• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAHDAN MOTIVA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAHDAN MOTIVA docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROPIL PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN MOTIVASI MEMELIHARA KESEHATAN LINGKUNGAN IBU RUMAH TANGGA

KOTA WATAMPONE

Andi Asdariah1, Mulyadi2, Lahming3, Hamsu Gani4, Bakhrani5, Faisal6, Gufran Darma Dirawan7.

Email: iandiasdariah@yahoo.com gufrandarma@yahoo.com,

ABSTRAK

Tujuan penelitan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pengelolaan pengelolaan sampah dan motivasi memelihara kesehatan lingkungan ibu rumah tangga di Kota Watampone. Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa tes pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan kuesioner motivasi memelihara kesehatan lingkungan. Data hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah tangga sebanyak 58% berada pada kategori rendah. Selanjutnya motivasi memelihara kesehatan lingkungan berada pada kategori sedang yakni 55%. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah ini tergambar dari kebiasaan hidup masyarakat di lokasi penelitian, yakni masih banyak masyarakat membuang sampah plastik di jalan dan ibu rumah tangga membakar sampah yang dihasilkan, belum ada ibu rumah tangga membuat kompos dan pupuk cair organik dari limbah rumah tangga. Motivasi memelihara kesehatan lingkungan masih dalam kategori sedang tergambar dari sampah yang dibiarkan menumpuk di sudut-sudut jalan sehingga lalat berkerumun dan menimbulkan bau tak sedap. Pengelolaan sampah oleh masyarakat dan pemerintah daerah masih rendah. Fenomena ini dapat diamati dengan masih banyaknya sampah domestik yang bertebaran di sepanjang jalan-jalan kota, sampah menumpuk pada TPS, dan saluran air tersumbat.

Kata Kunci: Pengetahuan, motivasi Latar belakang

(2)

kehidupan sehari-hari pengelolaan aktivitas rumah tangga didominasi oleh ibu rumah tangga. Dalam pengelolaan sampah terpadu maka ibu rumah tangga dapat melakukan 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang) sehingga dapat meminimalkan sampah yang dihasilkan oleh keluarganya.

Selama ini masyarakat mengelola sampah dengan konsep dibuang begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incinerator atau dibakar begitu saja) gali tutup (sanitary landfill). Hal ini ternyata tidak memberikan solusi yang baik apalagi jika pelaksanaannya tidak disiplin (Hadiwiyoto, 1982). Masyarakat masih menganggap bahwa sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga padahal berubahnya suatu produk menjadi sampah berarti kegagalan untuk memaksimalkan pemakaian suatu barang (Ivonilla, 2009).

Untuk menangani permasalahan sampah, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Namun kenyataannya bahwa penumpukan sampah di berbagai kota besar masih terjadi. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah secara tepat dan benar.

Chandra (2006) menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang baikdi suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri diantaranya: (1) berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat, (2) menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat kaitannya dengan sampah, (3) estetika lingkungan yang bersih dan sehat.

Pengelolaan sampah pada umumnya di Indonesia terdiri atas dua kelompok yakni pertama masyarakat yang melakukan pengelolaan dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan akhir atau pemusnahan atau sampai pada tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan yang kedua pengelolaan dilaksanakan oleh pemerintah meliputi pengangkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA). Kenyataannya bahwa pengelolaan sampah terpadu antara masyarakat dan pemerintah belum terlaksana secara optimal. Paradigma masyarakat tentang pengelolaan sampah merupakan kewajiban pemerintah sedangkan pemerintah beralasan bahwa belum optimalnya pelaksanaan pelayanan disebabkan terbatasnya anggaran dan masih rendahnya minat sektor swasta menanamkan modalnya di bidang ini (Hikmah, 2014).

Pengelolaan sampah merupakan suatu bidang yang berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan sampah dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas (Fadhilah A, 2011).

(3)

ini dapat diamati dari sampah domestik yang bertebaran di sepanjang jalan-jalan kota, menumpuknya sampah pada TPS, dan tersumbatnya saluran air. Berdasarkan data dari BLHD Kabupaten Bone bahwa jumlah sampah rumah tangga dihasilkan adalah 8 ton/bulan namun yang diolah hanya 1 ton, dan didaur ulang hanya 2 ton. (BLHD Kabupaten Bone, 2014).

Pemerintah Kabupaten Bone telah mengagendakan Jum’at bersih, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Hasil observasi dan wawancara penulis terhadap staf BLHD dikemukakan bahwa kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah bersifat spontan dan hanya dilaksanakan jika akan ada perlombaan seperti lomba adipura. Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Watampone masih mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Passippo Kecamatan Palakka Kota Watampone dengan luas 5 ha. Sistem ini menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan dana besar sebab semakin banyak sampah yang harus dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar.

Faktor penyebab meningkatnya jumlah sampah menurut Chandra (2006) antara lain (1) jumlah penduduk yakni semakin padat penduduk, semakin banyak sampah menumpuk karena tempat atau ruang untuk menanpung sampah semakin sempit/berkurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak pula, (2) faktor geografis, (3) faktor sosial ekonomi dan budaya, (4) kebiasaan masyarakat, (5) rendahnya pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dan rendahnya motivasi memelihara kesehatan lingkungan. 6) sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai, 7) pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali, 8) faktor waktu, 9) kemajuan teknologi, 10) jenis sampah.

Pengetahuan yang tinggi tentang pengelolaan sampah bagi ibu rumah tangga diharapkan dapat membentuk keyakinan dan berperilaku sesuai dengan keharusan dalam mengolah sampah dan kesadaran ibu rumah tangga akan pentingnya mengolah sampah sehingga lingkungan dapat terpelihara dengan baik. Sebaliknya pengetahuan yang kurang mengenai pengelolaan sampah dapat mempengaruhi motivasi ibu rumah tangga dalam mengolah sampah sehingga tidak peduli terhadap lingkungannya yang berpengaruh terhadap kesehatan lingkungannya.

Pengetahuan terbentuk setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Bloom (1981) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan yaitu: (1) mengetahui mengingat, atau mengenal sesuatu tanpa perlu mengerti, dapat menggunakan atau mengubahnya, (2) memahami, mengerti materi yang dikomunikasikan tanpa perlu mengerti hubungan satu dengan yang lainnya, (3) aplikasi menggunakan konsep umum untuk menyelesaikan masalah yang khusus, (4) analisis, memecahkan atau membagi menjadi bagian-bagian, (5) sintesis, menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengombinasikan ide yang berbeda, dan (6) evaluasi, memberi pendapat tentang materi atau metoda yang harus diaplikasikan di dalam situasi khusus.

(4)

pengetahuan. Lebih lanjut Anderson dan Krathwohl (2010) mengategorikan pengetahuan menjadi empat jenis, yakni; (1) pengetahuan faktual yaitu pengetahuan elemen dasar yang harus diketahui untuk memecahkan masalah, (2) pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan hubungan atau keterkaitan antara elemen dasar di dalam struktur yang lebih luas, (3) pengetahuan prosedural yaitu cara melakukan sesuatu, dan (4) pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan dari kognisi secara umum.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat bermacam-macam, seperti pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan. Pengetahuan dapat digunakan manusia dalam tindakan yang sesuai pada waktu menghadapi masalah. Pengetahuan juga memungkinkan dapat menjadi penggerak untuk perbuatan-perbuatan, tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kepentingan pribadi maupun umum. Pengetahuan secara langsung dapat mengubah sikap manusia dan menambah kesejahteraan hidup perorangan dan masyarakat. Upaya pengumpulan sebanyak mungkin informasi mengenai masalah lingkungan, yaitu masalah lingkungan berkaitan secara umum dengan apa pun di sekeliling atau sekitar manusia, antara lain: udara, air dan tanah, termasuk di dalamnya tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang berada dalam kandungannya.

Pengetahuan lingkungan yang perlu dimiliki oleh masyarakat khususnya ibu rumah tangga adalah untuk membantu ibu rumah tangga dalam menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi saat ini. Di antara objek lingkungan yang harus diketahui oleh ibu rumah tangga adalah bagaimana melakukan pengelolaan sampah secara mandiri tanpa bergantung pada pemerintah. Pengetahuan ini penting bagi ibu rumah tangga untuk menjaga dan memeliharan kesehatan lingkungan.

Pengetahuan pengelolaan sampah yang harus dimiliki oleh ibu rumah tangga berdasarkan kategori: 1) pengetahuan faktual yang meliputi istilah dan spesifikasi, informasi verbal tentang sampah, 2) pengetahuan konseptual meliputi klasifikasi, prinsip dan generalisasi, dan teori tentang pengelolaan sampah, 3) pengetahuan prosedural adalah tahu bagaimana mengerjakan sesuatu seperti melakukan daur ulang, pengomposan, pembuatan pupuk cair organik (POC), 4) pengetahuan metakognitif yaitu kemampuan pengetahuan sendiri ibu rumah tangga tentang sampah.

(5)

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. (Adnani, 2011). Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulangan sampah atau pemanfaatan kembali. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: 1) pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai jenis, jumlah dan sifat sampah 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), 3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dati TPST menuju tempat pemrosesan akhir (TPA), 4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman

Keberhasilan ibu rumah tangga melakukan pengelolaan sampah secara mandiri juga ditentukan oleh faktor motivasi pemeliharaan kesehatan lingkungannya. Dorongan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga berasal dari dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar dirinya sehingga melakukan perilaku pengelolaan sampah dalam hal pengumpulan sampah, pengangkutan, sampai pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Motivasi memelihara kesehatan lingkungan adalah dorongan yang ada dalam ibu rumah tangga melalui kegiatan-kegiatan tertentu dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan individu melalui indikator kebersihan lingkungan, melakukan pencegahan penyakit dengan menghambat perkembangan vektor penyakit seperti lalat dan nyamuk. Dengan demikian motivasi ibu rumah tangga akan diperoleh melalui pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan pendidikan, sehingga menjadi pendorong ibu rumah tangga untuk berperilaku melakukan pengolahan sampah.

Motivasi memelihara kesehatan lingkungan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga merupakan pendorong atau daya penggerak sehingga mampu ikut seta dan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya dalam melakukan pengelolaan sampah dan berperan aktif memperhatikan kebersihan lingkungannya. Secara sederhana motivasi bagi ibu rumah tangga akan memberikan semangat dalam melakukan pengelolaan sampah.

(6)

pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status pengakuan dan perhatian. (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Pemeliharaan kesehatan lingkungan menurut Triwibowo dan Mitha (2013) terdiri atas dua hal yang menjadi tujuan yaitu mengurangi pemanasan global dan menjaga kebersihan lingkungan. Untuk menjaga dan memelihara kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tidak menurun atau tercemar, maka perlu diadakan pengawasan seperti pengelolaan kualitas udara, pengolahan kualitas air, pemulihan tanah terkontaminasi, sanitasi makanan dan pengelolaan sampah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan pengelolaan sampah dan motivasi memelihara kesehatan lingkungan pada ibu rumah tangga di Kota Watampone? Selanjutnya tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pengelolaan sampah dan motivasi memelihara kesehatan lingkungan pada ibu rumah tangga di Kota Watampone.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitan ini adalah penelitian survey dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sasaran penelitian adalah ibu rumah tangga yang berdomisili di 3 kecamatan Kota Watampone, yaitu: Kecamatan Taneteriattang, Kecamatan Tanenteriattang Barat, dan Kecamata Taneteriattang Timur. Prosedur penarikan sampel dilakukan secara acak untuk mendapatkan 200 Kepala Keluarga dari populasi ibu rumah tangga Kota Watampone dengan melalui systematic random Sampling method. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa tes pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan kuesioner motivasi memelihara kesehatan lingkungan. Data hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah

Hasil analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah di Kota Watampone dengan menggunakan instrument tes yang terdiri atas 25 butir soal, adalah sebagai berikut:

(7)

Nilai

N Valid 200

Missing 0

Jumlah Butir soal 25

Mean 11.7300

Std. Error of Mean .17985

Median 12.0000

Mode 13.00

Std. Deviation 2.54351

Variance 6.469

Range 14.00

Minimum 5.00

Maximum 19.00

Sum 2346.00

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 1 di atas yang diberikan pada 200 responden diperoleh gambaran bahwa pengetahuan ibu rumah tangga Kota Watampone yang terendah adalah 5 dan yang tertinggi adalah 19, dengan rata-rata hitung yaitu 11.73; median 12,00; dan modus 13.00. Simpangan baku (standar deviasi) sebesar 2,54 menunjukkan skor sebaran data pengetahuan dalam pengelolaan pengelolaan sampah bervariasi.

Selanjutnya data responden berdasarkan tingkat pengetahuan pengelolaan sampah dikelompokkan atas lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah Range Skor Kategori Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

0.00 – 5.00 Sangat Rendah 3 1.5 1.5 1.5

6.00 – 11.00 Rendah 116 58.0 58.0 59.5

12.0

0 – 17.00 Sedang

79 39.5 39.5 99.0

18.0

0 – 23.00 Tinggi

2 1.0 1.0 100

24.0

0 – 29.00

Sangat Tinggi

0 0.0 0.0 0,00

(8)

Dari hasil analisis data responden berdasarkan pengetahuan pengelolaan sanitasi dasar dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sangat rendah sebesar 1.5% (3 dari total 200 responden). Responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebesar 58.0% (116 dari total 200 responden). Responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebesar 39.5 % (79 dari total 200 responden), dan pengetahuan tinggi 1.0% ((2 dari total 200 responden) serta sangat tinggi sebesar 0% (0 dari total 200 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan pengelolaan sampah responden pada penelitian ini berada pada posisi rendah dengan persentase sebesar 58.0%.

Deskripsi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan

Hasil analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran motivasi memelihara kesehatan lingkungan di Kota Watampone dengan menggunakan instrument kuesioner yang terdiri atas 24 butir pernyataan, adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Statistik Deskriptif Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan Nilai

N Valid 200

Missing 0

Jumlah Butir pernyataan 24

Mean 63.6750

Std. Error of Mean .39226

Median 64.0000

Mode 64.00

Std. Deviation 5.54736

Variance 30.773

Range 26.00

Minimum 49.00

Maximum 75.00

Sum 12735.00

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 3 di atas yang diberikan pada 200 responden diperoleh gambaran bahwa motivasi memelihara kesehatan lingkungan ibu rumah tangga di Kota Watampone yang terendah adalah 49.00 dan yang tertinggi adalah 75.00 dengan rata-rata hitung yaitu 63.68; median 64.00; dan modus 64.00. Simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5.54 menunjukkan skor sebaran data motivasi memelihara kesehatan lingkungan adalah bervariasi.

(9)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan

Range Skor Kategori Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

24 – 43 Sangat Rendah 0 0 0 0

44 – 63 Rendah 90 45.0 45.0 45.0

64 – 83 Sedang 110 55.0 55.0 55.0

84 – 103 Tinggi 0 0 0 100.0

104 – 123 Sangat Tinggi 0 0,0 0,0

Total 200.00 100.00 100.00

PEMBAHASAN

Deskripsi Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa rata-rata pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah tangga di kota Watampone maka diketahui pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah tergolong rendah. Hasil analisis ini juga sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa perilaku ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah seperti belum melakukan pemisahan sampah organik dan non organik, belum melaksanakan pengomposan terhadap sampah daun-daunan, belum melakukan pengolahan terhadap limbah rumah tangga, belum ada ibu rumah tangga yang melakukan pembuatan pupuk cair dari sisa makanan dan sayuran yang mereka hasilkan setiap hari. Sampah dari daun-daunan dan sampah dari bahan kertas langsung dibakar. Sisa makanan hanya disimpan dalam kantong plastik dan dibuang di tempat penampungan sementara. Keadaan tempat penampungan sementara juga dalam keadaan masih memprihatinkan sebab tidak dilengkapi penutup yang memadai, masyarakat meletakkan sampah di luar TPS sehingga menumpuk dan berserakan di jalanan. Selain itu masyarakat masih membuang bekas kemasan makanan dan minuman langsung di jalan, dan keadaan saluran air tersumbat (pengamatan langsung pada saat pengambilan data yang ditemani oleh RT dan saat FGD dengan ibu rumah tangga di lokasi penelitian).

Hasil penelitian ini didukung oleh temuan Riswan dkk (2011) yang melaporkan bahwa perilaku membuang sampah rumah tangga di sekitar rumah telah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil penelitiannya adalah pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan belum dilaksanakan secara optimal. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, pengetahuan tentang Perda persampahan, serta kesediaan membayar retribusi sampah berkorelasi positif dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga.

(10)

Hasil penelitian ini didukung Yunia,Tri M. dkk. (2006) yang telah melaporkan hasil penelitian tentang pengelolaan sampah domestik pada ibu rumah tangga. Hasilnya menunjukkan bahwa para ibu rumah tangga sebagian besar telah mengetahui tentang pemilahan sampah (69%), namun dalam aplikasinya sebagian besar belum melakukan (53%). Temuan penelitian ini didukung oleh Susanto, Lailatul, dan Pahroni (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan pengelolaan sampah organik dan non organik pada masyarakat RW 03 Sumbersari Malang yaitu sebanyak 8% responden sudah melakukan pengelolaan dengan baik terhadap sampah organik dan sampah non organik dan 84% responden tidak melakukan pengelolaan terhadap sampah organik dan sampah non organik. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Wawan (2012) tentang proses pengelolaan sampah di pasar Watampone Kabupaten Bone bahwa pewadahan sampah di pasar Sentral Bone masih sangat kurang disebabkan karena kurangnya partisipasi pedagang untuk menyiapkan pewadahan sampah, namun pengumpulan sampah oleh Dinas Kebersihan memenuhi syarat. Selanjutnya Aisyah (2009) telah melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Taneta Riattang Kota Watampone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) gambaran pengetahuan lingkungan masyarakat cenderung berada pada kategori sedang, tingkat pendidikan cenderung setaraf dengan SMA, tingkat pendapatan masyarakat cenderung berada pada kategori rendah dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan cenderung berada pada kategori sedang, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan lingkungan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara bersama-sama dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Tanete Riattang Variabel yang paling erat hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Tanete Riattang Kota Watampone adalah variabel pengetahuan lingkungan.

Deskripsi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan

Hasil analisis data responden berdasarkan motivasi memelihara kesehatan lingkungan dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat sangat rendah sebesar 0.00% ( 0 dari total 200 responden), tingkat motivasi memelihara kesehatan lingkungan responden yang rendah sebesar 45.00% (90 dari total 200 responden), tingkat motivasi memelihara kesehatan lingkungan responden yang sedang sebesar 55.0% (110 dari total 200 responden), tingkat memelihara kesehatan lingkungan tinggi sebesar 0.00% (0 dari total 200 responden), dan responden dengan motivasi memelihara kesehatan yang sangat tinggi tidak ada atau 0% (0 dari total 200 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat motivasi memelihara kesehatan lingkungan responden pada penelitian ini berada pada kelompok sedang dengan persentase sebesar 55.00%.

(11)

motivasi ibu rumah tangga dapat menentukan partisipasinya dalam pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Temuan ini didukung juga oleh Narawi (2001) yang menyatakan bahwa motivasi berarti dorongan,sebab, atau alasan seseorang atau menjadikan seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Sesuai dengan teori Notoatmojo (2003) bahwa perilaku dipengaruhi antara lain oleh motivasi. Selanjutnya motivasi dapat ditentukan oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor motivasi dari dalam diri ibu rumah tangga dalam memeliharaan kesehatan lingkungan berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan. Faktor-faktor dari luar diri ibu rumah tangga dalam memelihara kesehatan lingkungan dapat berasal dari berbagai sumber seperti lingkungan tempat tinggal, tetangga, dan ekonomi keluarga. Hal ini didukung temuan Al Muhdhar (2003) yang melaporkan bahwa terdapat kontribusi faktor sosial, ekonomi, dan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Demikian pula temuan Sunardi (2014) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh langsung positif terhadap perilaku sebesar 0.214 yang berarti semakin baik motivasi seseorang maka semakin baik pula perilaku. Sebaliknya jika semakin rendah motivasi maka semakin buruk perilaku.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah tangga di Kota Watampone berada pada kategori rendah sedangkan motivasi ibu rumah tangga di Kota Watampone memelihara kesehatan lingkungan berada pada kategori sedang. Hal ini didukung oleh pengamatan di lapangan bahwa di lokasi penelitian masih banyak masyarakat membiarkan sampah bertebaran dan menumpuk di sekitar tempat pembuangan sementara yang menyebabkan banyaknya kerumunan lalat dan serangga lainnya. Demikian pula saluran air dipakai sebagai tempat membuang sampah dan belum ada pengelolaan sampah yang memenuhi syarat sehingga kesehatan lingkungan masih mencemaskan.

Referensi

Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika. Aisyah. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan di

Kecamatan Tanete Riattang Kota Watampone. Tesis. Tidak diterbitkan. Program PKLH. Universitas Negeri Makassar

Al Muhdhar. Mimien Heni Irawati Bt. M. (2003). Jurnal Pendidikan Nilai. Vol 8, No 2. Kontribusi Faktor Sosial, Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap terhadap Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Dukuh Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang

(12)

Arwaty. 2014. Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah Yang Berwawasan Lingkungan Di Kota Maksassar. Tesis. Tidak diterbitkan.Universitas Negeri Makassar

Azrul Azwar. 1995. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Bangun, Wilson. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga BLHD Kabupaten Bone. 2014. Data Non Fisik Program Adipura Kabupaten

Bone 2014-2015

Bloom, Benjamin S, (ed.), 1981. Taxonomy of Educational Objectives Book I Cognitive Domain. London: Longman Ltd

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakatra: Penerbit Buku Ketokteran EGC.

Fadhilah A., Sugianto H., K,. Firmandhani, W,S., Murtini, W,T,. dan Pandelaki, E. Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univerrsitas Diponogoro, (Online), Vo. 11 No 2 Agustus 2011. (http://eprints.undip.ac.id. Diakses … pukul…

Hadiwiyoto, Soewedo. 1982. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: PT. Inti Idayu Press.

Hikmah. 2014. Perilaku Masyarakat Pesisi Kota Kupang dalam Pengelolaan Sanitasi Lingkungan Perumahan. Tesis. Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Makassar.

Ivonilla. 2009. Gerakan 3R-Analisis Pengelolaan Sampah di Jepang. FIB Universitas Indonesia..

Notoatmodjo, S. 2010. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.PT Andi Offset.Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2012 tentang P engelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No: PER/19/M/PAN/10/2008

Riswan, Sunoko, Dan Hadiyarto (2011)

.

Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 9 No 1.

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan Semarang : Program Studi Ilmu Lingkungan UNDIP

(13)

Setyowati, Ririn dan Surahma Asti Mulasari. 2013. Jurnal Kesmas. Vol 7. No. 12 Juli 2013 Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. http://jurnalkesmas.ui.ac.id

Slamet, Juli Sumirat. 1986. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sunardi. (2014). Model Perilaku pengelolaan limbah bengkel kendaraan bermotor berwawasan lingkungan di Kota Makassar. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Negeri Makassar.

Tribowo, Cecep dan Mitha Erlisya P. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika

Yunia, Tri, Rahkhmita Akhsayanty, R. Maya sarah G.K. Dewi Lestariyani A. 2006. Metode Pelatihan Pengelolaan Sampah Domestik Bagi Ibu Rumah Tangga di Pemukiman Sub-Urban. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Tabel 3. Statistik Deskriptif Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Fase Pengembangan  Pembangunan Software  Quality Assurance (QA)  Dokumentasi - Sinkronous Virtual:  Reguler Chatting (jam 16.00 – 18.00) setiap kali dosen online

Hasil dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah aplikasi Game Edukasi Pengenalan Warna berbasis Android yang dapat diterapkan pada TK Muslimat Khoiriyah Kudus

Penjelasan diatas merupakan tahapan untuk menemukan sebuah solusi numerik berupa grafik trayektori untuk membuat simulasi sistem dinamika penjalaran impuls di dalam

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disiplin kerja dan pengawasan kerja berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Perwakilan

Ibu-ibu yang menyusui eksklusif tersebut mengatakan sulit untuk memberikan ASI eksklusif, hal ini disebabkan oleh jarak rumah dengan tempat bekerja yang jauh, tidak adanya

Hasil pengujian dan perhitungan dengan menggunakan datasheet , sumber data WHO dan rumus segitiga didapatkan disain yang baik dari Lampu PJU Otomatis dengan

Hasil analisis pola diatas menunjukkan bahwa nilai support yang semakin besar dari sebuah kombinasi buku akan memberikan rekomendasi buku berdasarkan buku yang

Konveksi kalor terjadi karena partikel zat yang bertemperatur lebih tinggi berpindah tempat secara mengalir sehingga dengan sendirinya terjadi perindahan kalor melalui