• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN PROGRAM PENDIDIKAN PRA JABAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETERKAITAN PROGRAM PENDIDIKAN PRA JABAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN PROGRAM PENDIDIKAN PRA-JABATAN

DAN PELATIHAN DALAM JABATAN GURU

Makalah

Disampaikan pada Lokakarya Penyusunan RIP PPPG IPA Menuju Era Globalisasi.

Bandung, 23 Agustus 1999

Oleh:

Harry Firman

Pembantu Dekan Bidang Akademis FPMIPA IKIP Bandung e-mail: titimplik@bdg.net.id

1.

Pendahuluan

Sukar untuk disangkal bahwa guru merupakan salah satu determinan utama keberhasilan proses pendidikan. Oleh karenanya kualitas guru senantiasa menjadi kepedulian semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam kaitan itu sangat wajar apabila program pendidikan dan pembinaan guru selalu mendapat sorotan dari masyarakat. Dengan asumsi bahwa guru merupakan faktor kunci dalam proses pendidikan, maka masih relatif rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia, (sebagaimana dilontarkan oleh banyak pengamat pendidikan akhir-akhir ini), memberikan isyarat akan pentingnya upaya peningkatan kinerja program pendidikan dan pembinaan guru di Indonesia.

Dalam realita pendidikan di Indonesia pembinaan profesionalitas guru terjadi dalam dua fase. Fase pertama adalah pendidikan pra-jabatan (pre-service atau

(2)

Makalah ini lebih lanjut akan memaparkan sebuah model keterkaitan pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan guru. Model ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi penyusunan rencana induk pengembangan lembaga-lembaga yang berkiprah pada kedua fase pembinaan guru tersebut, demi terciptanya sistem pembinaan guru yang efektif dan efisien.

2. Ruang lingkup program pendidikan pra-jabatan dan pelatihan

dalam jabatan guru

Pengamatan terhadap sistem pembinaan di sejumlah negara, khususnya negara maju, mengisyaratkan sistem pembinaan guru beraneka dari negara ke negara. Namun demikian ada kecenderungan tertentu, yakni “single track” bagi pendidikan prajabatan guru, yakni diselenggarakan sebagai bagian dari pendidikan tinggi dan lembaganya terakreditasi. Sementara itu tampak adanya “multi track” bagi pelatihan dalam jabatan guru, yakni diselenggarakan oleh aneka lembaga, seperti pusat penataran guru, badan pengelola pendidikan, asosiasi guru bidang studi serumpun, perguruan tinggi, dan juga sekolah sendiri (Gambar 1). Di Indonesia, program pelatihan dalam jabatan guru sebagian terbesar diselenggarakan pemerintah.

Gambar 1

Sistem pembinaan guru di berbagai negara

PRE-SERVICE IN-SERVIVE

Universitas Pusat Penataran Guru Asosiasi Guru Nasional “School District” Universitas Sekolah

(3)

materi bidang ilmu (MKBS), serta pedagogi umum (MKDK) dan pedagogi spesifik (MK-PBM).

Dalam kurikulum pendidikan pra-jabatan guru yang berlaku sekarang kandungan MKBS 60-70 % (equivalen dengan 6 semester pada jurusan yang relevan di perguruan tinggi non kependidikan), suatu porsi yang dipandang memadai untuk menghasilkan guru dengan penguasaan bidang studi yang cukup kuat. Sementara itu perkuliahan pedagogi spesifik (sebagai contoh: strategi belajar mengajar biologi, evaluasi hasil belajar fisika, perencanaan pengajaran kimia) didesain lebih praktis dan berbasis sekolah, sehingga mampu megembangkan kompetensi mengajarkan suatu bidang studi di sekolah. Mata kuliah penelitian pendidikan (mata kuliah ini terkait pada skripsi/tugas akhir mahasiswa) diberikan untuk membekali calon guru dengan kemampuan melakukan “classroom action research”, sebagai kompetensi yang diperlukan untuk secara mandiri melakukan peningkatan kepakarannya dalam mengajar. Pada akhir masa studi calon guru melakukan PPL secara penuh di sekolah dalam kurun waktu 3-4 bulan di bawah bimbingan guru senior. Dengan komposisi kurikulum yang seperti ini LPTK di samping memberikan ijazah sebagai sarjana pendidikan, juga mempunyai mandat untuk memberikan akta mengajar kepada lulusannya.

