• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKU"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.M

DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI

HARI KE II DI RUANG BOUGENVILLE

RS PANTI WALUYO

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

PUSPA WIJAYA

NIM. P.09037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.M

DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI

HARI KE-II DI RUANG BOUGENVILLE

RS PANTI WALUYO

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

PUSPA WIJAYA

NIM. P.09037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Puspa Wijaya

Nim : P. 09037

Proram Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.M DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE-II DI RUANG BOUGENVILLE RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

(4)
(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Puspa Wijaya

NIM : P. 09037

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.M DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE-II DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Selasa / 1 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji 1 : Setiyawan, S.Kep., Ns (...) NIK. 201084050

Penguji II : Joko Kismanto, S.Kep., Ns (...) NIK. 200670020

Penguji III : Nurul Devi, S.Kep., Ns (...) NIK. 201186080

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

(6)

v

MOTTO

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta terima kasih atas segala kasih sayang, doa, dan perhatian yang tak dapat dinilai oleh apaun

2. Kakak dan adikku, Mbak Apik dan Krisna terima kasih atas semangatnya

3. Mas Faisal Hermawan beserta keluarga besar, terima kasih atas doa, perhatian, inspirasi, dan spiritnya.

4. Saudaraku Mbak Ardani, terima kasih atas segalanya

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya yang dilimpahkan kepada kami, sehingga setelah melalui proses yang panjang dan berbagai kesulitan yang selalu muncul akhirnya penulis mampu menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.M DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE-II DI RUANG BOUGENVILLE RS PANTI WALUYO SURAKARTA.”

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini, kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Kusuma

Husada sekaligus dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan segala kearifan beliau memberikan bimbingan dan arahan hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini serta telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan studi kasus ini.

(9)

viii

4. Nurul Devi, S.Kep.,Ns selaku penguji II yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikam bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Perpustakaan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dalam mendapatkan referensi yang diperlukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga penulisan karya tulis ilmiah yang sederhana ini mampu memberikan sumbangsih pada bidang kesehatan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, apabila terdapat kesalahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka hal tersebut bukan suatu kesengajaan, melainkan semata-mata karena kekhilafan penulis. Oleh karena itu kepada seluruh pembaca mohon memaklumi dan hendaknya memberikan kritik dan saran yang membangun.

Surakarta, April 2012

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Manfaat Penulisan ... 5

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 7

B. Pengkajian ... 7

C. Daftar Perumusan Masalah ... 11

D. Perencanaan Keperawatan ... 11

E. Implementasi Keperawatan ... 12

F. Evaluasi Keperawatan ... 14

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ... 16

(11)

x Daftar Pustaka

Lampiran

(12)

xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Puspa Wijaya

Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 16 November 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Wonosaren RT 02 RW 08, Jagalan, Jebres, Surakarta

Riwayat Pendidikan :

1. TK Putra Harapan Pondok Gede Permai tahun lulus 1996

2. SDN Jagalan No.81 Surakarta tahun lulus 2002

3. SMP Negeri 14 Surakarta tahun lulus 2005

4. SMA Negeri 6 Surakarta tahun lulus 2008

5. Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja

Riwayat Organisasai : -

(13)

xii

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan khususnya perawat memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna menunjang dan memberikan pelayanan yang baik. Perkembangan saat ini, juga mempengaruhi gaya hidup atau pada kebiasaan sehari-hari, misalnya kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu sehari-hari, yang diduga salah satu penyebab apendiks (Sander, 2011).

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan konstipasi. Kemudian konstipasi dapat menyebabkan peningkatnya intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis (Sander, 2011).

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi (Sander, 2011).

(16)

2

diajukan sebagai faktor pencetus. Disamping hiperplasia jaringan limf, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolytica (Sjamsuhidajat, 2010).

Menurut Sjamsuhidajat (2010), peradangan akut apendiks memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mecegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Menurut Brunner & Suddarth (2005), apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan segera mungkin untuk mengurangi risiko perforasi. Di Indonesia sendiri apendisitis merupakan penyakit urutan ke empat terbanyak tahun 2006. Kelompok usia yang umumnya mengalami apendisitis yaitu pada usia antara 10 sampai 30 tahun. Satu orang dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya (Eylin, 2009). Setiap tahun sekitar 700.000 pasien dengan usus buntu atau apendisitis diruang gawat darurat untuk pengobatan termasuk apendiktomi (Clynton, 2009). Data dari RSUP H. Adam Malik yang menunjukkan semakin tingginya angka operasi apendiktomi tiap tahunnya, dimana pada tahun 2007 terdapat 152 tindakan pembedahan, tahun 2008 terdapat 165 tindakan pembedahan, dan tahun 2009 terdapat 173 tindakan pembedahan (Profil RSUP H. Adam Malik Medan, 2010).

