• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan Tantangan Peningkatan Kualitas (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam dan Tantangan Peningkatan Kualitas (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Islam dan Tantangan Peningkatan

Kualitas Sumber Daya Manusia

Oleh : Nurrohman

1

Abstrak

Banyak ajaran Islam yang mendorong agar umat Islam bisa menjadi umat terbaik (khaira ummatin), menjadi teladan atau menjadi umat yang memiliki tangan diatas, siap memberi bukan bermental meminta. Karena dengan cara itulah maka kehadiran Islam dan umatnya bisa dirasakan membawa rahmat bagi alam semesta. Akan tetapi bila kita dihadapkan pada fakta kondisi umat Islam didunia dewasa ini, maka mesti diakui bahwa ada gap yang masih lebar antara harapan dan kenyataan. Alih-alih membawa rahmat, di banyak belahan dunia, umat Islam bahkan masih disalhpahami dan dianggap sebagai kelompok yang menebarkan radikalisme. Tulisan ini akan memaparkan fakta seputar kondisi umat Islam dewasa ini, pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan karakter , perlunya umat Islam untuk terus belajar seumur hidup serta diakhiri dengan ajakan untuk memulai perubahan.

Pendahuluan

Dalam sebuah hadits Nabi dikatakan bahwa barang siapa yang mengingkan kesuksesan dalam kehidupan dunia maka hendaknya dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan sukses di akhirat juga mesti dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan sukses dalam dunia dan akhirat juga mesti dengan ilmu. Banyak ajaran Islam yang mendorong agar umat Islam bisa menjadi umat terbaik (khaira ummatin), menjadi teladan atau menjadi umat yang memiliki tangan diatas, siap memberi bukan bermental meminta. Karena dengan cara itulah maka kehadiran Islam dan umatnya bisa dirasakan membawa rahmat bagi alam semesta. Akan tetapi bila melihat fakta kondisi umat Islam didunia dewasa ini mesti diakui bahwa ada gap yang masih lebar antara harapan dan kenyataan. Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Islam itu ya’lu wala yu’la alaih ( tinggi dan tidak dikalahkan oleh yang lain) bila slogan itu tidak sejalan dengan realitas umat Islam.

Sekilas Fakta tentang Kondisi Umat Islam

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat berpidato di Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud, Riyad Saudi Arabia pada tanggal 26 April 2006 mengungkapkan fakta seputar kondisi Muslim di dunia yang kurang menggembirakan. Dilihat dari 25 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat menduduki peringkat satu dengan total GDP US$ 11 trillion. Sementara hanya ada tiga Negara yang

(2)

mayoritas penduduknya muslim yang masuk dalam daftar 25 negara itu yakni : Turki, Indonesia dan Saudi Arabia.

Dilihat dari laju volume perdagangan antar Negara, tidak dijumpai satupun Negara muslim yang masuk dalam kategori 10 atau bahkan 20 besar. Dilihat dari indek pembangunan manusia (Human Developing Index ) , tidak ada satu pun Negara Muslim yang masuk dalam ranking 10, 20 atau bahkan 30 besar. Jika diperluas menjadi 50 besar, barulah ada 5 negara muslim yang masuk di dalamnya. Yakni Brunei, Bahrain, Kuwait , Qatar dan United Arab Emirates. Dilihat dari kompetisi global ( global competitiveness) , diantara 20 negara didunia yang paling kompetitif, tidak ada satu pun Negara muslim ada di dalamnya.

Menurut data UNICEF , lebih dari 4,3 juta anak dibawah usia 5 tahun dari Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) mati setiap tahunnya karena malnutrisi dan penyakit yang sebenarnya bisa dicegah (preventable diseases). Setiap 30 menit seorang wanita Afghan mati karena melahirkan dan di wilayah Afrika sub sahara 1 dari 15 kehamilan (wanita hamil) berakhir dengan kematian. Bandingkan dengan rata dunia yang hanya 1 kematian berbanding 74 kehamilan. Pendidikan anak-anak muslim juga menghadapi masalah. Anak-anak yang selesai sekolah dasar (primary school) kurang dari 60 % di 17 negara anggota OKI. Ada 8 juta dewasa terserang HIV di Negara-negara anggota OKI di benua Afrika.2

Pada tahun 2010, Julia Suryakusuma, seorang kolumnis di harian nasional berbahasa Inggris juga mengemukakan gambaran senada. Terlepas dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh sejumlah negara, faktanya negara-negara Muslim adalah negara yang paling miskin, paling lemah dan paling banyak tingkat buta hurufnya. (In fact, Muslim countries are among the world’s poorest, weakest and illiterate, despite the fact that some are rich in resources). 3 Julia kemudian menuturkan bahwa meskipun umat Islam mencapai 22 persen dari penduduk dunia, kontribusi mereka terhadap GDB dunia kurang dari 5 persen. Pada tahun 2005 , keseluruhan GDP 57 negara muslim kurang dari 2 triliun US dollar. Sementara Amerika Serikat saja memproduksi barang dan jasa yang nilainya 10,4 triliun US dollar. China mengelola 5,7 triliun US dollar , Jepang 3,5 triliun US dollar, India 3 triliun US dollar dan Jerman 2,1 triliun US dollar.

Betul , bahwa Saudi Arabia , Kuwait dan Qatar bisa memproduksi barang dan jasa (kebanyakan minyak) yang nilainya 430 juta US dollar, tetapi itu masih dibawah GDP tahunan yang dihasilkan oleh Belanda. Sementara Thailand, sebagai Negara Buddha bisa memproduksi barang dan jasa yang nilainya 429 juta US dollar.

Negara-negara Arab yang dikenal sangat konservatif dalam beragama juga tidak memberikan kabar yang menggembirakan. Dalam laporan pembangunan Negara-negara Arab yang dilansir oleh PBB disebutkan bahwa setengah wanita Arab tidak bisa membaca, seperlima orang Arab hidup dengan pendapatan kurang dari dua dollar sehari. Hanya satu persen penduduk Arab yang memiliki personal computer dan hanya 0,5 persen dari mereka yang menggunakan internet. Sementara 15 persen dari angkatan kerja penduduk di Negara Arab menganggur dan pengangguran meningkat dua kali lipat pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan per kapita penduduk Arab hanya 0,5 persen per

2 Susilo Bambang Yudhoyono, “Muslims capable of driving globalism”, The Jakarta Post, April

28,2006

(3)

tahun, lebih rendah dari pertumbuhan di belahan dunia manapun selain sub Sahara Afrika.

Kodisi Ekonomi Umat Islam di Jawa Barat

Jika kita menengok pada kondisi lokal atau tepatnya di Jawa Barat yang mayoritas penduduknya muslim, maka kondisi keluarga miskin di sini juga cukup memprihatinkan. Keluarga miskin yang dikutip dari Profil dan Rencana Strategis Nahdlatul Ulama Jawa Barat dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tantangan Kemiskinan di Jawa Barat Tahun 2010

Kabupaten/kota Jumlah keluarga % keluarga miskin

1. Kab. Sukabumi 634.996 33,37%

2. Kab. Cianjur 604.309 24,86%

3.Kab.Garut 683.055 30,20%

4. Kab.Tasikmalaya 503.916 23,57 %

5.Kab. Indramayu 504.839 37,63%

6.Kab. Subang 410.276 35,95%

7. Kab. Bogor 1.213.679 19,09%

8. Kab.Bandung 854.544 21,31 %

9. Kab. Purwakarta 224.465 12,35 %

10. Kab.Krawang 583.005 35,39 %

11.Kab.Bekasi 571.378 37,63%

12. Kab. Bandung Barat

419.878 21,19 %

13. Kota Bekasi 589.071 3,61%

14. Kota Depok 397.256 8, 72 %

15. Kota Cimahi 145.932 7,05 %

16. Kab.Ciamis 445.507 27,22 %

17. Kab.Kuningan 320.774 12,43 %

18. Kab.Cirebon 608.112 26,98%

19. Kab.Majalengka 338.658 27,70 %

20. Kab.Sumedang 312.776 13,58 %

21. Kota. Bogor 20.955 8,60%

22. Kota Sukabumi 85.551 10,28%

23.Kota Bandung 664.551 12,93%

24. Kota Cirebon 81.671 14,16%

25.KotaTasikmalaya 175.596 16,91%

26.Kota Banjar 50.823 19,91 %

Sumber : Profil dan Rencana Strategis Nahdlatul Ulama Jawa Barat 2010.

