• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan sengon kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan sengon kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

FITRI MEGA MULIANTI. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Industri kayu olahan (woodworking) merupakan industri hasil hutan yang berkembang setelah adanya larangan ekspor kayu bulat dan kayu gergajian dengan tebal melebihi 6 mm. Industri ini menyumbangkan devisa dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan industri kayu bulat dan kayu gergajian. Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya terhadap perekonomian negara. Namun, pada empat tahun terakhir pengembangan industri ini terhambat karena ketersediaan bahan baku hutan alam yang semakin menipis sehingga izin pemanfaatan kayu (IPK) khususnya untuk kayu-kayu keras seperti jati dan mahoni terus diperketat. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaraan produksi industri kayu olahan karena sebagian besar menggunakan bahan baku kayu jati. Karena itu, kini terus dibudidayakan kayu jenis lain sebagai bahan baku alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu jenis kayu yang kini mulai digunakan yaitu kayu sengon. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif industri kayu olahan diharapkan dapat meningkatkan produksinya kembali.

CV. Cipta Mandiri merupakan perusahaan kayu olahan yang memproduksi produk solid laminating dan finger joint stick laminating. Perusahaan ini merupakan perusahaan kayu olahan satu-satunya di Kabupaten Kendal yang menggunakan bahan baku kayu sengon. Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif menyebabkan permintaannya semakin meningkat dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon menyebabkan biaya produksi CV. Cipta Mandiri meningkat baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating. Biaya produksi semakin meningkat setelah adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), upah tenaga kerja dan tarif dasar listrik. Kenaikan tersebut sangat berpengaruh terhadap pnerimaan perusahaan yang tercermin dari keuntungan perusahaan yang semakin menurun untuk kedua produknya. Upaya yang dapat dilakukan CV. Cipta Mandiri untuk menutupi peningkatan biaya produksinya yaitu dengan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating serta skala usaha produksi kedua produk di CV. Cipta Mandiri. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi untuk produksi masing-masing produk CV. Cipta Mandiri.

(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model terbaik untuk menduga fungsi produksi kedua produk adalah model Cobb-Douglas dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan MSE nya. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan pada produksi solid laminating dan finger joint stick laminating adalah kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Faktor produksi bahan pembantu seperti lem dan plastik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil produksi baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating.

Skala usaha produk solid laminating dan finger joint stick laminating tidak sama. Produk solid laminating berada pada decreasing return to scale, sedangkan produk finger joint stick laminating berada pada increasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk produk solid laminating dan finger joint stick laminating belum efisien karena nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Faktor-faktor produksi yang dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap kedua produk, yaitu kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Pada produk solid laminating penggunaan faktor produksi kayu sengon dan listrik harus dikurangi, sedangkan penggunaan tenaga kerjanya harus ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Penggunaan kayu sengon yang melebihi batas optimal disebabkan banyaknya kayu sengon yang tidak dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya (kayu sengon afkir). Pada produk finger joint stick laminating penggunaan semua faktor produksinya, seperti kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan.

Kondisi optimal dari produk solid laminating dapat tercapai apabila penggunaan kayu sengon dikurangi menjadi 55,84 m3, tenaga kerja ditambah menjadi 3475,62 HK, dan listrik perlu dikurangi menjadi 146.734,05 kwh. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan berturut-turut tingkat optimalnya sebesar 77,85 m3, 2431,8 HK, dan 85.546,71 kwh. Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal untuk kedua produk CV. Cipta Mandiri dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

(4)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon Kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Nama : Fitri Mega Mulianti

NRP : A14104042

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Mei 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, 10 Juni 1986 dari pasangan Bapak Supardjiyanto, SH dan Ibu Mulyati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menjalani pendidikan di sekolah dasar tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN Purwokerto II, Kabupaten Kendal. Selanjutnya meneruskan pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai tahun 2001 di SLTPN 2 Kendal. Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Kendal.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah”

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh, skala usaha, tingkat efisiensi dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan di CV. Cipta Mandiri. Hasil analisis ini dapat digunakan perusahaan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan perusahaan dalam menjalankan produksinya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji wakil departemen yang telah mengoreksi kekurangan dalam penulisan ini dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan staf penunjang Program Studi Manajemen Agribisnis atas ilmu dan bantuan yang diberikan

5. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supardjiyanto dan Ibunda Mulyati, kakakku tersayang Akbar Fajar M dan calon kakakku Mefri Dian Rosida beserta keluarga besar atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian dan dukungan yang tercurah tiada henti kepada penulis.

6. Moch. Asyhari dan keluarga atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus.

7. Ibu Nur Mandiyah, Bapak Alfra Nurdiansyah, Reza, Wuri, Lia serta seluruh pihak CV. Cipta Mandiri. Terima kasih atas bantuannya selama proses pengambilan data, semoga hasil penelitian ini dapat berguna untuk kemajuan perusahaan.

8. Teman-teman seperjuangan di C15, Lia, Utari, Irma, Anggi, Mbak Dewi, Mbak Ratih, Mbak Shinta dan Rindu terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan yang tidak pernah akan terlupakan sampai kapanpun.

(10)

10.Dini Vidya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam tampilan power point presentasi dengan cantik.

11.Teman-teman satu bimbingan Rini, Mirza, Rani, Yoga dan Dani yang telah memberi semangat dan dukungannya.

12.Sumiati, Agung, Agus, Wachid, Tika, Testiana, Dila, Yustika, Lukman, Mita, Medina, Biblio, Mela dan seluruh anak AGB’ 41 terima kasih atas persahabatan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

13.Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal terima kasih atas kebersamaan selama hidup di Bogor, perasaan senasib dan seperjuangannya. 14.Semua pihak yang telah membantu penulis dengan ikhlas dan sukarela yang

(11)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

FITRI MEGA MULIANTI. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Industri kayu olahan (woodworking) merupakan industri hasil hutan yang berkembang setelah adanya larangan ekspor kayu bulat dan kayu gergajian dengan tebal melebihi 6 mm. Industri ini menyumbangkan devisa dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan industri kayu bulat dan kayu gergajian. Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya terhadap perekonomian negara. Namun, pada empat tahun terakhir pengembangan industri ini terhambat karena ketersediaan bahan baku hutan alam yang semakin menipis sehingga izin pemanfaatan kayu (IPK) khususnya untuk kayu-kayu keras seperti jati dan mahoni terus diperketat. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaraan produksi industri kayu olahan karena sebagian besar menggunakan bahan baku kayu jati. Karena itu, kini terus dibudidayakan kayu jenis lain sebagai bahan baku alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu jenis kayu yang kini mulai digunakan yaitu kayu sengon. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif industri kayu olahan diharapkan dapat meningkatkan produksinya kembali.