Apabila program pendidikan pra-jabatan guru lebih membawa misi transformasi individu dari “pelajar” menjadi “pengajar”, maka fungsi utama pelatihan dalam jabatan guru adalah peningkatan profesionalitas guru melalui transformasi lebih lanjut dari guru pemula (novive teacher) menjadi guru ahli (expert teacher) secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karenanya program pelatihan dalam jabatan diberikan secara bertahap dan berkesinambungan kepada guru yang sedang berdinas dengan orientasi berikut ini.

1) Memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan profesional yang diperlukan sebagai dampak perkembangan ilmu dan teknologi, baik yang terkait pada bidang studi maupun kependidikan.

(4)

ditujukan bagi guru-guru yang mengalami defisiensi serta program perlu disesuaikan dengan jenis defisiensi yang dihadapi.

3) Mengembangkan kemampuan guru untuk melakukan pengembangan diri secara mandiri dalam menjalankan tugas profesionalnya, sehingga mampu beradaptasi dengan dinamika dan perubahan dalam tugas profesinya, misalnya perubahan kurikulum, adanya sarana belajar dan peralatan baru, buku-buku baru, dll. Orientasi ini terkait pada pemberdayaan dan pengembangan kemandirian profesional guru..

3. Keterkaitan pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan

guru.

Sekalipun program pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan mempunyai fungsi spesifik yang berbeda, namun perlu terkait secara harmonis, sebab keduanya merupakan mata rantai pembinaan guru yang tak terpisahkan. Lokus keterkaitan kedua fase pembinaan guru ini terletak pada kesinambungan program dan kerjasama fungsional antara lembaga penyelenggara pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam pra-jabatan.

1) Kesinambungan program.

Oleh karena durasi setiap segmen kegiatan umumnya relatif singkat, maka materi program pelatihan dalam jabatan perlu dipilih secara hati-hati agar pelatihan efektif bagi guru. Dengan demikian pengambilan keputusan tentang materi program pelatihan dalam jabatan tidak dapat ditetapkan melalui “judgement” semata melainkan perlu berlandaskan “needs assessment” yang dilakukan terhadap kelompok sasaran program pelatihan. Namun demikian terdapat kelemahan dan ketidaklengkapan program pendidikan pra-jabatan yang perlu diatasi melalui program pelatihan dalam jabatan, sebagaimana dipaparkan berikut ini.

(5)

menurut Tim Olimpiade” pada suplemen Harian Kompas 14 Agustus 1999). Padahal semasa mengikuti pendidikan dalam jabatan guru, landasan teoritik pembelajaran aktif telah disampaikan, begitu pun teknikalitas pembelajaran aktif telah dilatihkan kepada calon guru. Fenomena ini menunjukkan begitu kuatnya keyakinan mahasiswa calon guru terhadap konsepsi mengajar sebagai transmisi pengetahuan, dan belajar adalah menghafal”. Pengalaman belajar di LPTK tidak mampu mengubah keyakinan calon guru tentang pentingnya menstimulasi siswa berpikir dan mengembangkan pembelajaran aktif. Dari sisi ini program pelatihan dalam jabatan perlu melanjutkan “perjuangan” program pendidikan dalam jabatan untuk “mengubah keyakinan” guru tentang makna belajar dan mengajar.

b. Waktu 4-5 tahun terlalu singkat bagi program pra-jabatan untuk melakukan transformasi peserta didik dari seorang pelajar menjadi seorang guru yang paripurna. Pengalaman mengajar secara alami memang berpotensi untuk meningkatkan kompetensi mengajar, tetapi perkembangan akan sangat terakselerasi apabila terjadi pengolahan terhadap aneka ragam pengalaman tersebut melalui proses refleksi. Dalam kaitan ini program pelatihan dalam jabatan perlu berisi kegiatan yang mendorong tumbuhnya kemampuan berpikir reflektif, sebagai modal untuk menjadikan pengalaman sebagai basis untuk pengembangan diri.

c. Program pendidikan dalam jabatan perlu pula mengandung komponen misi “up-dating” pengetahuan (temuan dan sudut pandang baru) para guru yang terkait erat pada materi bidang studi yang diajarkannya, untuk mencegah ketertinggalan guru sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat.

