• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir pada setiap kegiatan ekonomi, mendapat adanya

perjanjian-perjanjian diantara pelaku ekonomi tersebut. Misalnya seperti perjanjian-perjanjian jual-beli,

perjanjian kerja, pemborongan pekerjaan, asuransi, lisensi dan pinjam meminjam,

dan masih banyak perjanjian-perjanjian yang lainnya Dari semua kegiatan

tersebut, tidak ada yang terlepas dari jangkauan hukum yang dikenal dengan

sebutan Contract Law.

Mariam Darus Badrulzaman menyatakan bahwa suatu perjanjian, maka

pengertian perjanjian kredit itu tidak terlepas dari Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) dan Undang-Undang Perbankan, dan

perjanjian kredit adalah perjanjian pendahuluan.1

1

Mariam Darus Badrulzaman, (1) Perjanjian Kredit Bank, Citra Aditya,Bandung, 1991, hal.23

Dalam pengembangan dunia usaha nasional supaya semakin mampu dalam

berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nsional, maka peningkatan

dalam kesempatan untuk berusaha bagi pengusaha kecil dan menengah, perlu

dibimbing agar memiliki kemampuan yang semakin kuat dalam mendukung

pembangunan dan menciptakan perekonomian yang lebih kokoh. Sehingga perlu

disediakan berbagai kemudahan dan bantuan misalnya seperti pemberian kredit

(2)

Pemberian kredit merupakan masalah yang lazim ditemui dalam suatu

usaha yang dikelola oleh orang atau badan hukum atau badan usaha. Masalah

kredit timbul dari kemajuannya peradaban manusia khususnya dibidang

perekonomian. Dimana ketika uang mulai dikenal sebagai alat kehidupan, pinjam

meminjam barang atau yang dikenal dengan istilah barter telah menimbulkan

berbagai kesulitan, sehingga manusia mulai mencari cara-cara yang lebih mudah

dalam melaksanakan tukar menukar barang berharga yang disukai masyarakat

luas. Dalam suasana itu, kredit dalam bentuknya yang sangat terbatas mulai

dikenal. Sejalan dengan perkembangan dalam peniagaan dan penggunaan kredit

sebagai alat pembiayaan, maka terlihat perkembangan yang sama pesatnya di

bidang perbankan. Para pengusaha mulai mengembangkan peranan kredit salah

satu sumber potensi dalam memulai dan mengembangkan usahanya.

Kredit sebenarnya mempunyai pasaran yang luas sekali. Jumlah peminta

kredit lebih banyak dan besar jumlahnya jika dibandingkan dengan adanya badan–

badan yang sanggup melayaninya. Salah satu peyaluran kredit yang diberikan

bank yaitu kepada pengusaha kecil dan menengah.

Bank sebagai pemberi kredit harus menyadari atas risiko yang akan timbul

dikemudian hari atas proses penyaluran kredit. Risiko yang terjadi antara lain bila

terjadi wanprestasi oleh penerima kredit. Wanprestasi yang dimaksudkan adalah

apabila seorang debitur yang dinilai layak menerima kredit atau pembiayaan

(3)

mengangsur dikarenakan debitur sudah tidak mampu mengangsur maupun karena

debitur telah meninggal sebelum kredit lunas atau jatuh tempo.2

Hassanudin Rahman mengatakan, Bank merupakan produk yang paling

utama melakukan kegiatan dalam hal pemberian kredit atau bantuan permodalan

agar suatu usaha yang dikelola seseorang atau bantuan permodalan agar suatu

usaha yang dikelola seseorang atau badan hukum dapat lebih berkembang dan

mengembangkan usahanya lebih sedikit lebih baik dan lancar serta bertambah

kemajuannya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen – komponen

kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi dimasa mendatang.3

Siwanto Sutojo mengatakan adapun jenis kegiatan bisnis utama Bank

umum antara lain, seperti menjunjung kelancaran mekanisme pembayaran di

masyarakat, mengumpulkan dana dari masyarakat, memberikan kredit korporasi,

menyediakan jasa penunjang perdagangan internasional, menyediakan jasa

pialang surat berharga, menyediakan jasa penitipan barang berharga dan surat

bernilai.4

Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan telah memberikan

pengaturan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian kredit.

Prinsip kehati-hatian dalam Undang-Undang Perbankan tersebut mencerminkan

bahwa Bank dalam memberikan kredit harus mengikat kepentingan nasabah yang

menyimpan dananya di Bank dan hal tersebut untuk keamanan Bank itu sendiri.

2

Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 29 ayat 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790

3

Hasanuddin Rahman, Aspek – Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia (Panduan Dasar: Legal Officer),Citra Aditya Bakti,Bandung, 1998, hal.96.

4

(4)

Yang dalam prakteknya, setiap Bank telah menyediakan perjanjian kredit baku

yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pihak Bank.

Ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan mengisyaratkan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib

mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi

hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal

8 tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh keyakinan tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fasilitas

kredit akan diberikan jika nasabah menyediakan barang jaminan atau ada

perjanjian yang dapat menjamin pemberian kredit terhadap si penerima kredit dari

nasabah. Oleh karena itu jaminan sangat penting artinya demi keamanan si

pemberi kredit (bank). Memberikan suatu barang sebagai jaminan kepada bank

berarti pemilik barang telah melepaskan sebahagian kekuasaannya tersebut. Pada

umumnya jaminan itu merupakan bentuk pengamanan kredit berupa kebendaan.

Penanaman modal dalam bentuk kredit pasti akan menghasilkan bunga

yang relatif tinggi. Namun, pada penanaman dana dalam bentuk kredit memiliki

resiko kemacetan dalam pengambilan kredit. Menyadari dengan akan adanya

resiko kemacetan pengambilan kredit, maka undang – undang perbankan telah

memberikan pengaturan tentang hal–hal yang harus diperhatikan dalam

pemberian kredit. Hal ini juga diperhatikan oleh pihak bank yang ingin

memberikan pinjaman terhadap nasabah yang dalam konteks pembahasan ini

adalah pengusaha kecil dan menengah. Persoalan kredit macet dalam dunia

(5)

terhambatnya pengambilan kredit itu disebabkan oleh faktor kurangnya

profesionalisme pihak pemberi kredit disamping lemahnya sisi penegakan hukum.

Peristiwa kredit macet ini sebenarnya tidak akan terjadi jika pihak bank benar –

benar menegakkan etika profesional dalam pengelolaan pemberian kredit.

Pengelolaan kredit perbankan haruslah mengacu kepada manajemen

profesionalisme yang dianut oleh dunia perbankan. Sering kali dalam praktek

penyaluran kredit itu lebih ditekankan kepada aspek ekonomis yang cenderung

untuk mengambil keuntungan secara maksimal. Analisa kredit apabila dilakukan

secara profesional dapat berperan sebagai saringan pertama untuk menjaga bank

agar tidak terjerumus kedalam kasus kredit macet atau kredit macet.

Persoalan-persoalan tentang prosedur terhadap pemberian kredit kepada pihak debitur,

bagaimana kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi dan bagaimana

penyelesaian dilakukan oleh bank apabila debitur wanprestasi, menjadi latar

belakang penulis dan berkeinginan untuk mencoba menelaah persoalan-persoalan

tersebut di atas.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis memilih judul Hubungan

Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit pada Usaha Kecil

Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang

Pematangsiantar).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, dapat

(6)

1. Bagaimana tanggung jawab penjamin dalam pemberian kredit pada

Bank Sumut Pematangsiantar?

2. Bagaimana kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi pada Bank

Sumut Pematangsiantar?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit macet

(debitur wanprestasi) oleh Bank Sumut Pematangsiantar?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam membahas masalah hubungan hukum antara

penjamin dengan pihak pemberi kredit kepada usaha kecil menengah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab penjamin dalam

pemberian Kredit.

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan penjamin bila debitur

wanprestasi.

3. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan Bank Sumut

Pematangsiantar untuk menyelesaikan kredit macet (debitur

wanprestasi).

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para

(7)

memberikan manfaat guna pengembangan ilmu hukum secara umum

dan hukum perusahaan secara khusus di Indonesia.

2. Secara praktis

Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberi manfaat untuk

diterapkan oleh pengambilan kebijaksanaan dan pelaksanaan hukum

dibidang perjanjian kredit pada usaha kecil dan menengah

E. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah

sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan dengan masalah tertentu,

untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara

pemecahanya.5

1. Jenis dan sifat penelitian

Adapun metode penelitian skripsi ini, antara lain:

Jenis penelitian dala, penelitian ini adalah yuridis empiris. Yuridis empiris

yaitu suatu penelitian yang menekankan pada fakta-fakta yang diperolehnya dari

hasil penelitian yang didasarkan pada metode ilmiah serta juga berpedoman pada

teori hukum yang ada.6

5

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2001, hal 3

6

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, h. 36.

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian

ini adalah prosedur terhadap pemberian kredit kepada pihak debitur, bagaimana

kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi dan bagaimana penyelesaian

(8)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analistis yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang

tertentu dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan antara dua gejala atau

lebih. 7

2. Sumber data

Penulis melakukan penelitian guna mengumpulkan data yang bersumber dari

subjek yang diteliti. Penelitian ini pada hakikatnya merupakan metode untuk

menemukan secara khusus dari realitas yang tengah terjadi di tengah masyarakat.8

a. Bahan hukum primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti.

Penelaahan ini dibedakan dalam dua sumber rujukan utama, yaitu:

9

b. Bahan hukum sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

yang berupa bahan tertulis seperti buku teks, artikel, makalah, jurnal,

peraturan perundang-undangan dan data dari instansi atau lembaga tempat

penelitian yang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian

Dalam penelitian ini adalah

wawancara dengan Risma selaku Officer PT. Bank Sumut Cabang

Pematangsiantar

7

Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum , Cet. III, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal. 36.

8

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit, hal 52 9

(9)

c. Bahan hukum tertier, yang merupakan bahan-bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

seperti kamus hukum dan ensiklopedia.

3. Pengumpulan data

Data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu membaca, mengutip

buku-buku atau referensi serta menelaah peraturan perundang- undangan,

dokumen dan informasi lain yang ada.dengan permasalahan yang akan

diteliti dalam penulisan skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (field research)dengan langkah-langkah :

1) Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan narasumber yang ada hubungannya dengan prosedur

pemberian kredit kepada pelaku usaha kecil dan menengah yang

dijamin dengan adanya kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi

serta upaya apa yang akan dilakukan pihak Bank Sumut untuk

menyelesaikan kredit macet. Dalam penelitian ini pedoman wawancara

tidak terstuktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan.

2) Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi dari bahan-bahan dokumen baik peraturan

perundangundangan, catatan-catatan, laporan-laporan maupun

(10)

4. Analisis data

Analisa data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian

pustaka maupun penelitian lapangan. Terhadap data primer yang didapat dari

lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk

diklasifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk

memudahkan melakukan analisis. Data primer inipun terlebih dahulu di korelasi

untuk menyelesaikan data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan

yang ada dalam penelitian ini. Data sekunder yang didapat dari kepustakaan

dipilih serta dihimpun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam

melakukan analisis. Dari hasil data penelitian pustaka maupun lapangan ini

dilakukan pembahasan secara deskriptif analitis.10

F. Keaslian Penulisan

Deskriptif adalah pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh

suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematis terutama mengenai fakta

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Analitis artinya

gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis dengan cermat sehingga

dapat diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu 51 membuktikan

permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan permasalahan

tersebut.

Pembahasan skripsi ini difokuskan kepada pembahasan tentang bagaimana

prosedur pemberian kredit kepada pelaku usaha kecil dan menengah yang dijamin

10

(11)

dengan adanya kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi serta upaya apa yang

akan dilakukan pihak Bank Sumut untuk menyelesaikan kredit macet (debitur

wanprestasi).

Berdasarkan penelusuran perpustakaan dan hasil – hasil pembahasan

skripsi yang sudah ada maupun sedang dilakukan ternyata belum ada pernah

dilakukan pembahasan skripsi mengenai kedudukan penjamin (Borg) dalam

pemberian kredit bagi pelaku usaha kecil menengah di Bank Sumut kota

Pematangsiantar. Adapun judul yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara antara lain:

Risky Adelia Budianty (2008) dengan judul penelitian Hubungan Hukum

Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah di

Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Medan. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Tanggung jawab penjamin dalam pemberian kredit.

2. Kedudukan penjamin bila debitur Wanprestasi.

3. Upaya yang dilakukan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Medan

untuk menyelesaikan kredit bermasalah (debitur wanprestasi).

Citra K R P Tarigan (2015), dengan judul penelitian Tanggung Jawab

Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko

Kredit Macet pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan).

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Perjanjian kredit pada perbankan.

(12)

3. Tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit sebagai penjamin untuk

menanggulangi risiko kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat di Perum

Jamkrindo Cabang Medan.

Fachri (2016), dengan judul penelitian kedudukan penjamin dalam

pemberian kredit Usaha kecil dan menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia

Medan). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

1.

2. Akibat Hukum Bagi Penjamin Jika Debitur Wanprestasi

Hubungan Penjamin dengan Pihak Pemberi Kredit

3.

Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha

penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing

penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat

merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

penelitian untuk skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara

akademik dan ilmiah.

Kedudukan Penjamin dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah Jika

Debitur wanpretasi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami bagaimana arah dan isi

penulisan skripsi ini, sehingga pembahasan dan penyajian dikatakan baik harus

tercipta keteraturan dalam penyusunannya. Maka dari itu penulis menuliskan

(13)

Skripsi ini terdiri dari 5 ( lima ) bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub

bab garis besar dari tiap bab adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, yaitu apa yang

melatarbelakangi penulis mengangkat judul ini. Perumusan

masalah yaitu hal-hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi

ini, tujuan penulisan yaitu maksud dari penulis menulis skripsi

dengan judul tersebut, manfaat penulisan yaitu apa yang menjadi

manfaatnya bagi penulis dan setiap pembaca, metode penelitian

yaitu metode yang penulis gunakan dalam mengkaji setiap

permasalahan, keaslian penulisan yaitu penegasan bahwa skripsi

ini dapat dijamin keasliannya dan bukan merupakan bentuk plagiat

dari penulisan lain,dan sistematika penulisan yaitu uraian ringkas

dari isi skripsi ini.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM

PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL

MENENGAH

Bab ini memaparkan pengertian kredit secara umum, subjek dan

objek dalam perjanjian kredit, syarat – syarat perjanjian kredit,

dasar- dasar pertimbangan pemberian kredit, para pihak dalam

perjanjian kredit, dan dasar – dasar hukum pemberi kredit usaha

(14)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENJAMIN DALAM

PEMBERIAN KREDIT TERHADAP USAHA KECIL

MENENGAH

Bab ini memaparkan pengertian hukum penjamin dalam pemberian

kredit, fungsi penjamin kredit dalam pemberian kredit, dan

pengertian usaha kecil menengah.

BAB IV ANALISIS KEDUDUKAN PENJAMIN ( BORG ) DALAM

PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DAN

MENENGAH

Bab ini memaparkan tanggung jawab penjamin dalam pemberian

kredit, kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi, dan upaya

apa yang dilakukan oleh Bank Sumut untuk menyelesaikan kredit

macet ketika debitur Wanprestasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini, memaparkan bagian akhir dari penulisan skripsi ini yaitu

kesimpulan dari berbagai permasalahan dibahas sebelumnya.

Setelah mendapat kesimpulan, maka penulis mendapatkan dan

menyajikan beberapa poin yang merupakan saran dalam

Referensi

Dokumen terkait

Rekam Medis adalah milik Dokter dan Rumah Sakit sedangkan isinya yang terdiri dari Identitas Pasien, Pemeriksaan, Pengobatan, Tindakan dan Pelayanan Iain yang telah diberikan

[r]

Dari hasil saturasi parafin ini dapat diidentifikasi jumlah parafin yang masuk ke dalam sand pack, jumlah minyak yang keluar dan jumlah parafin yang tertinggal di dalam sand pack,

[r]

Sistem Penjadwalan Sidang Tugas Akhir ini terdapat lima bagian inti yang dapat menghubungkan antara petugas pembuat jadwal, pengguna (mahasiswa dan dosen) dengan sistem

Mengingat bahwa sejak tahun 2010 pemerintah telah mulai memberikan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi kepada mahasiswa berprestasi yang memiliki keterbatasan

The items assessed in this experiment were: (a) rumen bypass protein (BCP); (b) rumen bypass starch (BSt); (c) fermented organic matter (FOM); (d) truly absorbed bypass protein

Mulai tahun 2012 ini, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan Nomor 59 tahun 2011 tentang tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik