• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 33475a154c BAB VIBAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 33475a154c BAB VIBAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KerangkaKelembagaan

(2)

6.1

KERANGKA KELEMBAGAAN

6.1.1

Struktur Organiasasi, Tugas dan Fungsi Masing-masing Unit Terkait

A. Struktur Kelembagaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

ERDASARKAN Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah

sebagai berikut Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan persampahan, pertamanan,

pemakaman dan lampu penerangan jalan. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya

sebagaimana dimaksud pasal 72, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan

persampahan, pertamanan, pemakaman dan lampu penerangan jalan sesuai dengan

rencana stategis yang diterapkan pemerintah daerah;

2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan

umum khususnya urusan persampahan, pertamanan, pemakaman dan lampu

penerangan jalan;

3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis teknik

kebersihan;

4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pertamanan dan lampu penerangan jalan umum;

5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis sarana dan

prasarana;

6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis penyuluhan

dan pengawasan;

7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;

8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang

tugasnya.

Pengelolaan persampahan Kota Samarinda saat ini berada dibawah Kantor Dinas

Kebersihan dan Pertamanan. Penetapan pengelola tersebut berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organiasasi dan

(3)

Tata Kerja Kantor Kebersihan dan Pertamanan.

Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka pelaksana teknis operasional

pengelolaan persampahan Kota Samarinda berada dibawah Seksi Kebersihan. Institusi

lainnya yang ikut serta bertanggung jawab pada pengelolaan persampahan Kelompok

Masyarakat (Pokmas) yang melaksanakan proses pengumpulan sampah pada permukiman

yang belum mendapat pelayanan langsung dari kantor kebersihan dan Pertamanan Kota

Samarinda. Pokmas tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga

dengan menggunakan gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk

pengangkut sampah.

Pembentukan organisasi dan tata kerja organisasi Pengelola Kebersihan Kota Samarinda

diatur pada perda Nomor 11 Tahun 2008. Berdasarkan Perda tersebut, maka institusi

pengelola keberihan Kota Samarinda adalah Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota

Samarinda. Kantor Kerbersihan dan Pertamanan Kota samarinda bertanggung jawab

untuk melaksanakan pengelolaan sampah Kota Samarinda, sekaligus juga melaksanakan

kegiatan pengelolaan pertamanan dan pemakaman.

Susunan organisasi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda terdiri atas :

1. Kepala Dinas;

2. Sekertariat membawahkan :

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan; dan

c. Sub Bagian Perencanaan progam.

3. Bidang Teknik Kebersihan membawakan :

a. Seksi Kebersihan Lingkungan;

b. Seksi Angkutan; dan

c. Seksi Pengelolaan TPA dan Limbah Cair

4. Bidang Pertamanan dan LPJU membawakan :

a. Seksi Pembibitan dan penghijauan Kota;

b. Seksi Lampu Taman dan LPJU; dan

c. Seksi Pertamanan dan Pemakaman.

5. Bidang Sarana dan Prasarana membawakan :

a. Seksi Sarana Prasarana dan Pengelolaan Aset Operasional; dan

b. Seksi perawatan dan Perbengkelan.

(4)

a. Seksi penyuluhan dan Pemberdayan Masyarakat; dan

b. Seksi Pengawasan dan Penegakan Hukum.

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).

9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Kebersihan dan Pertamanan

sebagaimana tersebut dalam lampiran XVIII Peraturan Daerah ini dan merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Gambar 6.1Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamana Kota Samarinda

Tata kerja pelaksanaan tugas Kantor Kebersihandan Pertamanan Kota Samarinda

dilaksanakan berdasarkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, baik dalam

lingkungan internal maupun dengan satuan organisasi lain sesuai dengan tugas

masing-masing.

B. Struktur Kelembagan Cipta Karya dan Tata Kota

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas

Pokok Dan Fungsi Dinas Cipta Karya dan Tata Kota yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

(5)

pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan cipta karya, jasa

kontruksi bangunan gedung, bidang penataan ruang dan bidang perumahan. Dalam

menyelenggarakan tugas pokoknya sebagaimana dimaksud pasal 41, Dinas Cipta Karya

dan Tata Kota mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan cipta karya,

jasa kontruksi bangunan gedung, bidang penataan ruang dan bidang perumahan

sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan pemerintah daerah;

2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan

umum khususnya urusan cipta karya, jasa kontruksi bangunan gedung, bidang

penataan ruang dan bidang perumahan;

3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis prasarana

perkotaan;

4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis bangunan

gedung;

5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis perumahan

permukiman;

6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis ijin

penataan kota;

7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;

8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang

tugasnya.

Susunan organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Kota terdiri atas:

1. Kepala Dinas;

2. Sekertariat membawahkan :

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan; dan

c. Sub Bagian Perencanaan progam.

3. Bidang Prasarana Perkotaan membawakan :

a. Seksi Bina teknik Prasarana Perkotaan;

(6)

c. Seksi Fasilitas Utilitas Kota.

4. Bidang Bangunan Gedung membawakan :

a. Seksi Bina Teknik Bangunan Gedung;

b. Seksi Pembangunan Bangunan Gedung; dan

c. Seksi Rehab Pemeliharaan Bangunan Gedung.

5. Bidang Perumahan Permukiman membawakan :

a. Seksi Bina Teknik Perumahan Permukiman;

b. Seksi Prasarana Perumahan Permukiman; dan

c. Seksi Pembangunan Perumahan Permukiman.

6. Bidang Penataan Kota membawakan :

a. Seksi Tata Ruang;

b. Seksi Tata Bangunan; dan

c. Seksi Pengendalian Bangunan.

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas.

8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).

9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

sebagaimana tersebut dalam lampiran X Peraturan Daerah ini dan merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan.

(7)

C. Struktur Kelembagaan Bina Marga dan Pengairan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas

Pokok Dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan

mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga dan

pengairan serta jasa kontruksi jalan dan jembatan. Dalam menyelenggarakan tugas

pokoknya sebagaimana dimaksud pasal 37, Bina Marga dan Pengairan mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga

dan pengairan serta jasa kontruksi jalan dan jembatan sesuai dengan rencana

strategis yang ditetapkan pemerintah daerah;

2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan

umum khususnya urusan bina marga dan pengairan serta jasa kontruksi jalan dan

jembatan;

3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis bina

teknik;

4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

kebinamargaan;

5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pengendalian banjir;

6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pengembangan air;

7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;

8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang

tugasnya.

Susunan organisasi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan terdiri atas:

1. Kepala Dinas;

2. Sekertariat membawahkan :

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan; dan

(8)

3. Bidang Bina Teknik membawakan :

a. Seksi Perencanaan dan Bimbingan Teknik;

b. Seksi Pengujian, Monitoring dan Evaluasi; dan

c. Seksi Pengembangan Teknologi dan Kelayakan.

4. Bidang Bina Marga membawakan :

a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan;

b. Seksi Pembangunan dan Penggantian Jembatan; dan

c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

5. Bidang Pengendalian Banjir membawakan :

a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sistem Drainase;

b. Seksi Pemeliharaan Sistem Drainase; dan

c. Seksi Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.

6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Air membawakan :

a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sistem Irigasi dan Bangunan Air;

b. Seksi Pemeliharaan Sistem Irigasi dan Bangunan Air; dan

c. Seksi Bina Manfaat.

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).

9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan

sebagaimana tersebut dalam lampiran IX Peraturan Daerah ini dan merupakan satu

(9)

Gambar 6.3Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda

6.1.2

Potensi

dan

Persoalan

Terkait

Organisasi

dan

Tata

Laksana

Pembangunan Infrastruktur

A. Persoalan Terkait Organisasi dan Tata laksana Pembangunan Infrastruktur

Pada bidang persampahan, tata kerja pelaksanaan tugas Kantor Kebersihan dan

Pertamanan, Kota Samarinda dilaksanakan berdasarkan prinsip koordinasi, integrasi,

sinkronisasi, baik dalam lingkungan internal maupun dengan satuan organisasi lain

sesuai dengan tugas masing-masing. Pembentukan organisasi dan tata kerja organisasi

Pengelola Kebersihan Kota Samarinda diatur pada perda Nomor 5 Tahun 2003.

Berdasarkan Perda tersebut, maka institusi pengelola keberihan Kota Samarinda adalah

Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda. Kantor Kerbersihan dan

Pertamanan Kota Samarinda bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan

sampah Kota Samarinda,sekaligus juga melaksanakan kegiatan pengelolaan pertamanan

dan pemakaman, dan pengelolaan kegiatan pemadaman kebakaran di Kota Samarinda.

Berdasarkan hal tersebut maka pelaksana teknis operasional pengelolaan persampahan

(10)

bertanggung jawab pada pengelolaan persampahan Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang

melaksanakan proses pengumpulan sampah pada permukiman yang belum mendapat

pelayanan langsung dari kantor kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda Pokmas

tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga dengan menggunakan

gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk pengangkut sampah.

