• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis jenis manusia purba sangiran dan c (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jenis jenis manusia purba sangiran dan c (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis-jenis manusia purba sangiran dan cirinya

Menurut ahli paleontologi Harry widianto, di kawasan Sangiran tersimpan data proses evolusi lingkungan purba tanpa putus. Dari temuan formasi tanah yang sekarang diabadikan di Museum Sangiran, diketahui cekungan Sangiran dahulu lingkungan laut.

Di Indonesia, terdapat situs-situs prasejarah lengkap yang berisi sisa – sisa kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Di situs itu, terdapat beragam fosil manusia puba, fosil fauna, fosil tumbuhan, artefak dan lapisan tanah yang terendapkan secara alamiah tidak kurang dari 2 juta tahun silam.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi dan untuk bidang kepariwisataan. Pada Situs Sangiran ini terdapat banyak peninggalan-peninggalan sejarah yang meliputi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora dan fauna beserta gambaran statigrafnya.

Lokasi dan Keadaan Alam Situs Sangiran

Berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah / sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo dengan area seluas 56 km2 yang berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Karanganyar.

Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu

menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak.

Sejarah Penemuan Fosil di Sangiran

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling pada tahun 1864, dengan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah

Sangiran.Eugene Dubois pernah datang ke Sangiran, namun ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran.

(2)

resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.Gustav Heinrich Ralph von

Koenigswald

Meganthropus Paleojavanicus

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dari lapisan

Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan juga kuat. Mereka hidup denan cara mengumpulkan makanan. Makanan mereka berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli

menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yan besar.

Ciri-Ciri :

 Memiliki tulang rahang yang kuat  Tidak memiliki dagu

 Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.  Berbadan besar dan tegap

Homo erectus

Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan Homo sapiens, manusia modern.Homo erectus pada awal

penemuannya diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus.Memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.Telah ditemukan sebanyak 50 individu fosil manusia Homo erectus di Sangiran. Jumlah ini mewaikili 65% dari fosil Homo erectus yang

ditemukan di Indonesia atau 50% dari populasiHomo erectus di dunia.

(3)

 Tengkorak pendek memanjang

Berdasarkan Morfologi, tengkorak S17 adalah individu laki-laki dewasa yang hidup di Sangiran pada saat Sangiran didominasi lingkungan sungai yang luas sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Homo Soloensis

Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.

Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

Ciri Ciri :

 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc  Tinggi badan antara 130 – 210 cm  Otot tengkuk mengalami penyusutan  Muka tidak menonjol ke depan

 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

(4)

graham besar dengan rahang yang sangat kuat f)Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi g)Bentuk hidung tebal h)Bagian belakang kepala tampak menonjol i)Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang 2.

Pithecanthropus Mojokertensis Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von Koeningswald di Mojokerto tahun 1936 Disebut juga Pithecanthropus Robustus. Ciri- ciri : a. Tinggi antara 165- 180 b. Badan tegap, tidak setegap Meganthropus c. Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus d. Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang pelipis e. Tidak berdagu f. Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan g. Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun. B. Jenis Meganthropus 1. Meganthropus Paleojavanicus Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa. Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald tahun 1936-1941. Ciri-ciri : a. Memiliki tulang pipi yang tebal b. Memiliki otot kunyah yang kuat c. Memiliki tonjolan kening yang mencolok

d . Memiliki tonjolan belakang yang tajam e. Tidak memiliki dagu f. Memiliki perawakan yang tegap g. Memakan jenis tumbuhan h. Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal C. Jenis Homo 1. Homo Wajakensis Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois. Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis. Ciri-ciri : a. Muka datar dan lebar b. Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju) c. Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata d. Pipinya menonjol ke samping e. Kapasitas otak mencapai 1300 cc f. Berat badan dari 30 - 150 kg g. Tinggi badan 130 - 210 cm h. Jarak antara hidung dan mulut masih jauh i. Perawakannya masih seperti kera j. Sudah berdiri tegak k. Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih

sederhana. 2. Homo Soloensis Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931 —

1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Ciri-ciri : a) Volume otaknya antara 1000 –1200 cc b) Tinggi badan antara 130 –210 cm c) Otot tengkuk mengalami penyusutan d) Muka tidak menonjol ke depan e) Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna 3. Homo Sapiens Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang disebut dengan manusia bijaksana.

(5)

Ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan. Jenis manusia purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri :

• Tinggi tubuh 130 -210 cm

• Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan Meganthropus dan pithecanthropus.

• Volume otak antara 1000 cc -1300 cc

• Otot kunyah,

gigi, dan rahang sudah menyusut.

• Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu. • Tulang alis lebih besar

• Sudah tidak berbulu

• Berdiri tegak dan berjalan tegak • Disebut manusia berbudaya • Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam

Sangiran

Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan kabupaten

Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman manjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan

(6)

Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia

dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh

kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan

binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fuuio

uolkanik, tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau.

(7)

kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan uon Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern. Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang euolusi fsik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang euolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafs yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat euolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO. Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir

(8)

lagi di Afrika.

Trinil, Ngawi, Jawa Timur

Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum uon Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskauasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluuial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap

tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang.Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian

belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian

belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya

(9)

telah mencapai usia dewasa. Selain tempat-tempat di atas,

peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah,

Sambung macan, Sragen.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

Jenis Meganthropus

Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianuon Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang

menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar.

Darihasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojauanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.

Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah

tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.

Jenis Pithecanthropus

Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk

(10)

karena itujenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.

Jenis Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh uon Reitschotendi Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya

menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak

semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fsiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.

(11)

maju dalam berfkir dan menyiasati tantangan alam.

Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru duniahingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapat

melukiskan perbedaan morfologis antara Homo sapiens dengan pendahulunya, Homo erectus. Rangka Homo sapiens kurang kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karena tulang belulangnya tidak setebal dan

sekompak Homo erectus. Hal ini mengindikasikan bahwa secara fsik Homo sapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter yang lebih bereuolusi dan lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal, karakter euolutif yang paling signifkan adalah

bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai

kapasitas otak yang jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan lebih tinggi

dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc. Segi-segi morfologis dan tingkatan kepurbaannya menunjukkan ada

(12)

dan dengan cepat menghuni berbagai

permukaan dunia ini. Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusia modern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia

Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu), kemudian dilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan karakter fsiknya dikenal sebagai ras Austro melanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu muncul penghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan karakter fsiknya, makhluk manusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian berkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,

Manusia Wajak

(13)

Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. uan Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campur darat, dekat Tulung agung, Jawa Timur.

Manusia Liang Bua

Pengumuman tentang penemuan manusia Homo foresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia. Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa

praaksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datar di depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusia modern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yang menakjubkan yang diharapkan dapat

(14)

Liang Bua. Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeuen lebih dahulu menemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua. Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi dengan

berbagai alat serpih dan gerabah. Tahun 1965, ditemukan tujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara lain berupa beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakan sebuah situs neolitik dan paleometalik. Manusia Liang Bua mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dengan uolume otak 380 cc. Kapasitas kranial tersebut berada jauh di bawah Homo erectus (1.000 cc), manusia modern Homo sapiens(1.400cc), dan bahkan berada di bawah uolume otak simpanse (450 cc).[ps]

Sejarah singkat Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Fosil-fosil hominid mulai ditemukan pada tahun 1936 dan hingga tahun 1941 Koenigswald telah menemukan sejumlah fosil Homo erectus. Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna,

artefak, dan fosil Homo erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran. Unit Kerja ini dibentuk pada tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang penting bagi pengetahuan , khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, dengan nomor penetapan C.593. Dengan status ini pengelolaan Situs Sangiran menjadi prioritas sehingga perlu disusun Master Plan dan DED

(15)

Referensi

Dokumen terkait

 Mengumpulkan data dan masalah dihadapi siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran eksak, sosial dan seni serta strategi pembelajarannya.

kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri se-Kecamatan Kubu dengan kontribusi parsial sebesar 17,31%, (2) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan

[r]

Menilai budaya dalam penilaian pupose budaya adalah mengevaluasi faktor yang mungkin dipengaruhi oleh organisasi cocok , untuk memahami masa depan budaya dinamika

al (2003) di California, Florida, New York, Texas dan Wisconsin jelas menunjukkan adanya peningkatan pencapaian pelajar apabila pendekatan inkuiri diaplikasikan

Ada usaha dari pihak tertentu yang mengatakan dia Cina dan dia Kristen, ternyata kan warga Jakarta tidak menggubris dan malah jadi bumerang.". "Hary Tanoe, terlepas kita

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kadar protein pada tahu yang dibuat dengan penambahan enzim bromelin dari sari buah nenas lebih tinggi dibandingkan

Masalah fluktuasi harga yang besar dalam jangka pendek. • Dalam jangka pendek