(6)

sehingga mudah ditangkap siswa, misalnya analogi, ilustrasi, penjelasan, dan contoh yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran (konsep, prinsip, dan teori). Namun demikian, limitasi waktu mengkibatkan hanya sejumlah terbatas unit materi pelajaran terliput, dengan asumsi kemampuan ini “transferrable” untuk materi lain. Dalam kaitan ini sangat mungkin pelatihan dalam jabatan meneruskan garapan ini, sehingga semua segmen materi pelajaran “tersisir”. Kesukaran dan keberhasilan guru menanamkan konsep tertentu di kelas menjadi pengalaman yang menstimulasi mereka mengeksplorasi lebih lanjut cara-cara pedagogik mengajarkan konsep tersebut dalam kegiatan pelatihan pra-jabatan.

2) Kerjasama antar lembaga penyelenggara pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan.

Kerjasama dan komunikasi antara penyelenggara pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan guru merupakan bentuk keterkaitan lain yang diperlukan, sebab tanpa itu mustahil kesinambungan dan keterkaitan antar kedua fase pembinaan guru ini dapat terwujud. Sasaran kerjasama dapat pada pengembangan program dan penggunaan sumber daya secara bersama (resource sharing), baik sumber daya manusia maupun sarana pendidikan.

Pada dasarnya staf pengajar di LPTK dan widyaiswara di lembaga penataran guru mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai pendidik guru (teacher educator). Tukar-menukar pengalaman, diskusi profesional tentang pendidikan dan pelatihan guru di kalangan pendidik guru akan dapat memperluas wawasan masing-masing dan mempertajam pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi. Oleh karenanya perlu diagendakan kegiatan lokakarya secara berkala (setahun sekali atau dua kali) untuk membahas isu-isu mutakhir dan masalah-masalah yang dihadapi dalam konteks pembinaan guru.

(7)

fungsional LPTK dan PPPG dapat dijalin maka R&D dalam bidang pelatihan guru akan berkembang, dan memberikan basis riset pada implementasi program-program pelatihan guru, sehingga proses dan hasilnya lebih dapat dipertanggung-jawabkan.

4. Penutup

Menyediakan pendidikan pra-jabatan dan pelatihan dalam jabatan guru yang bermutu merupakan langkah strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Untuk mencapai kondisi seperti itu keterkaitan program pendidikan dan pelatihan guru menjadi salah satu elemen penting yang dipersyaratkan. Keterkaitan tersebut dapat terancang dan terimplementasikan secara baik melalui kerjasama di antara unit-unit terkait pada level R&D, need assessment, perencanaan, implementasi, serta evaluasi program pendidikan dan pelatihan guru.

Referensi

Goad, L. H. (1984). The report of a multinational study of some developments in teacher education in the perspective of lifelong education. Hamburg: UNESCO Institute for Education.

Feiman-Nemser, S., (1990). Teacher preparation: Structural and conceptual alternatives. Dalam W. R. Houston (Ed.), Handbook of research on teacher education

(h. 212-233). New York: Macmillan.

Prayitno (1996). Pengembangan misi dan aktualisasi LPTK. Mimbar Pendidikan, 15(10), 34-44.

Rochman Natawidjaja (1996). Perkembangan kelembagaan IKIP menjelang tahun 2020: Perluasan mandat atau konversi. Mimbar Pendidikan, 15(10), 15-22.

Sparks, D. & Louks-Horsey, S. (1990). Models of staff development. Dalam W. R. Houston (Ed.), Handbook of research on teacher education (h. 234-250). New York: Macmillan.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi pembuatan produk yang sesuai untuk segmen ini adalah produk dengan harga yang terjangkau dan awet karena segmen ini memiliki daya beli yang rendah dan jarang

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Bercerita Melalui Media Bagan untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Anak Kelompok A TK Kemala Bhayangkari 83 Purworejo

memiliki keselarasan atau keseimbangan antara bagaimana keadaan dia sesungguhnya dengan apa yang dikatakan dan apa yang dilakukannya. Kalau seorang Dai/Penyuluh Agama mengucapkan

(1)Langkah-langkah penggunaan model quantum teaching dalam meningkatkan keterampilan siswa menulis pantun dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan

DATA MANAJEMEN LABA TAHUN 2002 (dalam Jt-an Rp) Kode. Perusahaan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 Tahun 2008 tentang. Persyaratan Dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian

These plates and cement substrata were placed in back reef and fore reef zones of both leeward and windward the island. windward

Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan