• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Bahan Medikamen dalam Perawatan Saluran Akar - Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Bahan Medikamen dalam Perawatan Saluran Akar - Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dasar keberhasilan perawatan saluran akar adalah mengeliminasi bakteri dan produk-produknya. Ca(OH)2 merupakan bahan medikamen saluran akar yang umum

digunakan, namun pada penelitian menemukan bahwa Ca(OH)2 kurang efektif

mengeliminasi Porphyromonas gingivalis. Beberapa penelitian telah melakukan pengembangan bahan alami sebagai alternatif medikamen saluran akar yang telah dilakukan. Untuk itu, ekstrak etanol daun Afrika diharapkan dapat dikembangkan sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar.

2.1 Bahan Medikamen dalam Perawatan Saluran Akar

Bahan medikamen saluran akar adalah suatu medikamen yang diletakkan sementara pada saluran akar dengan biokompatibilitas yang baik. Tujuan utama penggunaan bahan medikamen saluran akar yaitu untuk mengeliminasi bakteri yang mungkin masih tersisa setelah dilakukannya instrumentasi mekanis maupun irigasi.12 Beberapa studi telah menunjukkan bahwa preparasi saluran akar chemo-mechanical dengan irigasi antibakteri hanya akan memberikan 50-70% dari kanal yang terinfeksi bebas dari mikroorganisme.12 Hal ini dapat disebabkan beberapa mikroorganisme dapat bermigrasi ke ramifikasi, isthmus, delta saluran akar, dan tubulus dentin meskipun sudah dilakukan preparasi chemo-mechanical sehingga perlu dieliminasi dengan medikamen saluran akar.12,13 Oleh karena itu, perawatan saluran akar memerlukan bahan medikamen untuk meningkatkan keberhasilan perawatan.12-14

(2)

dibagi dalam beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol (Eugenol, CMCP, Parachlorophenol, Camphorated Parachlorophenol, Metakresilasetat, Kresol, Creosote, Timol), golongan aldehid/formaldehida (formokresol dan glutaraldehid), golongan halida (natrium hipoklorit dan iodine-kalium iodida), kalsium hidroksida, antiobiotik, steroid dan kombinasi. Namun yang paling populer sering digunakan adalah Ca(OH)2, CMCP, dan formokresol.12,14

Bahan medikamen golongan fenol merupakan bahan kristalin putih mempunyai bau khas batubara. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. Selain itu, golongan fenol juga memiliki potensi mutagenik dan kariogenik dan jika berkontak dengan cairan membuatnya menjadi tidak aktif. Penggunaan bahan medikamen saluran akar golongan fenol sudah tidak dianjurkan lagi.14 Bahan medikamen formokresol merupakan suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang ditemukan dalam saluran akar.14 Antibiotik yang paling umum yaitu pasta Ledermix dan Septomixine Forte. Keduanya sama-sama mengandung kortikosteroid sebagai agen antiinflamasi, namun belum sesuai untuk digunakan pada perawatan saluran akar karena spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang luas dan hanya fokus pada inflamasi.12,14

Ca(OH)2 telah digunakan secara luas di bidang endodontik dan dikenal

sebagai bahan desinfeksi saluran akar yang paling efektif.13,14 Ca(OH)2 pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1920 oleh Herman dan sejak itu penggunaannya dalam perawatan endodontik telah meningkat terutama untuk digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar dan menjadi gold standard dalam perawatan saluran akar.15,16 Ca(OH)2 memberikan efek antibakteri melalui pH yang tinggi yang dapat

mencapai 12,5 yang menyebabkan rusaknya dinding sel bakteri sehingga terjadi proses denaturasi protein yang menghambat replika DNA dari bakteri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri.3,17 Cara kerja Ca(OH)2 melalui

pelepasan ion Ca2+ yang memiliki peran dalam proses mineralisasi jaringan dan ion OH- yang menghasilkan alkalin yang tinggi sehingga menyebabkan lingkungan yang tidak sesuai bagi mikroorganisme. Ca(OH)2 juga dapat menghambat resorpsi tulang

