• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 1999/2000

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK

PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM

BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

SOERIPTO

BalaiPenelitian Veteriner

Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia

ABSTRAK

SOERIPTO. 1999/2000. Efikasi vaksin Mycoplasma gallisepticum untuk pengendalian penyakit pernafasan menahun pada syam

buras di lokasi pengembangan bibit ternak. Laporan Bagian Proyek Rekayafa Teknologi Peternakan ARMP-11 : 327-332. Penelitian untuk mengetahui efikasi vaksin aktif dan inaktif MG 88016 isolat local pada ayam buras dilakukan di daerah bibit ternak di Banyumas. Sebanyak 700 ekor KUR1 buras yang diperoleh dari peternakan ayam bums dibagikan kepada 7 kelompok yang masing-masing kelompok mendapat 100 ekor. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 petemak yang menerima 10 ekor. Ayam pada kelompok Al dmberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok B 1 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok C1 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok Dtidak diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan lapang akan diakhiri pada umur 6 bulan yaitu pada akhir bulan Maret 2000. Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya ayam di laboratorium ditantang pada umur 7 mmnggu dengan isolat ganas MG-R980 dan dibunuh pada umur 12 mmnggu. Sementara penelitian sedang berjalan banyak kematian terjadi baik di lapang sebanyak 268 ekor maupun di laboratorium sebanyak 18 ekor. Kematian di lapang banyak disebabkan oleh ND sedang yang di laboratorium disebabkan oleh Gumboro dan ND. Sekalipun demikian, hasil vaksinasi di lapang sampai dengan bulan Februari menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktif maupun inaktif Balitvet (MG88016) tidak menunjukkan gejala klinis ngorok, sedang pada ayam yang tidak divaksin dengan isolat Balitvet menunjukkan gejala ngorok sebanyak 13 ekor pada kelompok C dan 16 ekor pada kelompok D. Hasil di laboratorium menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktif dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi MG yang ganas.dibanding dengan kelompok lainnya.

Katakunci :Mycoplasma gallisepticum, penyakit pernafasan menahun, ayam buras ABSTRACT

SOERIPTO. 1999/2000. Effcacy of Mycoplasma gallisepticum vaccine in controlling respiratory diseases of local chicken in

village breeding center. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1! : 327-332.

Efficacy of active and inactive vaccines of local isolate MG88016 was carried out in village chickensinBanyumas district.

About 700 day-old village chickens were given to 7 group of farmers who received 100 chicks each group. Each group was divided again into 10 subgroups who received 10 chicks each farmer. All chicks in group Al were given active vaccine MG88016 (Balitvet isolate) at the age of 7 days and given booster at 3 weeks of age. Chicks in group A2 were given active vaccine MG88016 at the age of 7 days and given no booster. All chicks in group B1 were given inactive vaccine MG88016 at the age of 7 days and given booster at 3 weeks ofage. Chicks in group B2 were given inactive vaccine MG88016 at the age of7 days and given no booster. Chicks in group C1 were given inactive commercial vaccine at the age of7 days and given booster at 3 weeks of age. Chicks in group C2 were given inactive commercial vaccine at the age of 7 days and given no booster. All chicks in group D were given no vaccination and used as control. This field experiment will be terminated at 6 months of age which will be due at the end March 2000. The laboratory experiment was done similar as in the field experiment, only with challenge at 7 weeks ofage with virulence strain ofMG R980 and the experiment was terminated at 12 weeks ofage. While the experiment was going on, about 268 chickens in the field and 18 chickens in the laboratory were died. Most the cause ofdeath in the field was due to ND and in the laboratory was due to 113D and ND. However, the result of the experiment up to February showed that vaccinated chickens with active MG88016 had better protection against virulence strain of MG R980 compared to other Groups.

(2)

Penyakit pernafasan menahun (PPM) pada unggas merupakan penyakit yang sangat merugikan. Kerugiannya dapat disebabkan oleh hambatan kenaikan produksi telur, turunnya daya tetas telur dan tingginya angka kematian jika disertai dengan infeksi sekunder. Pada ayam buras umumnya angka kematian sangat rendah jika tidak terjadi

infeksi sekunder.