CV. Cipta Mandiri merupakan perusahaan kayu olahan yang memproduksi produk solid laminating dan finger joint stick laminating. Perusahaan ini merupakan perusahaan kayu olahan satu-satunya di Kabupaten Kendal yang menggunakan bahan baku kayu sengon. Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif menyebabkan permintaannya semakin meningkat dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon menyebabkan biaya produksi CV. Cipta Mandiri meningkat baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating. Biaya produksi semakin meningkat setelah adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), upah tenaga kerja dan tarif dasar listrik. Kenaikan tersebut sangat berpengaruh terhadap pnerimaan perusahaan yang tercermin dari keuntungan perusahaan yang semakin menurun untuk kedua produknya. Upaya yang dapat dilakukan CV. Cipta Mandiri untuk menutupi peningkatan biaya produksinya yaitu dengan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating serta skala usaha produksi kedua produk di CV. Cipta Mandiri. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi untuk produksi masing-masing produk CV. Cipta Mandiri.

(13)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model terbaik untuk menduga fungsi produksi kedua produk adalah model Cobb-Douglas dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan MSE nya. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan pada produksi solid laminating dan finger joint stick laminating adalah kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Faktor produksi bahan pembantu seperti lem dan plastik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil produksi baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating.

Skala usaha produk solid laminating dan finger joint stick laminating tidak sama. Produk solid laminating berada pada decreasing return to scale, sedangkan produk finger joint stick laminating berada pada increasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk produk solid laminating dan finger joint stick laminating belum efisien karena nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Faktor-faktor produksi yang dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap kedua produk, yaitu kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Pada produk solid laminating penggunaan faktor produksi kayu sengon dan listrik harus dikurangi, sedangkan penggunaan tenaga kerjanya harus ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Penggunaan kayu sengon yang melebihi batas optimal disebabkan banyaknya kayu sengon yang tidak dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya (kayu sengon afkir). Pada produk finger joint stick laminating penggunaan semua faktor produksinya, seperti kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan.

Kondisi optimal dari produk solid laminating dapat tercapai apabila penggunaan kayu sengon dikurangi menjadi 55,84 m3, tenaga kerja ditambah menjadi 3475,62 HK, dan listrik perlu dikurangi menjadi 146.734,05 kwh. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan berturut-turut tingkat optimalnya sebesar 77,85 m3, 2431,8 HK, dan 85.546,71 kwh. Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal untuk kedua produk CV. Cipta Mandiri dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

(14)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon Kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Nama : Fitri Mega Mulianti

NRP : A14104042

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Mei 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, 10 Juni 1986 dari pasangan Bapak Supardjiyanto, SH dan Ibu Mulyati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menjalani pendidikan di sekolah dasar tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN Purwokerto II, Kabupaten Kendal. Selanjutnya meneruskan pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai tahun 2001 di SLTPN 2 Kendal. Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Kendal.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah”

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh, skala usaha, tingkat efisiensi dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan di CV. Cipta Mandiri. Hasil analisis ini dapat digunakan perusahaan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan perusahaan dalam menjalankan produksinya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji wakil departemen yang telah mengoreksi kekurangan dalam penulisan ini dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan staf penunjang Program Studi Manajemen Agribisnis atas ilmu dan bantuan yang diberikan

5. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supardjiyanto dan Ibunda Mulyati, kakakku tersayang Akbar Fajar M dan calon kakakku Mefri Dian Rosida beserta keluarga besar atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian dan dukungan yang tercurah tiada henti kepada penulis.

6. Moch. Asyhari dan keluarga atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus.

7. Ibu Nur Mandiyah, Bapak Alfra Nurdiansyah, Reza, Wuri, Lia serta seluruh pihak CV. Cipta Mandiri. Terima kasih atas bantuannya selama proses pengambilan data, semoga hasil penelitian ini dapat berguna untuk kemajuan perusahaan.

8. Teman-teman seperjuangan di C15, Lia, Utari, Irma, Anggi, Mbak Dewi, Mbak Ratih, Mbak Shinta dan Rindu terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan yang tidak pernah akan terlupakan sampai kapanpun.

(20)

10.Dini Vidya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam tampilan power point presentasi dengan cantik.

11.Teman-teman satu bimbingan Rini, Mirza, Rani, Yoga dan Dani yang telah memberi semangat dan dukungannya.

12.Sumiati, Agung, Agus, Wachid, Tika, Testiana, Dila, Yustika, Lukman, Mita, Medina, Biblio, Mela dan seluruh anak AGB’ 41 terima kasih atas persahabatan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

13.Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal terima kasih atas kebersamaan selama hidup di Bogor, perasaan senasib dan seperjuangannya. 14.Semua pihak yang telah membantu penulis dengan ikhlas dan sukarela yang

(21)

D

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroindustri Hasil Hutan ... 12

3.1.4 Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 30

3.1.5 Konsep Kombinasi Input Optimal ... 32

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Sumber dan Jenis Data ... 36

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.3.1 Analisis Pemilihan Model Fungsi Produksi ... 37

4.3.1.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 38

4.3.1.2 Fungsi Produksi Linear Berganda ... 39

4.3.2 Analisis Faktor-Faktor Produksi ... 45

4.3.3 Analisis Skala Usaha (Return to Scale) ... 45

4.3.4 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ... 46

4.3.5 Analisis Kombinasi Input Optimal ... 49

4.4 Definisi Operasional ... 50

(22)

5.2 Lokasi Perusahaan ... 53 VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Produk Solid Laminating ... 60 Analisis Pemilihan Fungsi Produksi Solid

Laminating ... 60 Model Fungsi Linear Berganda ... 60 Model Fungsi Cobb-Douglas ... 63 Analisis Faktor-Faktor Produksi Solid Laminating ... 65 Analisis Skala Usaha Solid Laminating ... 68 Produk Finger Joint Stick Laminating ... 69 Analisis Pemilihan Fungsi Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 69 Model Fungsi Linear Berganda ... 69 Model Fungsi Cobb-Douglas ... 72 Analisis Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick

Laminating ... 75 Analisis Skala Usaha Finger Joint Stick Laminating ... 77

VII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Produk Solid Laminating ... 79 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Solid

Laminating ... 79 Analisis Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Solid Laminating ... 82 Produk Finger Joint Stick Laminating ... 84 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 84 Analisis Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick Laminating 87

VIII.KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 90

Saran 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN ... 96

(23)

Nomor Halaman 1. Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar

di Indonesia ... 1 2. Produk Domestik Bruto Sektor Kehutanan Tahun 2000-2006

Atas Dasar Harga Berlaku ... 2 8. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Linear Berganda Produk Solid Laminating ... 61 9. Hasil Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk Solid

Laminating ... 62 10. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 63 11. Hasil Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Solid

Laminating ... 64 12. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Linear Berganda Produk Finger Joint Stick Laminating ... 70 13. Hasil Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 71 14. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Cobb-Douglas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 73 15. Hasil Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 74 16. Rasio NPM dan BKM Produksi Solid Laminating ... 80 17. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Solid Laminating ... 82 18. Rasio NPM dan BKM Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 85 19. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Finger Joint Stick Laminating ... 87

(24)

Nomor Halaman 1. Grafik Fungsi Produksi ... 23 2. Kerangka Operasional ... 35

(25)

Nomor Halaman 3. Keuntungan CV. Cipta Mandiri ... 96

4. Perkembangan Harga Jual Rata-Rata Solid Laminating

dan Finger Joint Stick Laminating ... 97 9. Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk Solid Laminating .... 104 10. Uji Normalitas Model Linear Berganda Produk Solid Laminating ... 105

11. Uji Homoskedastisitas Model Linear Berganda Produk Solid

Laminating ... 106 12. Uji Normalitas Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 107

13. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas Produk Solid

Laminating ... 108 14. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 109 15. Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 110 16. Uji Normalitas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 111 17. Uji Homoskedastisitas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 112 18. Uji Normalitas Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 113 19. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 114 20. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 115 21. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Solid Laminating

CV. Cipta Mandiripada Kondisi Aktual dan Optimal

Rata-Rata per Bulan ... 116 22. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Finger

Joint Stick Laminating CV. Cipta Mandiripada

Kondisi Aktual dan Optimal Rata-Rata per Bulan ... 117 23. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi Solid Laminating ... 118 24. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 120

(26)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai wilayah hutan cukup luas yaitu sekitar 127 juta ha. Luas hutan ini tersebar di seluruh pulau dengan luas yang berbeda-beda. Hutan terluas terdapat di Pulau Papua yaitu seluas 42,22 juta ha atau 33,3 persen dari total luas hutan Indonesia sedangkan hutan terkecil berada di Pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan luas 1,4 juta ha. Pulau Kalimantan menempati urutan kedua dan Pulau Sumatera pada urutan ketiga dengan luas berturut-turut sebesar 36,4 juta ha dan 22,98 juta ha . Pulau-pulau lainnya memiliki luas hutan kurang dari 15 persen dari total luas hutan Indonesia (Tabel 1).

Tabel 1. Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar di Indonesia

No. Pulau Luas Hutan (Juta ha)

Sumber : Departemen Kehutanan (2005)

Kepemilikan atas hutan yang luas mendorong Indonesia untuk terus berusaha secara optimal memanfaatkan kekayaan alamnya tersebut. Hal ini terlihat dari adanya kecenderungan yang meningkat pada PDB (Produk Domestik Bruto) sektor kehutanan. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa PDB sektor kehutanan terus meningkat dari tahun 2000-2006 dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan perubahan sebesar 33 persen dari tahun sebelumnya.

(27)

No Tahun

Produk Domestik Bruto (PDB)

Kehutanan

5 2004 20.290,0 10,18

6 2005* 22.561,8 11,20

7 2006** 30.017,0 33,04

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah) Keterangan :

*

: Angka sementara **

: Angka sangat sementara

Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan. Pengembangan industri hasil hutan didorong oleh upaya pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, diantaranya adalah peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah. Pengembangan ini dilakukan dengan pola pengusahaan yang menjamin penerimaan dalam jumlah besar untuk negara tetapi tetap mengutamakan pelestarian sumberdaya hutan. Salah satu bidang industri hasil hutan adalah industri woodworking (kayu olahan).

Industri kayu olahan mulai berkembang setelah adanya kebijakan larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1986 dan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian tahun 2001. SKB Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian melarang ekspor kayu gergajian yang tebalnya melebihi 6 mm. Kebijakan pemerintah ini mengharuskan para pengusaha kayu bulat dan kayu gergajian berinvestasi sampai ke industri hilir dengan memproduksi produk seperti finger jointed, wall flooring, moulding dan solid laminating.

(28)

devisa dengan nilai yang lebih tinggi daripada industri kayu bulat dan kayu gergajian dari tahun 2001-2006. Pada tahun 2006 ekspor produk kayu olahan sebesar 2.089,44 US$ sedangkan kayu bulat dan kayu gergajian berturut-turut sebesar 0,17 dan 37 US$ (Tabel 3).

Tabel 3. Devisa Ekspor Hasil Hutan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Bulat

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah)1

Selain sebagai penghasil devisa, industri kayu olahan juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Menurut APKINDO (Asosiasi Pengusaha Kayu Indonesia), pada tahun 2005 industri kayu olahan menempati urutan ketiga dalam penyerapan tenaga kerja di sektor industri kehutanan. Industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 370 ribu orang setelah industi mebel dan kayu lapis.

(29)

adalah 40 juta m3 (Departemen Kehutanan 2004). Kebijakan tersebut mengurangi ketersediaan bahan baku kayu untuk industri kayu olahan karena sebagian besar industri kayu olahan menggunakan kayu jenis tersebut.

Semakin menipisnya ketersediaan bahan baku menjadi masalah serius bagi industri kayu olahan. Hal ini tercermin dari penurunan produksi kayu olahan sebesar 16,6 persen pada tahun 2004 yang merupakan penurunan tertinggi. Namun, pada tahun 2005 produksi kayu olahan mengalami peningkatan sebesar 4,3 persen yang juga diikuti peningkatan volume ekspornya sebesar 10,6 persen (Tabel 5). Peningkatan produksi dan ekspor kayu olahan ini disebabkan pada tahun 2005 pemerintah menaikkan jatah hutan tebang dari 5,7 juta m3 menjadi 8,7 juta m3 (Departemen Kehutanan 2005).

