• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dinamika Dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: A.N. Afandi, ST, MT, METF

TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(2)

Digunakan untuk:

UNIVERSITAS, POLITEKNIK, SMK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayahnya, penyusunan buku ini dapat selesai. Buku berjudul ”Sistem Tenaga Listrik – Operasi Sistem & Pengendalian” ini diharapkan dapat mendukung kegiatan proses perkuliahan matakuliah-matakuliah yang terkait dengan operasi sistem tenaga listrik dan pengendalian.

Buku ini disusun dengan struktur urutan dan bahasa yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti. Serta dirujuk pada kondisi riil atau existing yang ada dilapangan, sehingga pengetahuan yang terkandung didalamnya lebih komprehensip dan lebih sesuai dengan kondisi riil. Selain itu, buku ini juga didasarkan pada bahan ajar yang digunakan Penulis untuk perkuliahan di UM, POLINEMA, UGM, PTS atau pelatihan industri, sehingga buku ini sesuai untuk Praktisi, Universitas, Politeknik atau pendidikan yang sedrajat.

Selanjutnya buku ini memuat tentang operasi sistem & pengendalian, yang tertuang dalam delapan bab, yaitu dengan masing-masing bab memiliki orientasi kedalaman kajian yang berbeda. Sehingga dalam memahami sesuai dengan urutan penyajian dan kondisi lapangan. Secara garis besar dalam buku ini memuat pembangkit tenaga listrik, gardu induk, sistem transmisi, jaringan listrik nasional, potensi energi primer, sistem informasi SCADA, stabilitas dan kontingensi.

Akhirnya semoga buku ini mampu mempermudah dalam penyampaian informasi sistem tenaga listrik dan mempermudah kegiatan proses pengajaran, serta bermanfaat bagi pembaca lainnya.

(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

1.1. Umum... 1

1.2. Prinsip Kerja Pembangkit Tenaga Listrik... 1

1.3.Pembangkit Listrik Termis... 3

1.3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) ... 3

1.3.2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)... 3

1.3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ... 6

1.3.4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPb) ... 7

1.3.5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ... 10

1.4.Pembangkit Listrik Non Termis ... 11

1.4.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ... 11

1.4.2. Macam – macam Turbin pada PLTA... 12

1.5. Pertimbangan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik ... 13

2.1. Umum ... 16

2.2. Persyaratan Pembangunan Gardu Induk ... 16

2.3. Penentuan Lokasi Gardu Induk... 17

2.4. Klasifikasi Gardu Induk ... 18

2.5. Pemilihan Gardu Induk ... 21

(5)

3.1 Umum... 39

3.2 Konfigurasi Jaringan ... 40

3.3 Sistem Tegangan ... 42

3.4 Komponen dan Peralatan Pengaman Sistem Transmisi... 43

3.1. Umum... 51

3.2. Kebutuhan Energi ... 51

3.3. Demand Side Management (DSM) ... 52

3.4. Management Commitment ... 54

3.5. Status Peralatan Pada Demand Side... 55

3.6. Perkiraan Demand Side ... 56

3.7. Strategi dan Program DSM ... 58

5.1. Umum... 61

5.2. Jangkauan Jaringan Listrik Nasional ... 61

5.3. Pertumbuhan Beban ... 62

5.3. Kondisi Pembangkit ... 63

5.4. Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik ... 64

5.5. Pengembangan Pembangkit Sistem Jawa Bali... 65

5.6. Pengembangan Pembangkit di Luar Sistem Jawa Bali ... 66

(6)

6.1. Umum... 90

6.2. Potensi Energi ... 91

6.2.1 Batubara ... 91

6.2.2 Gas Alam... 92

6.2.3 Energi Terbarukan... 93

6.2.4 Nuklir ... 94

7.1. Umum... 95

7.2. Lalu-lintas Data dan Informasi... 96

7.3. Sarana Operasi Sistem Tenaga Listrik ... 98

7.4. Program-Program Offline... 99

7.5 Pengembangan Fasilitas Operasi... 100

7.6. Sistem SCADA ... 100

7.6.1. Telesignalling (TS) ... 103

7.6.2. Telemetering ... 103

7.7. Invalidity dan Bad-measurement ... 103

7.7.1. Invalidity ... 104

7.7.2. Bad Measurement ... 104

7.8. Optimalisasi Sistem SCADA ... 105

7.9.Peralatan yang diperlukan ... 105

7.10.Sekuriti SCADA ... 106

8.1. Umum... 107

(7)

8.2.1. Tinjauan Dari Sisi Beban ... 108

8.2.2. Tinjauan dari sisi penyaluran ... 110

8.2.3. Tinjauan dari sisi pembangkit ... 111

8.2.4. Peninjauan berdasarkan jenis gangguan... 112

8.2.5. Peninjauan berdasarkan perangkat kontrol ... 113

8.3. Jenis Stabilitas... 115

8.4. Komponen Dasar Sistem Tenaga Listrik ... 116

8.5 Ayunan Sistem ... 117

8.6. Model Generator ... 119

8.7. Model Sstem Eksitasi... 120

8.8. Model Sistem Pembangkit ... 120

8.9. Stabilizer ... 121

8.9.1. Pole Assignment ... 123

8.9.2. Pole Shifting – PSS... 123

8.9.3. Optimal – PSS ... 124

8.9.4. Neural ... 125

8.9.5. Fuzzy ... 125

8.9. Kontingensi ... 126

8.10. Kondisi Operasi Sistem... 127

(8)

1.1. Umum

Sistem tenaga listrik dewasa ini merupakan kebutuhan tenaga listrik yang

bukan saja monopoli daerah perkotaan, tetapi sudah merambah ke desa-desa

terpencil. Untuk melayani daerah perkotaan dan pedesaan perlu di tingkatkan pula

pembangunan jaringan distribusi sehingga terjadi pemerataan pemakaian energi

listrik. Mengingat pentingnya energi listrik bagi kehidupan masyarakat dan bagi

pembangunan nasional, maka suatu sistem tenaga listrik harus bisa melayani

pelanggan secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik tersebut aman dan andal.

Aman berarti bahwa sistem tenaga listrik tidak membahayakan manusia dan

lingkungannya. Handal berarti sistem tenaga listrik dapat melayani pelanggan

secara memuaskan misalnya dalam segi kontinuitas dan kualitas. Hal ini akan

terwujud apabila proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengoperasian

dan pemeliharaan suatu sistem tenaga listrik senantiasa mengikuti ketentuan

standar teknik yang berlaku.

Prinsip kerja dari sistem tenaga listrik di mulai dari bagian pembangkitan

kemudian disalurkan melalui sistem jaringan transmisi pada gardu induk dan dari

gardu induk disalurkan serta dibagi-bagi kepada pelanggan melalui saluran

distribusi.

1.2. Prinsip Kerja Pembangkit Tenaga Listrik

Pada pembangkitan tenaga listrik terdapat proses pengubahan sumber energi

primer menjadi energi listrik. Proses pengubahan sumber energi baik

konvensional maupun non konvensional dapat dilihat pada gambar 1.1.

Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kertja yang berbeda,

sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama pada

pembangkit tenaga listrik adalah semuanya berfungsi untuk mengubah energi

mekanik menjadi energi listrik dengan cara mengubah potensi energi mekanik

(9)

berupa, uap, gas atau air digunakan untuk menggerakan atau memutar turbin yang

porosnya dikopel dengan generator, sehingga sistem ini menghasilkan energi

listrik. Khusus pada pembangkit listrik tenaga diesel, prinsip kerjanya sedikit

berbeda dengan jenis pembangkit lainnya, yaitu jika pengubahan potensi energi

mekanik dari dari sumber energi primer tetapi pada PLTD menggunakan diesel

atau motor bakar solar.

Gambar 1.1. Proses konversi energi listrik

Secara umum pembangkit tenaga listrik dikelompokan menjadi dua bagian

besar, yaitu pembangkit listrik termis dan pembangkit listrik non termis.

Pembangkit termis mengubah energi panas menjadi energi listrik. Panas dapat

dihasilkan oleh panas bumi, minyak, uap, gas dan lainnya. Hal ini dapat dikatakan

bahwa pembangkit termis yang dihasilkan oleh panas bumi disebut sebagai

pembangkit listrik panas bumi, sedangkan pembangkit termis yang dihasilkan

oleh uap disebut sebagai pembangkit tenaga uap. Sedangkan pada pembangkit

non termis sumber energi penggerak mulanya bukan berupa panas, seperti pada

(10)

menentukan nama suatu pembangkit tergantung apa atau oleh apa penggerak mula

pembagkit tersebut.

1.3. Pembangkit Listrik Termis :

Pada kelompok pembangkit termis ini merupakan jenis pembangkit yang

menggunakan panas sebagai konversi dasar utamanya, yaitu sebagai proses

konversi energi listrik.