(17)

3

Akhirnya, timbul reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk sikap dan perilaku verbal maupun non-verbal untuk mengemukakan apa yang dirasakannya (Sjamsuhidajat dkk, 2005)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Berdasarkan lama waktu terjadinya nyeri, nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik (Judha, 2012). Nyeri akut terjadi setelah cedera penyakit akut, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi, dan berlangsung untuk waktu singkat. Sedangkan nyeri kronik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Potter, 2009)

(18)

4

Dari hasil pengamatan penulis saat melakukan praktek keperawatan diberbagai rumah sakit, sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan mengakibatkan munculnya masalah nyeri dan selama pengelolaan di RS Panti Waluyo Surakarta, penulis menjumpai pasien dengan post-operasi apendiktomi hari ke-II dengan keluhan nyeri pada Tn.M didukung oleh data subyektif “Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, nyeri terasa perih dan tertusuk-tusuk, skala nyeri 4 (0-10), nyeri yang dirasakan hilang timbul” dan data obyektif “Pasien tampak lemah dan meringis kesakitan”.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolahan kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn.M Dengan Post-Operasi Apendiktomi Hari Ke-II Di Ruang Bougenville RS. Panti Waluyo Surakarta”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, antara lain sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

(19)

5

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II .

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II.

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II.

f. Penulis mampu mengalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Tn.M dengan nyeri post-operasi apendiktomi hari ke-II.

C. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait dengan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu:

1. Bagi Penulis

(20)

6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi / Pendidikan

1) Untuk menambah khasanah kepustakaan dibidang ilmu kesehatan yaitu dalam bidang ilmu keperawatan.

2) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dalam Karya Tulis Ilmiah ini untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan.

b. Bagi Rumah Sakit

1) Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi karya ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu kesehatan khususnya dibidang keperawatan.

(21)

7

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian penulis menggunakan metode alloanamnesa, autoanamnesa, serta catatan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012 pukul 13.00 WIB dan didapatkan data identitas pasien. Pasien bernama Tn.M yang tinggal di Klodaran Indah D.69 Rt.01/Rw.03, Kelurahan Klodran, Kecamatan Colomadu, Karanganyar. Usia 54 tahun, jenis kelamin laki-laki, bekerja di Balaikota Surakarta dengan tingkat pendidikan terakhir STM. Tn.M masuk RS. Panti Waluyo Surakarta pada tanggal 31 April 2012 melalui poli dengan diagnosa medis “Apendicitis Chronoc Dextra Acute”. Selama dirumah sakit, penanggung jawab dari Tn.M yaitu Sdr. A yang merupakan anak dari Tn.M.

Berdasarkan pengkajian riwayat penyakit, Tn.M mengatakan nyeri perut yang dirasakan sudah berlangsung kurang lebih satu setengah (±1ЩЇ) bulan yang lalu. Pernah memeriksakan ke Puskesmas dan dokter menyarankan agar pasien dirujuk kerumah sakit karena pasien terkena usus buntu, tetapi pasien menolak untuk dirujuk. Tn.M hanya minum obat yang diberikan oleh Puskesmas. Apabila nyeri kambuh, Tn.M hanya istirahat dan dikeroki oleh istrinya.

(22)

8

untuk rawat inap dan segera memerlukan tindakan pembedahan apendiktomi. Pada pukul 13.00 WIB, dokter melakukan tindakan pembedahan apendiktomi kepada Tn.M dan selesai pada pukul 15.45 WIB, kemudian Tn.M dipindahkan ke ruang Bougenville RS. Panti Waluyo Surakarta.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 April 2012 pukul 13.00 WIB, Tn.M mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah atau yang habis dioperasi, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (rentang nyeri 0-10), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul, pasien tampak lemah dan meringis kesakitan. Di ruang Bougenville Tn.M terpasang infus RL 20 tetes per menit pada tangan sebelah kiri, terpasang drainage berisi darah 100cc pada abdomen kanan bawah, terdapat luka tertutup wundres, dan mendapat terapi injeksi ceftriaxone 1gram/12jam untuk mencegah terjadinya sepsis (antibiotik golongan sefalosporin), tricodazole 500 mg/8jam untuk mencegah terjadinya infeksi atau sepsis (antibiotoik), ketrobat 3ml/8jam untuk mengurangi rasa nyeri (analgesik), dan kalnex 5ml/8jam untuk anti-perdarahan. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, dan suhu 36,7°C.

(23)

9

Pada riwayat kesehatan keluarga, Tn.M mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan maupun menular, seperti : Hipertensi, Diabetes Militus, Hepatitis, dan lain-lain. Tn.M merupakan anak kedua dari lima bersaudara, sedangkan istri Tn.M merupakan anak pertama dari enam bersaudara, Tn.M dan istrinya memiliki 3 orang anak.

Menurut Gordon, pola kesehatan fungsional terdiri dari 11 yang terdiri dari : pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan eliminasi, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif dan perseptul, pola persepsi dan konsep diri, pola hubungan dan peran, pola seksualitas dan reproduksi, pola mekanisme koping, dan pola nilai dan keyakinan.

Pada kasus ini, Tn.M mengalami masalah pada pola kognitif dan perseptual yaitu sebelum sakit Tn.M mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Selama sakit Tn.M mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pasien mengatakan nyeri perut pada bagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, kualitas nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (0-10), nyeri dirasakan hilang timbul, pasien tampak lemah dan meringis kesakitan.

(24)

10

Pada pemeriksaan abdomen, dilakukan dengan cara Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi (IAPP). Inspeksi meliputi warna kulit sawo matang, perut datar, turgor kulit cukup baik, terdapat luka post-operasi apendiktomi ±7cm yang tertutup wundres, tampak terpasang drainage berupa darah sebanyak 100 cc pada abdomen kanan bawah, dan warna kulit disekitar luka tidak tampak kemerahan. Auskultasi meliputi peristaltik usus 5 kali per menit. Suara perut saat diperkusi terdengar timpani. Pada saat palpasi, terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen kanan bawah atau daerah post-operasi apendiktomi.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Tn.M, meliputi pemeriksaan laboratorium, USG, dan rontgen. Hasil dari pemeriksaan laboratorium tanggal 31 April 2012 meliputi Hemoglobin 15,5 g/dl (nilai normal: 12,1-17,6); Hematokrit 43,1 % (35-45); Eritrosit 5,45 jt/mm³ (4,5-5,9); Leukosit 8.400/mm³ (4.400-11.300); Trombosit 305.000 u/L (150.000-450.000); Basofil 0,2% (0-2); Eosinofil 5,1 %(0-4); Neutrofil 61,0% (55-80); Limfosit 29,3 % (22-44); Monosit 4,0% (0-7); MCV 79 fl (80-96); MCH 28 pg (28-33); MCHC 36% (32-36); Masa Pendarahan/BT 02’05’’ menit (1-3); Masa Pembekuan/CT 06’15’’ menit (5-8); HbsAg kualitatis negative (negative); Ureum 18,5 mg/dl (10-50); Kreatinin 0,85 mg/dl (0,9-1-3); Glukosa darah sewaktu 97 mg/dl (60-140).

(25)

11

lien, vesica urinaria, maupun prostat dalam batas normal; menyongkong gambaran appendisitis.

Hasil pemeriksaan rontgen dada pada tanggal 31 April 2012 yaitu: cor dalam batas normal, tak tampak infiltrate pada pulmo.

B. Perumusan Masalah

Pada kasus Tn.M dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif “Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (0-10), nyeri yang dirasakan hilang timbul” dan data obyektif berupa “Pasien tampak lemah dan meringis kesakitan, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 22 kali per menit, suhu 36,7°C. Maka penulis melakukan analisa data sehingga dapat diangkat masalah keperawatan utama yaitu nyeri akut. Berdasarkan hasil perumusan masalah tersebut, penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan apendiktomi).

C. Rencana Tindakan Keperawatan

(26)

12

dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali per menit, pernapasan 16-24 kali per menit, suhu 36-37,5°C).

Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada Tn.M, antara lain observasi tanda-tanda vital dengan rasional mengetahui perkembangan lebih lanjut, kaji karakteristik nyeri dengan rasional dapat menentukan terapi yang akan dilakukan, berikan posisi yang nyaman (supine atau semi-fowler) dengan rasional agar pasien rileks dan membantu mengurangi rasa nyeri, batasi pengunjung dengan rasional agar pasien dapat istirahat sehingga dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi pemandangan) dengan rasional mengalihkan rasa nyeri, dan kolaborasi dengan tim medis lain yaitu pemberian analgesik dengan rasional mengurangi rasa nyeri dan membantu proses penyembuhan.