Pada bidang pengembangan perumahan dan permukiman secara umum adalah

kewenangan Dinas PU/ Cipta Karya akan tetapi guna menunjang suksesnya

perkembangan dan pembangunan kota, maka dilakukan sistem kemitraan. Berdasarkan

Peraturan Walikota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi

Dinas Pekerjaan umum adalah sebagai berikut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas

pokok membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang

Pekerjaan Umum. Dalam hal ini adalah:

1. Membantu Walikota sesuai dengan bidang tugasnya;

2. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, membina,

mengendalikan dan mengawasi semua kegiatan Dinas Pekerjaan Umum;

3. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

4. Penyusunan dan penetapan rencana penataan bangunan, pengembangan perumahan

dan permukiman, rencana teknis dan program serta evaluasi di bidang Cipta Karya;

5. Pembinaan, pengaturan teknis dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang Cipta

Karya;

6. Pengawasan dan pengendalian serta memberi pedoman dan petunjuk teknis dalam

rangka pelaksanaan pekerjaan bidang Cipta Karya;

7. Pengelolaan Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara;

8. Pengumpulan data pengelolaan data serta penyajian laporan bidang Cipta Karya;

9. Pelaksanaan penanggulangan akibat bencana alam;

10. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

Pengelolaan perumahan yang dikembangkan swasta (resmi) kerap dilakukan oleh

developer/pengembang kawasan tersebut. Namun demikian, ada beberapa lokasi badan

pengelolanya tidak aktif lagi, terutama setelah rumah-rumah dalam kawasan tersebut

laku terjual (habis) dan aktivitas di lingkungan permukimannya berjalan lancar,

walaupun sesungguhnya developer selalu memiliki tanggung jawab untuk menjalankan

pelayanan pengelolaan perumahan. Akibatnya dibeberapa lokasi perumahan,

(11)

Pada sub bidang penyediaan air bersih dalam pelaksanaannya adalah untuk pelaksanaan

kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Kota, PDAM, maupun masyarakat. Upaya

memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPAM (PDAM dan

Dinas PU) di Kota Samarinda dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia

yang ada melalui pelatihan, peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi

dinas-dinas terkait dan memperkuat PDAM.

Secara teknis kewenangan kelembagaan PDAM adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan program dan rencana teknis bidang Pengairan;

b. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

pembangunan, rehabilitasi, peningkatan, operasi serta pemeliharaan dan bina

manfaat bidang Pengairan;

c. Menyelenggarakan perijinan dan pengawasan pemanfaatan air permukaan dan atau

sumber air serta rekomendasi perijinan penambangan bahan galian golongan C alur

sungai;

d. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian laporan pekerjaan di bidang

Pengairan;

e. Mengkoordinasikan penanggulangan bencana banjir dan bencana alam lainnya serta

usaha-usaha pengedalian erosi saluran;

f. Melakukan tugas kedinasaan lain yang diberikan oleh atasan.

Secara umum Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kota

Samarinda adalah PU Cipta Karya dan Dinas Kebersihan PPMK dengan tugas adalah

melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan

prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air

buangan, kebakaran, kebersihan, pertamanan, dan pemakaman.

Untuk penanganan sanitasi air limbah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya

Kota Samarinda. Kelembagaan SANIMAS berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya bisa

dibagi menjadi 2 yaitu Panitia Pembangunan dan Badan Pengelola. Kelembagaan

SANIMAS di masyarakat disebut sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM-SANIMAS.

Saat ini, baik pemerintah kota Samarinda maupun Propinsi Kalimanatn Timur menangani

pengaturan drainase dan pengendalian banjir alasanya adalah bahwa tidak semua

kewenangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengaturan drainase dan penganan

(12)

pemerintah kota untuk masing-masing dinas kota seperti misalnya:

a. Pengoperasian dan pemeliharaan sungai-sungai termasuk sungai-sungai yang

mengalir di dalam dan melalui drainase kota Samarinda masih menjadi

tanggungjawab Dinas Pengairan yakni melalui “Kegiatan Penanggulangan Banjir di

Kota Samarinda, Bontang dan Kota Tarakan”

b. DPU Kota Samarinda hanya menangani pengoperasian drainase dan pemeliharaan

saluran-saluran yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai sungai atau anak sungai.

Contoh tersebut diatas merupakan salah satu kasus yang tetap menunjukan adanya

masalah-masalah struktur kelembagaan bagi sistem operasional dan pemeliharaan

drainase, juga sistem pengelolaan pengendalian banjir di daerah ko pada umumnya

dan Kota Samarinda pada khususnya.

Beberapa landasan hukum dalam pengelolaan wilayah sungai yang didalamnya akan

secara langsung mempengaruhi dari suatu sistem drainase kota antara lain :

a. Undang-Undang No. 11 Th 1974 Tentang Pengembangan Sumber daya Air.

b. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang regulasi air.

c. Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.

d. Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004

Pada sub bidang penataan bangunan dan lingkungan, kewenagan dan pelaksanaan

adalah dibawah sub Dinas Cipta Karya meliputi Seksi Tata Ruang, Seksi Bangunan dan

Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan.

1. Seksi Tata Ruang

Mempunyai Tugas melaksanakan penyusunan penataan ruang kabupaten daerah,

program pembangunan bidang Cipta Karya, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan

perijinan serta pengendalian manfaat ruang.

2. Seksi Bangunan

Mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, bantuan teknik, pengawasan

pembangunan gedung negara dan bangunan umum serta pengaturan dan

pengendalian perijinan bangunan.

3. Seksi Perumahan dan penyehatan Lingkungan

Menpunyai tugas melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengawasan,

pengendalian, penyuluhan dan pembangunan perumahan, penyehatan lingkungan,

(13)

Analisis Permasalahan

Sebagai salah satu kota industri, Kota Samarinda memiliki posisi strategis sebagai pusat

administrasi maupun pusat perkembangan ekonomi dan perdagangan. Fungsi-fungsi ini

dan fungsi-fungsi laingnya secara serius terhambat oleh kurangnya drainase dan

pengendalian banjir yang memadai.

Pembahasan tentang kelembagaan ini membuat persyaratan-persyaratan dan

kemungkinan-kemungkinan kelembagaan bagi implementasi suksesnya koordinasi

pelaksanaan program- program pembangunan di Kota Samarinda. Perhatian khusus perlu

ditujukan pada dimasukkannya inputan ini ke dalam rencana program investasi selama

lima tahun mendatang yakni tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yang menjadi dasar

dalam pengembangan pembangunan Kota Samarinda.

Terkait dengan 6 sub bidang ke Cipta Karyaan yakni persampahan, air limbah, drainase,

penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan permukiman, dan penyediaan air

bersih, dalam hal ini tidak sepenuhnya terkonsentrasi pada kelembagaan ke Cipta

Karyaan. Hal ini sejalan adanya sistem koordinasi pembangunan antar kawasan yang

melibatkan berbagai kelembagaan yang terkait dengan prorgram-program

pengembangan Kota Samarinda. Untuk lebih membuka investasi dalam bidang

pengembangan dan pembangunan di Kota Samarinda secara umum Pemerintah Kota

Samarinda menjalin kerjasama dengan berbagai aspek, baik itu dari aspek

pemerintahan sendiri, swasta, organisasi dan kemasyarakatan.

Secara riil, peran swasta dalam hal ikut memajukan perkembangan dan pembangunan

mempunyai andil yang cukup besar terutama dalam bidang investasi pembangunan

infrastruktur di Kota Samarinda. Kondisi ini tetap akan berjalan mengingat Kota

Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang sifatnya masih banyak

memerlukan pengembangan, baik itu dalam bidang infrastruktur dan sosial ekonomi

pembangunan kota. Langkah kongkrit yang diambil dalam menyikapi perkembangan dan

harapan pembangunan Kota Samarinda ke depan adalah dengan tetap menjalin

“kemitraan” dari berbagai Instasi Kelembagaan di Kota Samarinda, masyarakat dan

swasta yang juga selama ini ikut andil besar dalam memajukan perkembangan dan

pemabangunan di Kota Samarinda.

Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat

dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang bertumpu

(14)

menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha

memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran,

jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan

kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul kebutuhan kerjasama dan

kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan dengan

memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan

dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan

kerjasama yang saling menutupinya.

Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam

perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang

timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan

adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan

kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap

hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku.

Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang

mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan

menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak.

Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena

kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung

jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan

iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan :

1. Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang

tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan

(policy indicators).

2. Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak,

baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu

kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada

dialog-dialog.

3. Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi

erat kaitannya dengan tingkat partisipasi. Oleh karena itu, pada tahap awal

mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan.

4. Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup

(15)

sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan

pembangunan.

5. Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi

pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

6. Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi

acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu

pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang

sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang

semula merupakan tugas pemerintah. Atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin

pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk

digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum.

Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui

pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab

masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola -pola kerjasama kemitraan yang

mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya.

Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam

persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya

mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang

bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan,

atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka

panjang.

Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan

kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam

pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh

makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh

pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik.

Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar

pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi

pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang

tersedia.

Di Kota Samarinda, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai

(16)

dalam berbagai sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun

bermitra dengan pemerintah. Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus

meningkat. Selama ini kemitraan telah berkembang dalam prasarana ekonomi yang

kelayakannya tinggi, seperti jalan, listrik, telepon dan pengembangan perumahan kota.

Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan,

maka hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri secara

individual, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan

dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar

seperti pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain -lain, maka

kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas,

di samping pembangunan sistem internal kotanya sendiri. Dengan demikian, dapat

terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan antara kota yang

berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun

oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya

dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus

diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak

swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro,

tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti

pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem

telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan

sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam

pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi

pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai

pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Di

sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan

pembangunan.

Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang

seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan.

Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan

kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada

kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam

(17)

bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara

peme rintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta

antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah

usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar,

dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi.

Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi

keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya :

1. Dalam pelaksanaan program-program pengembangan dan pembangunan kota,

Pemerintah Kota Samarinda melakukan pembinaan jalinan kemitraan baik itu

Instasi Pemerintahan Kota Samarinda sendiri, masyarakat, dan swasta. Hal ini

dilakukan agar pelaksanaan pengembangan dan pembangunan kota benar-benar

dapat terarah dan terlaksana dengan dukungan sumber dana yang cukup serta

sesuai dengan kebutuhan pembangunan di Kota Samarinda.

2. Peran swasta dalam pengembangan infrastuktur di Kota Samarinda juga cukup

besar terutama dalam pengembangan penyediaan jaringan air bersih dan

pengembangan PSD permukiman. Dalam hal ini terlihat bahwa kunci kelembagaan

dalam menjalin kemitraan sangatlah dibutuhkan guna menselaraskan

pembangunan dan mendorong tercapinya keberhasilan pembangunan baik dalam

bidang pendanaan maupun dalam hal lainnya yang terkait dengan program –

prorgram pengembangan dan pembangunan kota.

3. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada tahun 2008

berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan

sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya

pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas

sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai

salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah

meningkatnya partisipasi swasta, antara lain dalam bentuk investasi dalam

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di Kota Samarinda.

6.1.3

Analisis Kebutuhan SDM

Berdasarkan uraian di atas SDM yang dibutuhkan dalam program peningkatan

kelembagaan antara lain, SDM yang ahli dalam:

(18)

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

3. Peningkatan Disiplin Aparatur

4. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

5. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

6. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Tata Laksana Pelayanan Persampahan dan

Pertamanan

7. Peningkatan Mutu Layanan Persampahan

8. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

9. SDM yang ahli dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik

6.2

KERANGKA REGULASI KOTA SAMARINDA

Bagian ini berisikan gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan regulasi

yang diperlukan Daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangannya pada

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Samarinda.

Tabel 6.1

Matriks Kebutuhan Regulasi Kota Samarinda

NO

(2) Nama Perda/Perbub/Perwali yang sudah ada atau yang dibutuhkan oleh Kabupaten/Kota (3) Alasan pembentukan regulasi

(4) Isi dan arahan regulasi eksisting atau yang dibutuhkan (5) SKPD yang bertanggung jawab

Gambar

Gambar 6.1 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamana Kota Samarinda
Gambar 6.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Kota, Kota samarinda
Gambar 6.3 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda
Tabel 6.1Matriks Kebutuhan Regulasi Kota Samarinda

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks untuk mendorong lahirnya hakim-hakim sesuai tuntutan KEPPH (Kode Etik dan Pedoman Prilaku Hakim) ,maka kehadiran undang-undang nomor 18 Tahun 2011

Lantai beton diatas 15 o C 40 o C.. gelagar atau boks beton. Besarnya harga koefisien perpanjangan dan modulus elastisitas yang digunakan untuk menghitung besarnya pergerakan dan

permasalahan ini dalam skripsi dengan judul : Sanksi Kebiri bagi Pelaku Tindak Pidana Pedofilia dalam Perspektif Hukum Islam..

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran SKI di MA Walisongo Kayen adalah dengan menerapkan metode investigasi kelompok membuat diskusi kelompok sesuai dengan

Persepsi etis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sikap atau pandangan yang diberikan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam merespon maupun

“ BagaimanaTingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melalui Iklan Layanan Masyarakat

Data kualitatif berupa lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ,

Yang dimaksud dengan asas adalah “transparansi” adalah bahwa penyelenggaraan Pelayanan kesehatan dilakukan secara terbuka, baik berkaitan dengan lingkup Pelayanan,