(4)

Marwah Daud Ibrahim, salah seorang pengurus sekolah dasar berstandar internasional al-Hikmah di Surabaya pernah mengatakan bahwa pendidikan karakter itu penting karena bisa memicu kemajuan bangsa. Dia kemudian membandingkan Indonesia dengan Malaysia , Korea Selatan dan Jepang, tiga Negara yang terkenal dengan pendidikan karakternya dan karenanya menikmati pertumbuhan signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 1957, Indonesia memiliki GNI ( gross national income) perkapita 131 US dollar, sementara Malaysia 356 US dollar, Korea Selatan 144 US dollar dan Jepang 306 US dollar. Lima puluh tahun berikutnya pada tahun 2007, GNI perkapita Indonesia 1.280 US dollar, Malaysia 4.960 US dollar, Korea Selatan 15.830 US dollar dan Jepang 38.980 US dollar.

Menurut Marwah ada kaitan yang kuat antara memiliki sikap positif dan GNI. Kunci kemajuan sebuah negeri bukan terletak pada melimpahnya sumber daya alam tapi pada kualitas sumber daya manusia. Malaysia , kata Marwah, amat mempromosikan rasa percaya diri (confidence) sebagai bagian dari karakter bangsa. Sementara Ratna Megawangi dalam Taman kanak-kanak dan skolah dasar yang dikelolanya sejak tahun 2001 menanamkan sembilan karakter : 1. Love for God and all creatures (Mencintai Tuhan dan semua makhluk-Nya ), 2. Independent and responsibility (Merdeka atau bebas dan bertanggungjawab) 3. Honesty and trustworthiness (Jujur dan amanat atau dapat dipercaya) 4. Diplomacy, respectfulness and politeness ( Santun , hormat pada sesama dan sopan) 5. Kindness, helping others and teamwork ( Baik hati, suka menolong dan bisa kerja dalam tim) 6. Confidence and working hard ( Percaya diri dan pekerja keras ) 7. Leadership and justice ( Kepemimpinan dan adil) 8. Generosity and humbleness ( Dermawan dan rendah hati) 9. Tolerance, peace and unity ( Toleran , cinta damai dan persatuan) 4

Belajar Seumur Hidup

K.H. Mustofa Bisri rais syuriah Nahdlatul Ulama yang baru-baru ini berkunjung ke Washington dan Brussels dalam rangka me-launching buku Ilusi Negara Islam versi bahasa Inggris, saat ditanya oleh Endy M Bayuni, editor senior harian The Jakarta Post, tentang alasan mengapa tidak berhenti belajar bisa digunakan sebagai cara efektif menangkal radikalisme, ia menjawab :Life is a never-ending process of learning. Problems arise when people stop learning because they think they are already perfect and they see others as deviants. The Prophet said you never stop learning from the cradle to the grave. Fear of the West in the Islamic world and Islamophobia in the West develop because everyone stops learning. In the West, they see hard-liners setting the benchmark of what Islam stands for, not knowing that there is a large Muslim community (in Indonesia) that follows a different path of Islam.5 (Terjemahan bebas penulis: Hidup adalah proses belajar yang tidak mengenal akhir. Problem muncul manakala orang mulai berhenti belajar sebab mereka mengira bahwa dirinya telah sempurna sehingga melihat orang lain sesat. Nabi bersabda ; mencari ilmu itu mulai dari ayunan sampai liang lahat.

4 Tifa Asrianti, “Govt looking to instill character in children” , The Jakarta Post, December

3,2010

(5)

Ketakutan terhadap Barat yang muncul di dunia Islam dan Islamophobia yang muncul di Barat disebabkan karena mereka berhenti belajar. Di Barat, mereka melihat kelompok Islam garis keras sebagai standar dalam melihat Islam, tidak tahu bahwa masih ada komunitas muslim yang lebih besar (di Indonesia) yang mengikuti jalan Islam yang berbeda)

Mustofa Bisri atau yang juga dikenal Gus Mus menolak anggapan bahwa terlalu banyak mempelajari Islam justru akan menjerumuskan orang menjadi radikal. Menurutnya semakin baik orang memahami agamanya maka semakin kuat iman orang itu terhadap agamanya dan karenanya tidak akan merasa terancam dengan kehadiran agama lain. Mereka yang lebih toleran terhadap orang lain justru karena kekuatan imannya. Mereka yang tidak cukup memiliki kekuatan iman maka akan menderita inferiority complexes. Lantaran ketakutan , mereka kemudian mulai mengancam orang lain.