Sampai saat ini PPM masih tersebar luas di seluruh dunia (FAO-WHo - OIE, 1992). Pencegahan CRD dapat dilakukan dengan vaksinasi atau dengan menggunakan antibiotika. Vaksinasi dengan vaksin inaktif MG (HILDERBRAND et al., 1983 ; HILDERBRAND, 1985) terutama pada ayam induk (grand parent dan parent stock chicken) telah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasil dari vaksinasi ini masih bervariasi. UmumnYa vaksin import inaktif harganya cukup mahal oleh karena itu yang dapat menggunakan hanya para breeder saja.

Vaksinasi dengan vaksin MG TS mutant (MG yang dilemahkan) juga telah digunakan di luar negeri (LAM

et

al., 1983, 1984; SOERIPTO, 1987; SOERIPTO dan WHITHEAR 1996). Hasil dari vaksinasi ini cukup baik, tetapi vaksin ini harganya cukup mahal dan penanganannya di lapang tidak mudah.

Vaksin inaktif MG dengan mengunakan isolat lokal telah dilakukan oleh Drh. Kuryana tetapi hasilnya belum memuaskan, sedang vaksin aktif dari isolat local belum pernah dikembangkan di peternakan ayam ras maupun buras.

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menerapkan program pengendalian PPM pada ayam buras melalui vaksinasi dalam rangka meningkatkan pengembangan pembibitan ayam buras di pedesaan di propinsi Jawa Tengah.

Bahan

Vaksin ND

Vaksin dan isolat Mycoplasma gallisepticum (MG)

Ayam

Vitamin

bulan.

Medium

SOERIP'ro :Eftkasi VaksinMycoplasma GallisepticumUntuk Pengendalian Penyaldt Pernafasan

PENDAHULUAN

MATERI DAN METODE

Untuk mencegah penyakit ND semua ayam divaksin ulang dengan vaksin ND pada umur 4 dan 14 hari.

Vaksin aktif dan inaktif MG yang berasal dari isolat local MG88016 diperbanyak di laboratorium Balitvet, sedang vaksin inaktif komersial isolat local dibeli dari poultry shop. Untuk penantang digunakan isolat MG R-980 yang berasal dari Amerika, diperoleh dari BPMSOH Gunung Sindur.

Sebanyak 900 ekor KURI (Kutuk umur sehari) buras diperoleh dari penetasan ayam buras di Banyumas. Sebanyak 700 ekor akan dipergunakan untuk percobaan lapang, sedang yang 50 ekor akan dipergunakan sebagai ternak pengganti jika ada ayam yang mati sebelum waktu penelitian dimulai. Sisa ayam yang 150 ekor dibawa ke Balitvet untuk percobaan di laboratorium sebagai simulasi dari percobaan lapang.

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga gangguan stress semua ayam diberi vitamin sampai umur 1

Medium mikoplasma yang digunakan yaitu modifikasi medium yang diformulasikan oleh FREY

et

al. (l968). Medium cair terdiri dari Mycoplasma broth_base (Gibco), sistein HCl (BDH), thallous asetat (BDH), merah phenol (Chroma) dan aquabides. Derajat kebasaan medium diatur mencapai pH 7,8. Medium ini kemudian disterilkan pada suhu 121°C salama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu kamar untuk medium cair, sedangkan untuk medium padat dibiarkan di dalam penangas air dengan suhu 50°C. Setelah itu, medium diberi

(3)

penyubur yang terdiri dari serum babi yang diinaktifkan lebih dahulu pada suhu 56°C seLAMa 30 menit, yeast extract (Difco), DNA (Koch-Light), glukosa (May and Baker) dan amoxycillin (Beecham P.I.). Medium padat komposisinya hampir sama dengan medium cair kecuali glukosa dan merah phenol tidak ditambahkan. Agar yang digunakan untuk medium padat yaitu agar Noble (Difco). Untuk mencegah kontaminasi cendawan, medium diberi actidione (Up-John).