(3)

menghidrolisis LPS dengan menghasilkan asam lemak hidroksi dalam jumlah yang banyak dan menonaktifkan enzim dalam membran bakteri serta mengganggu mekanisme transportasi yang mengakibatkan sel keracunan.27

Selain memiliki keunggulan, Ca(OH)2 juga memiliki kelemahan. Penelitian

klinis menunjukkan bahwa pemakaian rutin medikamen ini sebagai medikamen saluran akar tidak berpengaruh pada pencegahan atau pengurangan rasa sakit.12 Ca(OH)2 merupakan antimikroba yang bekerja lambat dan diperlukan dalam jumlah

yang cukup banyak serta memerlukan waktu minimal satu minggu untuk efektif.27 Kelemahan lainnya adalah sisa residunya sulit dihilangkan dari dinding saluran akar sehingga akan mengurangi setting time sealer yang berbasis zinc oxide yang digunakan pada pengisian saluran akar.13 Blomlőf et al. (1998) menemukan penggunaan Ca(OH)2 sebagai medikamen saluran akar pada pasien yang juga

melakukan perawatan periodontal memiliki efek yang kurang baik pada jaringan periodontal. Hal ini disebabkan karena Ca(OH)2 memberikan pengaruh negatif dalam

proses penyembuhan jaringan lunak dan terlihat Ca(OH)2 dapat menghambat proses

perlekatan gingiva fibroblas walaupun tidak secara signifikan.17

2.2 Porphyromonas gingivalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Terdapat

pada Infeksi Endodontik Primer

(4)

Komunitas biofilm adalah struktur kompleks dan dinamis yang berkumpul melalui kolonisasi beberapa bakteri rongga mulut yang berurutan dan teratur.2,28

Pembentukan biofilm pada infeksi saluran akar diawali beberapa saat setelah terjadinya invasi pada ruang pulpa oleh bakteri planktonik akibat kerusakan jaringan. Lesi inflamasi yang terus berkembang ini akan menyediakan cairan bagi organisme planktonik yang menginvasi sehingga mereka dapat bereplikasi dan terus melekat pada dinding saluran akar. Jaringan nekrotik pulpa menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi proliferasi mikrobial karena adanya residu organik atau nutrisi yang berperan sebagai substrat atau medium kultur.28

Bakteri yang berada di biofilm dapat berkomunikasi, bertukaran bahan genetik dan juga memperoleh sifat-sifat baru. Komunikasi dalam biofilm terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi intraspesies dan komunikasi antar spesies. Quorum sensing adalah komunikasi intraspesies bakteri yang dimediasi oleh molekuler rendah yang berat, yang dapat mengubah aktivitas metabolisme sel-sel tetangga dan mengkoordinasikan fungsi sel bakteri yang terdapat dalam biofilm. Quorum sensing juga dapat mengatur properti mikroba seperti faktor virulensi dan penggabungan DNA ekstraseluler.12,28

Pada infeksi endodontik primer, bakteri yang paling banyak diisolasi adalah obligat anaerob, salah satunya adalah bakteri Porphyromonas gingivalis.2,5,12 Bakteri Porphyromonas gingivalis yang merupakan golongan Porphyromonas sp., juga merupakan salah satu bakteri yang dapat dijumpai pada biofilm yang terbentuk pada infeksi saluran akar.2 Berdasarkan taksonominya, bakteri Porphyromonas gingivalis diklasifikasikan sebagai berikut:9

Kingdom : Eubaceria Filum : Bacteroidates Classes : Bacteroides Ordo : Bacteroidales

Famili : Porphyromonadaceae Genus : Porphyromonas

Spesies : Porphyromonas gingivalis

(5)

sel berbentuk batang, berukuran kecil antara 0,5-2 μm, asaccharolytic, pleomorfik, dan berbentuk coccobacilli.2,9,31 Bakteri golongan Porphyromonas sp. memiliki karakteristik khusus yang memancarkan warna merah bata ketika berada di bawah sinar ultraviolet gelombang panjang dan bewarna coklat hitam ketika dikultur pada blood-containing media, sehingga bakteri ini juga dapat diidentifikasi sebagai bakteri berpigmen hitam Bacteroides.9,31

Porphyromonas gingivalis tumbuh dalam media kultur membentuk koloni berdiameter 1-2 mm, konveks, halus dan mengkilat, yang bagian tengahnya menunjukkan gambaran lebih gelap karena memproduksi protoheme, yaitu suatu substansi yang bertanggung jawab terhadap warna khas koloni ini. Pertumbuhannya dipengaruhi oleh adanya protein hydrolysates, seperti peptone atau yeast extract. Produk fermentasi Porphyromonas gingivalis yang utama adalah n-butirat dan asam asetat sedangkan sedangkan produk minornya terdiri dari propionic, isobutyric, isovaleric, dan phenilacetic acids.33

2.2.1 Faktor Virulensi Bakteri Porphyromonas gingivalis

Porphyromonas gingivalis memiliki berbagai faktor virulensi yang patogenik

yang berperan dalam menyebabkan penyakit. Faktor virulensi tersebut antara lain adalah fimbriae, capsule, outer membrane vesicles, hemagglutinin, lipopolysaccharides (LPS), enzyme activity dan protein antigens. Faktor virulensi tersebut dapat menginisiasi mekanisme pertahanan host yang menyebabkan

(6)

kerusakan jaringan. Di antara faktor-faktor ini, LPS adalah faktor yang umumnya dianggap sebagai faktor virulensi penting dalam bakteri gram negatif.9,15,34

Fimbriae bakteri memiliki peranan penting dalam interaksi bakteri dan sel host. Fimbriae Porphyromonas gingivalis merupakan komponen filamen pada struktur permukaan sel dengan diameter 5 nm hingga 10 nm.9,11 Fimbriae Porphyromonas gingivalis memiliki variasi aktivitas biologi termasuk imunogenitas, perlekatan pada berbagai protein host, menstimulasi sitokin dan merangsang terjadinya resopsi tulang. Fimbriaenya juga memiliki perlekatan yang sangat kuat pada sel host dan memiliki potensi yang besar menjadi virulensi dengan berinteraksi dengan bakteri lain.11

Kapsul bakteri telah dianggap faktor virulensi utama pada permukaan sel bakteri.29 Semua bakteri yang termasuk golongan Bacteroides yang salah satunya Porphyromonas gingivalis memiliki kapsul yang tersusun dari polisakarida pada membran luar sel. Kapsulnya terlibat dalam adhesi atau perlekatan, pembentukan abses dan melindungi dari proses opsonisasi dan fagositosis sel host. Bakteri yang terselubung dalam kapsul seperti Bacteroides, Fusobacterium, fakultatif kokus gram positif biasanya menyebabkan abses, sedangkan bakteri yang tidak terselubung dalam kapsul tidak menyebabkan abses.9,34

(7)

Enzim cysteine protease yang dihasilkan Porphyromonas gingivalis yang dinamakan gingipain menjadi salah satu faktor virulensi penting.30 Gingipain memiliki kemampuan untuk mendegradasi protein pertahanan host untuk menyediakan peptida dan asam amino sebagai sumber karbon dan nitrogen bagi pertumbuhan bakteri tersebut. Gingipain ini juga berperan dalam 85% aktivitas proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri Porphyromonas gingivalis. Gingipain ini sendiri terdiri atas Arg-gingipain (Rgp) dan Lys-gingipain (Kgp).34 Collagenase merupakan faktor virulensi Porphyromonas gingivalis yang berhubungan dengan penyakit periodontal. Penelitian menyatakan keberadaan collagenase gene (prtC) yang diperiksa pada 21 strain spesies Porphyromonas dapat diisolasi pada infeksi saluran akar. Porphyromonas gingivalis dari infeksi saluran akar memiliki prtC gen, sedangkan Porphyromonas endodontalis tidak memiliki prtC gen.34

Kemampuan untuk menyerang sel dan jaringan host merupakan faktor virulensi penting dalam bakteri. Masuknya Porphyromonas gingivalis ke sel epitel gingiva prevalensinya sangat tinggi dan cepat, dan bakteri ini berkumpul pada daerah perinuklear sel. Porphyromonas gingivalis berada di dalam sel selama lebih dari 24 jam dan menghasilkan aktin sitoskeleton bersamaan dengan perubahan ukuran dan bentuk sel host. Mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar yang terinfeksi dapat menyebabkan fokal infeksi pada penyakit kardiovaskuler. Hal ini dibuktikan dengan kultur primer sel kardiovaskuler.34

Saluran akar yang terinfeksi merupakan infeksi polimikrobial yang menyebabkan risiko terjadinya virulensi semakin tinggi bila terdapat kombinasi mikroorganisme dalam jumlah yang besar terutama dari spesies bakteri gram negatif. Kombinasi Porphyromonas gingivalis dengan Fusobacterium nucleatum dan bakteri berpigmen hitam Prevotella intermedia juga menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dan memiliki risiko terjadinya flare up endodonti. Hal ini disebabkan adanya sinergi pada infeksi saluran akar antara bakteri tersebut, sehingga meningkatkan intensitas

terjadinya inflamasi pada jaringan periapikal.11 Selain itu, pada penelitian Loo et al. (2009) juga menunjukkan bahwa terjadi infeksi silang antara bakteri

(8)

Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri “red complex” (Bacteroides forsythus, Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola) yang paling proteolitik dan patogen dalam golongannya serta bakteri yang paling sering ditemukan pada infeksi endodontik primer.2,6,29 Namun, pada infeksi sekunder bakteri ini masih dapat ditemukan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ercan et al. (2006) yaitu bahwa bakteri Porphyromonas spp. ditemukan memiliki prevalensi yang lebih rendah pada saluran akar dengan infeksi endodontik sekunder dibandingkan infeksi endodontik primer.35

Berdasarkan penelitian Kipalev et al. (2014) melaporkan bahwa bakteri Porphyromonas gingivalis yang paling sering terdeteksi pada infeksi saluran akar primer dengan menggunakan metode PCR. Persentase bakteri Porphyromonas gingivalis pada infeksi saluran akar primer sebesar 54,2%.7 Penelitian Tomazinho et al. (2007) juga melaporkan bahwa pada infeksi endodontik primer bakteri Porphyromonas gingivalis memiliki prevalensi sebesar 27,3% dengan metode kultur dan 43,3% dengan metode Polymerase Chain Reaction.8 Penelitian Saito et al. (2009) mendeteksi bakteri Porphyromonas gingivalis sebesar 28% pada infeksi endodontik primer dengan metode Polymerase Chain Reaction.30 Hal ini didukung juga dari penelitian pada infeksi endodontik primer disertai abses apikal akut yang menggunakan metode PCR menemukan prevalensi sekitar 55% dari jumlah sampel dan pada infeksi endodontik primer disertai periodontitis apikal akut menggunakan metode PCR dengan prevalensi sekitar 48% dari jumlah sampel.36

(9)
(10)

2.3 Penggunaan Bahan Alami dalam Bidang Endodontik

(11)

medikamen saluran akar untuk mengeliminasi bakteri di tubulus dentin, maka dalam bidang endodontik mulai dikembangkan beberapa bahan medikamen yang berasal dari komponen biologis tanaman herbal.37

Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia mengenai penggunaan bahan alami dalam bidang endodontik. Penelitian yang dilakukan Kawilang dkk. (2014) menyimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap biofilm Porphyromonas gingivalis dengan nilai KHM dan KBM yang diperoleh adalah 25% dan 50%.38 Penelitian yang dilakukan Vivi Leontara dan Nevi Yanti (2014) menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dengan diperolehnya nilai KBM pada konsentrasi 25%.39 Penelitian Sarah Amalia (2012) juga menunjukkan bahwa ekstrak pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan diperolehnya nilai KBM sebesar 25% sehingga ekstrak pegagan dapat dikembangkan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar.40

2.4 Daun Afrika (Vernonia amygdalina)

Vernonia amygdalina adalah tanaman tropis yang termasuk dalam genus Vernonia dan digunakan secara luas sebagai sayuran dan tanaman obat.20 Genus Vernonia memiliki sekitar 1000 spesies dan lebih dari 500 tanaman Vernonia ini dapat ditemukan di Afrika dan Asia, sekitar 300 di Meksiko, dan sekitar 16 ditemukan di Amerika Serikat.20,21 Penelitian yang telah dilakukan ditemukan sebanyak 109 spesies Vernonia menunjukkan adanya kandungan sebagai medikamen. Seratus lima dari spesies tersebut dihubungkan kepada perawatan atau manajemen dari 44 penyakit atau kondisi kesehatan manusia, sementara dua spesies digunakan sebagai medikasi pada simpanse dan gorila. Penelitian secara in vitro dan in vivo melaporkan validasi adanya kandungan medikasi dari beberapa spesies. Seratus tiga senyawa bioaktif juga diisolasi dari berbagai spesies Vernonia dan Vernonia amygdalina diidentifikasi yang paling sering digunakan dari genus Vernonia.21

(12)

berdiameter sekitar 6 mm (Gambar 4).20,21 Vernonia amygdalina memiliki daun berwarna hijau gelap dengan bau yang khas dan rasanya yang pahit. Tanaman ini tidak menghasilkan benih sehingga untuk memperbanyak tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara stek batang. Selain itu beberapa penelitian menemukan bahwa Vernonia amygdalina juga memiliki bunga yang akan tumbuh pada lingkungan tertentu, berwarna putih, harum dan menarik kedatangan lebah (Gambar 5).20,21

Berdasarkan taksonominya Vernonia amygdalina diklasifikasikan sebagai berikut:21

Synonym : Gymnanthemum amygdalinum

Kingdom : Plantae

Division : Angiosperma

Classes : Dicotyledons

Order : Asterales

Family : Compositae

Genus : Vernonia

Species : V. amygdalina Botanical Name : Vernonia amygdalina

(13)

Vernonia amygdalina tumbuh di daerah ekologi di Afrika termasuk Zimbabwe dan Nigeria yang beriklim tropis dan dapat tumbuh secara liar ataupun ditanam di sepanjang Sub-saharan Afrika.41,42 Di Nigeria, Ghana dan Kamerun tanaman ini ditanam di kebun dan di sekitar perumahan untuk persediaan dan sebagai tanaman pagar dan pot.42 Daun Vernonia amygdalina juga dapat dijadikan sebagai sayuran dan dikonsumsi setelah melalui proses penghilangan rasa pahit melalui perendaman atau perebusan untuk menghilangkan komponen astringent yang terkandung di dalamnya.20,42

Gambar 4. Daun Afrika (Vernonia amygdalina)20

(14)

2.4.1 Senyawa Fitokimia Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Antibakteri

Berdasarkan penelitian Asaolu et al. (2010) melaporkan analisis fitokimia daun Afrika (Vernonia amygdalina) adalah anthraquinones (0.08 ± 0.001), tannins (1.55 ± 0.81), flavonoids (0.17 ± 0.004), alkaloids (2.95 ± 0.40), saponins (2.85 ± 0.39), cardiac glycosides (1.10 ± 0.03), dan triterpenes (0.54 ± 0.02). Luteolin, luteolin 7-0-beta-glukuronoside, dan luteolin 7-0-beta glukoside yang merupakan 3 jenis dari flavonoid yang juga terdapat pada daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki aktivitas antioksidan dan berguna untuk mencegah kanker, serta dapat melindungi dari diabetes dan arterosklerosis. Selain itu, ditemukan pula kandungan antioksidan vitamin C yang tinggi pada Vernonia amygdalina.20,21 Kandungan bioaktif alkaloids, saponins, tannin, flavonoids dan terpenoids sebagai metabolit sekunder dari ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki peran sebagai antibakteri dengan mekanisme yang berbeda sebagai berikut:

a. Saponins merupakan zat yang mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran. Secara kimia, saponin adalah glikosida berat molekul tinggi dimana bagian triterpen atau steroid aglycone terikat dengan gula. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa kompleks dengan membran sel bakteri melalui ikatan hidrogen yang kemudian dapat menghancurkan permeabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan kematian sel.43

b. Flavonoids adalah senyawa fenolik yang mengandung satu gugus karbonil dengan mekanisme kerja sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang terlarut sehingga dapat merusak dinding sel bakteri serta bersifat lipofilik yang dapat merusak lapisan lipid pada membran bakteri.43

c. Alkaloids adalah senyawa nitrogen heterosiklik yang sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.43

(15)

e. Tannins adalah senyawa fenolik polimer yang larut dalam air, gliserol, metanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol, tetapi tidak dapat larut dalam benzene, kloroform, eter, pretoleum eter, dan karbon disulfida. Tannin mempunyai rasa sepat dan juga bersifat sebagai antibakteri dan astringent (bersifat menciutkan). Mekanisme penghambatan bakteri pada tannin adalah dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial dan destruksi fungsi material.43

f. Anthraquinones merupakan senyawa fenol yang bekerja sebagai antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol lainnya, yaitu menghambat bakteri dengan cara mendenaturasi protein.43

2.4.2 Nilai Farmakologi Daun Afrika (Vernonia amygdalina)

Penggunaan Vernonia amygdalina sebagai tanaman obat dimulai ketika farmasi kebun binatang memberikan batang Vernonia amygdalina pada simpanse yang sakit. Berdasarkan laporan tersebut, banyak peneliti yang melakukan penelitian ilmiah tentang manfaat medis ekstrak yang berbeda dari tanaman ini.20 Daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki aktivitas biologis yaitu sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antiinflamasi, analgesik, antioksidan, antimalaria, antidiabetes, dan antikanker. Ekstrak akar tanaman Vernonia amygdalina juga dapat digunakan untuk mengobati malaria dan penyakit saluran pencernaan. Tanaman Vernonia amygdalina juga dapat digunakan sebagai chewing stick dan digunakan secara tradisional untuk menjaga kesehatan mulut dengan dengan berkontribusi terhadap penyembuhan gingiva, menyingkirkan mikroorganisme kariogenik, menghambat pembentukan plak, dan berefek mengurangi karies gigi. 20

(16)

bahkan menjadi lebih terorganisir dengan baik pada hewan yang diteliti dibandingkan hewan kontrol.44

2.4.3 Aktivitas Antibakteri Daun Afrika (Vernonia amygdalina)

Banyak penelitian eksperimental Vernonia amygdalina telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri. Setiap bagian dari Vernonia amygdalina memiliki aktivitas antibakteri. Di Nigeria, batang dan akar Vernonia

amygdalina digunakan sebagai chewing stick. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari batang dan akar Vernonia amygdalina yang digunakan sebagai chewing stick menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri anaerob rongga mulut seperti Bacteroides gingivalis, Bacteroides asaccharolyticus, Bacteroides melaninogenicus, dan Bacteroides Oralis pada konsentasi KHM 100 mg/ml.20 Penelitian Taiwo et al (1999), ekstrak air dari akar Vernonia amygdalina juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus gordoni, Porphyromonas nigrescens, Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia, Fusobacterium nucleatum, dan Pseudomanas aeruginosa dengan KHM 100 mg/ml.20

(17)

Gambar

Gambar 1.  Bakteri Porphyromonas gingivalis
Gambar 3. Prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada gigi dengan infeksi                       endodontik primer disertai periodontitis apikalis akut dengan metode                      Polymerase Chain Reaction 36
Gambar 4.  Daun Afrika (Vernonia amygdalina)20

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian eksperimental yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki efek anti bakteri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap

5 Penggunaaan bahan obat tradisional seperti Daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang memiliki daya antibakteri sehingga ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) diharapkan

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina )di MEDAN, INDONESIA SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP PERTUMBUHAN

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Alpukat ( Persea americana Mill.) sebagai Bahan Alternatif Irigasi Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis ( In Vitro ).. xii +

penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol biji alpukat. (Persea americana Mill.) terhadap Porphyromonas gingivalis dengan

Ada daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika ( Vernonia amygdalina ) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap Fusobacterium nucleatum. dengan mencari

dilakukan pengujian daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika ( Vernonia amygdalina ) terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum sehingga dapat digunakan sebagai