Lalu bagaimana memahami munculnya gerakan radikal yang berasal dari pusat-pusat kajian Islam ? Menurut Gus Mus, mereka belajar bagian dari Islam tidak menyeluruh. Mereka pada umumnya hanya mengkaji Fiqh ( (Islamic jurisprudence) dan mengira bahwa itulah Islam yang sebenarnya. Padahal Fiqh hanya merupakan bagian kecil saja. Jika anda berhenti pada Fiqh maka anda akan mendekati Tuhan dengan ketakutan, takut akan siksa dan pembalasan. Padahal agama juga mengajarkan cinta kasih dan akhlak. Nabi Muhammad bersabda bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan agama-agama yang telah ada sebelumnya. Seperti sebuah bangunan, Islam adalah batu bata terakhir dari bangunan itu. Islam datang bukan untuk menghancurkan segalanya dan kembali membangun dari awal. Fiqh mengabaikan aspek ini.

Gus Mus mengkritik mereka yang menggunakan Islam sebagai ideology politik. Jika agama dijadikan ideologi politik maka akan menjadi ancaman serius. Politisi senang menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya. Konflik-konflik kekerasan yang kita saksikan di Indonesia bermotif politik. Tidak ada hubungannya dengan agama. Sejumlah orang karena kesulitan ekonomi akan mudah dipengaruhi oleh slogan-slogan politik yang sarat dengan simbol-simbol agama. Islam bukanlah tujuan, ia adalah cara untuk menuju Tuhan (Islam is not a goal, it is a means to reach God.) 6

Ratna Megawangi juga memiliki pandangan yang senada. Dalam tulisannya yang berjudul “Tolerfansi beragama” ia mengutip Jalaluddin Rumi, seorang penyair Sufi besar dari Persia pada abad ke-13. Rumi pernah menuliskan kisah Nabi Musa yang diajarkan Tuhan untuk bersikap toleran terhadap pemahaman yang berbeda, yang dituangkan dalam bait-bait puisinya yang indah dalam Masnawi. Puisi ini telah diterjemahkan dari bahasa Persia oleh Nicholson dengan judul The Shepherd's Prayer by Rumi in RA Nicholson's Rumi, Poet and Mystic, London , 1950. Berikut terjemahan bebasnya:

"Ketika Musa sedang berjalan, ia mendengar seorang penggembala yang sedang berdoa sambil meratap. 'Oh Tuhan di manakah gerangan Engkau, karena aku ingin melayani-Mu dan menjahitkan sepatu-Mu, dan menyisirkan rambut-Mu. Aku ingin mencucikan baju-Mu, membunuh kutu kepala-Mu dan membawakan susu untuk-Mu, oh Duhai yang maha terpuji." Mendengar kata-kata yang dianggap bodoh tersebut, Musa berkata, "Kepada siapa kamu berbicara? Betapa kata-kata itu tidak bermakna; memalukan dan liar! Sumbat mulutmu dengan kapas!... Tuhan yang Maha Agung tidak memerlukan pelayanan seperti itu." Sang penggembala menjadi amat kecewa dan sedih, dan ia

(6)

merobek bajunya sambil pergi ke arah yang tidak menentu. Kemudian datang wahyu Tuhan kepada Musa: "Kamu telah memisahkan hamba-Ku dari Aku...Aku telah anugerahkan kepada setiap manusia cara berdoa masing-masing; Aku telah berikan cara khusus kepada masing-masing untuk berekspresi. Bahasa yang digunakan oleh orang Hindustan adalah sangat indah bagi pemeluk Hindu, begitu pula bahasa Sindhu yang amat indah bagi pemeluk Sindhu. Aku tidak melihat pada ucapan lidah, tetapi Aku melihat ke dalam sanubari dan perasaan terdalam hati manusia. Aku melihat ke dalam hati manusia untuk melihat apakah ada kerendahhatian, walaupun ucapannya tidak menunjukkan demikian. Cukuplah sudah segala macam ungkapan dan metofora! Aku menginginkan hati yang membara dengan api cinta, hati yang membara! Biasakanlah dengan bara api tersebut!"

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Sachiko Murata dalam bukunya The Tao of Islam bahwa servanthood; pengabdian, kerendah-hatian, dan penyerahan diri adalah kualitas yang pertama-tama yang harus dimiliki untuk mendapatkan kedudukan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Namun, kebanyakan manusia yang merasa telah beragama mengklaim dirinya sebagai wakil Tuhan di muka bumi, tanpa mempunyai kualitas servanthood. Sehingga yang terjadi adalah pemujaan akan kebesaran diri, termasuk pemujaan terhadap apa yang diyakininya sebagai yang lebih baik dari yang lainnya.

Sifat ini adalah sifat Iblis yang menyatakan kebesaran dirinya, "Aku lebih baik dibandingkan Adam" (Al-Araf:12). Manusia seperti ini berpikir bahwa mereka telah menyembah Tuhan, tetapi sebetulnya sedang menyembah dirinya sendiri dengan segala atribut yang dimilikinya (materi, kekuasaan, termasuk agama yang dianutnya). 7

Bagaimana Memulai Perubahan

Paulo Freire dalam Education for Critical Consciousness , menulis : The normal rule of human beings in and with the world is not passive one. Because they are not limited to the natural (biological) sphere but participate in creative dimension as well , men can intervene in reality in order to change it…if man is incapable of changing reality , he adjust himself instead. Adaptation is behavior characteristic of animal sphere ; exhibited by man, it is symptomatic of his dehumanization”8 (terjemahan bebas: Hukum yang normal bagi manusia yang hidup di alam dunia adalah tidak pasif. Sebab manusia tidak semata makhluk alam atau biologis tapi bisa ikut berpartisipasi secara kreatif dalam mewarnai dunia atau lingkungannya. Manusia bisa mengintervensi realitas dalam rangka untuk merubahnya. Jika manusia tidak mampu mengubah realitas maka ia hanya akan menyesuaikan atau beradaptasi dengannya . Jika adaptasi yang merupakan karakter prilaku hewan , dipertontonkan oleh manusia, maka itu pertanda bahwa ia sedang mengalami penurunan derajat kemanusiaannya / dehumanisasi)

Tulisan Freire ini mengingatkan tanggung jawab umat manusia termasuk umat Islam untuk terus berusaha dengan sungguh-sungguh mengupayakan perubahan dunia sehingga dunia tempat makhluk Tuhan menjalani kehidupannya bisa menjadi tempat yang lebih baik. Bukankah setiap muslim disamping hamba Allah juga sekaligus

7Suara Pembaruan, 21 Juli 2005.

8 Paulo Freire , Education for Critical Consciousness, New York: The Seabury Press, 1973,

(7)

khalifatullah, tentu khalifatullah yang diharapkan mampu memakmurkan bumi dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Kedengarannya memang klise , tapi perubahan memang mesti dilakukan dari lingkungan yang paling dekat bahkan dari diri sendiri dimulai dengan adanya keberanian merubah cara pandang atau cara berpikir. Kesalahan kita barangkali karena kita terlalu sibuk memikirkan atau ingin merubah orang lain atau merubah suatu yang berada di luar kita. Anand Krisna dalam tulisannya berjudul : Lesson of leadership; Why do our politicians fail? mengutip ucapan beberapa tokoh seperti Jacob M. Braude : “Consider how hard it is to change yourself and you’ll understand what little chance you have in trying to change others.” Nelson Mandela : “One of the most difficult things is not changing society, but to change yourself.” . Norman Vincent Peale: “Change your thoughts and you change your world,” dan Mahatma Gandhi : “Be the change in the world you want to see.”9

Itu semua sebenarnya sejalan dengan ayat al-Qur’an : Innallaha la yughayyiru ma bi qauwmin hatta yughayyiru ma bianfusihim ( Q.S. 13 al-Ra’d ayat 11)

Wallahu A’lam Bi al-Shawab

9 Anand Krisna, “Lesson of leadership; Why do our politicians fail?”, The Jakarta Post,

Referensi

Dokumen terkait

Batasan penelitian difokuskan pada beberapa aspek yaitu : (1) input Kaliwu, dalam hal ini adalah konstruk/indikator lingkungan biofisik dan konstruk/indikator

3) Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya atau sebelum terjadinya persalinan. Apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37 minggu

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SMA KELAS X BERBASIS ANDROID..

Kedudukan Kontrak Karya yang menjadi landasan hukum kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan penanam modal asing dalam hal ini PT.Freeport Indonesia telah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2012) dan Huriah (2006) yang mengemukakan mayoritas ibu memiliki perilaku yang baik dalam pemenuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber daya manusia dalam hal ini aparatur dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat di Kantor Pelayanan Terpadu

Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is