Tabel 4. Produksi Kayu Olahan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Olahan (m3) Perubahan (%)

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah)

(30)

karena adanya keterbatasan bahan baku namun juga adanya pengaruh isu tentang pelestarian hutan dunia dimana produk-produk hasil hutan yang diekspor harus memenuhi syarat dalam pengelolaan hasil hutan yang ditetapkan negara tujuan. Tabel 5. Ekspor Kayu Olahan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Olahan

Nilai (juta US$) Volume (ton) Perubahan

Volume (%)

Sumber : Departeman Kehutanan 2006 (diolah)

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang tinggi, maka terus dikembangkan budidaya berbagai jenis tanaman kehutanan untuk menyediakan jenis kayu lain sebagai bahan baku alternatif. Bahan baku alternatif ini sebagian besar berasal dari hutan rakyat. Hutan rakyat bukan merupakan hutan lindung yang dikonsentrasikan untuk kelestarian alam sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyediakan bahan baku industri. Tersedianya bahan baku alternatif membuat industri kayu olahan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap kayu hutan alam yang semakin menipis.

Salah satu jenis tanaman yang mulai digunakan sebagai bahan baku alternatif adalah tanaman sengon. Kayu sengon dapat dipanen pada usia 3-5 tahun, relatif lebih cepat daripada kayu hutan lainnya seperti kayu jati dan mahoni yang baru dapat dipanen apabila umurnya telah lebih dari 15 tahun. Karena itu, penggunaan tanaman sengon akan tetap menjaga kelestarian sumberdaya hutan.

(31)

Peningkatan produksi ini juga didukung dengan luas lahan kayu sengon yang terus bertambah seiring dengan semakin tingginya minat petani untuk budidaya kayu sengon. Pada Tabel 6 terlihat bahwa peningkatan produksi, penggunaan maupun luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2005.

Tabel 6. Produksi dan Luas Lahan Kayu Sengon

Tahun Produksi (m3) Penggunaan (m3) Luas Lahan (ha)

2001 49.484 48.450 223.138

2002 62.931 60.931 279.100

2003 67.229 66.141 288.147

2004 85.473 83.734 289.248

2005 290.821 282.528 305.252

Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)

Industri kayu olahan sengon sangat penting untuk dikembangkan karena industri ini dapat mengatasi masalah ketersediaan bahan baku kayu hutan alam yang semakin menipis. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif diharapkan dapat meningkatkan kembali ekspor kayu olahan yang akan berimbas pada peningkatan devisa negara.

CV. Cipta Mandiri merupakan satu-satunya perusahaan kayu olahan sengon di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sebagian besar perusahaan kayu olahan di Kabupaten Kendal menggunakan bahan baku kayu jati karena hutan jati di wilayah Kendal cukup luas yaitu sekitar 20.389,7 ha berdasarkan risalah kilat seksi perencanaan hutan 1 Pekalongan tahun 2003.

(32)

dengan program pembibitan pohon sengon pada lahan seluas 25 ha dan penanaman bibit pohon sengon sebanyak 200 bibit per ha pada 600 ha hutan rakyat (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 2006). Program ini bertujuan menyediakan bahan baku alternatif untuk mengurangi peran kayu jati sebagai bahan baku utama industri kayu olahan.

1.2 Perumusan Masalah

Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif berpengaruh terhadap peningkatan penggunaannya karena semakin banyak perusahaan kayu olahan yang beralih menggunakan kayu sengon. Hal ini menyebabkan permintaan akan kayu sengon semakin tinggi dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon ini sangat berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan kayu olahan sengon, salah satunya adalah CV. Cipta Mandiri yang memproduksi produk berupa solid laminating dan finger joint stick laminating.

Kenaikan harga kayu sengon mulai terjadi pada tahun 2004 dan pada tahun 2007 harga kayu sengon telah mencapai Rp 495.000 per m3 yang mengalami peningkatan 22,2 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga kayu sengon dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Harga Kayu Sengon

Tahun Harga Kayu Sengon (m3) Perubahan (%)

2003 270.000

-2004 270.000

-2005 325.000 20,37

2006 405.000 24,6

2007 495.000 22,2

Sumber : Bagian Produksi CV. Cipta Mandiri (2008)

(33)

Biaya produksi CV. Cipta Mandiri semakin meningkat setelah adanya kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan tarif dasar listrik yang diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja serta bahan-bahan pembantunya. Kenaikan ini sangat berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan yang tercemin pada keuntungan yang semakin menurun untuk produksi solid laminating. Pada produk finger joint stick laminating juga menunjukkan adanya penurunan pada keuntungan yang diterimanya, walaupun produk ini mulai diproduksi pada tahun 2006 (Lampiran 1).

Penurunan keuntungan yang diterima CV. Cipta Mandiri disebabkan perusahaan tidak dapat meningkatkan harga jual sesuai dengan peningkatan biaya produksinya. Sistem penjualan produk CV. Cipta Mandiri ke luar negeri menggunakan sistem tawar-menawar sehingga peningkatan harga jual yang terlalu tinggi akan menyebabkan produknya tidak dapat bersaing di pasar internasional. Hal ini juga disebabkan produk kayu olahan menghadapi struktur pasar persaingan sempurna, dimana produknya sulit untuk didiferensiasi sehingga sangat sulit untuk meningkatkan harga jualnya. Kebijakan yang dapat diambil CV. Cipta Mandiri adalah peningkatan harga jual hanya sekitar 10 sampai 20 persen untuk masing-masing produk (Lampiran 2).

(34)

sengon ini mempengaruhi penggunaan faktor-faktor produksi lainnya yang akan berdampak pada biaya produksi CV. Cipta Mandiri. Karena itu, perlu dikaji apakah penggunaan faktor-faktor produksi untuk masing-masing produk di CV. Cipta Mandiri sudah efisien ? serta bagaimana skala usaha kedua produk CV. Cipta Mandiri apakah berada pada decreasing return to scale, constan return to scale atau increasing return to scale ?

Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan informasi tentang skala usaha pada produksi CV. Cipta Mandiri akan membantu menekan biaya produksi melalui pengalokasian secara tepat guna sehingga dihasilkan produksi yang optimal. Pengalokasian faktor-faktor produksi dapat dilakukan jika perusahaan mengetahui faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap produksinya. Karena itu, perlu dikaji faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating di CV. Cipta Mandiri ? Sehingga dapat dilakukan pengalokasian faktor produksi secara tepat.

Penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien diharapkan dapat menghasilkan output dengan biaya terendah dari alokasi penggunaan input tertentu. Berdasarkan efisiensi tersebut akan diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksinya sehingga pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan maksimum.

Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah :

(35)

olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri ?

2. Bagaimana skala usaha (return to scale) produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) yang dilakukan oleh CV. Cipta Mandiri ?

3. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri ?

4. Bagaimana kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri agar dihasilkan keuntungan maksimum.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri.

2. Menganalisa tingkat skala usaha (return to scale) produksi yang dilakukan oleh CV. Cipta Mandiri.

(36)

4. Menganalisa kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri agar dihasilkan keuntungan maksimal.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Penulis untuk menambah dan memperdalam pengetahuan yang terkait dengan penelitian dan keilmuan lainnya yang berhubungan, serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh pada waktu kuliah.

2. Bagi perusahaan dapat dijadikan alternatif pengambilan keputusan mengenai alokasi penggunaan faktor produksi yang efisien dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating).

3. Pembaca sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating).

II. TINJAUAN PUSTAKA

(37)

Agroindustri mencakup beberapa kegiatan, antara lain : (1) industri pengolahan hasil produksi pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produksi akhir seperti industri minyak sawit, industri pengalengan ikan, industri kayu lapis dan sebagainya; (2) industri penanganan hasil pertanian segar, seperti industri pembekuan ikan, industri penanganan bunga segar dan sebagainya; (3) industri pengadaan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida dan bibit; dan (4) industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lain, seperti faktor pertanian, industri mesin perontok, industri pengolah minyak sawit, industri mesin pengolah karet dan sebagainya (Krisnamurthi 2000)

Salah satu industri pengolahan adalah industri pengolahan hasil hutan. Industri hasil hutan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai hasil hutan. Peningkatan nilai hasil hutan ini salah satunya melalui pengolahan kayu bulat menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi.

Industri hasil hutan dibagi menjadi dua golongan, yaitu industri kayu dan industri hasil hutan non kayu (Departemen Kehutanan 2005). Selain itu, industri hutan kayu dapat dibedakan menjadi industri kayu primer dan kayu sekunder jika didasarkan pada jenis dan bentuk akhir. Industri kayu primer (hulu) adalah industri yang mengolah kayu mentah menjadi barang setengah jadi. Sedangkan industri kayu sekunder (hilir) merupakan industri kayu yang mengolah produk dari industri primer lebih lanjut menjadi produk jadi.

(38)

Pulp merupakan hasil proses peleburan kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas, fibre board, dan turunan selulosa lainnya.

2. Kayu Lapis

Kayu lapis merupakan lembaran-lembaran tipis yang berasal dari irisan log dan direkatkan dengan lembaran kayu lainnya menggunakan perekat.

3. Kayu Gergajian

Papan atau potongan-potongan kayu dengan berbagai ukuran yang berasal dari pemotongan log.

2.2. Industri Kayu Olahan ( Woodworking)

Kayu olahan (woodworking) adalah kayu gergajian yang dibentuk secara khusus melalui mesin pembentuk (moulder) yang berkadar air (kering udara) kurang atau sama dengan 20 persen dan mempunyai tujuan penggunaan tertentu (Standar Nasional Indonesia 01-5008-4-1999/Rev-01-2027-1990). Perusahaan kayu olahan yang berskala kecil memperoleh bahan baku berupa kayu gergajian dari perusahaan sawmill, akan tetapi untuk perusahaan yang berskala besar, kebutuhan kayu gergajian dipasok sendiri oleh perusahaan.

Industri kayu olahan merupakan industri hilir dalam industri kehutanan yang mulai berkembang pada akhir tahun 1980-an. Industri ini berkembang seiring dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah, salah satunya adalah kebijakan larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1986.

Perusahaan kayu olahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut jumlah tenaga kerja yang ada (Hardie 1989), yaitu :

(39)

2. Perusahaan berskala menengah, memiliki 20 sampai 99 pekerja. 3. Perusahaan berskala kecil, memiliki 5 sampai 19 pekerja.

2.2.1 Produk Kayu Olahan

Produk yang banyak dihasilkan oleh industri kayu olahan adalah solid, finger joint, dan laminating (Departemen Kehutanan 2002).

1. Produk solid, adalah kayu olahan yang dibentuk dari kayu gergajian utuh yang telah diketam atau dihaluskan. Produk ini dapat berupa solid door, engineering door, louvre door dan flash door.

2. Produk finger joint, adalah kayu olahan yang diperoleh dengan menyambung kayu gergajian yang telah diketam dengan sambungan bergerigi (finger jointed) dengan ketentuan bahwa masing-masing potongan kayu yang disambungkan mempunyai kriteria ukuran seperti panjang tidak melebihi 100 cm, lebar tidak lebih dari 25 cm dan tebal tidak lebih dari 5 cm. Berbagai macam kayu olahan yang dapat dibentuk dari produk ini antara lain finger joint board, finger joint stick, dan finger joint japan size.

(40)

2.3 Sengon

2.3.1 Karakteristik Sengon

Tanaman sengon merupakan tanaman biasa yang tumbuh secara bebas di kebun-kebun rakyat. Penanaman tanaman sengon ini belum menerapkan kaidah-kaidah budidaya tanaman. Adanya perkembangan dalam bidang industri hasil hutan dan semakin menipisnya ketersediaan kayu hutan menjadikan sengon saat ini mulai banyak dibudidayakan dan menjadi jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan.

Sengon dalam bahasa latin disebut Paraseriamthes falcataria namun telah dikenal luas dengan nama lamanya yaitu Albasia falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing, jeunjing laut (sunda), sengon sabrang (jawa), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).

Kayu sengon memiliki ciri-ciri antara lain (Atmosuseno dan Duljapar 1998) : 1. Tinggi pohon dapat mencapai sekitar 30–45 m dengan diameter batang sekitar

70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas.

2. Warna kayu teras dan glubal hampir sama ( putih atau coklat muda), tekstur kayu agak kasar dan merata, arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu, permukaan kayu agak licin atau licin dan mengkilap.

3. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV-V. 2.3.2 Manfaat dan Keunggulan Sengon

(41)

diuraikan sebagai berikut : a. Daun

Daun sengon dapat digunakan sebagai pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing menyukai daun sengon tersebut.

b. Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Karena itu, pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur.

c. Kayu

Bagian yang memberikan manfaat paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu.

Keunggulan dari kayu sengon adalah pertumbuhannya sangat cepat sehingga masa layak tebang dalam umur yang relatif pendek sekitar tiga sampai lima tahun, memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat menarik hara yang berada pada kedalaman tanah ke permukaan, mudah bertunas kembali apabila ditebang, dan bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.

(42)

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menganalisa tingkat efisiensi kegiatan produksi telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2003) yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Crumb Rubber di Pabrik Pengolahan Karet Remah Way Berulu, PT Perkebunan Nusantara, Desa Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Lampung Selatan, menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dianalisis menggunakan metode OLS.