1.3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Pusat listrik tenaga gas terdiri atas sebuah kompresor, ruang pembakaran, dan

turbin gas dengan generator listrik, dimana udara dikopresikan dalam kompresor

kemudian dialirkan keruang pembakaran bersamaan dengan bahan bakar yang

disulut. Gas yang diekpansikan memiliki suhu dan tekanan tinggi, kemudian

dimasukkan dalam turbin gas. Turbin yang dikopel pada sudu generator akan

berputar poros generator dan menghasilkan listrik.

Gambar 1.2. Siklus turbin gas sederhana

Sebuah turbin gas pada umumnya memiliki tingkat efisiensi yang rendah,

pemakaian bahan bakarnya tinggi dan gas buangnya masih memiliki suhu yang

tinggi pula. Oleh karena itu PLTG ini sering dipakai khusus sebagai pusat tenaga

listrik beban puncak.

1.3.2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Siklus Rankine atau siklus tenaga uap merupakan siklus teoritis paling

sederhana yang menggunakan uap sebagai medium kerja sebagaimana yang

(11)

komponen tama sebuah pusat listrik tenaga uap terlihat pada gambar 1.3. Sebuah

boiler bekerja sebagai tungku, yang memindahkan panas yang berasal dari bahan

bakar yang membakar barisan pipa air yang mengelilingi api. Air harus senantiasa

berada dalam keadaan mengalir walaupun dilakukan dengan pompa. Sebuah

tangki berisi air dan uap bertekanan dengan suhu tinggi menghasilkan uap yang

diperlukan turbin. Tangki itu juga menerima air pengisi yang diterima dari

kondensor. Uap mengalir keturbin ketekanan tinggi setelah melewati super hiter

guna meningkatkan suhu sekitar 200o C. Dengan demikian uap juga menjadi

kering dan efisiensi seluruh PLTU meningkat.

Gambar 1.3. Komponen utama PLTU

Turbin tekanan tinggi mengubah energi termal menjadi energi mekanik

dengan mengembangnya uap yang melewati sudu turbin. Degan demikian uap ini

akan menjadi turun tekanan maupun suhunya. Untuk meningkatkan efisiensi

termal dan untuk menghindari terjadinya kondensasi terlalu dini, uap dilewatkan

sebuah pemanas ulang yang juga terdiri dari barisan pipa yang dipanaskan.

Uap yang meninggalkan pemanas ulang dialirkan ke turbin tekanan menengah.

Turbin ini ukurannya lebih besar dari turbin tekanan tinggi karena dengan

menurunnya tekanan uap volume menjadi naik. Uap kemudian dialirkan ke turbin

(12)

Uap terpakai yang memasuki kondensor didinginkan oleh air pendingin

sehingga terjadi kondensasi. Air pendingin biasanya berasal dari laut, sungai atau

danau. Air hangat yang meninggalkan kondensor dipompa kesebuah pemanas

awal sebelum dikembalikan ke tangki boiler. Pemanas awal memperoleh panas

dari uap yang diambil dari turbin tekanan tinggi. Bahan bakar yang dipakai

biasanya terdiri atas batu bara minyak baker atau gas bumi.

Turbin tekanan tinggi mengubah energi termal menjadi energi mekanik

dengan mengembangnya uap yang melewati sudu turbin. Degan demikian uap ini

akan menjadi turun tekanan maupun suhunya. Untuk meningkatkan efisiensi

termal dan untuk menghindari terjadinya kondensasi terlalu dini, uap dilewatkan

sebuah pemanas ulang yang juga terdiri dari barisan pipa yang dipanaskan.

G

Gambar 1.4. Skematik diagram PLTGU

Uap yang meninggalkan pemanas ulang dialirkan ke turbin tekanan menengah.

Turbin ini ukurannya lebih besar dari turbin tekanan tinggi karena dengan

menurunnya tekanan uap volume menjadi naik. Uap kemudian dialirkan ke turbin

tekanan rendah yag memiliki ukuran lebih besar. Uap lalu dialirkan kekondensor.

Uap terpakai yang memasuki kondensor didinginkan oleh air pendingin

sehingga terjadi kondensasi. Air pendingin biasanya berasal dari laut, sungai atau

(13)

awal sebelum dikembalikan ke tangki boiler. Pemanas awal memperoleh panas

dari uap yang diambil dari turbin tekanan tinggi. Bahan bakar yang dipakai

biasanya terdiri atas batu bara minyak bakar atau gas bumi.

1.3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

Sebuah pembangkit tenaga diesel terdiri atas motor bakar sebagai penggerak

mula yang dikopel langsung dengan generator. Bahan bakar yang dipakai pada

umumnya adalah minyak diesel, yang biasanya disebut solar. Sebuah mesin diesel

biasanya terdiri atas beberapa sillinder, yang dapat disusun secara berderet

vertikel, berderet V, berderet horizontal atau bahkan berbentuk bintang.

Gambar 1.5 memperlihatkan secara skemastis komponen utama sebuah PLTD

yang terdiri atas generator, sistem bahan bakar, sistem udara masuk, sistem

pelumasan dan beberapa sistem pendinginan. Dalam sistem udara masuk terdapat

saringan udara untuk mencegah pengotoran ke dalam silinder. Pada sistem

pembuangan gas terdapat peredam untuk mengurangi terjadinya kebisingan.

Sedangkan pada sistem pendinginan menggunakan air sebagai media pendingin

yang didinginkan dengan menggunakan menara pendingin. Untuk sistem

pelumasan terdapat pompa, tangki dan saringan. Untuk proses starting dapat

dilakukan dengan aki atau dengan udara.

(14)

Komponen-komponen tersebut meliputi generator (1), saringan udara (2),

peredam (3), tangki bahan bakar harian (4), tangki bahan bakar (5), pompa bahan

bakar (6), saringan bahan bakar (7), pompa injeksi bahan bakar (8), tangki udara

start (9), kompresor (10), tangki air (11), pompa air (12), menara pendingin (13),

suplesi air (14), pendingin minyak pelumas (15), tangki minyak pelumas (16),

pompa minyak pelumas (17) dan pembersih minyak pelumas (18).

1.3.4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPb)

Pemanfaatan energi panas bumi secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis

yaitu pemanfaatan tidak langsung dan pemanfaatan langsung. Pemanfaatan tidak

langsung yaitu memanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik.

Sedangkan pemanfaatan langsung yaitu memanfaatkan secara langsung panas

yang terkandung pada fluida panas bumi untuk berbagai keperluan.

Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi mengandung

energi panas yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Hal ini

dimungkinkan oleh suatu sistem konversi energi fluida panas bumi (geothermal

power cycle) yang mengubah energi panas dari fluida menjadi energi listrik.

Fluida panas bumi bertemperatur tinggi (>225 oC), panas ini telah lama digunakan

di beberapa negara untuk pembangkit listrik, namun beberapa tahun terakhir ini

perkembangan teknologi telah memungkinkan digunakannya fluida panas bumi

bertemperatur sedang (150-225 oC) untuk pembangkit listrik.

Selain temperatur, faktor-faktor lain yang biasanya dipertimbangkan dalam

memutuskan apakah suatu sumberdaya panas bumi tepat untuk dimanfaatkan

sebagai pembangkit listrik adalah sebagai berikut:

a) Sumberdaya mempunyai kandungan panas atau cadangan yang besar

sehingga mampu memproduksi uap untuk jangka waktu yang cukup lama,

yaitu sekitar 25-30 tahun.

b) Sumberdaya panas bumi menghasilkan fluida yang mempunyai pH hampir

(15)

cepat terkorosi. Selain itu hendaknya kecenderungan fluida membentuk

skala yang relatif rendah.

c) Reservoirnya tidak terlalu dalam, biasanya tidak lebih dari 3 km.

d) Sumberdaya panas bumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai.

e) Sumberdaya panas bumi terletak di daerah dengan kemungkinan

terjadinya erupsi hidrotermal yang relatif rendah. Proses produksi fluida

panas bumi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya erupsi

hidrotermal.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTPb) pada prinsipnya sama seperti

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di

permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTPb uap berasal dari

reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap

tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah

energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga

dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur

sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair), maka terlebih dahulu

dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan

melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari

fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian

dialirkan ke turbin.

Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang

keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung

untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini

jarang ditemukan dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang

mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan

untuk menggerakkan turbin.

Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas

bertekanan tinggi yang pada saat muncul ke permukaan bumi terpisah menjadi

kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan

jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air.

Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan

(16)

menjaga keseimbangan air dalam tanah. Skema pembangkitan tenaga listrik atas

dasar pemanfaatan energi panas bumi "uap basah" dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6. Pembangkitan tenaga listrik panas bumi "uap basah".

Selain uap panas dari perut bumi juga dapat keluar air panas yang umumnya

berupa air asin panas yang disebut brine dan mengandung banyak mineral. Karena

banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung

sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga

listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem

biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primernya

dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan

menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.

(17)

Selain itu terdapat juga energi panas bumi yang berupa batuan panas yang ada

dalam perut bumi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi

panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam

batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat

diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan

panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk

memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup

tinggi.

