• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI

PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN CIAMIS

Oleh: Agus Yuniawan Isyanto

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi di Kabupaten Ciamis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus di Desa Masawah Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dengan ukuran sampel sebanyak 40 orang. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dimana estimasi parameter dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lahan dan keikutsertaan petani pada kegiatan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produksi pa di.

Kata kunci: Produksi, Usahatani Padi

PENDAHULUAN

Suatu usahatani yang dilaksanakan secara terpadu pada dasarnya adalah untuk meningkatkan pendapatan petani agar dapat menghidupi seluruh keluarganya sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani tersebut (Mubiyarto,1989). Tujuan petani dalam melaksanakan usahataninya adalah untuk memperoleh produksi yang tinggi dengan biaya yang rendah (Adilaga, 1993).

Menurut Supadi dan Sumedi (2004), salah satu kondisi yang dihadapi oleh petani terutama untuk komoditas tanaman pangan adalah rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas usahatani tersebut, menurut Nwaru, Onyenweaku, dan Nwosu (2006), akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang mengakibatkan lemahnya posisi finansial petani dalam mendukung kegiatan ekonominya.

Mosher (1977) menyatakan, bahwa peningkatan pendapatan akan diperoleh bukan saja oleh pengetahuan bercocok tanam saja, tetapi juga ditentukan oleh pembiayaan, pemasaran dan kepandaian petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang sangat terbatas jumlahnya.

Mardikanto (1990) menyatakan, bahwa rendahnya pendapatan petani selain disebabkan oleh (1) sempitnya luas lahan usahatani yang dimiliki, (2) rendahnya produktivitas usahatani karena keterbatasan peralatan dan teknologi yang diterapkan serta keterbatasan petani kecil untuk

menggunakan input-input modern (seperti: benih, pupuk buatan dan pestisida), (3) sistem pemasaran yang seringkali tidak menguntungkan petani kecil dan (4) keterbatasan penghasilan dari sektor lain (di luar usahataninya) karena rendahnya pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), usahatani dapat dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut telah dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut : (1) Usahatani tersebut telah menghasilkan penerimaan yang dapat menutupi semua bunga modal atau pengeluaran, (2) Usahatani tersebut telah menghasilkan penerimaan tambahan untuk membayar bunga modal yang dipakai, baik modal sendiri maupun modal pinjaman, (3) Usahatani tersebut telah memberikan balas jasa pengelolaan yang wajar kepada petani itu sendiri, dan (4) Usahatani tersebut tetap produktif pada akhir tahun, seperti halnya pada awal tahun operasional.

(2)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 2 faktor produksi yang lain sehingga

menghasilkan produksi.

Dalam meningkatkan produksi padi sawah selain aspek fisik, kimia dan biologis, jugaaspek sosial ekonomis yang mempengaruhi diantaranya pengetahuan petani dan luas lahan garapan (Erwidodo, 1982).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi di Kabupaten Ciamis.

TINJAUAN PUSTAKA

Adiwilaga (1997) menyatakan, bahwa usahatani adalah kegiatan manusia mengusahakan lahan dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk mendatangkan hasil selanjutnya. Sementara itu, Hernanto (1993) menyatakan bahwa usahatani mencakup semua bentuk organisasi produksi mulai yang berskala kecil (usahatani keluarga) sampai yang berskala besar (perkebunan dan peternakan), termasuk juga budidaya pertanian yang menggunakan lahan secara intensif. Usahatani terdiri atas dua pola, yaitu usahatani di lahan basah dan usahatani di lahan kering. Usahatani menurut tipenya terdiri dari usahatani padi, usahatani palawija, usahatani khusus, usahatani campuran dan usahatani tanaman ganda.

Menurut Wirjono (1989), manajemen usahatani yaitu bidang ilmu yang mempelajari penggunaan secara efisien dan rasional dari faktor-faktor produksi usahatani yang serba terbatas yaitu tanah, tenaga kerja dan modal sehingga diperoleh produksi dan pendapatan yang setinggi-tingginya guna meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.

Salah satu penyebab kegagalan petani dalam melaksanakan usahatani berupa rendahnya produktivitas sebagai akibat kurangnya efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Wahyunindyawati et

al (2003) menyatakan, bahwa belum optimalnya produktivitas dan kurang efisiennya usahatani skala kecil disebabkan karena petani sebagai manajer utamanya belum menerapkan teknologi spesifik lokasi akibat dari : (1) tingkat pendidikan petani rendah, (2) modal dan informasi teknologi baru masih kurang, serta (3) usahatani yang belum berorientasi pasar. Kurang efisiennya usahatani ini juga disebabkan oleh : (1) pengadaan sarana produksi dilakukan secara sendiri-sendiri, sehingga harganya relatif mahal dan penggunaan per satuan luas relatif lebih banyak, (2) kurang efisiennya penggunaan tenaga kerja karena sempitnya lahan yang dikelola, dan (3) pemasaran yang dilakukan secara perseorangan sehingga tidak mempunyai kekuatan daya tawar.

Menurut Soekartawi (1996), efisiensi sulit dipisahkan dari skala usaha karena hal ini muncul bersamaan dengan semakin suksesnya pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui adopsi teknologi baru. Melalui adopsi ini seringkali penawaran menjadi meningkat melebihi permintaan sehingga harga menjadi menurun yang pada akhirnya akan merugikan petani kecil yang berfungsi sebagai produsen. Oleh karena itu petani perlu diarahkan berusaha pada skala usaha yang menguntungkan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Amirin (1997), studi kasus merupakan suatu penelitian yang bersifat mendalam mengenai suatu obyek tertentu.

Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Variabel terikat: produksi

Produksi (Y) adalah jumlah padi yang diproduksi oleh petani, dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

(2) Variabel bebas:

a. Lahan (Lahan) adalah luas lahan yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan hektar. b. Benih (Benih) adalah jumlah benih

(3)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 3 dan dinyatakan dalam satuan

kilogram.

c. Pupuk kandang (Pupuk_kdg) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan kilogram. d. Pupuk urea (Urea) adalah jumlah

pupuk urea yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

e. Pupuk KCl (KCl) adalah jumlah pupuk KCl yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

f. Pupuk SP36 (SP36) adalah jumlah pupuk SP36 yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

g. Tenaga kerja (Tng_krj) adalah jumlah tenaga kerja, baik luar maupun dalam keluarga, yang digunakan pada usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan Hari Kerja Setara Pria (HKSP).

h. Pendidikan (Pendidikan) adalah lamanya petani dalam menempuh pendidikan formal, dan dinyatakan dalam satuan tahun.

i. Umur (Umur) adalah umur dari petani yang dinyatakan dalam satuan tahun.

j. Pengalaman usahatani padi (Pengalaman) adalah lamanya pengalaman petani dalam melaksanakan usahatani padi, dan dinyatakan dalam satuan tahun. k. Keterlibatan dalam kegiatan

pelatihan (Pelatihan)merupakan variabeldummy yang bernilai 1 apabila petani pernah mengikuti pelatihan dalam usahatani padi, dan lainnya bernilai 0.

l. Keterlibatandalamkegiatan

penyuluhan(Penyuluhan) merupakan variable dummy yang bernilai 1 apabila petani pernah mengikuti penyuluhan dalam usahatani padi, dan lainnya bernilai 0.

m. Keanggotaan dalam kelompok (Kelompok)merupakan variable dummy yang bernilai 1 apabila petani menjadi anggota kelompok tani, dan lainnya bernilai 0.

n. Penggunaan bantuan kredit program (Kredit)merupakan variable dummy yang bernilai 1 apabila petani menerima bantuan kredit program dalam usahatani padi, dan lainnya bernilai 0.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi yang terkait dengan kegiatan penelitian.

Desa Masawah kecamatan Cimerak dipilih secara purposif sebagai lokasi penelitian, dengan jumlah populasi petani yang melaksanakan usahatani padi sebanyak 2.009 orang. Berdasarkan pendapat dari Arikunto (1998), maka diambil sampel penelitian sebanyak 2 persen dari jumlah populasi atau ukuran sampel sebanyak 40 orang.

(4)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pendugaan parameter model yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) dari model persamaan regresi tersebut sebesar 0,998. Hal ini berarti bahwa variasi perubahan variabel produksi (Y) sebesar 99,80 persen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variable-variabel bebas yang masuk ke dalam model, sedangkan sisanya sebesar 0,20 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Pengujian secara simultan dengan menggunakan Uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama, variabel bebas (Xi)

berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi (Y).

Penggunaan faktor produksi lahan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa tingkat produksi berbanding lurus dengan luas lahandimana penambahan luas lahan akan meningkatkan produksi padi. Hal ini menunjukkan belum adanya penerapan teknologi inovatif yang memungkinkan peningkatan produktivitas lahan, karena peningkatan produksi padi tersebut dicapai melalui penambahan luas lahan (ekstensifikasi) bukan melalui peningkatan jumlah produksi per luas lahan (intensifikasi).

Penggunaan benihtidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penambahan jumlah benih yang digunakan akan menurunkan jumlah produksi padi, sehingga tindakan

rasional yang perlu dilakukan adalah mengurangi jumlah penggunaan benih. Pengurangan jumlah benih yang digunakan di satu sisi akan meningkatkan jumlah produksi, dan di sisi lain akan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan yang diperoleh petani akan meningkat, ceteris paribus.

Penggunaan pupuktidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien penggunaan pupuk kandang yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sudah berlebihan sehingga perlu dikurangi. Nilai koefisien penggunaan pupuk kimia (Urea, KCl, SP36) yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia tersebut perlu ditambah. Pengurangan penggunaan pupuk kandang yang dibarengi dengan penambahan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan hasil produksi padi.

Tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja perlu ditambah untuk meningkatkan produksi padi. Namun demikian, kecenderungan ketersediaan tenaga kerja yang mau bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan, sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan teknologi pertanian yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja (labor saving). Penggunaan teknologi pertanian yang dapat menghemat tenaga kerja ini membutuhkan modal yang besar (capital intensive), sehingga perlu dipertimbangkan pemberian bantuan modal kepada petani.

(5)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 5 kredit modal atau bantuan modal bagi petani

dan pelaku usaha pertanian melalui beberapa skim seperti dana bergulir, penguatan modal, subsidi bunga, maupun yang mengarah komersial.

Menurut Nwaru, Onyenweaku, dan Nwosu (2006), kredit menjadi faktor penting pada kegiatan produksi di pedesaan manakala penggerak utama pembangunan ekonomi adalah modal dan teknologi. Pentingnya kredit didasarkan pada kenyataan bahwa kredit dapat meningkatkan ukuran operasional usahatani dan produktivitas sumberdaya. Selain itu, kredit dapat memfasilitasi kegiatan adopsi inovasi yang dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani sehingga terjadi pembentukan modal.

Pendidikan petani tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa pendidikan petani perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan produksi padi. Peningkatan pendidikan petani ini dapat dilakukan melalui pendidikan informal berupa penyuluhan dan pelatihan.

Umur petani tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa bertambahnya umur petani akan meningkatkan produksi padi. Bertambahnya umur petani membuat petani semakin bijaksana dalam memilih teknik budidaya yang dapat meningkatkan produksi padi.

Pengalaman petani dalam berusahatani padi tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa bertambahnya pengalaman petani akan menurunkan produksi padi. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh karena pengalaman petani yang semakin lama dalam berusahatani padi dan sudah merasa nyaman dengan teknik budidaya padi yang dilakukannya selama ini menyebabkan mereka enggan untuk mengadopsi inovasi yang dapat meningkatkan produksi padi.

Pelatihan petani dalam berusahatani padi berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin banyak pelatihan teknik usahatani padi yang diikuti petani akan meningkatkan produksi padi.

Keikutsertaan petani pada kegiatan penyuluhan tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin banyak keikutsertaan petani pada kegiatan penyuluhan akan menurunkan produksi padi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena materi penyuluhan kurang fokus pada upaya peningkatan produktivitas usahatani padi.

Keikutsertaan petani sebagai anggota kelompok tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin banyak waktu petani dalam kegiatan kelompok akan menurunkan produksi padi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masih belum intens pada upaya peningkatan produktivitas usahatani padi.

