KerangkaKelembagaan
6.1
KERANGKA KELEMBAGAAN
6.1.1
Struktur Organiasasi, Tugas dan Fungsi Masing-masing Unit Terkait
A. Struktur Kelembagaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
ERDASARKAN Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah
sebagai berikut Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan persampahan, pertamanan,
pemakaman dan lampu penerangan jalan. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya
sebagaimana dimaksud pasal 72, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan
persampahan, pertamanan, pemakaman dan lampu penerangan jalan sesuai dengan
rencana stategis yang diterapkan pemerintah daerah;
2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan
umum khususnya urusan persampahan, pertamanan, pemakaman dan lampu
penerangan jalan;
3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis teknik
kebersihan;
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis
pertamanan dan lampu penerangan jalan umum;
5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis sarana dan
prasarana;
6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis penyuluhan
dan pengawasan;
7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;
8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang
tugasnya.
Pengelolaan persampahan Kota Samarinda saat ini berada dibawah Kantor Dinas
Kebersihan dan Pertamanan. Penetapan pengelola tersebut berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organiasasi dan
Tata Kerja Kantor Kebersihan dan Pertamanan.
Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka pelaksana teknis operasional
pengelolaan persampahan Kota Samarinda berada dibawah Seksi Kebersihan. Institusi
lainnya yang ikut serta bertanggung jawab pada pengelolaan persampahan Kelompok
Masyarakat (Pokmas) yang melaksanakan proses pengumpulan sampah pada permukiman
yang belum mendapat pelayanan langsung dari kantor kebersihan dan Pertamanan Kota
Samarinda. Pokmas tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga
dengan menggunakan gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk
pengangkut sampah.
Pembentukan organisasi dan tata kerja organisasi Pengelola Kebersihan Kota Samarinda
diatur pada perda Nomor 11 Tahun 2008. Berdasarkan Perda tersebut, maka institusi
pengelola keberihan Kota Samarinda adalah Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota
Samarinda. Kantor Kerbersihan dan Pertamanan Kota samarinda bertanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan sampah Kota Samarinda, sekaligus juga melaksanakan
kegiatan pengelolaan pertamanan dan pemakaman.
Susunan organisasi Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda terdiri atas :
1. Kepala Dinas;
2. Sekertariat membawahkan :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
c. Sub Bagian Perencanaan progam.
3. Bidang Teknik Kebersihan membawakan :
a. Seksi Kebersihan Lingkungan;
b. Seksi Angkutan; dan
c. Seksi Pengelolaan TPA dan Limbah Cair
4. Bidang Pertamanan dan LPJU membawakan :
a. Seksi Pembibitan dan penghijauan Kota;
b. Seksi Lampu Taman dan LPJU; dan
c. Seksi Pertamanan dan Pemakaman.
5. Bidang Sarana dan Prasarana membawakan :
a. Seksi Sarana Prasarana dan Pengelolaan Aset Operasional; dan
b. Seksi perawatan dan Perbengkelan.
a. Seksi penyuluhan dan Pemberdayan Masyarakat; dan
b. Seksi Pengawasan dan Penegakan Hukum.
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).
9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Kebersihan dan Pertamanan
sebagaimana tersebut dalam lampiran XVIII Peraturan Daerah ini dan merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Gambar 6.1Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamana Kota Samarinda
Tata kerja pelaksanaan tugas Kantor Kebersihandan Pertamanan Kota Samarinda
dilaksanakan berdasarkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, baik dalam
lingkungan internal maupun dengan satuan organisasi lain sesuai dengan tugas
masing-masing.
B. Struktur Kelembagan Cipta Karya dan Tata Kota
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok Dan Fungsi Dinas Cipta Karya dan Tata Kota yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Kota
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan cipta karya, jasa
kontruksi bangunan gedung, bidang penataan ruang dan bidang perumahan. Dalam
menyelenggarakan tugas pokoknya sebagaimana dimaksud pasal 41, Dinas Cipta Karya
dan Tata Kota mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan cipta karya,
jasa kontruksi bangunan gedung, bidang penataan ruang dan bidang perumahan
sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan pemerintah daerah;
2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan
umum khususnya urusan cipta karya, jasa kontruksi bangunan gedung, bidang
penataan ruang dan bidang perumahan;
3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis prasarana
perkotaan;
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis bangunan
gedung;
5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis perumahan
permukiman;
6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis ijin
penataan kota;
7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;
8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang
tugasnya.