1.3.5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Terdapat beberapa jenis pusat listrik tenaga nuklir tergantung dari teknologi

yang digunakan yang umumnya didasarkan pada bahan apa yang dipakai sebagai

moderator. Moderator yang banyak dipakai adalah jenis reaktor biasa (light water

reactors, H2O) yang terdiri atas reaktor air mendidih. Pada PLTN menggunakan

air biasa sebagai moderator. Sebagaimana terlihat pada gambar 1.8, bahan bakar

uranium yang dimasukkan dalam sejumlah tabung panjang terletak dalam sebuah

bejana yang terisi air. Air itu merendam bahan bakar tetapi tidak sepenuhnya

mengisi bejana.

Gambar 1.8. Skema prinsip PLTN air mendidih

Jika terjadi pengembangan panas disebabkan reaksi nuklir dari bahan bakar,

air yang bertindak sebagai moderator juga menjadi panas dan mendidih. Uap yang

(18)

1.4. Pembangkit Listrik Non Termis

Pembangkit jenis ini merupakan jenis pembangkit yang menggunakan air

sebagai konversi dasar utamanya, yaitu sebagai proses konversi energi listrik yang

menggunakan putaran turbin.

1.4.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merubah energi potensial air yang

bergerak melalui pipa menjadi energi listrik dengan mempergunakan sebuah

prime mover berupa turbin air yang terhubung dengan generator listrik.

Gambar 1.9. Pusat listrk tenaga air

Sebuah pusat tenaga listrik yang didasarkan pada PLTA terdiri atas bendungan,

waduk, saluran air serta sentral daya beserta semua perlengkapannya termasuk

turbin dan generator.

Air sungai merupakan salah satu potensi yang cukup besar untuk dapat

membangkitkan tenag listrik. Potensi tenaga air yang terdapat diseluruh Indonesia

diperkirakan dapat memproduksi listrik sebesar 75 GW, namun adanya perbedaan

antara potensi tenaga air dengan kebutuha tenaga listrik menyebabkan

pemanfaatan tenaga air belum optimal. Air sungai dengan jumlah debit air yang

kian besar ditampung dalam waduk yang ditunjang dengan bangunan bendungan.

Air tersebut dialirkan melalui saluran Power Intake, kemudian masuk ke pipa

(19)

mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi kietik) diubah menjadi energi

mekanik dengan dialirkan melalui sudu–sudu pengarah dan mendorong sudu–

sudu jalan/runner yang terpisah pada turbin. Energi putar yang diterima oleh

turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakan generator yang kemudian

menghasilkan energi listrik generator.

Beberapa kelebihan PLTA bila dibandingkan dengan beberapa jenis

pembangkit lain adalah sebagai berikut :

1. Waktu pengoperasian start awal relatif lebih singkat (± 10 menit) serta

mampu block start.

2. Sistem pengoperasiannya mudah mengikuti perubahan beban dan

frekuensi pada sistem penyaluran dengan Setting Speed Drop Free

Gavernor.

3. Biaya operasi relatif lebih murah karena menggunakan air.

4. Merupakan jenis pembangkit yang yang ramah lingkungan tanpa melalui

proses pembakaran sehingga tidak menghasilkan limbah bekas

pembakaran.

5. PLTA yang menggunakan waduk dapat difungsikan multi guna (missal

sebagai tempat wisata, pengairan dan perikanan).

1.4.2. Macam – macam Turbin pada PLTA

Turbin–turbin hidraulik berhubungan erat dengan generator, fungsi utamanya

adalah mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik. Air mengalir

melalui turbin dan memberi tenaga pada penggerak (runner) turbin untuk

membuatnya berputar. Corong dari penggerak berhubungan langsung dengan

generator.

Menurut sejarahnya turbin hidraulik sekarang ini berasal dari kincir–kincir air

pada zaman pertengahan yang dipakai untuk memecah batu bara dan keperluan

pabrik gandum. Salah satu dari kincir air tersebut dapat dilihat dari auragbat

(India) yang telah berumur 400 tahun. Tetapi disamping pemikiran dasar ada

perbedaan kecil antara turbin-turbin saat ini dengan kincir–kincir air pada zaman

(20)

teknologi dari cabang–cabang bidang teknik seperti mekanika zat cair, ilmu logam

dan mekanika teknik.

Fourneyron, Jonval, Girard adalah beberapa jenis turbin pada zaman dahulu.

Jenis – jenis utama turbin yang dipergunakan pada bidang teknik hidrolis pada

saat ini adalah :

1. Turbin Francis 1849

2. Turbin Pelton 1889

3. Turbin Baliung – baling dan Kaplan 1913

4. Turbin Derias 1945

Keempat turbin saling berlainan dalam berbagai hal walaupun pola dasarnya

sama untuk masing–masing. Masing–masing turbin terdiri dari sebuah penggerak

(runner) dengan bilah–bilah lengkung atau baling–baling yang disusun begitu

rupa sehingga air dapat mengalir melalui baling–baling ini. Baling–baling ini

membelokan air menuju keluar dan dengan demikian menimbulkan tenaga putar

bagi seluruh penggerak. Bentuk dan geometri penggerak dan baling–baling

berlainan dari bentuk dan geometri jenis turbin lain. Penggeraknya dilindungi oleh

kerangka yang juga memutar mekanisme pengatur yang mengatur air dari batang

pipa ke penggerak. Mekanisme pengatur juga tergantung pada jenis turbin, kecuali

turbin Pelton pada semua turbin kerangkanya berfungsi hidraulik dan desainnya

sama penting dengan desain penggerak. Dalam usaha untuk membedakan

bermacam–mcam turbin, segi–segi hidraulik seperti tekanan, ketinggian, arah

aliran, jarak, kecepatan dan tenaga yang akan dipergunakan

1.5. Pertimbangan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik

Salah satu bagian terpenting dari sitem tenaga listrik adalah pembangkit

tenaga listrik, sebab energi listrik berasal dari sini. Fasilitas sub sitem tenaga

listrik lainya (penyaluran, distribusi dan instalasi milik pelangggan)

pembangunannya tentu akan mengikuti atau berdasarkan tersediannya energi

listrik di pembangkit. Untuk membangun tenaga listrik banyak hal yang dijadikan

pertimbangan. Sebagai contah, pembangunan PLTA akan mempertimbangkan

(21)

Begitu pula untuk membangun PLTP, pertimbangan paling utama adalah

tersedianya panas bumi. Disamping itu masih banyak hal lain yang dijadikan

pertimbangan sebelum suatu pembangkit tenaga listrik diputuskan untuk dibangun.

Ditinjau dari segi operasional, PLTA dan PLTP lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan jenis pembangkit jenis lain. Akan tetapi pembangunannya

sangat mahal, karena pada umunya PLTA dan PLTP dibangun pada dataran tinggi

(pegunungan) sehingga untuk pembangunan sarana dan prasarananya sangat

mahal, misalnya untuk membangun jalan masuk, pembuatan jembatan,

pembuatan waduk dan sistem jaringannya yang kesemuanya itu harus melakukan

pemaprasan dan pengurukan (cut and fill) tanah pegunungan. Disamping hal

tersebut diatas, setelah dapat dioperasikan, energi listrik yang dihasilkan

tergantung pada besar kecilnya sumber air dan panas bumi yang tersedia. Hal ini

tentunya tidak mudah untuk diprediksikan karena kondisi alam terkadang susah

untuk ditebak.

Dari kenyataan tersebut diatas dan atas dasar pertimbangan teknis, ekonomis,

social serta pertimbangan jangka panjang maka pada saat ini pembangunan

pembangkit tenaga listrik lebih banyak dipilih PLTU, PLTG atau gabungan dari

keduanya yaitu PLTGU. PLTGU ini dibangun untuk kapasitas yang sangat besar

karenamemang diproyeksikan untuk memikul beban yang besar dan daerah

pelayanan yaqng luas. Selain itu besarnya daya terpasang dapat diubah dengan

mudah sesuai dengan keinginan.

Pembangunan PLTG dan PLTU dapat dilakukan dilokasi yang sesuai

dengan keinginan, serta dapat berdekatan dengan pusat–pusat beban. Hal ini

sangat menguntungkan karena pembangunan lebih cepat. Dan lebih murah, jika

dibandingkan dengan pembangunan PLTA dan PLTP. Disamping itu, PLTG dan

PLTU tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya alam yangt melimpah yaitu batu

bara dan gas alam, yang saat ini sedang dieksploitasi secara besar–besaran.

Dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik secara umum ada beberapa

pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Disini analisa dan

(22)

pembangunannya dan pada saat pembangkit tenaga listrik tersebut

dioperasikan.

2. Memperhitungkan dan memprediksikan tersedianya sumberdaya

penggerak (air, panas bumi dam bahan bakar), sehingga benar–benar

fleksibel untuk pengguaan dalam jangka waktu yang lama dan bisa

mendukung kontinyuitas operasional pembangkit tersebut.

3. Tersedianya bahan serta sarana dan prasarana baik untuk pembangkit itu

sendiri maupun untuk penyalurannya, karena hal ini merupakan suatu

kesatuan untuk melayani beban.

