heni Suhaeni, Kerugian Sosial Penduduk Kawasan Pemukiman Pantai, diakses dari
24
Rohma Dijawi, Ketentuan- Ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak, Kontrak Bisnis (
Perjanjian ), diakses dari
November 2012
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Metode pendekatan
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
yakni penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem
norma. Norma yang dimaksud adalah cara meneliti bahan kepustakaan ataubahan
data sekunder yang meliputi buku- bukuserta norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang- undangan, asas- asas hukum, kaedah hukum dan
sistematika hukumputusan pengadilan, perjanjian dan badan hukum lainnya.25
b. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini diperlukan beberapa metode pendekatan demi
tercapainya analisis yang lebih baik yakni deskriptif analisis, suatu analisis data
yang tidakkeluar dari ruang lingkup sampel, yang berdasarkan pada teori hukum
yang bersifat umum diaplikasikan untuk menyelesaikan tentang seperangkat data
ataumenunjukkan komposisi data yang ada hubungannya dengan seperangkat data
.26
Analisis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan
dilakukan secara cermat sebagaimana menjawab permasalahan.27
25
26
Ibrahim johnny, Teori & metode penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia,2005, hal 336
27
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20, ( Bandung : Alumni, 1994), hal 101
2. Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung
dengan penelitian lapangan. dan Dalam penelitian ini data yang
dipergunakanadalah data sekunder. Untuk memperoleh data yang objektif maka
penelitian ini terdiri dari :
a) Bahan hukum primer yang terdiri dari :
1) Kitab Undang- Undang Hukum Perdata
b) Bahan hukum sekunder yang terdiri dari pendapat para ahli yang termuat
dalam literatur, buku- buku, artikel, media cetak maupun elektronik.
c) Bahan hukum tersier terdiri dari kamus hukum, atau ensiklopedia yang
berhubungan dengan materi penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakanmetode
pengumpulan data :
a. Kepustakaan( library research) yaitu untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang dilakukan oleh pihak
lain yang relevan dengan penelitian ini dengan cara menelaah
menginventarisasi pemikiran atau pendapat juga sejarah atau latar belakang
pemikiran tentang perjanjian kerjasama.Pemikiran dan gagasan serta di
konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan perundang- undangan
dalam hal ini pihak wedding organizer, yang termuat dalam data ataupun dalam bentuk dokumen dan putusan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini.
b. Studi Lapangan ( Field research ) yaitu untuk melakukan wawancara dengan pihak wedding organizeryang dalam hal ini sebagai informan,untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan mempergunakan
pedoman wawancara dan daftar pertanyaan yang disusun secara kombinasi
antara bentuk tertutup dan bentuk terbuka.Supayawawancara yang
dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara.
4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat
interaktif,28yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai
dengan realitas.Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan- pernyataan
atau data yang dihasilkan berupa deskriptif mengenai subjek yang
diteliti.Penelitian ini dimulai dengandilakukannya pemeriksaan terhadap data-data
yang terkumpul, yang kemudian akan dianalisis dengan metode kualitatif.
5. Metode Penarikan Kesimpulan
Melalui metode deduktif yakni berfikir hal yang umum menuju kepada hal
yang khusus atau spesifik dengan menjelaskan dengan menggunakan perangkat
28
Miles Dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1992 ), hal 15-20
dan tujuan penelitian. Sehingga data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan
pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat
pelaksanaannyadalam praktik perjanjian kerjasama.
Dengan metode induktif, data primer yang telah diperoleh di lapangan
setelah dihubungkan dengan ketentuan hukum yang berkaitan dengan
perjanjian.Proses analisis data yang dimulai dari menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari, ditelaah, maka langkah
selanjutnyaadalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi.29
Langkah selanjutnya adalah menyusun rangkuman dalam abstraksi tersebut
ke dalam satuan-satuan, yang mana satuan- satuan ini kemudian di
kategorisasikan. Data yang dikategorisasikan, kemudian ditafsirkan dengan cara
mengolah hasil sementara menjadi teori substantif. Tahap terakhir, penarikan
kesimpulan dengan logika berfikir deduktif- induktif.30
29