Hasil analisisnya menyatakan bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses produksi hanyalah lateks pada taraf nyata 1 persen. Sedangkan dengan uji F dihasilkan secara bersama-sama faktor produksi lateks, asam semut, tenaga kerja, listrik dan solar berpengaruh nyata terhadap produksi crubb rubber pada taraf nyata 1 persen. Melalui penelitian ini dapat juga melihat efisiensi dari penggunaan faktor produksi crubb rubber belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh rasio NPM terhadap BKM dari masing-masing faktor produksi yang tidak sama dengan satu.

Penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Faktor Produksi Crude Palm Oil (CPO), studi kasus di PT Perkebunan Nusantara V Pabrik Pengolahan Kelapa sawit (PKS) Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Riau yang dilakukan oleh Cipta Sari (2004), menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang diolah dengan metode OLS.

(43)

0,007. Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan penggunaan faktor produksi akan menambah jumlah produksi CPO PKS Sei Pagar. Tingkat efisiensi ekonomi pemanfaatan faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan solar masing-masing bernilai 1,889; 0,010; dan 1,421. Nilai tersebut menggambarkan bahwa pengalokasian masing-masing input tersebut belum efisien dimana faktor produksi bahan baku dan solar berada di bawah kondisi optimal, sementara faktor produksi tenaga kerja telah melampaui batas optimal.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Kartika (2005) yang berjudul Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Teh Olahan pada PTPN VIII Perkebunan Goalpara, Sukabumi, Jawa Barat juga menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Pada penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi adalah teh basah, tenaga kerja, listrik, dan solar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pendugaan model fungsi produksi diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 97,4 persen. Uji F menyatakan bahwa model nyata pada pada tingkat kepercayaan 99 persen yang berarti faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi teh olahan.

(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2006) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Program PTT dan Non-Program PTT, di Karawang, menggunakan fungsi Cobb-Douglas dan Linear Berganda. Pada penelitian ini juga didapat bahwa model terbaik adalah fungsi Cobb-Douglas dilihat dari R2, R2adj, F hit dan MSE yang mendekati nilai nol.

Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas untuk petani program PTT menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi sedangkan untuk pupuk sp-36 dan obat padat tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil analisis regresi fungsi Cobb-Douglas untuk petani non PTT menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk NPK, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi, sedangkan sp-36, pupuk urea, obat padat dan obat cair tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Baik petani program maupun non program PTT belum efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Hal ini dilihat pada nilai NPM/BKM yang tidak sama dengan satu.

(45)

Pada penelitian ini, variabel yang berpengaruh nyata lebih banyak apabila menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu kedelai, air dan laru. Sedangkan jika menggunakan model linear berganda, variabel yang berpengaruh nyata hanya kedelai dan laru.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa model yang banyak digunakan adalah model linear berganda dan Cobb Douglas. Pada penelitian-penelitian sebelumnya juga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil regresi dari fungsi produksi yang digunakan, bahan baku utama selalu berpengaruh nyata terhadap produksi sedangkan tenaga kerja dan bahan-bahan pembantu lainnya berbeda untuk setiap produksi.

Penelitian ini seperti halnya dengan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, skala usaha dan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi serta kombinasi input optimal. Perbedaan penelitian dari penelitian sebelumnya mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah pada jenis produknya. Selama ini, penelitian kayu olahan sengon hanya pada pengendalian persediaan bahan baku seperti yang dilakukan oleh Nurdiana (2003) pada PT. Albasi Parahyangan, Ciamis dan Lestari (2007) pada PT. Bineatama Kayone Lestari, Tasikmalaya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

(46)

3.1.1 Teori Fungsi Produksi

Produksi merupakan proses pengubahan input (faktor produksi) menjadi output (hasil produksi) (Lipsey 1995). Kegiatan produksi ini dapat menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang dengan memberikan manfaat baru atau manfaat yang lebih dari semula (Putong 2004). Hubungan antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan dalam suatu produksi dapat dicirikan melalui suatu fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi tersebut, produsen dapat menentukan berapa banyak output yang dihasilkan dan kombinasi input yang digunakan dalam produksi (Vincent 1996).

Nicholson (2002) mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan matematik antara input dan output. Sementara Soekartawi, et al (2003) menyatakan fungsi produksi sebagai fungsi yang menjelaskan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Melalui hubungan fisik tersebut, selain hubungan antara variabel yang dijelaskan dan variabel yang menjelaskan, dapat diketahui juga hubungan antar variabel penjelasnya. Variabel yang menjelaskan berupa masukan (faktor produksi) dan variabel yang dijelaskan berupa hasil produksi.

Secara sistematis fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut (Doll dan Orazem 1984) :

Y = f {X1, X2, X3,…….Xn}

(47)

Y = jumlah output yang dihasilkan pada suatu sistem produksi f = hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi

(input) ke dalam hasil produksi (output)

X1, X2, X3,…..Xn= faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi yaitu Hukum Kenaikan Hasil yang Berkurang (The Law of Diminishing Returns). Hukum ini berarti bahwa penambahan secara terus menerus satu satuan unit faktor produksi menyebabkan jumlah produksi per satuan faktor produksi menurun jika faktor produksi lainnya tetap.

Fungsi produksi selain dapat dinyatakan secara sistematis, dapat juga digambarkan dengan grafik. Grafik ini menggambarkan hubungan fisik faktor produksi dengan hasil produksinya dengan asumsi bahwa hanya satu faktor produksi yang berubah dan faktor produksinya lainnya tetap (cateris paribus). Grafik fungsi produksi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini (Gambar 1) :

C

EP > 1 0 <EP < 1 EP < 0

Y

B

(48)

Sumber: Doll dan Orazem (1984)

Gambar 1. Grafik Fungsi Produksi A Y = jumlah produk (output)

X = faktor produksi (input) PT = produk total (Total Product)

PR = produk rata-rata (Average Marginal Product) PM = produk marjinal (Marginal Product)

Berdasarkan gambar di atas, pengukuran suatu tingkat produktivitas suatu proses produksi dapat dilihat dari dua tolak ukur, yaitu :

1. Produk Marjinal (PM)

Produk Marjinal adalah tambahan output yang dihasilkan dari setiap penambahan satu-satuan faktor produksi yang digunakan.

2. Produk Rata-Rata (PR)

(49)

Produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) mempunyai hubungan satu sama lain,antara lain (Soekartawi 2003) :

• Apabila PM lebih besar daripada PR, maka PR dalam posisi meningkat. Sebalikanya apabila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan menurun.

• Apabila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan PM dan PR dapat juga dikaitkan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan output sebagai akibat dari persentase perubahan input atau produk marjinal dibagi dengan produk rata-rata. Hubungan antara PM, PR dan elastisitas tersebut menjadikan suatu fungsi produksi dibagi menjadi tiga daerah produksi . Pembagian tiga daerah produksi ini juga berhubungan dengan penggunaan faktor produksi dalam suatu produksi (Doll dan Orazem 1984). Tiga daerah tersebut, yaitu :

1. Daerah Produksi I

Daerah ini mempunyai elastisitas lebih dari satu (Ep > 1) yang terletak antara

titik asal dan X1. Daerah ini disebut daerah tidak rasional (irrational region or irrational stage of production) karena pada daerah ini, penggunaan faktor produksi masih bisa ditingkatkan. Elastisitas pada daerah ini lebih dari satu yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan output (hasil produksi) lebih besar dari satu persen.

(50)

meningkat selama berada pada daerah ini dan mencapai maksimum pada akhir daerah II. Karena itu, masih terdapat kemungkinan untuk menambah penggunaan faktor produksi dalam proses produksi.

2. Daerah Produksi II

Daerah ini terletak antara X1 dan X2, dimana elastisitas produksinya antara nol

dan satu (0<Ep<1). Nilai elastisitas tersebut mengandung arti bahwa setiap

penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan berdampak pada penambahan output paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen.

Pada daerah ini produk marginal mengalami penurunan, lebih rendah daripada produk rata-rata namun lebih dari nol. Pada awal daerah II ketika PM sama dengan PR, merupakan penggunaan minimum dari faktor produksi yang memberikan keuntungan maksimum sehingga daerah ini disebut daerah rasional (rational region).

3. Daerah Produksi III

Pada daerah ini produk total mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh produk marjinal yang bernilai negatif dimana setiap tambahan input yang diberikan akan menghasilkan tambahan output yang lebih kecil dari tambahan inputnya. Daerah ini juga dicirikan oleh nilai elastisitasnya yang kurang dari nol (Ep<0), yang berarti bahwa penambahan satu persen faktor produksi akan

menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan Karena itu, daerah produksi III, disebut sebagai daerah tidak rasional (irrational region).

(51)

3.1.2 Model Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (2003) model adalah “gambaran” dari tujuan yang ingin dicapai. Model mempunyai beragam bentuk, misalnya iconic model dimana model merupakan gambaran nyata dari keadaan yang sebenarnya. Model lain adalah analog model yaitu model yang bentuknya mirip sama dengan bentuk nyatanya. Model ketiga adalah matematical model yaitu model yang dinyatakan dalam rumus matematik.

Model yang terakhir ini sering digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan kuantitatif. Model fungsi produksi termasuk kedalam matematical model.

Terdapat berbagai model fungsi dalam memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, antara lain :

1. Fungsi Produksi Kuadratik

Rumus fungsi kuadratik secara matematik dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (Xi); atau dapat dituliskan

Y = a + bX + cX2

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a,b,c = parameter yang diduga

(52)

∂Y/∂X = b + 2cX = 0 X = b/2c

Saat berlaku hukum kenaikan yang semakin berkurang pada suatu produksi, maka fungsi kuadratik dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 2003):

Y = a + bX – cX2

2. Fungsi Produksi Akar Pangkat Dua

Secara matematis, persamaan fungsi ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y= a0 + a1X11/2 + a11X1

Apabila X pangkat setengah ini diganti dengan inisial Z, maka fungsi produksi tersebut menjadi :

Y = a0 + a1Z + a11Z2

Persamaan tersebut menjelaskan bahwa fungsi produksi akar pangkat dua merupakan fungsi produksi kuadratik. Fungsi akar pangkat dua maupun kuadratik pada umumnya akan tidak praktis apabila jumlah variabelnya lebih dari tiga. Penyelesaian persamaan yang mempunyai lebih dari tiga variabel dianjurkan untuk menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi linear berganda.

3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

(53)

Y = jumlah produksi

X1 = jumlah faktor produksi ke-i yang dijelaskan

a = intersep, konstanta

bi = besaran parameter, elastisitas masing-masing faktor produksi

e = bilangan natural (2,7182) u = sisa (residual) i = 1,2,3…,m

Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas harus memenuhi persyaratan antara lain (Soekartawi 2003) :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

2. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. 3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi sudah tercakup pada faktor kesalahan u.

4. Fungsi Produksi Linear Berganda

Jumlah variabel X yang dipakai dalam fungsi produksi linier berganda adalah lebih dari satu. Rumus matematik dari fungsi produksi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2003) :

Y = f (X1, X2,….., Xi,…. Xn); atau

Y = a + b 1X1 + b 2X2 + …..+ b iXi + ….+ b nXn

Dimana :

a = intersep

(54)

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan

3.1.3 Konsep Return to Scale

Konsep return to scale sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui apakah hasil produksi masih dapat lebih besar, sama dengan atau lebih kecil secara proposional terhadap perubahan dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Suatu produksi memiliki kemungkinan berada dalam salah satu dari tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu decreasing return to scale, constan return to scale dan increasing return to scale (Vincent 1996).

Suatu proses produksi berada pada fase decreasing return to scale apabila semua faktor produksi ditingkatkan penggunaannya dalam proporsi yang sama, akan meningkatkan hasil produksi lebih kecil daripada proporsi kenaikan faktor produksi. Elastisitas produksi total untuk skala usaha ini adalah kurang dari satu.

Fase constan return to scale ditunjukkan dengan elastisitas yang bernilai sama dengan satu. Hal ini berarti bahwa peningkatan penggunaan semua faktor produksi secara proposional akan meningkatkan hasil produksi tepat sama dengan proporsi kenaikan faktor produksi tersebut. Skala usaha ini mempunyai elastisitas yang sama dengan satu.

(55)

3.1.4 Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Menurut Doll Orazem (1984) efisiensi ekonomis menunjukkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat memaksimumkan tujuan individu dan tujuan sosial. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi yaitu: 1. Syarat Keharusan

Syarat keharusan tercapai pada saat produksi : (1) Tidak memungkinkan untuk memproduksi jumlah produk yang lebih banyak dengan menggunakan jumlah faktor produksi yang sama, dan (2) tidak memungkinkan untuk memproduksi produk yang sama dengan jumlah faktor produksi yang lebih sedikit. Syarat keharusan menunjukkan tingkat keefisienan secara teknis yang dinyatakan dalam fungsi produksi. Kondisi ini dapat tercapai jika proses produksi berada pada daerah II, yaitu ketika elastisitas produksi antara nol dan satu.

2. Syarat Kecukupan

(56)

Menurut Soekartawi (2003) kondisi efisiensi dapat tercapai saat Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM), atau rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dalam jumlah yang sama. Pada kondisi tersebut keuntungan maksimal dapat tercapai.

Keadaan dimana rasio NPM dengan BKM kurang dari satu berarti penggunaan faktor produksi telah melampaui batas optimal dimana setiap penambahan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari tambahan penerimaannya. Sedangkan apabila rasio NPM dengan BKM lebih dari satu maka kondisi optimum belum tercapai sehingga perusahaan yang rasional harus menambah penggunaan faktor produksinya.

3.1.5 Konsep Kombinasi Input Optimal

Penggunaan faktor produksi yang menguntungkan dapat juga dikatakan penggunaan dalam jumlah optimalnya. Menurut Doll Orazem (1984) jumlah input optimal adalah jumlah input yang dapat memaksimumkan keuntungan dari suatu proses produksi. Tujuan dari efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah menggunakan faktor-faktor produksi tersebut pada tingkat optimalnya. Kombinasi optimal penggunaan suatu faktor produksi dapat diketahui setelah mengetahui tingkat efisiensi penggunaannya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(57)

CV. Cipta Mandiri di Desa Pagersari, Kendal dalam melakukan proses produksinya. Pada proses produksi kayu olahan ini terdapat berbagai kendala yang mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha.

Kendala yang dihadapi CV. Cipta Mandiri berkaitan dengan peningkatan biaya produksinya yang menyebabkan keuntungan yang diterima dari produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating cenderung mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Kenaikan biaya produksi ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku kayu sengon, tarif dasar listrik, dan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja serta beberapa bahan pembantu seperti lem dan plastik.

Kenaikan biaya produksi ini tidak dapat ditutupi dengan peningkatan harga jual produknya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi adalah dengan mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi kayu olahan. Faktor produksi yang diduga berpengaruh yaitu bahan baku utama berupa kayu sengon, tenaga kerja, listrik , lem, dan plastik,

(58)

keseluruhan parameter (Uji F), pengujian masing-masing parameter (uji t) dan nilai MSEnya.

Pendugaan model fungsi produksi menggunakan data berupa jumlah produksi dan harga output baik solid laminating maupun finger joint stick laminating, jumlah dan harga masing-masing faktor produksi seperti kayu sengon, tenaga kerja, listrik, lem, dan plastik untuk masing-masing produk. Model fungsi produksi terbaik digunakan untuk menentukan faktor-faktor produksi yang berpengaruh dan besarnya pengaruh dari masing-masing penggunaan faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Model fungsi produksi terbaik juga dapat digunakan untuk melihat pergerakan skala usaha dalam suatu produksi. Informasi tentang pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan digunakan sebagai dasar dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi secara tepat.

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kemudian dilihat tingkat efisiensi penggunaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis efisiensi yaitu analisis NPM (Nilai Produk Marjinal) terhadap BKM (Biaya Korbanan Marjinal). Apabila NPM sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu, maka penggunaan faktor-faktor produksi sudah efisien.

(59)

dilakukan analisis kombinasi optimal sehingga dapat diketahui berapa tingkat penggunaan optimal masing-masing faktor produksi untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating. Kondisi penggunaan faktor produksi yang optimal ini memungkinkan CV. Cipta Mandiri mendapatkan keuntungan maksimal dari produksi solid laminating, dan finger joint stick laminating. Bagan kerangka operasional ditunjukkan pada Gambar 2.

CV. Cipta Mandiri

Kenaikan Harga Faktor Produksi

Kenaikan Harga Jual Tidak Sesuai dengan Kenaikan

Biaya Produksi

(60)

Model Fungsi Produksi Terbaik

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi

Analisis Faktor –Faktor Produksi

Kombinasi Penggunaan Faktor Produksi Optimal Analisis Pemilihan Model

Terbaik

Analisis Skala Usaha

Keuntungan Maksimum

(61)

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pagersari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa CV. Cipta Mandiri merupakan satu-satunya produsen kayu olahan berorientasi ekspor di Kabupaten Kendal yang menggunakan bahan baku utama kayu sengon. Pada proses produksinya CV. Cipta mandiri memerlukan upaya efisiensi untuk menekan biaya produksinya.

Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai dengan Maret 2008. Waktu tersebut digunakan untuk pengambilan informasi dan data dari pihak CV. Cipta Mandiri.

b. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak CV. Cipta Mandiri. Data sekunder diperoleh melalui data-data yang dimiliki oleh perusahaan

Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan skala usaha produksi solidlaminating dan finger joint stick laminating adalah data input dan data output masing-masing produk. Data output meliputi jumlah produk solid laminating dan finger joint stick laminating sedangkan data input meliputi data kayu bulat jenis sengon, tenaga kerja, listrik, lem dan plastik yang digunakan untuk masing-masing produk.

Gambar

Grafik fungsi produksi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini (Gambar 1) :
Gambar 1. Grafik Fungsi Produksi
Gambar 2. Kerangka Operasional
Tabel 16. Rasio NPM dan BKM Produksi Solid Laminating

Referensi

Dokumen terkait

Secara spesifik penelitian ini bertumpu pada menciptakan iklim organisasi yang kondusif, dukungan organisasi sehingga diharapkan dapat terjadi proses berbagi pengetahuan

Dengan memahami prinsip-prinsip nilai kerja yang berkembang dalam pelaksanaan pelayanan public, maka membawa implikasi terhadap penyiapan strategi yang tepat

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh persentase massa gipsum dan serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur papan semen-gipsum berserat eceng gondok.. Alat uji Kuat

Pada penelitian ini akan dibahas tentang pembuatan model kecerdasan buatan dalam game untuk merespon emosi dari kalimat teks berbahasa Indonesia dengan

Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan atau yakni surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan, Bambang Riyanto

Hal ini ditunjukan dengan adanya pengaruh yang cukup signifikan dari jenis isian, ukuran tetesan, dan laju alir fasa kedua (dispersi dan kontinyu) terhadap proses perpindahan massa

Sekalipun demikian, hasil vaksinasi di lapang sampai dengan bulan Februari menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktif maupun inaktif Balitvet (MG88016) tidak

Indra Suhendra (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor resiko dan Ekspektasi Nilai Tukar terhadap Nilai Tukar Rupiah (Terhadap