4. Pertimbangan dari segi pemakaoan pembangkit tenaga listrik itu sendiri,

apakah untuk melayani dan menangggung beban puncak, beban yang

besar, beban yang kecil atau sedang beban yang bersifat fluktuatif atau

hanya untuk stand by saja.

5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan memakan waktu

sesingkat mungkin. Selain itu harus dipertimbangkan pula dari segi

operasionalnya tidak boleh terlalu mahal.

6. Pertimbangan dari segi mudah dalam pengoperasian, keandalan yang

tinggi, mudah dalam pemeliharaan dan umur operasional (life time)

pembangkit tenaga listrik tersebut harus panjang.

7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban, karena hal ini

akan berkaitan dengan kemungkinan perluasan pembangkit dan

penambahan beban terpasang pada pembangkit.

8. Berbagai pertimbangan social, teknis dan lain sebagainya yang menjadikan

pedoman dan filosofi dalam membangun pembangkit tenaga listrik yaitu

pembangunan paling murah dan investasi paling sedikit (least cost

(23)

2.1. Umum

Gardu induk adalah bagian dari suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada suatu

tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung bagi, transformator,

dan peralatan pengaman serta peralatan kontrol. Gardu induk merupakan salah satu

komponen utama dalam suatu proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke

konsumen (beban).

Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mengatur aliran daya listrik dari

saluran transmisi yang satu kesaluran transmisi yang lain, mendistribusikannya ke

konsumen, sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan

distribusi, sebagai tempat kontrol dan pengaman operasi sistem.

Dari segi manfaat tersebut terlihat bahwa peralatan dalam gardu induk harus

memiliki keandalan yang tinggi sehingga kualitas tenaga listrik yang sampai ke

konsumen secara optimal dan konsumen tidak akan merasa dirugikan. Kontinuitas

pelayanan yang baik dan keandalan yang tinggi dari peralatan ditetapkan dengan

memperhatikan segi ekonomis dan standar yang berlaku, sehingga keandalan dari

peralatan tersebut dapat optimal, sedangkan untuk penempatan peralatan direncanakan

sedemikian rupa sehingga dalam pengoperasian dan perawatan dapat dilakukan dengan

mudah, aman, dan efektif.

2.2. Persyaratan Pembangunan Gardu Induk

Gardu induk merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang

kebutuhan listrik ke konsumen maupun yang mengatur pelayanan listrik yang didapat

dari pusat pembangkit untuk kemudian di salurkan ke pusat–pusat beban. Oleh karena itu

dalam pembangunan gardu induk harus diperhatikan besarnya beban. Selanjutnya

perencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagi berikut :

a) Konstruksi sederhana dan kuat

(24)

c) Mempunyai tingkat keandalan yang timggi

d) Fleksibel

e) Mempunyai tingkat keamanan yang tinggi

2.3. Penentuan Lokasi Gardu Induk

Dalam menentukan lokasi tempat pembangunan suatu gardu induk harus

memperhatikan hal–hal berikut ini :

a) Letaknya dekat dengan beban dan dekat dengan jalan ray yang kuat dan lebar.

b) Tanahnya cukup baik dan bebas dari bahaya banjir

c) Tidak dekat dengan plantai sehingga tingkat kontaminasi garamnya relatif kecil

d) Lokasi gardu induk tidak terlalu dekat dengan perumahan penduduk dan pada

saat pengoperasiannya tidak mempengaruhi lingkungan sekitar

Selain lokasi dalam penentuan pembangunan gardu induk perlu diperhatikan juga

luas tanah yang akan digunakan. Luas tanah yang akan dijadikan sebagai lokasi gardu

induk tergantung dari :

a) Cara menata peralatan dan gedung

b) Pemilihan hubungan rangkaian utama

c) Jenis dari penghantar rel/busbar

d) Arah dari saluran cabang

Pada umumnya perbedaan luas gardu induk tergantung dari skala dan tipe termasuk

perencanaan kedepan.

Tabel 2.1. Luas tanah untuk gardu indoor dan outdoor

No. of Feeders Land Area (m2) Voltage

(kV)

Transformer

Banking Primary Scondary Outdoor Indoor

(25)

2.4. Klasifikasi Gardu Induk

Berdasarkan jenis konstruksi letak pemasangannya Gardu Induk (GI) dibedakan atas:

a) Gardu Induk Jenis Pasangan Luar yaitu Gardu Induk ini terdiri dari peralatan

tinggi pasangan luar, misalnya transformator, perlatan penghubung (switch gear)

dan lain sebagainya, yang mempunyai peralatan kontrol pasangan dalam seperti

meja penghubung (Switch Board) dan batere. Gardu induk untuk transmisi yang

mempunyai kondensator pasangan dalam dan sisi tersier trafo utama dan trafo

pasangan dalam, pada umumnya disebut juga sebagai jenis pasangan luar. Jenis

pasangan luar memerlukan tanah yang luas namun biaya konstruksinya murah dan

pendinginannya mudah. Karena itu Gardu Induk jenis ini biasanya dipasang

dipinggir kota dimana harga tanah masih murah.

b) Gardu Induk Jenis Pasangan Dalam yaitu Gardu Induk jernis pasangan dalam ini,

baik peralatan tegangan tinggi seperti trafo utama peralatan penghubung dan

kotrolnya seperti meja penghubung dan sebagainya terpasang didalam. Meskipun

ada sejumlah kecil peralatan terpasang diluar. Gardu Induk ini disebut juga

sebagai jenis pasangan dalam. Bila sebagian dari peralatan tegangan tingginya

dibawah tanah, Gardu Induk itu dapat disebut jenis pasangan setengah bawah

tanah (semi under ground type). Jenis pasangan dalam dipakai dipusat kota,

dimana harga tanah mahal dan didaerah pantai dimana ada pengaruh kontaminasi

garam. Disamping itu jenis ini mungkin dipakai untuk menjaga keselarasan

dengan daerah sekitarnya, juga untuk menghindari kebakaran dan gangguan suara.

c) Gardu Induk Jenis Setengah Pasangan Luar yaitu Gardu Induk jenis ini sebagian

dari peralatan tegangan tingginya terpasang didalam gedung. Gardu Induk ini

disebut juga Gardu Induk jenis setengah pasangan dalam. Untuk Gardu Induk

jenis ini dipakai bermacam – macam corak dengan pertimbangan – pertimbangan

ekonomis, pencegahan kontaminasi garam, pencegahan gangguan suara,

pencegahan kebakaran dan sebagainya.

d) Gardu Induk Jenis Pasangan Bawah Tanah yaitu hampir semua peralatan pada

Gardu Induk ini terpasang dalam bangunan bawah tanah. Alat pendinginnya

biasanya terletak diatas tanah. Kadang – kadang ruang kontrolnya juga terletak

(26)

tanah ini dipakai, misalnya dibagian kota yang sangat ramai, dijalan – jalan

pertokoan dan dijalan – jalan dengan gedung – gedung bertingkat tinggi.

Kebanyakan Gardu Induk ini dibangun dibawah jalan raya.

e) Gardu Induk Jenis Mobil yaitu Gardu induk jenis ini dilengkapi dengan peralatan

diatas kereta hela (trailer) atau semacam truk. Gardu Induk jenis mobil ini dipakai

dalam keadaan ada gangguan disuatu Gardu Induk lain guna pencegahan beban

lebih berkala dan guna pemakaian sementara ditempat pembangunan tenaga

listrik. Gardu Induk ini tidak dipakai secara luas melainkan sebagai transformator

atau peralatan penghubung yang mudah dipindah – pindah diatas atau peralatan

penghubung yang mudah dipindah – pindah diatas kereta hela atau truk untuk

memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat.

Disamping itu ada yang disebut Gardu Satuan(Unit substation) dan Gardu Jenis Peti

(Box Type Substation). Gardu satuan adalah gardu pasangan luar yang dipakai sebagai

lawan (ganti) transformator 3 fasa dan lemari gardu distribusi ialah yang disebut

distribusi untuk tegangan dan kapasitas yang relatif rendah dan sama sekali tidak dijaga.

Ini dipakai didesa–desa pertanian atau nelayan dimana kebutuhannya kecil dan

merupakan beban yang tidak begitu penting. Jika dilihat dari peralatan metering yang

digunakan, Gardu Induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

1. Gardu Induk Tegangan Tinggi Khusus yaitu gardu induk yang peralatan

meteringnya berada pada sisi tegangan tinggi. Gardu ini disebut khusus karena

(27)

Gambar 2.1. Gardu induk tegangan tinggi khusus

2. Gardu Induk Tegangan Tinggi Campuran yaitu gardu yang peralatan

meteringnya berada pada sisi tegangan tinggi. Gardu ini disebut campuran

karena gardu ini memberi supply bermacam–macam jenis beban (lebih dari satu

beban).

Ga

mbar 2.2. Gardu induk tegangan tinggi campuran

2.5. Pemilihan Gardu Induk

Pemilihan jenis Gardu Induk ditentukan oleh kodisi dari tempat dimana gardu itu

akan dibangun dan factor ekonomi berdasarkan harga tanah. Tabel 2.2 menunjukkan

beberapa factor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis gardu Induk.

