• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jaringan Komputer Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jawa Tengah Studi Kasus : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DINHUBKOMINFO) Provi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 4 Hasil Dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jaringan Komputer Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jawa Tengah Studi Kasus : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DINHUBKOMINFO) Provi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

55

BAB 4

Hasil Dan Pembahasan

Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari skenario pengujian terhadap kualitas jaringan komputer Setda Provinsi Jawa Tengah pada wilayah gedung A (lantai 1-12) melalui proses pengujian Ping, Traceroute, serta pengecekan pembagian

bandwidth pada Router LAN Setda, dijelaskan sebagai berikut.

4.1 Hasil Pengujian Kualitas Jaringan Komputer

menggunakan Ping

Berikut merupakan hasil dari pengujian Ping yang dilakukan dari laptop lantai 5 (client) ke www.jatengprov.go.id. Terdapat 2 jenis hasil dari pengujian yang dilakukan, yaitu: 1. Hasil pengujian Ping dari laptop lantai 5 (client) ke

www.jatengprov.go.id tanpa melakukan aktivitas

download, sebanyak 30 kali Ping dengan total paket yang dikirim sebanyak 32 paket.

2. Hasil pengujian Ping dari laptop lantai 5 (client) ke

www.jatengprov.go.id dengan melakukan aktivitas

(2)

4.1.1 Hasil Pengujian Ping Tanpa Download

Hasil pengujian Ping tanpa melakukan aktivitas download

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Ping Tanpa Download

(3)

tanpa melakukan download, dengan paket yang dikirim berjumlah 32 paket, membutuhkan delay total average = 35.56 ms untuk paket dalam mencapai IP Address tujuan. Menurut kategori pengukuran kualitas jaringan menggunakan Ping, ini merupakan “Hasil memuaskan” karena waktu yang diperlukan (delay) untuk paket dalam mencapai IP Address tujuan adalah 35,56 ms atau < 50 ms serta paket loss = 0%, ini berarti tidak terjadi antrian paket/kemacetan (congestion) dalam jaringan, untuk paket dapat tiba pada www.jatengprov.go.id.

4.1.2 Hasil Pengujian Ping dengan Download

Hasil pengujian Ping dengan melakukan aktivitas

download dapat dilihat pada Tabel 4.2.

(4)

Pada Tabel 4.2 memperlihatkan hasil pengujian Ping dari laptop lantai 5 (client) ke www.jatengprov.go.id dengan melakukan aktivitas download. Terlihat pengujian Ping sebanyak 30 kali dengan melakukan download, dengan paket yang dikirim berjumlah 32 paket, membutuhkan delay total average = 127.26 ms untuk paket dalam mencapai IP Address tujuan. Menurut kategori pengukuran kualitas jaringan menggunakan Ping, ini merupakan hasil yang berada di antara baik dan cukup karena waktu yang diperlukan (delay) untuk paket dalam mencapai IP

Address tujuan adalah 127.26 ms yang berada di antara +-90 ms dan +-150 ms, serta paket loss = 0-1%, ini disebabkan telah terjadi antrian paket/kemacetan (congestion) dalam jaringan, untuk paket dapat tiba pada www.jatengprov.go.id.

Untuk dapat mengetahui lokasi terjadinya congestion

dalam jaringan, maka dapat melihat pada pengujian menggunakan Traceroute.

4.2 Hasil Pengujian Kualitas Jaringan Komputer

menggunakan Traceroute

(5)

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Traceroute

Pada Gambar 4.1 memperlihatkan hasil pengujian

Traceroute. Terlihat proses Traceroute dari laptop lantai 5 (client) ke www.jatengprov.go.id, dimana paket yang dikirim dari laptop lantai 5 (client) untuk menuju ke www.jatengprov.go.id

harus melewati 1 IP gateway yang ada pada 1 Router yaitu

Router LAN Setda (10.11.5.1 ethernet 2), lalu melewati 2 next hop address yang ada pada 2 Router yaitu Router Local Setda (10.1.4.1) dan Router Pusat Setda (10.1.0.1), kemudian barulah paket data sampai pada tujuannya yaitu Server Public Jatengprov (103.9.227.34).

Dalam proses pengujian Traceroute, terlihat telah terjadinya congestion dalam jaringansaat paket dari laptop lantai 5 akan menuju ke Router LAN Setda (10.11.5.1) yang mencapai

(6)

Berikut merupakan alamat jaringan pada LAN Setda wilayah gedung A (lantai 1-12). Pembagian alamat jaringan hanya dikonfigurasikan pada portinterfaces ethernet 2 saja yang ada pada Router LAN Setda, dikarenakan beberapa port interfaces ethernet yang lain tidak dapat difungsikan (rusak). Pembagian alamat jaringan pada Router LAN Setda dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pembagian Alamat Jaringan pada Router LAN Setda

Pada Gambar 4.2 memperlihatkan pembagian alamat jaringan pada Router LAN Setda. Terlihat interfaces ethernet 1 memiliki IP Address 10.1.4.2/30 yang terhubung langsung dengan Router Local Setda, kemudian diberlakukannya sub

(7)

detail dari VLAN tidak dapat ditunjukkan karena masalah keterbatasan akses.

Kemudian dari interfaces ethernet 2, akan terhubung langsung dengan port 1 yang ada pada Switch LAN Setda, dimana Switch LAN Setda akan meneruskan layanan jaringan komputer ke semua client yang ada di wilayah gedung A (lantai 1-12). Hubungan antara Router dan Switch LAN Setda dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hubungan Router dan Switch LAN Setda

Pada Gambar 4.3 memperlihatkan hubungan antara

Router dan Switch LAN. Terlihat Router Mikrotik (MikroBits Dinara (RoS Level 5)) melalui interfaces ethernet 2 yang di dalamnya berisikan IP Address yang berbeda-beda seperti yang terlihat pada Gambar 4.2, terhubung langsung dengan port 1

(8)

port switch tersebut yang menampung semua paket data atau

bandwidth untuk layanan jaringan komputer pada wilayah gedung A (lantai 1-12) memiliki kapasitas port 10/100 Mb. Penjelasan kapasitas port Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A) dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Kapasitas Port Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A)

Pada Gambar 4.4 memperlihatkan kapasitas port Switch

HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, terlihat port 1 Switch yang menampung semua paket data atau bandwidth untuk layanan jaringan komputer pada wilayah gedung A (lantai 1-12) memiliki kapasitas port 100 Mb. Dimana, Switch pada lantai 5 terhubung dengan salah satu port Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A) yang berkapasitas 100 Mb, begitu juga dengan Switch pada lantai 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12 terhubung dengan salah satu port Switch

(9)

Port 1 pada Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A) memiliki kapasitas port 100 Mb. Dimana, port 1 memiliki ukuran kapasitas yang sama dengan port lainnya yang terhubung dengan masing-masing lantai 1-12 yaitu 100 Mb. Semua paket data dari masing-masing lantai 1-12 untuk menuju ke interfaces ethernet 2 yang ada pada Router LAN Setda, harus terlebih dahulu melewati

port 1 untuk mengalami beberapa proses diantaranya, proses

Trunking pada VLAN serta proses Encapsulation pada paket data yang membutuhkan waktu yang lama.

Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya congestion

dalam jaringan komputer Setda. Karena, port 1 yang menjadi perantara untuk sekian banyaknya paket data dari masing-masing lantai 1-12 dalam menuju ke interfaces ethernet 2, hanya memiliki kapasitas port 100 Mb.

Tidak terkecuali, jika menggunakan salah satu port “Dual-Personality ports” yang berkapasitas 1000 Mb pada Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A). Yaitu, dengan menghubungkan langsung interfaces ethernet 2 Router LAN Mikrotik (MikroBits Dinara (RoS Level 5)) dengan salah satu

port “Dual-Personality ports” yang berkapasitas 1000 Mb pada

(10)

Telah dilakukan upaya lanjutan agar dapat mengetahui penyebab kurang optimalnya kapasitas port Switch. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak dapat menunjukkan konfigurasi VLAN dikarenakan masalah keterbatasan akses, serta tidak dapat menunjukkan traffic monitoring pada Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A), karena tidak terinstalnya traffic monitoring

pada Switch HP ProCurve 2520-24-PoE (J9138A).

Untuk mengetahui pembagian bandwidth pada Router

LAN Setda dalam melayani jaringan komputer pada wilayah gedung A (lantai 1-12), yaitu melalui pengecekan pembagian

bandwidth pada Queue Tree Router LAN Setda. Pembagian

bandwidth pada Router LAN Setda dapat dilihat pada Gambar 4.5.

(11)

Pada Gambar 4.5 memperlihatkan pembagian bandwidth

pada Router LAN Setda. Dimana terdapat pembagian bandwidth

di wilayah gedung A (lantai 1-12), yang melayani kurang lebih 20 host pada setiap lantainya, dengan total host kurang lebih 240

host. Terdapat 3 perbedaan warna (hijau, kuning, dan merah) yang menandakan status bandwidth dari masing-masing lantai 1-12. Dimana, warna hijau menandakan pemakaian bandwidth

belum mencapai Max Limit yang ditentukan, lantai dengan status warna hijau adalah lantai 212, 1, 3, 7, dan 8. Warna kuning, menandakan pemakaian bandwidth sudah mendekati Max Limit

yang ditentukan, lantai dengan status warna kuning adalah lantai 10. Kemudian warna merah, menandakan pemakaian bandwidth

sudah mencapai Max Limit yang ditentukan, lantai dengan status warna merah adalah lantai 5,6,9,11, dan 12.

Pada tab Queued Bytes menunjukan lantai 5,6,9,11, dan 12, mengalami congestion dalam jaringan. Berdasarkan hasil pengujian Ping sambil melakukan aktivitas download seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.2, dan hasil pengujian Traceroute

yang ditunjukan pada Gambar 4.1, bahwa terjadinya congestion

pada jaringan lantai 5 diakibatkan pada pemakaian bandwidth di lantai 5 telah mencapai batas bandwidth yang ditentukan, sehingga mengakibatkan tingginya delay serta terdapat packet loss untuk paket data di jaringan lantai 5 menuju ke

(12)

Terlihat pada pembagian bandwidth, BW-Setda yang merupakan parent dari lantai 1-12 tidak diberikan batas penggunaan bandwidth pada Max Limit dalam melayani maksimal penggunaan bandwidth di lantai 1-12 yang merupakan

child dari BW-Setda. Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya congestion dalam jaringan komputer Setda. Karena, dengan tidak diberikan batas penggunaan bandwidth pada Max

Limit BW-Setda, maka bisa saja penggunaan bandwidth oleh

client Setda pada total Max Limit lantai 1-12 dapat melampaui batas penggunaan bandwidth yang seharusnya diberikan pada BW-Setda, sehingga tentunya berpengaruh pada kurang maksimalnya pembagian bandwidth pada wilayah gedung A (lantai 1-12).

Tidak terkecuali jika BW-Setda yang bertindak sebagai

parent diberikan batas penggunaan bandwidth pada Max Limit, dan lantai (1-12) yang bertindak sebagai child diberikan pembagian bandwidth pada Max Limit di masing-masing lantai, maka penggunaan bandwidth oleh client Setda pada total Max

Limit lantai 1-12 tidak akan melampaui batas penggunaan

bandwidth yang seharusnya diberikan pada BW-Setda, sehingga tentunya dapat meminimalisir terjadinya congestion dalam jaringan komputer Setda. Karena dalam penerapannya, fitur

Queue Tree harus membagi bandwitdth berdasarkan group

bahkan secara hirarki yang berarti harus memiliki parent dan

(13)

Pembagian bandwidth juga dilakukan berdasarkan fitur

Mangle yang terdapat pada firewall Router LAN Setda. Pembagian bandwidth berdasarkan fitur Mangle dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pembagian Bandwidth berdasarkan Fitur Mangle

Pada Gambar 4.6 memperlihatkan pembagian bandwidth

berdasarkan fitur Mangle. Terlihat pembagian bandwidth

berdasarkan Mangle, dimana pembagian bandwidth di wilayah gedung A (lantai 1-12) hanya di-marking berdasarkan Sources Address (Src. Address) saja, sedangkan Destination Address (Dst.

Address) tidak di-marking. Hal ini membuat pembagian

(14)

Ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya

congestion pada jaringan komputer Setda, karena dengan tidak di-marking-nya pembagian bandwidth di wilayah gedung A (lantai 1-12) berdasarkan Dst. Address, maka bisa saja pembagian

bandwidth yang telah di-marking hanya berdasarkan Src. Address

saja, dapat ditujukan pada jaringan intranet Setda. Seharusnya, untuk pembagian bandwidth di wilayah gedung A (lantai 1-12), agar di-marking berdasarkan Src. Address dan Dst. Address, sehingga dapat menentukan tujuan pembagian bandwidth ke koneksi jaringan intranet atau internet. Yang sebaiknya pembagian bandwidth tidak di tujukan ke koneksi jaringan

intranet Setda, melainkan hanya di tujukan ke koneksi jaringan

internet Setda, sehingga tidak terjadinya pembagian bandwidth

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Ping Tanpa Download
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Ping dengan Download
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Traceroute
Gambar 4.2 Pembagian Alamat Jaringan pada Router LAN Setda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila melanogaster digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom politen / kromosom raksasa karena mengandung seribu kali DNA

Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah menunjuk wakil dari anggota Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah dan dapat menunjuk wakil dari anggota Majelis Sinode Wilayah

Koordinasi dan fasilitasi perlu dilakukan oleh Bank Indonesia mengingat pihak-pihak yang terkait dengan penyelanggaran e-money ini sangat banyak dan beragam seperti lembaga

Pada Tabel 8 yang menanyakan mengenai opini pengunjung tentang citra Kota Makassar dilihat dari perspektif berita kekerasan adalah untuk pengunjung berdasarkan

1 lompat adalah gerakan menolak dengan tumpuan satu kaki 2 loncat adalah gerakan menolak dengan tumpuan dua kaki 3 gerakan melompat dan meloncat dilakukan di lapangan 4 berikan

Red cayenne pepper has higher antioxidant activity (DPPH radical scavenging activity) than green cayenne pepper due to its higher levels of total phenolic compounds,

TUK SEKOR &gt; 77 ( A / A-) SEKOR &gt; 65 (B- / B / B+ ) SEKOR &gt; 60 (C / C+ ) SEKOR &gt; 45 ( D ) SEKOR &lt; 45 ( E ) BOBO T 1 Pret est test Tes tulisa n (UTS) Mampu memahami

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database