Metode

Tujuh kelompok peternak masing-masing menerima 100 ekor KURI. Tiap kelompok menerima 10 ekor. Ayaan pada kelompok Al diberi vaksin aktif MG88016 pada umur 7 hari lewat tetes mata dengan dosis 25 ul yang mengandung kuman MG sebanyak 1 x 109 cfu/ml kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 sebanyak 0,1 ml yang mengandung kuman 1 x 109 cfu/ml lewat subkutan di belakang kepala pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok B1 diberi vaksin inaktif MG 88016 sebanyak 0,1 ml yang mengandung kuman 1 x 109 cfu/ml lewat subkutan di belakang kepala pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok C1 diberi vaksin inaktif komersial liwat intramuskular dengan dosis 0,25 ml pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial dengan dosis yang sama pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok D tidak diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan lapang akan diakhiri pada umur 6 bulan yaitu pada akhir bulan Maret 2000.

Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya ayam di laboratorium ditantang pada umur 7 minggu dengan isolat ganas MG-R980 melalui kantung udara intraabdominal dengan dosis 0,5 ml yang mengandung kuman 3 .7 x 108 cfu/ml . Pada umur 12 minggu semua ayam dibunuh. Rancangan percobaan di lapang dan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Parameter yang diukur yaitu lesi pada kantong udara, kematian dan respon antibodi .

Tabel 1. Rancangan percobaan di lapang

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 199912000

Tabel 2. Rancangan percobaan di laboratorium Grup Jumlah

Peternak Ayam

Perlakuan 1

pada umur (minggu)

3 24

Al 10 100 Vaksin aktif Booster Terminasi A2 10 100 Vaksin aktif Terminasi B1 10 100 Vaksin inaktif Booster Terminasi B2 10 100 Vaksin inaktif - Terminasi C1 10 100 Vaksin komersial Booster Terminasi C2 10 100 Vaksin komersial - Terminasi

D 10 100 Kointrol - Terminasi

Grup Jumlah ayam

1

Perlakuan pada 3

umur (minggu )

7 12

Al 10 Vaksin aktif Booster ditantang Terminasi A2 10 Vaksin aktif - ditantang Terminasi B1 10 Vaksin inaktif Booster ditantang Terminasi B2 10 Vaksin inaktif - ditantang Terminasi C1 10 Vaksin komersial Booster ditantang Terminasi C2 10 Vaksin komersial - ditantang Terminasi D 10 Kontrol - ditantang Terminasi

(4)

Ayam percobaan yang di lapang banyak yang mengalami kematian karena terserang ND khususnya terjadi pada kelompok A, B clan C, sedang pada kelompok D yang letaknya terpisah dari Kelompok A, B clan C tidak terserang ND. Kematian yang terjadi selama penelitian berjalan dapat dilihat pada Tabel 3. Kematian banyak terjadi pada kelompok C2 yang diberi vaksin komersil tanpa booster disusul oleh kelompok B 1 yang diberi vaksin inaktif dengan booster. Kematian terendah terjadi pada kelompok A2 yang divaksin dengan vaksin aktif tanpa booster disusul dengan kelompok kontrol (D). Penyebab kematian ini banyak disebabkan oleh ND (221 ekor) seclang yang disebabkan oleh CRD, koksidiosis dan penyebab tidak diketahui masing-masing ada 2, 1 dan 14 ekor (Tabel 4). Ngorok banyak terjadi pada kelompok C2 dan D. Pada kelompok D (kontrol) pada saat gejala ngorok terjadi dilakukan pengobatan dengan antibiotika sehingga kematian tidak terjadi. Jumlah penderita ngorok di kelompok C2 acla 13 ekor, sedang pada kelompok D acla 16 ekor.