Susunan organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Kota terdiri atas:
1. Kepala Dinas;
2. Sekertariat membawahkan :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
c. Sub Bagian Perencanaan progam.
3. Bidang Prasarana Perkotaan membawakan :
a. Seksi Bina teknik Prasarana Perkotaan;
c. Seksi Fasilitas Utilitas Kota.
4. Bidang Bangunan Gedung membawakan :
a. Seksi Bina Teknik Bangunan Gedung;
b. Seksi Pembangunan Bangunan Gedung; dan
c. Seksi Rehab Pemeliharaan Bangunan Gedung.
5. Bidang Perumahan Permukiman membawakan :
a. Seksi Bina Teknik Perumahan Permukiman;
b. Seksi Prasarana Perumahan Permukiman; dan
c. Seksi Pembangunan Perumahan Permukiman.
6. Bidang Penataan Kota membawakan :
a. Seksi Tata Ruang;
b. Seksi Tata Bangunan; dan
c. Seksi Pengendalian Bangunan.
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).
9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Cipta Karya dan Tata Kota
sebagaimana tersebut dalam lampiran X Peraturan Daerah ini dan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
C. Struktur Kelembagaan Bina Marga dan Pengairan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok Dan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan
mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga dan
pengairan serta jasa kontruksi jalan dan jembatan. Dalam menyelenggarakan tugas
pokoknya sebagaimana dimaksud pasal 37, Bina Marga dan Pengairan mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga
dan pengairan serta jasa kontruksi jalan dan jembatan sesuai dengan rencana
strategis yang ditetapkan pemerintah daerah;
2. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang pekerjaan
umum khususnya urusan bina marga dan pengairan serta jasa kontruksi jalan dan
jembatan;
3. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis bina
teknik;
4. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis
kebinamargaan;
5. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis
pengendalian banjir;
6. Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis
pengembangan air;
7. Penyelenggaraan urusan kesekertariatan;
8. Pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
9. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang
tugasnya.
Susunan organisasi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan terdiri atas:
1. Kepala Dinas;
2. Sekertariat membawahkan :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
3. Bidang Bina Teknik membawakan :
a. Seksi Perencanaan dan Bimbingan Teknik;
b. Seksi Pengujian, Monitoring dan Evaluasi; dan
c. Seksi Pengembangan Teknologi dan Kelayakan.
4. Bidang Bina Marga membawakan :
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan;
b. Seksi Pembangunan dan Penggantian Jembatan; dan
c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
5. Bidang Pengendalian Banjir membawakan :
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sistem Drainase;
b. Seksi Pemeliharaan Sistem Drainase; dan
c. Seksi Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.
6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Air membawakan :
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sistem Irigasi dan Bangunan Air;
b. Seksi Pemeliharaan Sistem Irigasi dan Bangunan Air; dan
c. Seksi Bina Manfaat.
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
8. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).
9. Bagan struktur jabatan Organisasi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan
sebagaimana tersebut dalam lampiran IX Peraturan Daerah ini dan merupakan satu
Gambar 6.3Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda
6.1.2
Potensi
dan
Persoalan
Terkait
Organisasi
dan
Tata
Laksana
Pembangunan Infrastruktur
A. Persoalan Terkait Organisasi dan Tata laksana Pembangunan Infrastruktur
Pada bidang persampahan, tata kerja pelaksanaan tugas Kantor Kebersihan dan
Pertamanan, Kota Samarinda dilaksanakan berdasarkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, baik dalam lingkungan internal maupun dengan satuan organisasi lain
sesuai dengan tugas masing-masing. Pembentukan organisasi dan tata kerja organisasi
Pengelola Kebersihan Kota Samarinda diatur pada perda Nomor 5 Tahun 2003.
Berdasarkan Perda tersebut, maka institusi pengelola keberihan Kota Samarinda adalah
Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda. Kantor Kerbersihan dan
Pertamanan Kota Samarinda bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan
sampah Kota Samarinda,sekaligus juga melaksanakan kegiatan pengelolaan pertamanan
dan pemakaman, dan pengelolaan kegiatan pemadaman kebakaran di Kota Samarinda.
Berdasarkan hal tersebut maka pelaksana teknis operasional pengelolaan persampahan
bertanggung jawab pada pengelolaan persampahan Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang
melaksanakan proses pengumpulan sampah pada permukiman yang belum mendapat
pelayanan langsung dari kantor kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda Pokmas
tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga dengan menggunakan
gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk pengangkut sampah.
Pada bidang pengembangan perumahan dan permukiman secara umum adalah
kewenangan Dinas PU/ Cipta Karya akan tetapi guna menunjang suksesnya
perkembangan dan pembangunan kota, maka dilakukan sistem kemitraan. Berdasarkan
Peraturan Walikota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi
Dinas Pekerjaan umum adalah sebagai berikut Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas
pokok membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang
Pekerjaan Umum. Dalam hal ini adalah:
1. Membantu Walikota sesuai dengan bidang tugasnya;
2. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, membina,
mengendalikan dan mengawasi semua kegiatan Dinas Pekerjaan Umum;
3. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
4. Penyusunan dan penetapan rencana penataan bangunan, pengembangan perumahan
dan permukiman, rencana teknis dan program serta evaluasi di bidang Cipta Karya;
5. Pembinaan, pengaturan teknis dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang Cipta
Karya;
6. Pengawasan dan pengendalian serta memberi pedoman dan petunjuk teknis dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan bidang Cipta Karya;
7. Pengelolaan Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara;
8. Pengumpulan data pengelolaan data serta penyajian laporan bidang Cipta Karya;
9. Pelaksanaan penanggulangan akibat bencana alam;
10. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Pengelolaan perumahan yang dikembangkan swasta (resmi) kerap dilakukan oleh
developer/pengembang kawasan tersebut. Namun demikian, ada beberapa lokasi badan
pengelolanya tidak aktif lagi, terutama setelah rumah-rumah dalam kawasan tersebut
laku terjual (habis) dan aktivitas di lingkungan permukimannya berjalan lancar,
walaupun sesungguhnya developer selalu memiliki tanggung jawab untuk menjalankan
pelayanan pengelolaan perumahan. Akibatnya dibeberapa lokasi perumahan,
Pada sub bidang penyediaan air bersih dalam pelaksanaannya adalah untuk pelaksanaan
kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Kota, PDAM, maupun masyarakat. Upaya
memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPAM (PDAM dan
Dinas PU) di Kota Samarinda dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia
yang ada melalui pelatihan, peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi
dinas-dinas terkait dan memperkuat PDAM.
Secara teknis kewenangan kelembagaan PDAM adalah sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan program dan rencana teknis bidang Pengairan;
b. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
pembangunan, rehabilitasi, peningkatan, operasi serta pemeliharaan dan bina
manfaat bidang Pengairan;
c. Menyelenggarakan perijinan dan pengawasan pemanfaatan air permukaan dan atau
sumber air serta rekomendasi perijinan penambangan bahan galian golongan C alur
sungai;
d. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian laporan pekerjaan di bidang
Pengairan;
e. Mengkoordinasikan penanggulangan bencana banjir dan bencana alam lainnya serta
usaha-usaha pengedalian erosi saluran;
f. Melakukan tugas kedinasaan lain yang diberikan oleh atasan.
Secara umum Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kota
Samarinda adalah PU Cipta Karya dan Dinas Kebersihan PPMK dengan tugas adalah
melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan
prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air
buangan, kebakaran, kebersihan, pertamanan, dan pemakaman.
Untuk penanganan sanitasi air limbah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya
Kota Samarinda. Kelembagaan SANIMAS berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya bisa
dibagi menjadi 2 yaitu Panitia Pembangunan dan Badan Pengelola. Kelembagaan
SANIMAS di masyarakat disebut sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM-SANIMAS.
Saat ini, baik pemerintah kota Samarinda maupun Propinsi Kalimanatn Timur menangani
pengaturan drainase dan pengendalian banjir alasanya adalah bahwa tidak semua
kewenangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengaturan drainase dan penganan
pemerintah kota untuk masing-masing dinas kota seperti misalnya:
a. Pengoperasian dan pemeliharaan sungai-sungai termasuk sungai-sungai yang
mengalir di dalam dan melalui drainase kota Samarinda masih menjadi
tanggungjawab Dinas Pengairan yakni melalui “Kegiatan Penanggulangan Banjir di
Kota Samarinda, Bontang dan Kota Tarakan”
b. DPU Kota Samarinda hanya menangani pengoperasian drainase dan pemeliharaan
saluran-saluran yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai sungai atau anak sungai.
Contoh tersebut diatas merupakan salah satu kasus yang tetap menunjukan adanya
masalah-masalah struktur kelembagaan bagi sistem operasional dan pemeliharaan
drainase, juga sistem pengelolaan pengendalian banjir di daerah ko pada umumnya
dan Kota Samarinda pada khususnya.
Beberapa landasan hukum dalam pengelolaan wilayah sungai yang didalamnya akan
secara langsung mempengaruhi dari suatu sistem drainase kota antara lain :
a. Undang-Undang No. 11 Th 1974 Tentang Pengembangan Sumber daya Air.
b. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang regulasi air.
c. Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.
d. Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004
Pada sub bidang penataan bangunan dan lingkungan, kewenagan dan pelaksanaan
adalah dibawah sub Dinas Cipta Karya meliputi Seksi Tata Ruang, Seksi Bangunan dan
Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan.
1. Seksi Tata Ruang
Mempunyai Tugas melaksanakan penyusunan penataan ruang kabupaten daerah,
program pembangunan bidang Cipta Karya, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan
perijinan serta pengendalian manfaat ruang.
2. Seksi Bangunan
Mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, bantuan teknik, pengawasan
pembangunan gedung negara dan bangunan umum serta pengaturan dan
pengendalian perijinan bangunan.
3. Seksi Perumahan dan penyehatan Lingkungan
Menpunyai tugas melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengawasan,
pengendalian, penyuluhan dan pembangunan perumahan, penyehatan lingkungan,
Analisis Permasalahan
Sebagai salah satu kota industri, Kota Samarinda memiliki posisi strategis sebagai pusat
administrasi maupun pusat perkembangan ekonomi dan perdagangan. Fungsi-fungsi ini
dan fungsi-fungsi laingnya secara serius terhambat oleh kurangnya drainase dan
pengendalian banjir yang memadai.
Pembahasan tentang kelembagaan ini membuat persyaratan-persyaratan dan
kemungkinan-kemungkinan kelembagaan bagi implementasi suksesnya koordinasi
pelaksanaan program- program pembangunan di Kota Samarinda. Perhatian khusus perlu
ditujukan pada dimasukkannya inputan ini ke dalam rencana program investasi selama
lima tahun mendatang yakni tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yang menjadi dasar
dalam pengembangan pembangunan Kota Samarinda.
Terkait dengan 6 sub bidang ke Cipta Karyaan yakni persampahan, air limbah, drainase,
penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan permukiman, dan penyediaan air
bersih, dalam hal ini tidak sepenuhnya terkonsentrasi pada kelembagaan ke Cipta
Karyaan. Hal ini sejalan adanya sistem koordinasi pembangunan antar kawasan yang
melibatkan berbagai kelembagaan yang terkait dengan prorgram-program
pengembangan Kota Samarinda. Untuk lebih membuka investasi dalam bidang
pengembangan dan pembangunan di Kota Samarinda secara umum Pemerintah Kota
Samarinda menjalin kerjasama dengan berbagai aspek, baik itu dari aspek
pemerintahan sendiri, swasta, organisasi dan kemasyarakatan.
Secara riil, peran swasta dalam hal ikut memajukan perkembangan dan pembangunan
mempunyai andil yang cukup besar terutama dalam bidang investasi pembangunan
infrastruktur di Kota Samarinda. Kondisi ini tetap akan berjalan mengingat Kota
Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang sifatnya masih banyak
memerlukan pengembangan, baik itu dalam bidang infrastruktur dan sosial ekonomi
pembangunan kota. Langkah kongkrit yang diambil dalam menyikapi perkembangan dan
harapan pembangunan Kota Samarinda ke depan adalah dengan tetap menjalin
“kemitraan” dari berbagai Instasi Kelembagaan di Kota Samarinda, masyarakat dan
swasta yang juga selama ini ikut andil besar dalam memajukan perkembangan dan
pemabangunan di Kota Samarinda.
Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat
dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang bertumpu
menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha
memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran,
jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul kebutuhan kerjasama dan
kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan dengan
memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan
dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan
kerjasama yang saling menutupinya.
Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam
perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang
timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan
adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan
kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap
hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku.
Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang
mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan
menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak.
Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena
kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung
jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan
iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan :
1. Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang
tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan
(policy indicators).
2. Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak,
baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu
kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada
dialog-dialog.
3. Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi
erat kaitannya dengan tingkat partisipasi. Oleh karena itu, pada tahap awal
mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan.
4. Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup
sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan
pembangunan.
5. Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi
pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.
6. Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi
acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.
Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu
pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang
sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang
semula merupakan tugas pemerintah. Atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin
pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk
digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum.
Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui
pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab
masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola -pola kerjasama kemitraan yang
mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya.
Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam
persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya
mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang
bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan,
atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka
panjang.
Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan
kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam
pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh
makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh
pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik.
Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar
pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi
pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang
tersedia.
Di Kota Samarinda, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai
dalam berbagai sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun
bermitra dengan pemerintah. Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus
meningkat. Selama ini kemitraan telah berkembang dalam prasarana ekonomi yang
kelayakannya tinggi, seperti jalan, listrik, telepon dan pengembangan perumahan kota.
Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan,
maka hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri secara
individual, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan
dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar
seperti pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain -lain, maka
kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas,
di samping pembangunan sistem internal kotanya sendiri. Dengan demikian, dapat
terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan antara kota yang
berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun
oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya
dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.
Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus
diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak
swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro,
tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti
pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem
telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan
sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam
pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi
pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai
pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Di
sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan
pembangunan.
Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang
seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan.
Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan
kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada
kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam
bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara
peme rintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta
antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah
usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar,
dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi.
Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi
keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya :
1. Dalam pelaksanaan program-program pengembangan dan pembangunan kota,
Pemerintah Kota Samarinda melakukan pembinaan jalinan kemitraan baik itu
Instasi Pemerintahan Kota Samarinda sendiri, masyarakat, dan swasta. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan pengembangan dan pembangunan kota benar-benar
dapat terarah dan terlaksana dengan dukungan sumber dana yang cukup serta
sesuai dengan kebutuhan pembangunan di Kota Samarinda.
2. Peran swasta dalam pengembangan infrastuktur di Kota Samarinda juga cukup
besar terutama dalam pengembangan penyediaan jaringan air bersih dan
pengembangan PSD permukiman. Dalam hal ini terlihat bahwa kunci kelembagaan
dalam menjalin kemitraan sangatlah dibutuhkan guna menselaraskan
pembangunan dan mendorong tercapinya keberhasilan pembangunan baik dalam
bidang pendanaan maupun dalam hal lainnya yang terkait dengan program –
prorgram pengembangan dan pembangunan kota.
3. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada tahun 2008
berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan
sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya
pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas
sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai
salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah
meningkatnya partisipasi swasta, antara lain dalam bentuk investasi dalam
pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di Kota Samarinda.
6.1.3
Analisis Kebutuhan SDM
Berdasarkan uraian di atas SDM yang dibutuhkan dalam program peningkatan
kelembagaan antara lain, SDM yang ahli dalam:
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3. Peningkatan Disiplin Aparatur
4. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
5. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
6. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Tata Laksana Pelayanan Persampahan dan
Pertamanan
7. Peningkatan Mutu Layanan Persampahan
8. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
9. SDM yang ahli dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
6.2
KERANGKA REGULASI KOTA SAMARINDA
Bagian ini berisikan gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan regulasi
yang diperlukan Daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangannya pada
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Samarinda.
Tabel 6.1
Matriks Kebutuhan Regulasi Kota Samarinda
NO
(2) Nama Perda/Perbub/Perwali yang sudah ada atau yang dibutuhkan oleh Kabupaten/Kota (3) Alasan pembentukan regulasi
(4) Isi dan arahan regulasi eksisting atau yang dibutuhkan (5) SKPD yang bertanggung jawab