Keikutsertaan petani dalam menggunakan kredit usahatani padi tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin besar

penggunaan kredit akan

meningkatkanproduksi padi.Kredit usahatani tersebut bisa digunakan untuk penerapan teknologi, juga dalam peningkatan penggunaan input produksi. Namun demikian, perlu dimonitoring supaya kredit tersebut benar-benar digunakan untuk kegiatan produksi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(6)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 6 konversi lahan. Oleh karena itu, perlu

diterapkan teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas padi. Penerapan teknologi baru yang didukung dengan kegiatan pelatihan akan meningkatkan produksi padi.

Saran

Perlu dilakukan upaya peningkatan pendidikan petani melalui pendidikan informal berupa penyuluhan, pelatihan, studi banding dan lainnya, agar produktifitas usahatani padi dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adilaga, A. 1993. Ilmu Usahatani. Alumni. Bandung.

Adiwilaga, A. 1997. Ilmu Usahatani. Alumni. Bandung.

Amirin, T.M. 1997. Menyusun Rencana Penelitian. Bina Aksara. Jakarta.

Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia. Analisa Kebijakan Pertanian, Vol. 7, No. 1, Maret 2009: 21-42.

Erwidodo. 1982. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Otorita Jatiluhur. Gema Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian Proyek Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Mardikanto, T. 1990. Pembangunan Pertanian. Tri Tunggal Tata Fajar. Surakarta.

Mosher, A.T. 1977. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian dan Pendidikan dan Penerapan Ekonomi Sosial. Jakarta.

Nurheru dan Priyono. 1997. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Pada Usahatani Kenaf di Lahan Bonorowo, Bojonegoro. Jurnal Littri, Vol. VIII N0. 4, November 1997.

Nwaru, J.C., Onyenweaku, C.E., dan Nwosu, A.C. 2006. Relative Technical Efficiency of Credit and Non-Credit User Crop Farmers. African Crop Science Journal, Vol. 14. No.3, pp: 241-251.

Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supadi dan Sumedi. 2004. Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian. ICASARD Working Paper No. 25. Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Talib, C., Inounu, I., dan Bamualim, A. 2007. Restrukturisasi Peternakan di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 1, Maret 2007: 1-14.

Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Wahyunindyawati, F. Kasijadi dan Heriyanto. 2003. Tingkat Adopsi Teknologi Usahatani Padi Lahan Sawah di Jawa Timur : Suatu Kajian

(7)

CAKRAWALA GALUH  Vol. I  No. 8  Maret 2012 7

Farming”. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 6 No. 1, Januari 2003:40-49.

Wirjono. 1989. Pengantar Manajemen Usahatani. APP Bogor. Bogor.

RIWAYAT PENULIS

Nama : Agus Yuniawan Isyanto, drh., M.P. TTL : Cepu, 04 Juni 1969

Riwayat Pendidikan :

1. S1 - Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 1994 2. S2 - Magister Ekonomi Pertanian,

Universitas Siliwangi Tasikmalaya, lulus tahun 2002

(8)

Gambar

Tabel 1menunjukkan nilai koefisien  determinasi (R2) dari model persamaan

Referensi

Dokumen terkait

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Dyah Retno Kustanto, 201310315082 , Pengaruh Perbedaan Temporer dan Arus Kas Operasi Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di

Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra (Hidayat, 2008).Pada saat miksi berkontraksi

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh persentase massa gipsum dan serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur papan semen-gipsum berserat eceng gondok.. Alat uji Kuat

Indra Suhendra (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor resiko dan Ekspektasi Nilai Tukar terhadap Nilai Tukar Rupiah (Terhadap

Berdasarkan PSAK 45 Laporan keuangan organisasi nirlaba terdiri dari 4 macam laporan yakni: (1) Laporan Posisi Keuangan Organisasi Laporan posisi keuangan atau

Hal ini ditunjukan dengan adanya pengaruh yang cukup signifikan dari jenis isian, ukuran tetesan, dan laju alir fasa kedua (dispersi dan kontinyu) terhadap proses perpindahan massa

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya TugasAkhir yang berjudul