Tabel 2.2. Klasifikasi jenis gardu induk

Item / Jenis Pasangan Luar Pasangan Dalam Bawah Tanah Saluran transmisi

yang keluar

(28)

Keselarasan dengan lingkungan

Cocok untuk daerah jalur hijau dan daerah industri

Cocok untuk Daerah Perumahan dan Daerah Industri

Cocok untuk jalan-jalan yang ramai dan banyak gedung tinggi

Mudah Mudah Sukar, perlu hati-hati

Pencegahan terhadap banjir

Sukar didaerah yang rendah

Mudah Sukar, perlu hati-hati

Pencegahan terhadap salju

Sukar dan perlu hati - hati

Tidak perlu Tidak perlu

Pencegahan terhadap debu dan pengotoran garam

Sukar dan prlu hati – hati

Tidak perlu Tidak perlu

Daerah yang diperlukan

Besar Sedang Kecil

Mudah atau sukar dibangun

Mudah Agak sukar Agak sukar

Waktu pembangunan Singkat Agak lama Lama

Harga tanah Cocok bila harga tanah murah

2.6. Peralatan Gardu Induk

Gardu induk dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang diperlukan sesuai

dengan tujuannya, guna memperlancar sistem kerja dari gardu induk itu sendiri. Sesuai

dengan difinisinya yaitu mengatur, membagi dan menyalurkan. Peralatan utama yang

harus ada pada gardu induk yaitu transformator sebagai pengatur tegangan, busbar untuk

membagi dan peralatan switching sebagai input dan output dalam sistem penyaluran.

Adapun fasilitas utama dan fasilitas lain yang dimiliki gardu induk untuk operasi dan

pemeliharaannya adalah sebagai berikut :

1) Transformator Tenaga, yaitu transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga

listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan

tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).

Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya

sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh

transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan

(29)

Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai

standar yang telah ditetapkan.

2) Rel (BusBar), yaitu berfungsi untuk menyalurkan dan membagikan tenaga

listrik ke peralatan–peralatan lain didalam suatu gardu induk. Konstruksi dari

busbar bermacam–macam tergantung dari sistem rangkaiannya. Karena busbar

merupakan salah satu peralatan listrik yang penting dan merupakan tempat

saluran transmisi maupun distribusi, maka busbar harus kuat dalam menahan

kawat maupun menahan tegangan tinggi, sehingga dapat menyalurkan atau

membagikan tenaga listrik dengan baik. Bahan–bahan dalam pembuatan busbar

diantaranya :

» Tembaga

Karena bahan ini mempunyai tahanan spesifik yang rendah dan

mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi maka banyak digunakan

untuk bahan busbar terutama pada kapasitas arus yang besar.

» Aluminium

Bahan ini mempunyai spesifikasi yang besar dari pada tembaga.

Sehingga untuk arus yang sama aluminium busbar mempunyai

penampang lebih besar, akan tetapi bahan aluminium lebih ringan dari

pada tembaga. sehingga harga dari aluminium busbar lebih murah dari

pada tembaga. Bahan ini banyak digunakan untuk isolator outdoor pada

tegangan tinggi.

» Besi

Busbar yang menggunakan bahan dari besi biasanya untuk instalasi arus

yang kecil karena harganya cukup murah.

Jenis busbar :

» Hantaran fleksibel yaitu seperti hantaran yang digunakan AMALEC, AAC yaitu suatu paduan aluminium atau hantaran untuk saluran

transmisi yaitu ASCR.

(30)

perubahan suhu maka harus ada fleksibel joint dengan demikian rel ini

diikat satu sisi pada isolator tonggaknya sedang lainnya tidak diikat

mati untuk memungkinkan pengembangan atau perekrutan. Untuk

sambungan antar rel ataupun rel dengan transformator diguynakn

dengan kawat anyaman atau pita – pita tembaga.

Konvigurasi busbar :

» Rel Tunggal

Rel tunggal merupakan rel yang paling sederhana dan paling murah,

tetapi tidak luwes dan tidak handal, karena bila perlu mengadakan

pemeliharaan atau ada gangguan atau komponen yang berhubungan

dengan rel tersebut akan terjadi pemadaman. Dengan demikian rel ini

jarang digunakan untuk sistem 66 kV kecuali untuk GI yang kecil dan

tidak penting. Pengamanan rel pada umunya adalah relay Differensial

dan seperti diutarakan diatas adanya gangguan didaerah rel aklan terjadi

pemadaman.

» Rel Ganda (Double Bus)

Rel ganda mempunyai keluwesan dalam operasi dan pemeliharannya.

Supaya rel sistem ini luwes operasinya maka harus ada PMT kopel.

PMT kopel ini digunakan untuk menghubungkan kedua rel atau pada

saat memindah penghantar atau trafo tenaga dari rel satu ke rel dua.

PMT kopel ini harus dimasukan pada saat pemindahan tersebut. Pada

umunya pada keadaan normal kedua PMS dari penghantar atau trafo

tidak dapat dimasukkan kecuali kedua PMS kopel, kedua PMS tersebut

dapat diamsukkan bila PMT kopel masuk. Dengan demikian antara

PMS dan PMT kopel ini biasanya ada interlock. Rel ganda ditinjau dari

sistem proteksi diferensial rel masih kurang luwes mengingat :

— Bila terjadi gangguan disalah satu rel, maka semua penghantar atau trafo tenaga yang tersambung pada rel tersebut akan terbuka

(31)

— Pemindahan penghantar atau trafo daya dari rel satu kerel yang lainnya rangkaian skunder untuk relay differensial bus harus

dipindahkan.

» Rel Gelang

Pada hakekatnya rel gelang tidak mempunyai rel khusus karena rel

yang ada merupakan dari penyulang penghantar. Selama pembukaan

gangguan hanya terjadi disatu tempat dari rel, maka tidak akan terjadi

pemisihan sistem atau pemadaman, sehingga operasinya cukup luwes

disamping itu pada rel gelang tidak memerlukan pengaman rel khusus

karena rel merupakan bagian dari penghantar. Kerugian utama dari

sistem ini adalah untuk perluasan sukar.

» Rel 1,5 PMT

Rel 1,5 PMT merupakan sistem rel yang luwes dalam

pengoperasiannya serta mempunyai keandalan tinggi dan mudah sistem

proteksinya untuk GI 500 kV, 275 kV dan 150 kV yang besar dan

penting umunya digunakan rel 1,5 PMT. Pembebasan atau adanya

gangguan disalah satu rel tidak akan membangkitkan pemutusan atau

satpun dari penyulang, transformator ataupun generator.

3) Pemisah / PMS (Disconnecting Switch/DS), yaitu Saklar Pemisah

(Disconnecting Switch) Merupakan peralatan hubung yang bekerja membuka

atau menutup pada saat tidak berbeban atau pada saat arus yang sangat kecil.

Misalnya arus eksitasi pada trafo daya. Berbeda dengan pemutus daya, saklar

pemisah tidak dilengkapi dengan perlengkapan untuk memadamkan busur api.

Karena itu saklar pemisah tidak dapat memutuskan arus gangguan atau arus

beban. Syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah :

» Harus sanggup menahan tegangan nominal sampai tegangan 10% diatas tegangan nomial.

(32)

» Dapat menahan timbulnya beban thermis dan daya elektrodinamis yang timbul pada saat terjadi hubung singkat.

Standar arus nominal yang direkomendasikan oleh IEC adalah : 200, 400, 630,

800, 1250, 1600, 2.000, 2.500, 3.150, 4.000, 5.000, 6.300 Amper. Sedangkan

untuk rating arus pentanahan hubung singkat adalah harga efektif arus hubung

singkat terbesar yang mampu dialirkan pemutus daya dalam periode tertentu.

Rating ini ditentukan berdasarkan hasil studi hubung singkat pada sistem tenaga

listrik dimana saklar pemisah tersebut berada. Standar rating arus hubung

singkat yang diberikan oleh IEC adalah : 8, 10, 12,5, 20, 25, 31,5, 40, 50, 63, 80,

100 Kilo Ampere (kA).

Sehingga untuk menentukan besarnya rating DS berdasarkan besarnya arus

nominal pada saklar pemisah dan berdasarkan arus hubung singkat ketanah

saklar pemisah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Klasifikasi Disconnecting Switch (DS)

Sesuai dengan penempatannya, pemisah ini dapat dibedakan atas :

» Pemisah bus yaitu pemisah yang terpasang disisi bus

» Pemisah line yaitu pemisah yang terpasang disisi penghantar

» Pemisah tanah yaitu pemisah yang terpasang pada peralatan untuk menghubungkan ketanah.

