• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler - Studi Penggunaan Algoritma Ant Colony Dalam Pengalokasian Kanal Dinamik Pada Komunikasi Seluler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler - Studi Penggunaan Algoritma Ant Colony Dalam Pengalokasian Kanal Dinamik Pada Komunikasi Seluler"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Komunikasi Seluler

Global System for Mobile communication (GSM) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group standarisasi yang dibentuk di Eropa tahun 1982 untuk menciptakan sebuah standar bersama telepon bergerak seluler di Eropa yang beroperasi pada daerah frekuensi 900-1800 MHz. GSM merupakan teknologi infrasturktur untuk pelayanan telepon selular digital dimana bekerja berdasarkan Time Division Multiple Access (TDMA) dan Frequency Division Multiple Access (FDMA). Jaringan Global System for Mobile Communication (GSM) adalah jaringan telekomunikasi seluler yang mempunyai arsitektur yang mengikuti standar

European Telecommunication Standard Institute ETSI GSM 900 / GSM 1800. Arsitektur jaringan GSM tersebut terdiri atas tiga subsistem yaitu Base Station Subsystem (BSS), Network Switching Subsystem (NSS) dan Operation Subsystem

(OSS) serta perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembicaraan yang disebut Mobile System (MS).

2.2 Konsep Seluler

(2)

mengganti pengirim tunggal berdaya tinggi dengan beberapa pengirim berdaya lebih rendah yang masing-masing melayani daerah cakupan yang lebih kecil. Daerah pelayanan yang lebih kecil ini disebut sel. Pada tiap-tiap sel ini dialokasikan sejumlah kecil kanal dari keseluruhan kanal yang ada, sehingga keseluruhan kanal yang dimiliki sistem tersebut terbagi-bagi dalam sel-sel yang ada. Interferensi antar setasiun basis dapat diminimalkan jika setasiun basis yang berdekatan menggunakan grup kanal yang berbeda. Dengan memisahkan setasiun-setasiun basis dan grup-grup kanal dengan cara yang sistematis, kanal-kanal didistribusikan dan digunakan berulang kali. Dalam hal ini interferensi antar setasiun co-channel harus tetap rendah. Setasiun co-channel adalah setasiun-setasiun yang menggunakan frekuensi yang sama.

Bentuk jaringan sistem seluler berkaitan dengan luas cakupan daerah pelayanan. Bentuk sel yang terdapat pada sistem komunikasi bergerak seluler digambarkan dengan bentuk hexagonal dan lingkaran. Bentuk sel yang hexagonal lebih mewakili untuk dapat mencakup keseluruhan area. Berikut bentuk sel hexagonal dan lingkaran ditunjukan pada Gambar 2.1.

(3)

R

R 2.3 Frekuensi Reuse

Penggunaan frekuensi yang sama pada sel yang berbeda pada waktu yang bersamaan oleh beberapa pengguna merupakan inti dari komunikasi seluler. Pada konsep frequency reuse, suatu kanal frekuensi tertentu dapat melayani beberapa panggilan pada waktu yang bersamaan. Maka dapat dikatakan penggunaan sepektrum frekuensi yang efisien dapat dicapai. Semua frekuensi yang tersedia dapat digunakan oleh tiap-tiap sel, sehingga dapat mencapai kapasitas jumlah pemakai yang besar menggunakan pita frekuensi yang efektif.

Pada frequency reuse, penggunaan kanal tidak tergantung pada frequency carrier yang sama untuk beberapa wilayah cakupan. Pada Gambar 2.2 [1] dapat dilihat penggunaan ulang kanal frekuensi. Pada sel a yang menggunakan kanal radio f1 mempunyai radius R dapat digunakan ulang pada sel yang berbeda dengan jangkauan yang sama pada jarak D dari sel sebelumnya.