SOERIPTO :Eftkasi Vaksin Mycoplasma Gallisepticum Untuk Pengendalian Penyakit Pernafasan

HASIL PENELITIAN

Serum darah ayam sebelum divaksinasi dilakukan pengujian terlebih dahulu. Hasilnya memperlihatkan reaksi negatifterhadap antigen berwarna MG. Sampel darah diambil secara reguler mulai bulan November. Sampel yang diambil sebanyak 20% (2 sampel dari setiap peternak) tetapi setelah banyak kematian jumlah yang diperoleh tidak mencapai 140 sampel lagi. Dalam penilaian hasil serologi lebih ditekankan pada hasil 2+ karena 1+ masih lemah hasilnya. Hasil serologi sampai bulan Februari 2000 dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel dapat dilihat bahwa ayam yang diberi vaksin Mg88016 baik yang aktif maupun inaktif sampai dengan bulan Januari masih memperlihatkan antibodi yang tinggi, tetapi pada bulan Februari hanya vaksin aktif masih memberikan respon antibodi yang tinggi .

Penelitian di laboratorium juga memperlihatkan banyak kematian. Pada pasca mati memperlihatkan perdarahan pada otot paha clan proventrikulus, clan perkejuan pada bursa Fabricius. Kematian ini terjadi setelah adanya ayam petelur yang masuk dalam kandang percobaan di sebelah kandang percobaan ini. Yang dikuatirkan jika banyak yang mati karena infeksi Gumboro maka percobaan vaksinasi MG hasilnya tidak / kurang baik karena

pengaruh immunosupresive.

Hasil autopsi ayam yang dibunuh pada akhir periode menunjukkan ayam yang diberi vaksin aktif MG88016 memberikan proteksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang di vaksin lainnya clan kontrol. Ayam yang

Tabel 3. Kematian yang terjadi selama 5 bulan penelitian

No. Grup Populasiawal Okt Nov Kematian terjadi pada bulanDes Jan Feb Total Populasiakhir

1 Al 100 9 21 2 1 2 35 65 2 A2 100 9 2 3 3 3 20 80 3 B1 100 5 33 11 1 3 53 47 4 B2 100 19 10 8 4 - 41 59 5 Ci 100 20 9 5 5 2 41 59 6 C2 100 28 23 1 1 1 54 46 7 D 100 6 12 1 2 3 24 76 Jumlah 700 96 110 31 17 14 268 432 Tabel 4. Penyebab kematian selama 5 bulan penelitian

No. Grup Populasi Kematian terjadi pada bulan Populasi

1 Al 100 32 - - 1 2 35 65 2 A2 100 13 - - 6 1 20 80 3 B 1 100 48 - - 2 3 53 47 4 B2 100 35 - - 2 4 41 59 7 D 100 16 - 1 1 6 24 76 Jumlah 700 221 2 1 14 30 268 432

(5)

diberi vaksin aktif masih memperlihatkan kekusaman airsacs tetapi pada reisolasi tidak memperlihatkan adanya mG organisme (Tabel 6).

Tabel 5. Serologi paska vaksinasi sampai bulan Februari 2000

Keterangan: Va = Vaksin aktifMG88016 Vi = Vaksin inaktif MG88016 Vk= Vaksin komersil

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-H Th. 199912000

Tabel 6. Perubahan patologi, serologi dan reisolasi MG pada ayam yang dibunuh

KESIMPULAN

Vaksin aktif maupun inaktif MG 88016 di lapang mampu memberikan respon antibodi yang baik selama 4 bulan penelitian sekalipun banyak ayam yang terkena infeksi ND selama penelitian, sedang penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa vaksin aktif MG 88016 mampu memberikan perlindungan yang tinggi terhadap tantangan infeksi MG yang ganas sekalipun terjadi wabah gumboro dan ND selama penelitian berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

BAGUST T.J. 1989. An overview ofAustralia's poultry industry in 1989.Aust. Yet. J.66: 416 - 418.

BICKFORD, A. A. 1986. Diseases affecting reproducing laying birds and reproductive performance. Proc. Aust. Vet. Assoc.92 759-776.

BIGGS, P.M. 1982. The world ofpoultry disease.Avian Pathol 11 : 281 - 300

FAo-OIE-WHO. 1992. Animal Health Year Book 1992. FAO-OIE-WHO; Geneva, Rome, Paris.

FREY, M.C., R.P. Hanson and D.P. Anderson. 1968. Amedium for the isolation ofavian mycoplasma.Am. J. Vet. Res.29: 2164-2171 .

HILDERBRAND D. 1985. Immunologi and prophylaxis associated with the use of aMycoplasma gallisepticum bacterin in chickens.La Clinica Veterinaria. 108:89-94.

LAM, K.M., W. LIN, R.YAMAMOTO and T.B. FARVER. 1983 . Immunization of chickens with temperature sensitive mutants of

Mycoplasma gallisepticum . Avian Dis.27: 803 - 812. No. Grup

November Desember

Serologi pada bulan

Januari Februari 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 1 Al 0 12 8 0 10 7 0 10 7 4 3 7 .21 A2 5 5 10 7 6 7 7 6 7 9 8 3 3~ B1 1 17 2 1 7 8 1 7 8 6 1 5 4 B2 7 12 1 6 4 8 6 4 8 9 3 4 5 C1 12 8 0 13 7 0 13 7 0 11 5 1 6 C2 15 5 0 15 5 0 15 - 5 0 11 4 1 7 D 15 5 0 15 5 0 11 5 0 9 5 0 No. Kelompok

0Perubahan1+airsacs>2+ 0 Serologi1+ >2+ Reisolasi MG 1 A1- Va + booster 4 3 0 - 1 6 0 2 A2- Va 7 1 0 - 1 7 0 3 B1- Vi + booster 6 1 2 - 2 7 1 4 B2 - 5 0 1 1 0 5 1 5 C1- Vk + booster 3 2 2 0 2 5 2 6 C2-Vk 2 2 3 0 2 5 2 7 D 3 1 4 0 4 4 4

(6)

LAM, K.M., W. LIN, R.YAMAmoToand Y.G. GHAZIKHANIAN . 1984. Vaccination of turkeys against airsac infection with a;

temperature sensitive mutants ofMycoplasma gallisepticum. Avian Dis. 28: 1096 - 1101 .

MEDION,P.T. 1996. Upaya pengembangan produk biologik bidang kesehatan hewan melalui kemitraan di Indonesia. Bogor, 16

Desember 1996

SOEwpTO. 1987. Pathogenicity and Immunogenicity ofMycoplasmagallisepticum. PhD.thesis 1987.

SOERIPTO and K.G. WHITHEAR. 1996. The virulence of 4 TS-mutants and 80083L of Mycoplasma gallisepticum strains in 2

week-old chickens. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner. Bogor, 12 - 13 Maret 1996 hal. 178 - 183

Gambar

Tabel 2. Rancangan percobaan di laboratorium
Tabel 3. Kematian yang terjadi selama 5 bulan penelitian
Tabel 5. Serologi paska vaksinasi sampai bulan Februari 2000

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hasil Tes Diagnostik Wawancara peserta didik terindikasi miskonsepsi Penyusunan laporan Instrumen siap digunakan Validasi oleh validator ahli Penyusunan instrumen

– Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri yaitu memiliki kemampuan untuk. menciptakan sesuatu yang baru

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan PT SUCOFINDO maupun Perusahaan BUMN lainnya dalam melakukan evalusi terhadap kebijakan penyaluran pinjaman program

Strategi pembelajaran ARIAS telah dicobakan oleh sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumla siswa kelas V dari Sekolah

Uji aktivitas katalis dilakukan menggunakan fotokatalis pada reaksi esterifikasi dengan pereaksi metanol dengan perbandingan minyak dan metanol 10:120 b/b dengan variasi

Dalam hal ini peserta tender yang hanya memilki fasilitas low grade (pelaku usaha kecil) tidak diberikan kesempatan berusaha yang sama karena harus meminta support kepada

Dokter (C1) merupakan seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi.Petugas

Kurangnya daerah resapan, pembangunan yang tidak memperhatikan jenis tanah dan masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan membuat masalah penurunan lapisan