Selain penggolongan berdasarkan penempatannya, pemisah juga dapat

digolongkan berdasarkan posisi penggeraknya. Adapun jenis–jenis pemisah

berdasarkan posisi penggeraknya adalah sebagai berikut :

» Pemisah yangbatang geraknya bergerak disisi penghantar

» Pemisah yang batang geraknya terletak ditengah

» Pamisah yang batang geraknya bergerak keatas (disebut pantograf umumnya digunakan pada tegangan ekstra tinggi)

(33)

Tabel 2.3. Cordination rated values for rated voltage

Jika dilihat dari cara sistem pengoperasiannya, pemisah juga dapat dibedakan

menjadi :

» Manual untuk sistem 70 kV dan atau 150 kV

» Motor listrik untuk sitem 150 kV

» Pneumatik dengan tekanan udara untuk sistem 150 kV dan 500 kV

Untuk sisi penghantar disamping ada pemisahnya juga ada pemisah

pentanahan, dan cara kerjanya selalu interlock yaitu jika pemisah pentanahan

belum dilepas maka pemisah penghantar tidak dapat dimasukkan. Begitu juga

sebaliknya jika pemisah penghantar belum dilepas maka pemisah pentanhan

tidak dapat dimasukkan.

4) Pemutus Tenaga / PMT (Circuit Breaker/CB), yaitu Circuit Breaker dapat

dioperasikan secara otomatis maupun secara manual dengan waktu pemutusan

atau penyambungan yang tetap sama, sebab faktor ini ditentukan oleh struktur

(34)

diopeasikan untuk memutus maupun menghubung rangkaian dalam keadaan

dilalui arus beban atau tidak. Jika terjadi gangguan maka CB akan memutus

rangkaian secara otomatis, untuk operasi ini CB dilengkapi dengan relay–relay.

Fungsi dari masing–masing relay adalah mengaman sistem dari gangguan yang

berbeda–beda macam gangguannya, oleh karena itu diperlukan koordinasi

tersendiri. Syarat–syarat yang harus dipenuhi oleh circuit breaker adalah :

» Pada waktu keadaan tertutup harus mampu dilalui arus dalam waktu yang panjang.

» Bila dikehendaki, harus dapat membuka dalam keadaan berbeban bila sedikit terjadi beban lebih.

» Harus dapat memutus secara cepat, arus beban yang mungkin mengalir bila terjadi hubung singkat pada system.

» Bila kontak dalam keadaan terbuka, celah (gap) harus tahan terhadap tegangan rangkaian.

» Untuk membebaskan dari sistem, maka pada saat terjadi gangguan harus

segera membuka.

» Harus tahan terhadap arus hubung singkat beberapa saat sampai gangguan dibebaskan oleh peralatan pengaman lainnya yang dekat dengan

gangguan.

» Harus dapat memutuskan arus yang sangat kecil, seperti arus magnetisasi transformator atau saluran yang sifatnya induktif atau kapasitif.

» Harus tahan terhadap efek pembusuran pada kontak–kontaknya, gaya elektrodinamis dan panas yang timbul pada waktu terjadi hubung singkat.

Fungsi utama dari Pemutus/PMT (Circuit Breaker/CB) ialah untuk memutus

atau menghubung rangkaian pada saat sistem tenaga listrik pada keadaan

berbeban atau tidak berbeban serta pada saat terjadi hubung singkat. Dengan

demikian kemampuan pemutus tenaga tergantung dari dua hal yaitu :

(35)

» Kemampuan untuk membuka pada saat sistem tersebut pada keadaan hubung singkat. Hal ini dapat dinyatakan dengan kA atau MVA yang

merupakan perkalian kemampuan membuka arus dengan tegangan

nominal.

Penanaman PMT ditandai dengan madia dimana kedua kontak buka/tutup

berada. Madia ini berfungsi sebagai isolasi kedua kontak dan untuk

memadamkan busur api pada saat pembukaan dan penutupan PMT.

Berdasarkan media pemadaman busur api yang digunakan pada saat terjadi

hubung singkat, PMT dapat dibedakan atas :

» OCB

Pemutus tenaga ini menggunakan minyak sebagai isolasi dan sebagai

pemadap busur api yang terjadi. Sedangkan jenis dari PMT ini ada dua

macam, yaitu :

Bulk oil, yaitu PMT yang menggunakan banyak minyak

Small oil, yaitu PMT yang menggunakan sedikit minyak

» PMT SF6

PMT SF6 mengggukan Gas Sulfur Heksa Cloride dengan umus SF6

sebagai bahan isolasi dan sebagai media pemadam busur api. Tekan gas

dari PMT ini pada sistem 70 kV keatas umunya diatas adalah 1 atmosfer

(4 sampai dengan 6 atmosfer). PMT SF6 dapat dinyatakan sebagai

pengembangan OCB, karena pemadaman usr api dengan SF6 lebih efektif

dan tidak terbentuk kotoran yang mengotori gas tersebut. Sekarang

penggunaan OCB semakin berkurang dan diganti dengan PMT SF6.

» VCB (Vacum Circuit Breaker)

Pada PMT jenis ini kedua kontak berada didalam ruang hampa. VCB saat

ini umunya digunakan pada tegagan menengah sampai dengan 70 kV dan

untuk di Indonesia masih jarang digunakan pada sitem 70 kV.

» ACB (Air Blash Circuit Breaker) atau ABB (Air Blash Breaker)

PAda ABB kedua kontak berada diudara biasa dan untuk memadamkan

busur apinya dilakukan dengan menghembuskan udara bertekanan. ABB

(36)

Selain jenis PMT diatas masih ada beberapa PMT lagi yang dibedakan

berdasarkan penggunaannya pada sistem penyaluran yaitu PMT Tegangan

Ekstra Tinggi. PMT ini umumnya merupakan PMT SF6 dan PMT jenis ABB

dan pada hakekatnya tabung pemisahnya merupakan tabung PMT tegangan

tinggi yang dipasang seri. Sedang PMT jenis lai adalah PMT Penuptup Balik

yaitu PMT yang menggunakan penutup balik atau recloser. PMT ini sering

digunakan pada sistem tegangan menengah dan tegangan tinggi atau tegangan

ekstra tinggi.

PMT yang dapat digunakan untuk penutup balik adalah ditandai dengan

simbol 0 – 0,3 sec CO – 3 min – CO, artinya open (buka) 0,3 detik baru dapat

menutup (close) dan langsung dapat membuka (open) kemudian waktu

pengisian pegas atau pengembalian tekanan udara atau minyak untuk menutup

(close) dan membuka. PMT untuk tegangan tinggi atau ekstra tinggi setiap fasa

dapat dikontrol sendiri - sendiri atau ketiga fasanya bersama–sama (yang

mengontrol satu dan untuk menggerakkan ketiga fasanya dikopel secara

mekanis). Hal ini dikaitkan dengan penyetelan penutup balik yaitu :

» Penutup balik satu fasa

Pada penutup balik satu fasa jika terjadi gangguan satu fasa, misalnya fasa

R maka relay akan memerintahkan PMT membuka fasa R ini saja,

kemudian menutup kembali. Bila gangguannya temporer pada saat

pemembukaan PMT busur ini akan padam sendiri.

Tetapi bila gangguannya permanent, maka setelah PMT ini menutup relay

akan melihat relai kembali kemudian relai akan memerintahkan membuka

PMT ketiga fasanya kemudian tidak akan menutup kembali. Sedang bila

gangguannya satu fasa atau tiga fasa rel akan memrintahkan PMT

membuka ketiga fasanya dan tidak akan menutup kembali.

» Penutup balik tiga fasa

Pada penutup balik tiga fasa jika terjadi gangguan satu fasa, dua fasa atau

tiga fasa, relai akan memerintahkan PMT untuk membuka ketiga fasanya

(37)

» Penutup balik satu fasa dan tiga fasa

Pada penyetalan ini merupakan kombinasi dari penutup balik satu fasa dan

tiga fasa, artinya bila terjadi gangguan satu fasa PMT ini akan berfungsi

sebagai PMT penutup balik satu fasa dan jika terjadi gangguan tiga fasa

maka PMT ini akan berfungsi sebagai PMT dengan penutup balik tiga

fasa

» Tanpa penutup balik

Dalam hal ini gangguan satu fasa, dua fasa maupun tiga fasa PMT akan

membuka ketiga fasanya dan tidak akan menutup kembali.

5) Pemutus Beban (Load Break Switch), yaitu pemutus beban untuk memutuskan

atau menghubung rangkaian pada sistem tenaga listrtik pada saat berbeban

ataupun pada saat tidak berbeban. Pada pemutus beban ini tidak didesain untuk

memutuskan arus gangguan. Pemutus beban umunya digunakan untuk jaringan

tegangan menengah . Pada pemutus baban ini terdapat dua kontak yaitu kontak

utama dan kontak bantu. Pada saat masuk kontak bantu masuk terlebih dahulu

kemudian kontak utama dan pada saat keluar kontak utama kelur lebihdahulu

kemudian kontak bantu. Kontak bantu seolah – olah diseri dengan tahanan

sehingga arus yang disalurkan mengecil sehingga ketika membuka busur api

listrik menjadi kecil.

Hubungan rangkaian CB dab DS adalah menempatkan CB diantara dua DS

diamana biasa disebut Draw Able/Draw Out. Pada umumnya hubungan antara

CB dan DS dilaksanakan dengan sistem interlock. Maksud dari interlock ini

adalah agar tidak terjadi salah pengoperasian antara dua buah peralatan ini.