Sel a Sel b

Gambar 2.2 Jarak pengulangan frekuensi

Sedangkan jarak pemisah relatif terhadap radius sel dinyatakan dengan D/R. Dapat dilihat pada persamaan 2.1 [1]

(𝐃𝐃 𝐑𝐑⁄ )𝟐𝟐= 𝟑𝟑𝟑𝟑 (2.1)

(4)

R = jari–jari terjauh sel hexagonal (jarak terjauh dari pusat sel ke ujung sel)

K = cluster

Konsep frequency reuse dapat meningkatkan efisiensi pada penggunaan spektrum frekuensi, akan tetapi harus diikuti dengan pola tertentu dan teratur agar tidak terjadi interferensi kanal.

Cluster adalah sekelomkpok sel yang masing-masing selnya memiliki 1 set frekuensi yang berbeda dengan sel yang lain. Ukuran cluster (dilambangkan = K, sering juga dilambangkan = N) adalah jumlah sel yang terdapat dalam 1 cluster. Ukuran cluster tergantung dari syarat C/I (Carrier to Interference) sistem seluler. Beberapa cluster dapat disusun atau diulang-ulang menjadi suatu kelompok cluster dalam suatu sistem. Gambar 2.3 adalah gambar cluster 3 dan 4 dimana K=3 maka dalam satu cluster ada terdapat 3 sel demikian dengan K=4 tedapat 4 sel yang berbeda dalam satu cluster [1].

Gambar 2.3 Frekuensi Reuse dengan 3 dan 4 Kluster

(5)

jam, kemudian lalui sepanjang j sel pada arah tersebut. Pada posisi akhir disitulah letak frekuensi reusenya. Gambar 2.4 adalah cara penentuan kaidah penomoran sel.

Gambar 2.4 Kaidah Penentuan Nomor Sel Dimana ukuran kluster dihitung dengan :

𝑲𝑲= 𝒊𝒊𝟐𝟐+𝒓𝒓𝟐𝟐+𝒊𝒊.𝒋𝒋 (2.2)

Untuk : i = 1 dan j = 1  K = 3 i = 1 dan j = 2  K = 7 i = 0 dan j = 2  K = 4 i = 1 dan j =0  K = 4

2.4 Alokasi Kanal

(6)

Allocation) atau jumlah kanal diberikan berdasarkan permintaan jumlah trafik. Strategi yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah DCA (Dinamic Channel Allocation) yaitu sebagai berikut [2]:

1. Setiap sel yang membutuhkan kanal akan memintannya pada Mobile Switcing Center (MSC).

2. Kanal dialokasikan pada Base Transceiver Station (BTS) yang meminta, dengan memperhatikan probabilitas blocking, frequensi reuse dan faktor biaya.

3. Probabilitas blocking menurun dan kapasitas trunking meningkat.

2.4.1 Fixed Channel Allocation (FCA)

Merupakan teknik pengalokasisn kanal secara tetap, pada setiap sel dialokasikan kanal secara tetap. Karena setiap sel dialokasikan secara tetap maka dalam sistem ini diperlukan management kanal yang tetap. Bila seluruh kanal terduduki maka sel akan diblok dan kadang digunakan setrategi peminjaman kanal dari sel tetangga.

FCA memiliki kelebihan dibandingkan alokasi dinamis yaitu relatif lebih cepat untuk menangani panggilan yang terjadi dalam sel, lebih murah instalasi dan

investasi awal karena tidak dibutuhkan komputer switching yang super cepat untuk pengambilan keputusan saat adanya alokasi kanal baru.

Kelemahan dari FCA adalah:

1. Butuh perencanaan alokasi kanal yang sangat matang saat instalasi 2. Butuh pengecekan berkala untuk melihat optimasi pembagian kanal

(7)

3. Operator harus sering mencek perkembangan pelanggan dalam tiap area, perkembangan pelanggan harus diikuti tersediamya kanal di area tersebut, sehingga harus meng-aranggement ulang pola kanal frekuensi.Operator harus mencek keadaan di lapangan apakah ada perkembangan beban trafik atau ada daerah yang banyak pelanggannya tetapi tidak tercover ataupun buruk performasinya.

Syarat-syarat fixed channel allocation (FCA) yaitu: a. Setiap sel memiliki kelompok kanal yang tetap b. Bila seluruh kanal terduduki, maka sel akan “block”.

c. Kadang digunakan setrategi “peminjaman” kanal dari sel tetangga.

2.4.2 Dynamic Channel Allocation (DCA)

Merupakan teknik dimana kanal yang dialokasikan secara tetap di dalam sel. Dengan demikian semua kanal yang dialokasikan dapat digunakan dalam seluruh sel. Pengaturan kanal dilakukan secara otomatis oleh pengontrol. Pada teknik DCA pemberian kanal dilakukan berdasarkan permintaan.

DCA merupakan salah satu setaregi untuk mengatasi penambahan beban

trafik dalam sistem seluler. Konsep dasar dari strategi DCA adalah bila beban

trafik tidak merata dalam tiap sel maka pemberian kanal frekuensi pada tiap sel akan sering tidak terpakai dalam sel yang kurang padat, dan terjadi bloking pada sel dengan beban trafik padat. Teknik DCA dapat mengalokasi kanal frekuensi bila hanya beban trafik meningkat dan melepaskan kanal frekuensi bila beban

(8)

2. Nearest Neighbour (NN) 3. Hybrid Assigment Strategi

4. Borrowing with Channel Ordering Strategi (BCO) 5. Borrowing with Directional ChanneL Locking

Strategi alokasi kanal DCA inilah yang diangkat dalam Tugas Akhir ini, dimana trafik pada setiap sel berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Diagram blok di bawah ini menggambarkan proses frequency assignment in celuler network

[Kotrotsos, 2001] ditunjukan pada Gambar 2.5.

Input Proses Output

Gambar 2.5 Diagram blok proses penugasan frekuensi dalam jaringan seluler

2.5 Masalah Alokasi Kanal

Tujuan penugasan kanal adalah untuk menempatkan beberapa resource

yang tepat. Dengan menempatkan beberapa kanal pada setiap sel tanpa melanggar batasan yang ditetapkan, maka dapat dinyatakan pada persamaan 2.3 [3].

(9)

Dimana :∆f = kanal bandwidth

f0 = frekuensi terendah dari pita frekuensi yang diberikan

n = bilangan bulat (n>0)

F = bervariasi dari F1 (n=1), F2 (n=2), F3(n=3),…,Fmak(n=maksimum) Untuk memenuhi persyaratan dalam penugasan kanal, kita harus mencari nilai terendah dari Fmak, atau rentang minimum sehingga kanal yang dialokasikan pada sel akan memenuhi trafik dan kualitas layanan. Kualitas layanan akan puas jika semua kendala interferensi diminimalkan.

Kendala kompatibilitas elektromagnetik dalam jaringan n cell diwakili oleh kompatibilitas matrik C, yang merupakan n x n matrik simetris. Nilai dari setiap elemen cij nondiagonal dari matrik kompabilitas c merupakan co-channel dan saluran kendala saluran yang berdekatan yang berarti pemisah jarak frekuensi minimum antar frekuensi ditugaskan untuk sel i dan sel j. Ada tiga kendala kompabilitas elektromagnetik (EMC) dengan 3 jenis gangguan, yaitu [3]:

a. Kendala Co-channel (CCC)cij - nilai = 0

yang mana kanal yang sama tidak dapat ditugaskan secara bersamaan pada sel yang berada dalam jarak yang ditetapkan secara bersamaan. b. Kendala Adjacent Channel (ACC) cij - nilai = 2

dimana kanal yang berdekatan tidak boleh ditugaskan ke sel yang berdekatan secara bersamaan.

c. Kendala Co-site (CSC)cii – nilai = α

dimana kanal setiap pasang kanal yang ditugaskan ke sel harus lebih besar dari ambang batas minimum pemisah α. Nilai α merupakan nilai

(10)

setandar komunikasi yang digunakan. Pada umumnya nilai α dimulai dengan 5 dan menyatakan jarak antar kanal dalam satu sel.

Dari ketiga hal tersebut dapat dihitung jumlah kanal minimun yang dapat disediakan untuk penugasan kanal dengan rumus 2.4 [3]:

𝑲𝑲𝑲𝑲𝒏𝒏𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝒊𝒊𝒏𝒏𝒊𝒊𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝒏𝒏𝑲𝑲𝑲𝑲𝒊𝒊𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝑲𝒏𝒏= (𝒄𝒄𝒊𝒊𝒊𝒊(𝐝𝐝𝐢𝐢− 𝟏𝟏) + 𝟏𝟏)(2.4)

Dimana : cii = nilai maksimum CSC pada matrik C di = nilai maksimum demand (kanal tertinggi)

2.6 Frequency Exhaustive Assignment

Merupakan strategi penugasan kanal pada tiap-tiap sel dengan tetap memperhatikan aturan kendala kompabilitas elektromagnetik (EMC). Kendala co-site yaitu tiap kanal pada sel yang sama harus mempunyai rentang minimum yaitu 5, untuk kendala berdekatan sel rentang minimum 2 kanal, dan untuk kendala co-channel renang minimum ≥ 0. Ilustrasi berikut ini menunjukan strategi Frequency Exhaustive Assignment (FEA) ditunjuukan pada Gambar 2.6 [4].

a. Bentuk Layout Sel b. Matrik

Gambar

2.6 a. Bentuk Layout Sel dan b. Matrik

(11)

minimum yang di butuhkan dengan menghitung persamaan (2.4) dengan melihat matrik demand dimana cii = 5, di = 3. Maka dapat dihitung jumlah kanal minimum, 5 (3-1) + 1 = 11 kanal. Gambar 2.7 adalah cara penentuan letak kanal pada tiap-tiap sel.

c44 = 5 c44 = 5 c43 = 3

c42 = 2 c24 = 3

sel

kanal/frekuensi

Gambar 2.7 Strategi Fequency Exhaustive Assignment

Untuk menugaskan kanal pada Gambar 2.7 langkah pertama adalah terlebih dahulu perlu dilihat pola layout sel bersamaan dengan memperhatikan kendala Electromagnetic Compabily (EMC) yaitu CCC, ACC, dan CSC. Alokasikan/tempatkan deman D terbesar yang ada. Pada ilustrasi Gambar 2.6 dimand D terbesar adalah 3 yaitu pada sel ke 4 dengan jarak antara cosite (CCC) adalah 5 yaitu menempati kanal (f1, f6, dan f11). Kemudian tempatkan call of dimand D berikutnya yaitu 1 pada sel ke 3 yang menempati kanal (f4). Selanjutnya pada demand yang sama yaitu 1 untuk sel 2 dan demand 1 untuk sel 1 yang menempati kanal (f3) untuk sel 2 dan kanal (f6) untuk sel 1[2].

(12)

Gambar 2.8Flowchart Struktur Dasar Strategi Frequency Exhaustive Assignment

(FEA) Urutan Panggilan/Call

Menentukan Panggilan Pertama untuk Kanal “1”

Apakah Semua Panggilan Sudah

Ditempatkan ?

Memilih Panggilan Berikutnya

Memilih dan Menempatkan Sebuah

Kanal Mulai

Selesai

Tidak

Gambar

Gambar 2.1 Bentuk sel hexagonal dan lingkaran
Gambar 2.2 Jarak pengulangan frekuensi
Gambar 2.3 Frekuensi Reuse dengan 3 dan 4 Kluster
Gambar 2.4 Kaidah Penentuan Nomor Sel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD dengan metode eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa memalui penerapan model

With the current version (described in Section 2.2) it is possible to complete the vehicle detection and tracking before the next image burst is taken. After compressing the

Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan pada KD mudah dibelajarkan oleh guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, karakteristik mata pelajaran,

[r]

pendidikan jasmani dan olahraga sepanjang hayat. h) Mempersaiapkan anak untuk dapat mengatasi kompetisi kompetisi, kemenangan atau kekalahan, kooperasi dan kolaborasi.

The antenna phase centers were determined by GPS techniques and incorporated to the point clouds as an additional point in the TLS reference system; next, the relative orientation

Uraikan perbedaan yang paling menonjol ketika seorang guru PJOK mengajar pada satuan pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas2. Pada zaman

Coba analisis teknik gerak tentang keterlibatan otot-otot apa saja pada pelaksanaan smash bola voli yang didasakan pada tahapan smas bolavoli dimulai dari awalan, pelaksanaan, dan