• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penurunan Permukaan Tanah.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Penurunan Permukaan Tanah.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH di JAKARTA

Disusun Oleh:

1. Almiko Dwi Trisnadi (1506741745 )

2. Ihsan Izzuddin (1506734696)

3. Irwan Ardiansyah (1506725911)

4. Muhammad Faris (1506722506)

5. Rizantia Anggraini 1506670055) 6. Saskia Andiane Hidayat (1506721453) 7. Zevano C. Sibarani (1506740654)

KELAS S KELOMPOK HG-3

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.

(2)

Dalam makalah ini kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta”, suatu hal yang sangat penting bagi manusia yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk lain dikarenakan kita dibekali akal yang harus kita gunakan dengan baik dalam menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat kita hidup di bumi. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah manajemen alam oleh manusia dan sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah MPKT-B. Dalam proses pendalaman materi manajemen alam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Fauzia serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan salah satu acuan dalam pembahasan mengenai manajemen alam. Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran dari dosen pembimbing serta pembaca demi perbaikan makalah.

Depok, 2 Desember 2015

Tim Penulis

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta. Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki lingkungan yang lestari dan nyaman. Lestari dan nyaman dapat diidentifikasi dengan adanya

(3)

lingkungan yang bersih, hijau dan sedikit polusi. Sebagai warga negara Indonesia, khususnya masyarakat Jakarta sudah sepatutnya kita membuat Jakarta lebih hijau .

Namun, fakta yang dapat kita lihat sekarang, kondisi di Jakarta sangat memprihatinkan baik dilihat dari segi kesehatan, lingkungan, moral dan pendidikan. Salah satu masalah dari sisi lingkungan adalah penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta. Penurunan lapisan tanah ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya daerah resapan air, pembangunan gedung yang tidak memperhatikan kondisi tanah dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran.

Penurunan lapisan tanah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Walaupun berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tetapi penurunan ini dapat mencapai 10 cm sekali menurun. Penurunan lapisan tanah yang paling besar terjadi daerah Jakarta Utara.

Jakarta Utara mengalami penurunan lapisan tanah yang lebih besar daripada daerah lain di Jakarta. Alasan penurunan lapisan tanah ini karena kondisi tanah di Jakarta Utara yaitu Marine Clay. Penurunan lapisan tanah ini dapat diatasi menggunakan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mempelajari jenis dan kondisi tanah di Ibukota negara, sedangkan teknologi dapat dilaksanakan dengan bantuan Penetrometer dan GPR (Grand Pentetrating Radar). Solusi lain yang dapat digunakan adalah mempertegas sistem perundang-undangan di Tanah Air. Jika solusi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik kemungkinan besar, Indonesia akan seperti Negara Australia yang hijau dan lestari.

DAFTAR ISI COVE

...i KATA PENGANTAR...ii

(4)

ABSTRAK...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH...1

1.2 PERUMUSAN MASALAH...2 1.3 HIPOTESIS...2 1.4 TUJUAN MAKALAH...2 1.5 MANFAAT MAKALAH...3 BAB II ISI...4 2.1 Tanah di Indonesia...4 2.1.1 Pengertian Tanah...4 2.1.2 Lapisan Tanah...4 2.1.2 Jenis-jenis Tanah...5 2.2 Tanah di Jakarta...11

2.2.1 Jenis Tanah di Jakarta...11

2.2.2 Penurunan Tanah di Jakarta...11

2.2.3 Data Penurunan Lapisan Tanah di Jakarta...14

2.1.2 Solusi Penurunan lapisan tanah dengan TIK...15

BAB III PENUTUP...18

3.1 KESIMPULAN...18

4.2 SARAN...18

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu masalah yang terjadi di Indonesia yaitu penurunan lapisan tanah. Masalah ini terjadi di beberapa wilayah Jakarta. Penurunan lapisan tanah dapat mencapai kedalaman 100 cm. Bahkan, di beberapa tempat di wilayah Jakarta melebihi kedalaman 100 cm.

Jakarta sudah semestinya mempunyai lingkungan yang nyaman untuk menjalankan pemerintahan. Memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Namun, hal ini belum dapat sepenuhnya dilakukan dengan baik oleh seluruh element Masyarakat Jakarta.