Dengan demikian DS tidak digunakan untuk memutuskan arus beban dan

kerjanya dengan urutan tertentu yaitu pembukaan DS selalu didahului dengan

pembukaan CB dan pada saat penutupan DS ditutup dahulu baru CB. Rating

arus nominal pada saklar pemisah sama dengan pemutus daya jika saklar

pemisah terletak disamping pemutus daya. Jika saklar pemisah befungsi

(38)

merupakan harga arus efektif yang dapat dialirkan oleh saklar pemisah secara

terus menerus tanpa menimbulkan gangguan/kerusakan.

Gambar 2.3. Drawout CB / Drawable CB

6) Trafo Arus (Current Transformer / CT), yaitu trafo yang digunakan untuk

mentransformasikan arus primer yang diukur kearus skunder yang masuk meter

atau relai dan sebagai isolais antara sisi primer dengan sisi skunder dimana alat

ukur atau relai dipasang. salah satu skundernya diketanahkan.

Berdasarkan SPLN (IEC 185), pengenal arus primer sesuai dengan arus

yang diukur dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu :

» Pengenal arus primer tunggal misalnya 1000/5 A

» Pengenal arus primer ganda misalnya 500 – 1000/5 A

Pada trafo arus ini untuk mengubah pengenal arus primernya adalah

dengan merangkai seri atau pararel rangkaian primernya

» Pengenal arus primer banyak

Adapun trafo arus dengan pengenal arus primer banyak misalnya 1000 – 800 – 400

– 200/5 A ialah dengan satu atau dua lilitan di sisi primer, dengan banyak sadapan

di litan skundernya.

7) Trafo Tegangan (Potensial Transformer/PT) yaitu trafo yang digunakan untuk

(39)

rendah, sehingga terjangkau oleh kemampuan alat ukur. Nama atau sebutan lain

trafo tegangan pada bahasa Inggris adalah :

» Potensial Transformer (PT)

» Voltage Transformer (VT)

» Potensial Device (PD)

» Coupling Capasitor Potensial device (CCPD) Konstruksi :

» Berbentuk Transformator (PT, VT)

Kontruksi trafo teganagan pada umunya sama dengan konstruksi pada

trafo daya, hanya saja mempunyai daya yang kecil yaitu beberapa puluh

VA dan mempunyai ketelitian perbandingan transformasi tinggi.

Penyambungan trafo tegangan pada sisi teganga tinggi terdapat 2 macam

yaitu :

— Sisi Primer Dihubungkan antar Fasa

Untuk trafo tegangan dimana sisi primernya dihubungkan antar fase

misalnya fase R – S atau S – T konstruksinya adalah kedua bushingnya

sama dan merupakan bushing sesuai dengan tegangan dimana trafo

tegangan ini dipasang. Tegangan primer adalah tegangan antar fase.

Tegangan pengenal skunder adalah tegangan 100 volt atau 110 volt.

Sebagai contoh trafo tegangan untuk sistem 20 kV adalah 20.000/100 V

atau 22.000/110 V.

— Sisi Primer Dihubungkan antar Fasa dengan tanah

Trafo tegangan jenis ini kontruksinya adalah 1 bushing sesuai dengan

tegangan dimana trafo tegangan ini dipasang sedang bushingnya

lainnya sesuai dengan tegangan rendah atau langsung dihuung dengan

tangki. Tegangan pengenal primer adalah tegangan antar fase/ 3 .

Sedangkan tegangan pengenal skunder adalah 100/ 3 V atau 110/ 3

(40)

» Berbentuk Capasitor Potensial Device (CPD)

Capasitor Potensial Device berbentuk kapasitor seri dan sebagai pembagi

tegangan. CPD ini umumnya digunakan untuk PLC dan untuk pengukuran

tegangan pada sistem tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi.

» Berbentuk Coupling Capasitor Potensial Device (CCPD)

Merupakan kapasitor sebagai pembagi tegangan dan pada tegangan

menengah disadap dan dimasukkan ketrafo tegangan

Tabel 2.4. Pemilihan faktor tegangan pengenal pada trafo tegangan

Faktor

Tegangan

Pengenal

Waktu

Pengenal

Metode Penyambungan Belitan Primer dan Kondisi Pentanahan

Sistem

1,2 Kontinyu Antar fase pada tiap jaringan.antar fase dan tanah tiap jaringan

1,2 Kontinyu

1,5 30 detik Antar fase dan tanah pada sistem pentanahan efektif

1,2 Kontinyu

1,9 30 detik

Antar fase dan tanah pada sistem pentanahan netral non efektif

dengan pemutus gangguan tidak otomatis

1,2 Kontinyu

1,8 8 jam

Antar fase dan tanah pada sistem netral terisolasi tanpa pemutus

gangguan tanah otomatis atau sistem pentanahan kumparan

Petersen tanpa pemutus gangguan tanah otomatis

8) Arester (Lightning Aresster / LA), yaitu memiliki fungsi utama menyalurkan

tegangan surja petir ketanah sehingga tidak merusak alat yang digunakan. Atau

dengan kata lain arrester sebagai pengaman adanya tegangan surja yang

disebabkan sambaran langsung atau tidak langsung dari petir. Arester ini tahan

terhadap tegangan atau surja, tetapi tidak tahan terhadap arus dengan frekuensi

50 Hz. Dengan demikian pada saat menentukan arrester yang digunakan harus

ditinjau arester sebagai pengaman surja, tetapi arrester harus aman terhadap

kenaikan tegangan terhadap frekuensi 50 Hz.

Arester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem tenaga

(41)

serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam

gardu induk itu. setelah surja dilepas melaui arrester, arus masih mengalir

karena adanya tegangan sistem dan arus ini disebut arus dinamik atau arus

susulan. Arester harus mempunyai ketahanan thermis yang cukup terhadap arus

susulan dan harus mampu memutuskannya. Persyaratan yang harus dipenuhi

oleh arrester adalah sebagai berikut :

¾ Tegangan percikan dan tegangan pelepasan yaitu tegangan pada terminalnya

pada waktupelepasan harus cukup rendah sehingga dapat diamankan

¾ Arester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus

seperti semula.

Jadi pada keadaan normal arrester berlaku seagai isolator dan bila timbul

tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif

rendah sehingga dapat melewatkan arus yang besarketanah. setelah surja

hilang arrester harus dapat dengan cepat menjadi isolasi.

Sesuai dengan fungsinya arrester dapat melindungi peralatan listrik pada

sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja

hubung, maka pada umunya arester dipasang pada :

» Tiang tiang dimana terdapat sambungan antara saluran udara dengan saluran kabel tanah atau percabangan udara tegangan menengah.

» Tiang – tiang yang merupakan titik akhir suatu jaringan

» tiang – tiang dimana terpasang transformator

Untuk tipe–tipe atau jenis arester adalah sebagai berikut :

» Arrester tipe Expultion, Arester tipe ini terdiri dari tabung isolasi yang mempuyai elektroda disetiap ujungnya dan lubang dischange pada ujung

bawah.

» Arester tipe Valve, Arerster ini terdiri dari dua elemen yaitu, series gap

dan va,ve elemen mertupakan sebuah tahanan yang tidak linear, tahanan

ini mempunyai sifat khusus yaitu tahanan berubah dengan berubahnya

arus (proses ini berlangsung dengan cepat).

(42)

9) Rele Pengaman, yaitu merupakan kunci kelangsungan dari suatu sistem tanaga

maka untuk menjamin keandalan dari sistem tenaga yang bersangkutan, rela

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

» Cepat bereaksi

Rele harus cepat bereaksi atau bekerja bila sstem mengalami gangguan

ataukerja abnormal. Kecepatan ereaksi dari rele saat rele mulai

merasakan adanya gangguan sampai dengan peleksanaan pelepasan CB

karena komando dari rele tersebut. Waktu bereaksi ini harus diusahakan

secepat mungkin sehinggga dapat menghindarkan dari kerusakan pada

alat serta membatasi daerah yang mengalami gangguan atau kerja

abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas – batas

stabilitas serta kadang – kadang ganggua sistem bersifat sementara.

» Selektif

Yang dimaksud dengan selektif adalah kecermatan pemilihan dalam

pengaman rele, hal ini menyangkut koordinasi pengaman dari sistem

secara keseluruhan. Dengan demikian segala tindakannya akan tepat dan

akiatnya gangguan dapat diatasi menjadi sekcil mungkin.

» Sensitif

Rele harus dapat bekerja dengan kecepatan yang tinggi, artinya harus

cukup sensitive terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan

tersebut minimum yang selanjutnya memberikan jawaban atau tanggapan.

