BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Mikroorganisme memegang peranan sebagai agen etiologi utama dalam penyakit pulpa dan jaringan periapikal.1 Sekitar 700 spesies bakteri mulut telah diidentifikasi dengan analisis urutan nukleotida subunit 16S rRNA dan kurang dari 50% dari spesies ini tidak bisa dan belum dapat diisolasi dari pulpa terinfeksi.2 Mayoritas bakteri yang diisolasi adalah bakteri obligat anaerob. Pada penelitian pengkulturan bakteri dari gigi yang utuh dengan infeksi saluran akar ditemukan 91% bakteri yang terlibat adalah bakteri obligat anaerob.2 Hal ini didukung oleh penelitian Baumgartner (1991) yang mengkultur apeks gigisepanjang 5 mm yang terkena karies menemukan 67% bakteri obligat anaerob.2,3
Infeksi saluran akar memiliki sifat polimikroba yaitu dimana mikroorganisme melekat satu sama lain atau pada dinding saluran akar yang membentuk interaksi antar bakteri.2 Bakteri-bakteri ini tumbuh dan membentuk suatu kesatuan dalam komunitas yang terintegrasi secara metabolik yang disebut dengan biofilm.4 Bakteri dalam bentuk biofilm memiliki virulensi yang lebih tinggi dan cenderung mempunyai tantangan besar dalam mengeliminasi dari dinding saluran akar.2,4 Bakteri obligat anaerob merupakan yang mendominasi pada biofilm yang terbentuk pada infeksi endodontik primer.4,5
Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri obligat anaerob
berpigmen hitam gram negatif yang banyak ditemukan pada saluran akar yang nekrosis.4-6 Berdasarkan penelitian Kipalev et al. (2014), bakteri Porphyromonas
gingivalis yang paling sering terdeteksi dengan infeksi endodontik primer dengan
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction yaitu sebesar 54,2% dibandingkan infeksi endodontik sekunder.7 Penelitian yang telah dilakukan oleh Tomazinho et al. (2007) juga melaporkan bahwa pada infeksi endodontik primer bakteri
Porphyromonas gingivalis memiliki prevalensi sebesar 27,3% dengan metode kultur
diketahui memiliki faktor virulensi yang besar termasuk diantaranya fimbriae,
haemagglutinin, capsule, outer membrane vesicles, powerful hydrolytic enzymes dan
lipopolysaccharide (LPS). Faktor virulensi ini memulai mekanisme pertahanan
dengan menimbulkan kerusakan jaringan host.9
Bakteri Porphyromonas gingivalis mempunyai kemampuan untuk berkolonisasi dengan bakteri lain membentuk microbial biofilm sehingga menimbulkan inflamasi dan lebih patogen.6 Penelitian membuktikan keberadaan
Porphyromonas gingivalis dihubungkan dengan bakteri lainnya pada inflamasi
periapikal akan meningkatkan toksisitas dan risiko timbulnya simtom klinis serta pembentukan abses.2 Pada penelitian Loo et al. (2009) menunjukkan bahwa terjadi infeksi silang antara bakteri Porphyromonas gingivalis dengan Bacteroides forsythus pada saluran akar yang meningkatkan resiko periodontitis apikalis kronis.11 Selain itu, kombinasi Fusobacterium nucleatum, Prevotella spp., dan Porphyromonas spp. dapat memberikan faktor risiko untuk endodontik flare-up dengan bertindak secara sinergi sehingga meningkatkan intensitas reaksi inflamasi periapikal.11
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengeliminasi bakteri beserta produknya dan menciptakan lingkungan dimana mikroorganisme yang tersisa tidak dapat bertahan hidup. Hal ini menjadi dasar untuk keberhasilan perawatan saluran akar.5,12 Untuk mengeliminasi bakteri sebanyak mungkin dari seluruh sistem saluran akar dilakukan kombinasi preparasi saluran akar
chemo-mechanical dengan larutan irigasi. Namun, beberapa studi telah menunjukkan
bahwa preparasi saluran akar chemo-mechanical dengan irigasi antibakteri hanya akan memberikan 50-70% dari kanal yang terinfeksi bebas dari mikroorganisme.13
Pada penelitian Siquiera et al. (2007) melaporkan bahwa setelah preparasi
chemo-mechanical menggunakan sodium hipoklorit (NaOCl) 2.5% sebagai bahan
akar.12,13 Adapun syarat dari bahan medikamen saluran akar harus memiliki aktivitas antibakteri, mengeliminasi bakteri saluran akar yang tidak tereliminasi pada proses preparasi chemo-mechanical, mengurangi inflamasi periapikal, mengurangi rasa sakit pasca perawatan, mampu mencegah infeksi ulang dan bersifat biokompatibel.13,14
Medikamen saluran akar yang digunakan dalam perawatan saluran akar dibagi atas beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol, aldehida, halida, steroid, kalsium hidroksida, antibiotik, dan kombinasi.14 Salah satu bahan medikamen saluran akar yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun 1920 hingga saat ini adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2).12,15 Ca(OH)2 memiliki efek antimikroba, dapat mempertahankan aktivitas antimikrobanya dalam waktu yang panjang, menghidrolisis lipopolisakarida (LPS) dari bakteri gram negatif dan menghilangkan kemampuan LPS untuk merangsang TNF yang diproduksi monosit darah perifer sehingga mungkin mengurangi respon inflamasi lokal.13,15,16
Ca(OH)2 juga memiliki efek terhadap jaringan dimana penggunaannya sebagai medikamen saluran memberikan efek yang kurang baik terhadap jaringan periodontal. Blomlőf et al. (1988) mengamati hal tersebut disebabkan karena Ca(OH)2 memberikan pengaruh negatif terhadap proses penyembuhan jaringan lunak dan menghambat proses perlekatan gingival fibroblast.17 Ca(OH)2 juga memberikan efektivitas antibakteri yang lambat hingga memerlukan waktu minimal satu minggu dan residu yang sulit dihilangkan.13 Penelitian Saunders juga menemukan bahwa Ca(OH)2 kurang efektif mengeliminasi Porphyromonas gingivalis dan
Peptostreptococcus micros.3 Akibat dari kelemahan yang dimiliki oleh bahan
medikamen tersebut, maka diperlukan pengembangan bahan alami sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar yang memenuhi syarat bahan medikamen saluran akar.
obat-obatan berbahan dasar alami.19 Salah satu tanaman herbal yang masih dalam penelitian adalah daun Afrika (Vernonia amygdalina).
Daun Afrika (Vernonia amygdalina) merupakan salah satu alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan medikamen saluran akar. Daun Afrika yang biasa disebut bitter leaf di Inggris ini sering digunakan secara tradisional mengatasi demam, cegukan, penyakit ginjal diabetes, diare, antimalaria, antimikroba, antivirus, analgesik, antifungal, antihelmintik, antikanker, antioksidan, dan antidiabetes.20,21 Daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki berbagai metabolit sekunder antara lain anthraquinones, tannins, flavonoids, alkaloids, saponins,
cardiac glycosides, dan triterpenes.21,22 Oleh karena itu, aktivitas antimikroba dan
antifungal yang kuat pada Vernonia amygdalina terjadi karena adanya kandungan bioaktif seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan terpene.20-22
Beberapa penelitian eksperimental Vernonia amygdalina telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal.20 Hal ini didukung oleh penelitian bahwa ekstrak air batang dan kulit kayu Vernonia amygdalina
menunjukkan aktivitas bakterisida terhadap bakteri anaerob mulut seperti
B. gingivalis, B. asaccharolyticus, B. melaninogenicus, dan B. orali ≤ 10%.20 Ekstrak
air dari akar Vernonia amygdalina juga menunjukkan aktivitas antibakteri pada Steptococcus gordonii, Porphyromonas gingivalis, Porphyromonas nigrescens,
Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum, dan P. aeruginosa dengan kadar
hambat minimum 100 mg/ml.21 Pada penelitian Vika (2014) menunjukkan efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap
Fusobacterium nucleatum dengan nilai konsentrasi bunuh minimum (KBM) sebesar
Berdasarkan penelitian Ibrahim et al. juga menyimpulkan daun Afrika (Vernonia
amygdalina) juga memiliki aktivitas analgesik yang dapat mengatasi sakit gigi,
gingivitis, dan rematik.26
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa daun Afrika (Vernonia amygdalina) dapat dijadikan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar karena memenuhi beberapa syarat bahan medikamen saluran akar yaitu mempunyai aktivitas anktibakteri, bersifat biokompatibel dan mengurangi rasa nyeri. Namun hingga saat ini belum ditemukan penelitian mengenai efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika
(Vernonia amygdalina) terhadap bakteri saluran akar Porphyromonas gingivalis
sebagai salah satu bakteri yang ditemukan pada infeksi endodontik primer. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika
(Vernonia amygdalina) terhadap bakteri saluran akar Porphyromonas gingivalis
sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar. Penelitian ini menggunakan metode dilusi untuk menentukan nilai KHM dan KBM yang mempresentasikan efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap
Porphyromonas gingivalis. Kultur bakteri diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
karena pada suhu dan waktu tersebut Porphyromonas gingivalis dapat tumbuh dengan optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia
amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap bakteri
Porphyromonas gingivalis diukur dari nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia
amygdalina)?
1.3Tujuan Penelitian
hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina).
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pengembangan ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif untuk medikamen saluran akar.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai studi/referensi tambahan tentang bahan medikamen saluran akar dari ekstrak etanol daun Afrika untuk digunakan dalam perawatan saluran akar bagi bidang ilmu kedokteran gigi khususnya konservasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Menambah informasi dalam bidang kedokteran gigi mengenai efek antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina).
2. Meningkatkan pengembangan bahan kedokteran gigi yang berasal dari alam, mempunyai sifat biokompatibel yang tinggi, mudah didapat dan harga yang terjangkau.