D. Implementasi

(27)

13

kesakitan, terdapat luka tertutup pada abdomen kanan bawah; memberikan posisi yang nyaman (supine) pada pukul 13.40 WIB dengan respon subyektif Tn.M mengatakan masih nyeri tapi terasa lebih nyaman, dan respon obyektif Tn.M tampak meringis kesakitan, posisi Tn.M supine; mengajarkan teknik relaksasi pada pukul 13.45 WIB dengan respon subyektif Tn.M mengatakan nyeri terasa berkurang dan respon obyektif Tn.M dapat melakukan teknik relaksasi (nafas dalam) dengan benar.

(28)

14

dan melepas drainage pada pukul 09.00 WIB dengan respon subyektif Tn.M mengatakan bersedia dan respon subyektif Tn.M tampak meringis kesakitan saat drainage dilepas, luka post-operasi apendiktomi berada di abdomen kanan bawah, luka bersih, tidak terdapat pus, panjang luka kurang lebih 7cm; membatasi pengunjung pada pukul 13.00 WIB dengan respon subyektif Tn.M mengatakan bersedia apabila saudara yang mengunjunginya masuk kamar secara bergantian dan respon obyektif keluarga yang berkunjung tampak bergantian menemui Tn.M.

E. Evaluasi

(29)

15

(30)

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2-3 April 2012 di ruang Bougenville RS. Panti Waluyo Surakarta. Pembahasan tentang proses asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa atau rumusan keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2006).

Sumber data didapatkan dari klien, keluarga, teman dekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan diagnostik dan laboratorium (Potter & Perry, 2005).

(31)

17

(2008), riwayat nyeri perut kanan bawah yang lebih dari dua minggu didiagnosis sebagai apendisitis kronik dimana hal ini dapat menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis yang diakibatkan perforasi apendiks sehingga klien memerlukan antibiotik dan drainage. Pada saat melakukan pengkajian, penulis tidak mengkaji apakah Tn.M sebelum pembedahan apendektomi mengeluh demam, mual, muntah, maupun hilangnya nafsu makan. Ini merupakan kekurangan penulis saat melakukan pengkajian.

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan lelaki mengingat pada perempuan, terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang menyerupai apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari genetalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau gangguan ginekologi lainnya. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut, bila diagnosis meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah sakit dengan frekuensi setiap 1-2jam. Ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi diagnostik (Sjamsuhidajat, 2010). Pada kasus ini, Tn.M menjalani pemeriksaan penunjang USG pada tanggal 30 April 2012 dengan hasil menyongkong gambaran apendisitis.

(32)

18

apendiks baik secara makroskopik maupun mikroskopik, dan keluhan menghilang pasca apendiktomi. Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi.

Berdasarkan tanda gelaja serta hasil pemeriksaan penunjang yang ada, kemudian dokter mendiagnosa Tn.M dengan diagnosa medis “Apendicitis Chronic Dextra Akut” dan dilakukan tindakan pembedahan apendektomi pada tanggal 31 April 2012.

(33)

19

ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan neurotransmitter seperti prostaglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

(34)

20

Analog Scale (VAS). Pada kasus Tn.M, penulis mengkategorikan skala nyeri pada Tn.M kedalam data subyektif karena penulis menggunakan skala nyeri numerik dimana hasil dari skala numerik merupakan apa yang diungkapkan oleh pasien (Potter, 2006). Time (T) merupakan waktu saat nyeri muncul. Pada post-apendiktomi nyeri akan terasa terus-menerus setelah efek anestesi menghilang kemudian akan berkurang secara periodik. Pada kasus Tn.M, nyeri yang dirasakan karena setelah menjalani pembedahan apendiktomi, nyeri yang dirasakan perih dan seperti ditusuk-tusuk pada daerah abdomen kanan bawah, skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul. Pada kasus Tn.M, nyeri dirasakan berkurang karena pasien telah mendapat tindakan keperawatan.

(35)

21

seperti analgesik sebelumnya sehingga tidak terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan (Potter, 2006).

Pada pengkajian fisik abdomen, perawat memerlukan pengkajian fisik dan neurologis berdasarkan riwayat nyeri klien. Daerah yang sangat nyeri harus diperiksa untuk melihat apakah palpasi atau manipulasi pada daerah tersebut meningkatkan sensasi nyeri. Selama melakukan pemeriksaan umum, perawat memperhatikan adanya petunjuk-petunjuk yang mengindikasikan nyeri (Potter, 2006). Pada kasus Tn.M, dilakukan pemeriksaan fisik meliputi abdomen karena Tn.M, mengatakan nyeri bagian perut yang habis dioperasi. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan cara Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, dan Palpasi (IAPP). Pada pasca operasi, pasien terdapat luka abdomen dan drainage (Reeves, 2008). Saat pengkajian, didapatkan luka tertutup kurang lebih 7 cm dan tampak terpasang drainage berupa darah sebanyak 100cc, kulit sekitar luka tidak tampak kemerahan, auskultasi 5 kali per menit, timpani saat diperkusi, dan terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah karena pada daerah tersebut merupakan post-operasi apendiktomi.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium dan rontgen pada tanggal 31 Maret 2012, menunjukkan hasil yang normal. Sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi pada tanggal 30 Maret 2012, didapatkan hasil yaitu menyongkong gambaran appendicitis.

(36)

22

indikasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri pathogen pada saluran napas, THT, sepsis, meningitis, tulang sendi, dan jaringan lunak, intra abdominal, profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh; Tricodazole 500 mg/8 jam sebagai antibiotik atau mencegah terjadinya sepsis dengan indikasi trikomoniasis saluran kemih dan kelamin, amubiasis dalam usus, amubiasis hati dan ekstra intestinal, giardiasis, infeksi vincent, pengobatan dan pencegahan infeksi anaerob; ketrobat 3 ml/8 jam untuk mengurangi rasa nyeri (analgesik) dengan indikasi untuk mengurangi nyeri berat dan nyeri post operatif ; kalnex 5 ml/8 jam untuk anti-perdarahan dengan indikasi untuk fibrinilosis lokal seperti epistaksis (mimisan), prostatektomi (pembedahan mengangkat prostat), konisasiserviks, edema angioneurotik herediter, perdarahan abnormal sesudah operasi, perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia (ISO, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan

(37)

23

kasus pembedahan apendiktomi, diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan apendiktomi) sebagai prioritas diagnosa keperawatan karena nyeri pasca operasi merupakan nyeri akut secara serius yang mengancam proses penyembuhan klien, yang harus menjadi prioritas perawatan. Nyeri pasca operasi yang akut menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak terkontrol (Potter, 2006). Selain itu apabila diagnosa ini tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi klien atau orang lain mempunyai prioritas tertinggi (Potter, 2005). Hal ini didukung dengan hasil pengkajian pada tanggal 2 April 2012 didapatkan data subyektif “Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (0-10), nyeri yang dirasakan hilang timbul” dan data obyektif berupa “Pasien tampak lemah dan meringis kesakitan, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,7°C.

(38)

24

serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan neurotransmitter seperti prostaglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Hartanti, 2005). Ditunjang dengan data adanya luka tertutup dan tampak terpasang drainage berupa darah 100cc.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Judith M.Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Nursing Intervension Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC).

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan Spesifik, Mearsure, Archievable, Rasional, Time (SMART) selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (NANDA, 2009).

(39)

25

yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, pasien tidak gelisah. Intervensi yang dilakukan meliputi Observasi, Nursing Planning, Education, Colaboration (ONEC).

(40)

26

mengidentifikasi sumber-sumber multiple dan jenis nyeri (Brunner & Suddarth, 2002). Pada kasus Tn.M, observasi pada intervensi yang dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital dan kaji karakteristik nyeri dengan rasional dapat menentukan terapi yang akan dilakukan.

Menurut Hidayat (2005), pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh baik keadaan metabolisme, perubahan pada sistem kardiovaskuler, fungsi pernapasan, maupun menilai kemampuan sistem kardiovaskuler. Pada Tn.M, kaji tanda-tanda vital dilakukan dengan rasional mengetahui perkembangan lebih lanjut. Perkembangan lebih lanjut ini dimaksudkan yaitu pada keadaan umum pasien.

Menurut Muttaqin (2005) dan Brunner & Suddarth (2005), atur posisi semi-fowler dapat mengurangi nyeri dengan rasional posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Pada kasus Tn.M, penulis memberikan rencana tindakan keperawatan yaitu berikan posisi yang nyaman (supine atau semi-fowler) dengan rasional agar pasien rileks dan membantu mengurangi rasa nyeri. Posisi ini dipilih karena penulis belum mengetahui keadaan pasien. Selain itu, setelah pembedahan pasien mungkin dibaringkan dalam berbagai posisi untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri (Brunner & Suddarth, 2002).

(41)

27

yang menunjang nyeri. Beberapa penelitian, bagaimanapun telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Pada Tn.M, penulis memberikan rencana tindakan keperawatan ajarkan tekhnik relaksasi (nafas dalam) atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi pemandangan) dengan rasional mengalihkan rasa nyeri.

Menurut Muttaqin (2005), manajemen lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahkan pasien dapat mengurangi nyeri dengan rasional lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer. Pada kasus Tn.M, penulis memberikan rencana tindakan keperawatan yaitu batasi pengunjung dengan rasional agar pasien dapat istirahat sehingga dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesik. Menurut Muttaqin (2005), analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang. Pada kasus Tn.M, penuis memberikan rencana tindakan keperawatan yaitu kolaborasi dengan tim medis lain pemberian analgesik dengan rasional mengurangi nyeri dan membantu proses penyembuhan.

(42)

28

keperawatan kepada pasien. Namun, menurut teori yang ada masalah nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus dipenuhi (Patricia A. Potter, 2006).

4. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatn dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyelia, dan mengevaluasi kerja anggota staf, dam mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan. Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan tindakan (Bulechek & McCloskey, 1995; dikutip dari Potter, 2005).

(43)

29

tindakan keperawatan yang dilakukan penulis diluar rencana tindakan keperawatan antara lain mengkaji tanda-tanda vital, memberikan posisi supine, merawat luka apendiktomi, dan melepas drainage.

Pada tanggal 2 dan 3 April 2012, penulis melakukan implementasi mengkaji tanda-tanda vital dan memberikan posisi supine. Pertama, mengkaji tanda-tanda vital. Ini dilakukan karena pada nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan meningkat (Potter, 2006). Hasil yang didapatkan pada tanggal 2 April 2012 yaitu tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 22 kali per menit, dan suhu 36,7°C. Sedangkan hasil pemeriksaan pada tanggal 3 April 2012 yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, dan suhu 36,5°C. Kedua, memberikan posisi supine. Menurut Muttaqin (2005), pemberian posisi semi-fowler dapat mengurangi nyeri karena posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Sedangkan pada kasus Tn.M, penulis memberikan posisi supine karena posisi supine merupakan posisi yang nyaman bagi pasien sesuai keadaannya.

(44)

30

adanya pathogen yang berkembangbiak sehingga menyebabkan nyeri (Sjamsuhidajat, 2005). Cedera atau infeksi menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin, dan serotonin. Mediator kimiawi ini meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein, dan sel memasuki ruang interstisial. Cairan yang terakumulasi tampak sebagai pembengkakan lokal. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung saraf dan menyebabkan nyeri (Potter & Perry, 2005). Sedangkan penulis melakukan tindakan keperawatan melepas drainage karena darah sudah tidak produktif lagi dan itu merupakan instruksi dokter yang merawat pasien

Pada tanggal 4 April 2012, penulis tidak melakukan implementasi apapun kepada pasien karena dokter yang merawat Tn.M memperbolehkan pasien untuk pulang dan dirawat di rumah atau rawat jalan. Pasien pulang pada tanggal 3 April 2012 pada pukul 16.45 WIB.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Carnevari & Thomas, 1993; dikutip dari Potter, 2005).

(45)

31

memerlukan waktu dan karena keterbatasan waktu penulis tidak dapat mengobservasi pasien selama 24 jam sehingga rencana tindakan keperawatan dilanjutkan pada hari kedua kelolaan penulis tanggal 3 April 2012 atau hari ke-III post-operasi. Sedangkan pada evaluasi hari kedua pengelolaan, pasien mengatakan masih merasakan nyeri walaupun skala nyeri berkurang. Ini menandakan adanya masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian oleh karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan oleh penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan. Kekurangan pada kasus ini, penulis tidak dapat mengatasi masalah nyeri akut secara sempurna atau dengan skala 0 atau melanjutkan rencana tindakan keperawatan. Hal ini dikarenakan, pasien diijinkan pulang atau rawat jalan pada hari ke-III post-operasi apendiktomi.

B. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Pada pengkajian, pasien merupakan post-operasi apendiktomi hari

ke-II dan didapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri, nyeri perih seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, skala nyeri 4, dan nyeri hilang timbul.

(46)

32

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Smeltzer & Bare, 2002).

c. Rencana tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi nyeri yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman (supine atau semi-fowler), batasi pengunjung, ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi pemandangan), dan kolaborasi dengan tim medis lain yaitu pemberian analgesik.

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada Tn.M antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji karakteristik, memberikan posisi yang nyaman (supine), mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi pemandangan), membatasi pengunjung, melakukan perawatan luka atau medikasi, melepas drainage, mengkolaborasi dengan tim medis lain yaitu pemberian analgesik. e. Evaluasi menggunakan metode SOAP. Masalah nyeri belum teratasi

secara maksimal (skala 0-1) atau masalah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan karena pasien dinyatakan boleh pulang atau diperbolehkan rawat jalan oleh dokter yang merawat.

(47)

33

dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari, nyeri berkurang dengan skala 2, nyeri pada perut kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, terasa perih dan ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul.

2. Saran

Dengan adanya uraian diatas maka penulis manemberikan saran sebagai berikut:

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) di berbagai rumah sakit.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga pasien akan mendapatkan perawatan yang holistik dan komprehensif.

c. Bagi institusi pendidikan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. NANDA Internasional; Diagnosa Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta: EGC

Anonim. 2012. Buku Panduan Penyusunan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah

Dengan Metode Studi Kasus. Surakaarta: STIKES Kusuma Husada

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

EGC

Clynton, Devis. 2009. Apendisitis, Insiden, serta Diagnosis Dini.

http://bms.brown.edu/pedisurg/images/ImageBank/Apendix/Acute.jpg. Diakses tanggal 10 April 2012

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: Jakarta

Grace, Price A. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga

Hidayat Aziz Alimul. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.

Jakarta: EGC

Ikhsan. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan

Nyeri Pasien Pasca Operasi Di Rumah Sakit DR. M. Yunus Bengkulu. http://blog.unisri.ac.id/download1/3054?.pdf. Diakses tanggal 9 April 2012

Judha Mohammad, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Mubarak Wahit Iqbal, dkk. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif:

Konsep,Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan

Praktik. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

(49)

Reeves dkk. 2008. Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Sander, Mochamad Aleq. 2011. Apendisitis Akut: Bagaimana Seharusnya Dokter

Umum dan Perawat Dapat Mengenai Tanda dan Gejala Lebih Dini

Penyakit Ini.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311015/BAB%.pdf. Diakses tanggal 9 April 2012

Siswati, Sri. 2011. Pengaruh Masase Kulit Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada

Pasien Post Apendiktomi Di Rindu B2 RSUPH. Adam Malik Medan 2010.

http://www.umnaw.com/.../12.%20Hj.Sri%20Siswati,%20SST,%20S.Pdf. Diakses tanggal 13 April 2012

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer Suzanne dan Bare Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta: EGC

Wilkinson M Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi

Referensi

Dokumen terkait

perbedaan dalam potensial antara perbedaan dalam potensial antara permukaan yang sebenarnya dan permukaan yang sebenarnya dan daerah netral listrik dari larutan tsb. daerah

Pada tahun 2015 ini, komponen Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitasi (SIMA) belum melakukan realisasi kegiatan karena masih dalam proses lelang untuk : (1)

Implementasi sistem didasarkan karena adanya kebutuhan dari full-stack developer untuk mempermudah jalannya suatu web dengan database yang sudah ter

Adapun sikap murid di kelas XII AP (Administrasi Perkantoran) dan AK (Akutansi) ini memiliki sikap rasa percaya diri yang sedang atau cukup baik. Mereka mampu

Radioisotop dengan waktu paro yang pendek kurang dari satu jam tidak ditunjukkan karena radioisotop tersebut akan segera habis meluruh dalam waktu ingkat... Kajian

Wakil Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya mempunyai tugas yaitu membantu dan menggantikan Presiden Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam menjalankan

Penambahan garam besi (ferric sulphat) pada ransum yang biji kapuk dapat merusak gossypol yaitu dengan mengikat grup reaktif gossipol dengan (Fe), dan kandungan protein ransum

a. Peletakan penzoningan pada site yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan Sekolah Mode dengan kondisi lingkungan sekitar, yang menghasilkan pola tatanan