» Keandalan

Dalam keadaan normal tanpa gangguan, rele tidak boleh bekerja mungkin

dalam waktu berbulan – bulan atau bahkan bertahun – tahun. Tetapi bila

suatu saat ada gangguan , maka rele harus bekerja dan tidak boleh gagal

karena pemadaman akan meluas. Disamping itu juga, rele harus rele harus

dapat dihandalkan bukun hanya rele – relenya saja, tetapi juga komponen

- komponen perangkat proteksinya. Keandalan rele proteksi itu mulai

ditentukan dari rancangan, pengerjaan dan bahan yang digunakan dengan

(43)

10)Saklar Semi Otomatis (SSO), yaitu saklar semi otomatis digunakan untuk

memberi kenyamanan pada pengguna energi listrik dimana apabila salah satu

saluran ada gangguan maka akan diamankan oleh SSO terdekat tampa

menggangu saluran lain, sehingga pengguna energi listrik lainnya tetap bisa

menggunakan energi listrik.

11)Peralatan Metering yaitu mengukur penerimaan daya dan penyaluran. Daya

yang diterima bisa berasal dari pembangkit tenaga listrik pada gardu induk yang

bersangkutan atau dari gardu induk yang lainnya, oleh karena itu pada gardu

induk perlu dilengkapi dengan peralatan ukur antara lain : Ampere meter, Volt

meter, KWh meter, KVARh meter, Cos φ meter dan Frekuensi meter. Meter

yang dipasang pada gardu induk dibedakan antara lain :

» Pada penghantar : Volt meter, KWh meter, Ampere meter, KVARhmeter, Cos φ meter dan Frekuensi meter.

» Pada trafo : Volt meter, Ampere meter, KWh meter

» Pada busbar : Volt meter untuk bus I dan bus II

12)Band Trapp dan Coupling Capasitor yaitu merupakan peralatan penting dalam

komunikasi PLS, fungsinya untuk mencegah arus frekuensi tinggi yang dating

dari stasiun lawan atau pancaran stasiun sendiri dan tidak masuk keperalatan

gardu induk. Cara pemasangannya adalah diseri dengan line transmisi tegangan

tinggi. Penempatan line trap dipasang diatas kapasitor voltage transformer

(CVT). Line trap terdiri dari tiga komponen utama yaitu, main coil, arrester,

dan tunning unit. Pada CVT berfungsi sebagai penerus sinyal pembawa

frekuensi tinggi ke konduktor tegangan tinggi. Pada komponen matching unit

(LMO) berfungsi sebagai penghubung peralatan PLC yang berada di ruang dan

yang berada pada switchyard yaitu untuk menyesuaikan karakteristik impedansi

saluran (konduktor) SUTT dan kabel yang terhubung ke PLC menjadi peralatan

(44)

13)Reaktor yaitu digunakan untuk mengkompensir arus kapasitif penghantar.

Besarnya arus kapasitiof penghantar Ic adalah :

Ic = 3 f C V , dimana :

C : kapasitansi penghantar ketanah

V : tegangan antar fase dari sistem

Untuk sistem yang tegangannya makin tinggi, arus kapasitif ini juga

makin besar. Sebagai gambaran untuk sistem 500 kV daya reaktiof yang

disebabkan adaya arus kapasitiofg ini kira – kira 1 MVA/km panjang saluran.

Pengaruh arus kapasitif ini dapat menimbulkan feranti efek ini berkurang

karena bebannya sendiri yang umumnya induktif telah mengkompensi arus

kapasitif ini.

14)Kapasitor Tenaga yaitu digunakan untuk mengkompensir arus induktif atau

yang lebih dikenal dengan kapasitor untuk faktor daya. hal ini karena beban

pada umumnya bersifat induktif, terutama pada beban industri. Disamping

untuk memperbaiki faktor daya juga digunakan untuk memperbaiki tegangan.

Kapasitor tenaga ini pada umumnya digunakan untuk tegangan rendah,

menengah dan tinggi.

15)Netral Grounding Resistor (NGR) yaitu berfungsi untuk memperkecil arus

gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah pada sisi skunder transformator. Untuk

trafo 150/20 kV NGR yang digunakan adalah 500 ohm. Fungsinya adalah untuk

menghambat atau membatasi arus gangguan hung singkat satu fasa ketanah

pada sisis skunder trafo. Untuk trafo 150/20 kV dengan R = 500 ohm maka bila

terjadi gangguan satu fasa ketanah maka arus maksimum adalah 23 A (20.000 :

(45)

Gambar 2.4. NGR 20 kV

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Cel Tegangan Menengah

(Cubicle) adalah sistem switchgear untuk tegangan menengah 20 kV yang

berasal dari output trafo dengan daya 150/20 kV atau 70/20 kV yang

selanjutnya diteruskan kekonsumen melalui penyulang/feeder uyang terhubung

dengan cubicle tersebut. Cubicle ini terdiri dari rangkaian :

¾ PMT Incoming (penyulang masuk)

¾ PMT Outgoing (penyulang keluar)

¾ Bus Sector Teganngan Menengah

¾ Trafo Tegangan

¾ Trafo Arus

¾ Trafo Pemakaian Sendiri

(46)

3.1 Umum

Tegangan pada generator besar biasanya berkisar antara 13,8 KV dan 24 KV, tetapi

generator besar yang modern teganganya bervariasi antara 18 dan 24 KV, tegangan

dinaikan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi yaitu 30KV, 70KV dan 150KV.

Tegangan Ekstra tinggi (Extra high voltage-UHV) adalah 500 KV sampai 765KV.

Keuntungan sistem transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas

jika dilihat pada kemampuan transmisi (capability) dari suatu saluran transmisi,

kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam MegaVolt Ampere (MVA). Kemampuan

transmisi dari saluran yang sama panjangnya berubah-ubah kira-kira sebanding dengan

kuadrat dari tegangan, kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan tegangan tertentu

tidak dapat ditetapkan dengan pasti, karena kemampuan ini masih tergantung lagi pada

batasan-batasan (limit) termal dari penghantar, jatuh tegangan (voltage drop) yang

diperbolehkan, keandalan dan persyaratan-persyaratan kestabilan sistem, yaitu penjagaan

bahwa mesin-mesin pada sistem tersebut tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain,

kebanyakan faktor-faktor ini masih tergantung juga terhadap panjangnya saluran.

Saluran transmisi mempunyai empat parameter yang mempengaruhi kemampuanya

untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga yaitu:

• Resistansi

• Induktansi

• Konduktansi

• Kapasitansi

Konduktansi antar penghantar-penghantar atau antar penghantar dan tanah

menyebabkan terjadinya arus bocor pada isolator-isolator dari saluran atas tiang (over

lines) dan yang melalui isolasi dari kabel-kabel karena kebocoran penghantar pada

saluran atas tiang sangat kecil sehingga dapat diabaikan, konduktansi antar penghantar

(47)

yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan oleh perubahan fluk dengan kecepatan

perubahan arus.

3.2 Konfigurasi Jaringan

a. Sistem Radial

Sistem radial adalah sistem yang dihubungkan pada pembangkit tenaga listrik

dengan gardu induk dan kemudian disalurkan ke konsumen (beban) melalui jaringan

distribusi. Keuntungan sistem radial ini adalah sebagai berikut:

¾ Konstruksinya sangat sederhana.

¾ Mudah mengalirkan tenaga listrik dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

¾ Serta biaya pembangunannya relatif murah (ekonomis).

¾ Kendala Penyaluran Sistem Radial:

¾ Kontinyuitas penyaluran tenaga listrik kuang andal.

Bila sistem ini digunakan pada daerah yang luas (banyak sistem radial) maka

biayanya menjai mahal.

Gambar 3.1. Sistem radial

b. Sistem Ring (Tertutup)

Sistem ring adalah suatu sistem yang memanfaatkan beberapa gardu induk yang

dapat dihubungkan, sehingga merupakan rangkaian tertutup dan sumber tenaga listriknya

berasal dari satu pusat tenaga listrik. Keuntungan sistem ring ini adalah sebagai berikut:

• Kontinnyuitas penyalurannya cukup baik.

• Sistem perencanaannya tidak begitu rumit.

Kendala Penyaluran Sistem Ring

Gambar

Gambar 1.2. Siklus turbin gas sederhana
Gambar 1.8. Skema prinsip PLTN air mendidih
Gambar 2.3. Drawout CB / Drawable CB
Gambar 3.8. Wave trap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah operasi yang ditempuh didalam sistem penyaluran untuk meningkatkan kekurangan daya reaktif pada kondisi beban puncak di sistem tenaga listrik Jawa Bali, adalah sebagai

Konsep dasar sistem tenaga listrik yang meliputi: komponen sistem tenaga listrik, besaran dan parameter yang digunakan pada sistem tenaga listrik, besaran per

Stabilitas Steady State Sistem Tenaga Listrik Kestabilan steady state merupakan keadaan dimana sistem tenaga mencapai kondisi stabil pada kondisi operasi baru

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk

adalah jenis PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan ketika musim hujan atau pada saat pemakaian tenaga listrik berkurang saat

”Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal setelah mengalami suatu gangguan”. Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus dipenuhi

gangguan yang berupa putusnya saluran kabel bawah laut pada saluran menuju pulau Bali. 2) Mengetahui pengaruh penggunaan PSS pada stabilitas sistem tenaga listrik

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Pada sistem tenaga listrik terdapat beberapa langkah dalam menyalurkan tenaga listrik yaitu dimulai dari listrik