Pelayanan yang belum baik dapat dilihat dari segi lingkungan, kesehatan, moral dan pendidikan. Misalnya, masalah penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta. Kurangnya daerah resapan, pembangunan yang tidak memperhatikan jenis tanah dan masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan membuat masalah penurunan lapisan tanah semakin rumit untuk ditemukan solusinya.

Namun, beberapa ilmuwan telah menemukan alat yang digunakan untuk membantu mengurangi penurunan lapisan tanah di Jakarta. Salah satunya adalah penetrometer dan GPR (Grand Penetrating Radar). Alat tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi jenis dan bahan-bahan yang ada di beberapa wilayah Jakarta.

Banyaknya masalah yang terjadi di Ibukota, terutama masalah penurunan lapisan tanah. Dimana masalah tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupan bernegara di Indonesia. Berdasarkan pengetahuan tersebut menjadikan kami tergerak untuk membuat makalah dengan judul Penurunan Lapisan Tanah di Jakarta. Sehingga, masalah penurunan lapisan tanah di Jakarta dapat teratasi dengan baik.

(6)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kondisi tanah di Jakarta?

2. Bagaimana cara kita untuk mengatasi penurunan lapisan tanah di Jakarta? 3. Mengapa penurunan lapisan tanah terjadi di Jakarta?

4. Bagaimana cara kerja alat teknologi untuk mengurangi penurunan lapisan tanah di Jakarta?

5. Daerah manakah di Jakarta yang paling dominan mengalami penurunan lapisan tanah?

1.3 HIPOTESIS

1. Membentuk daerah resapan air dengan menanam tumbuhan, dapat mengurangi penurunan permukaan tanah.

2. Pembangunan beton dan jalan beraspal yang tidak sesuai dengan lapisan permukaan tanah dapat memungkinkan terjadinya penurunan lapisan tanah. 3. Salah satu penyebab dari penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta

dapat disebabkan oleh jenis tanah yang tidak bagus untuk pembangunan tetapi masyarakat tetap mendirikan gedung di atas tanah tersebut.

1.4 TUJUAN MAKALAH

a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta.

b. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis tanah di Jakarta.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif dari penurunan lapisan tanah di Jakarta.

d. Memberikan solusi mengenai penurunan lapisan tanah di Jakarta.

e. Memberikan informasi tentang keterkaitan materi dengan wacana PBL-2. f. Memberikan informasi mengenai teknologi yang digunakan dalam mengatasi

penurunan lapisan tanah di Jakarta.

1.4 MANFAAT MAKALAH

1. Memberikan pengetahuan tentang keadaan kondisi tanah di beberapa wilayah Jakarta yang mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

2. Memberikan informasi bagaimana cara kita sebagai masyarakat Indonesia untuk mencegah penurunan lapisan tanah di beberapa wilayah Jakarta.

(7)

3. Merawat Ibukota Indonesia agar menjadi daerah yang hijau, lestari dan nyaman.

4. Menambah kepedulian masyarakat akan kondisi tanah di Jakarta. 5. Menambah pengetahuan bagi Pelajar Indonesia.

BAB II ISI 2.1 Tanah di Indonesia

(8)

2.1.1 Pengertian Tanah

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan organisme ) air dan udara.

2.1.2 Lapisan-lapisan Tanah

1) Horizon O (Material Organik)

Horizon O terdiri atas berbagai material organik seperti sisa dedaunan serta organisme lainnya, lapisan ini disebut juga dengan humus Lapisan ini terdapat di permukaan tanah paling atas, namun tidak menutup kemungkinan lapisan ini berada di bawah (terkubur).

2) Horizon A (TopSoil)

Horizon A Merupakan bagian topsoil (lapisan tanah bagian atas), mengandung materi organik berwarna gelap dan sudah tercampur dengan butiran mineral akibat aktivitas organisme.

3) Horizon E (Zona Pencucian)

Horizon E terdiri atas bagian dari horizon A yang telah kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya. Lapisan ini melekat pada horizon A.

(9)

4) Horizon B (SubSoil)

Pada lapisan ini, partikel yang tercuci pada lapisan E akan terakumulasi atau terkumpul. Pada Lapisan ini terdapat sedikit mineral, berwarna cokelat atau kemerahan, hal ini diakibatkan oleh kandungan tanah liat dan besi hasil oksidasi.

5) Horizon C (Regolit)

Horizon ini memiliki kandungan bahan induk tanah (bedrock), merupakan lapisan tanah terbawah, terdiri atas batuan dasar yang melapuk atau sedimen yang belum memadat.

6) Horizon R atau D (Bedrock/Batuan Induk)

Horizon ini merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan-batuan yang sudah memadat dan belum mengalami pelapukan.

2.1.3 Jenis-jenis Tanah di Indonesia 1. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan bahan cair maupun benda padat yang keluar dari letusan gunung berapi. Tanah vulkanis dapat dibagi menjadi tiga jenis,yaitu:

A. Tanah Regosol

Tanah yang terbentuk dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar. Tanah ini memiliki kadar bahan organik rendah, dapat dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa. Tanah regosol tersebar di daerah lereng gunung berapi, bukit pasir pantai yang meliputi Sumatra, Jawa.

(10)

B. Tanah Andosol

Tanah yang terbentuk dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan,ciri ciri tanah ini adalah warna kelabu, peka terhadap erosi dan sangat subur. Tanah ini biasa dimanfaatkan untuk lahan pertanian,perkebunan,hutan pinus & cemara. Tanah andosol tersebar di daerah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, NTB & Sulawesi.

2. Tanah Aluvial

Tanah yang terbentuk dari tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah daerah dataran rendah,tanah ini memiliki ciri ciri yaitu warna kelabu kekuningan dan peka terhadap erosi. Tanah ini dimanfaatkan untuk sebagai lahan pertanian sawah dan palawija. Daerah persebaran untuk tanah aluvial adalah Sumatra, Jawa Bagian Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi & Papua.

(11)

3. Tanah Organosol

Tanah organosol adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk yang didalamnya terkandung bahan organik dari hutan gambut dan tanah rawa. Tanah organosol dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

A. Tanah Humus

Tanah yang berasal dari hasil pembusukan bahan bahan organik, tanah ini memiliki ciri ciri warna kehitaman, mudah basah, dan sangat subur. Tanah ini biasa digunakan sebagai lahan pertanian. Daerah persebaran tanah humus adalah Lampung, Jawa Tengah Bagian Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara.

B. Tanah Gambut

Tanah yang berasal dari hasil pembusukan tumbuhan/bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa rawa). Ciri ciri dari tanah ini adalah sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur. Tetapi tanah ini dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian pasang surut,seperti pada daerah Pantai Timur Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua.

(12)

4. Tanah Litosol (Tanah Berbatu batu)

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Penampangnya besar dan berbentuk kerikil, pasir atau batu-batuan kecil, karena sedikit sekali mengalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal. Tanah litosol miskin unsur hara. Tanah ini biasa dimanfaatkan untuk lahan alang alang, dan bisa untuk hutan. Persebaran tanah ini berada di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.

5. Tanah Podzol

Tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi,ciri ciri dari tanah ini adalah warnanya pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, dan kurang subur. Tanah ini tersebar di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Papua.

6. Tanah Laterit

Tanah yang terbentuk dari tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir kedalam tanah. Ciri dari tanah ini adalah warnanya yang coklat kemerah merahan. Tanah ini tersebar di Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara.

(13)

7. Tanah Mergel

Tanah ini terbentuk dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir, dan tanah liat karena peristiwa air hujanyang tidak merata. Tanah mergel adalah tanah yang tidak subur.tanah ini juga bayak terdapat di lereng pegunungan, dan juga daerah dataran rendah seperti Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara.

8. Tanah Terarosa (Kapur)

Tanah Terarosa adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur. Tanah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:

A. Tanah Renzina

Tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Tanah ini memiliki warna putih kehitaman dan juga miskin akan unsur hara. Tanah ini biasanya tersebar di daerah seperti Gunung Kidul, Yogyakarta.

B. Tanah Mediteran

Tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen. Tanah ini memiliki warna putih kecoklatan, keras dan tidak subur. Persebaran tanah ini ada di daerah pegunungan Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi.

2.2 Tanah di Jakarta

2.2.1 Jenis Tanah di Jakarta

Dari sekian banyak jenis jenis tanah yang ada di Indonesia, Jakarta hanya memiliki dua Jenis tanah, yaitu:

1. Jakarta bagian Utara memiliki tanah jenis aluvial.

Hal ini karena jika dikaji dari segi sejarahnya, ketika Gunung Gede Pangrango yang terletak di Bogor meletus, semua material seperti abu vulkanik, lahar, pasir, dan berbagai macam jenis batuan mengalir melalui

(14)

sungai ciliwung yang melewati jakarta selatan sampai ke jakarta utara. Dari semua jenis material tersebut banyak yang mengendap di daerah jakarta selatan, sementara yang sampai ke jakarta utara hanyalah sisa sisa material yang lebih di dominasi oleh lumpur dan tanah liat. Oleh karena itu tanah di Jakarta Utara adalah tanah aluvial.

2. Jakarta bagian Selatan memiliki tanah jenis vulkanik.

Hal ini karena banyak material letusan Gunung Gede Pangrango yang mengendap di daerah Jakarta Selatan.

2.2.2 Penurunan Tanah di Jakarta dan Penyebabnya

Pembagian jenis tanah tersebut tentulah harus diperhatikan oleh kita semua sebagai masyarakat khususnya masyarakat ibu kota. Jakarta seringkali dilanda banjir akibat kesalahan dari berbagai macam elemen masyarakat. Seperti pada daerah Ancol, Penjaringan, Cengkareng, Tanjung Priok, Cilincing & Pulo Gadung yang setiap tahunnya menjadi langganan banjir. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah turunnya permukaan tanah di Jakarta yang disebabkan oleh:

1. Konstruksi bangunan yang tak terkendali di Jakarta

Pembangunan tanpa memperhatikan jenis tanah apa yang terdapat pada daerah konstruksi bangunan tersebut. Para ahli geoteknik berpendapat bahwa subsidence terjadi dalam skala kecil di utara Jakarta. Penurunan yang diukur oleh para peneliti geologi adalah penurunan lokal disekitar bangunan tinggi akibat beban bangunan tersebut. Penurunan total bangunan tinggi diprediksi sekitar 10 cm, yang terjadi secara perlahan-lahan.

(15)

2. Buruknya tata letak kota Jakarta.

Terlalu padatnya bangunan bangunan baik itu rumah rumah, perkantoran, apartemen, dan bangunan jenis lainnya disatu kawasan. Hal ini karena pemerintah Jakarta kurang memperhatikan jenis tanah tata letak kota untuk pembangunan Jakarta.

Peta diatas adalah peta rencana tata kota Jakarta, dengan keterangan sebagai berikut:

 Abu-abu kawasan industry pergudangan  Kuning kawasan permukiman

 Hijau Kawasan terbuka hijau  Ungu kawasan perkantoran  Hijau muda kawasan pertanian

Namun hal diatas hanyalah sebatas rencana yang belum dapat terealisasikan sepenuhnya oleh pemerintah Jakarta. Dari peta tersebut dapat terlihat pemerintah Jakarta kurang memperhatikan jenis tanah yang ada di lokasi untuk rencana pembangunan.

3. Kondisi resapan air yang ada di Jakarta masih kurang.

Kurangnya resapan air yang ada di Jakarta diakibatkan oleh kepedulian dan pengetahuan masyarakat Jakarta terhadap lingkungan yang ada disekitarnya masih rendah. Resapan air sendiri adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Hal yang berhubungan dengan resapan air seperti sistem drainase juga berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Jakarta. Drainase Jakarta untuk saat

(16)

ini masih kurang baik karena tidak pedulinya masyarakat akan drainase, masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai sungai ataupun selokan.

Eksploitasi secara besar-besaran terhadap air tanah yang dilakukan gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, pengusaha laundry, dan bangunan tinggi lainnya juga berpengaruh pada resapan air. Pembangunan gedung yang tidak mematuhi perbandingan lahan yang terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah.

2.2.3 Data Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta

Berikut ini adalah data penurunan permukaan tanah tahun 1974-2010 di Jakarta:

Keterangan:

1. Tanjung Priok dan Ancol adalah daerah terparah yang mengalami penurunan permukaan tanah yaitu sekitar 4,1 meter

2. Cengkareng mengalami penurunan tanah sebesar 2,1 meter

3. Pulo Gadung & Cilincing mengalami penurunan tanah sekitar 1,4 meter 4. Pejaringan mengalami penurunan tanah sekitar 0,7 meter

Tanah di daerah daerah tersebut menurun karena konstruksi pembangunan yang tak terkendali hususnya daerah Ancol dan Tanjung Priok, buruknya tata letak di daerah daerah Jakarta, kondisi resapan air yang kurang baik.

(17)

2.2.4 Solusi Penurunan Tanah dengan Menggunakan TIK

1. Penghijauan

Kenapa penghijauan berpengaruh? Karena luas resapan air dikota-kota besar berkurang hingga debit air yang masuk ke sungai meningkat, sedangkan persediaan air tanah berkurang,sehingga bisa mengurangi devisitnya cadangan air tanah.

(18)

Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Dibuat dengan membentuk lubang silindris yang dibuat secara vertikal dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.

3. Grand Penetrating Radar (GPR)

Ground Penetrating Radar merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi benda – benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range 10 MHz sampai1GHz.

(19)

b. Aplikasi GPR untuk mendeteksi struktur beton pada dinding

4. Penetrometer

• Instrumen untuk mengukur tingkat kepadatan tanah

• Digunakan dengan cara menusuk jarum pada tanah.

(20)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

a. Penurunan permukaan tanah di Jakarta disebabkan oleh jenis tanah yang berbeda di beberapa Wilayah Jakarta.

b. Tata letak kota yang tidak konsisten membuat penurunan tanah terus mengalami pertambahan kedalaman penurunan.

c. Penyebab utama dari penurunan tanah adalah tidak memperhatikan jenis tanah dalam melaksanakan pembangunan di daerah Jakarta.

d. GPR dan Penetrometer adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat penurunan tanah di Jakarta.

. 3.2 SARAN

3.2.1 Kepada Pemerintah

a. Mempertegas kembali peraturan-peraturan tata letak kota di Jakarta. b. Mempertegas peraturan Pembangunan di Wilayah Jakarta.

c. Mensosialisasikan kepada Masyarakat untuk menghemat penggunaan air d. Mengapresiasi Masyarakat yang telah melakukan penghijauan dan perbaikan

di wilayah Jakarta.

3.2.2 Kepada Masyarakat

a. Menjaga kebersihan lingkungan. b. Menghemat dalam penggunaan air. 3.2.3 Kepada Pelajar Indonesia

a. Menemukan teknologi untuk mengurangi penurunan tanah di Jakarta. b.Memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

2015. Cara kerja penetrometer. Dikutip dari : www.google.co.id. pada tanggal 29 November 2015

2015. 11 Jenis-jenis Tanah dan Penjelasannya. Dikutip dari : http://www.seputarpengetahuan.com/2014/10/klasifikasi-jenis-jenis-tanah-berikut.html pada tanggal 29 November 2015

2015. Cara Kerja GPR. Dikutip dari : https://www.google.co.id/search? q=cara+kerja+GPR. Pada tanggal 29 November 2015

2015. Penanganan penurunan Permukaan tanah di jakarta. Dikutip dari www.academia.edu . pada tanggal 23 November 2015

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh beban pajak, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk

Peridotit di daerah penelitian merupakan batuan induk yang dipengaruhi oleh larutan hydrothermal yang terjadi pada akhir pembentukan magma merubah peridotit menjadi

Pemberian NP dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu akses vena sentral dan vena perifer. Pemilihan akses apa yang dipakai didasarkan atas pertimbangan:.. Apabila

Danah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku

Corong penakar, terutama pada bagian saringannya / debris filter (lihat gambar), harus selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang melekat , sehingga tidak

Saat ini kondisi di TK Muslimat NU 07 terdapat faktor penghambat guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran BCM dalam membina akhlak anak usia dini penghambanya adalah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. ©Rami Faisal A.J 2016 Universitas

Para shahabat saling berbeda pendapat, apakah malam itu beliau melihat Rabb ataukah tidak. Diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Abbas. bahwa beliau melihat-Nya. Namun