• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS Diary Arina LBP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KASUS Diary Arina LBP"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Saraf

LOW BACK PAIN NON SPESIFIK

Diajukan Kepada: Pembimbing:

dr Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc

Disusun Oleh:

Diary Arina Qonita 1610221137

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS VETERAN JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

(2)

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Usia : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Baran Gunung 7/7 Baran Ambarawa

Pekerjaan : Satpam

Masuk Rumah Sakit : 29 April 2018 Keluar Rumah Sakit : 3 Mei 2018

B. ANAMNESA

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 April 2018, pukul 15.00 WIB di Bangsal Mawar RSUD Ambarawa.

C. KELUHAN UTAMA:

Nyeri punggung bawah sejak 2 jam SMRS

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

Pasien manyatakan bahwa sekitar 1 tahun ini pasien sering mengalami pegal-pegal di punggung dan pinggang dan terasa sedikit nyeri. Tetapi pasien tidak menghiraukan hal tersebut karena tidak mengganggu aktivitas pasien, sehingga pasien tidak minum obat atau memeriksakan ke dokter. Setelah tidur nyeri dan pegal-pegal dipunggung sudah hilang. Kemudian sebulan yang lalu pasien pernah mengeluhkan megalami susah BAK, kencing keluar sedikit-sedikit dan sering anyang-anyangan, keluhan kencing berpasir, keluhan kencing kemerahan disangkal, demam disangkal.

(3)

tiduran saja. Saat itu pasien sedang menyuci motor lalu muncul rasa nyeri paa punggung pasien, sehingga pasien langsung menghentikan aktivitas nya dan berteriak kesakitan minta tolong. Saat ditanya dari 1-10 berapakah skala untuk rasa nyeri nya pasien menyatakan skala nya 8, karena sampai menangis untuk menahan nyerinya. Pasien belum minum obat apapun dan langsung dibawa oleh keluarga ke IGD.

Di IGD pasien dilakukan foto rontgen lumbosacral AP/lateral kemudian diberikan injeksi ketorolac sebagai anti nyeri. Lalu pasien dipindahkan ke bangsal perawatan mawar. Pada saat dilakukan anamnesa yaitu pada hari Senin, tanggal 30 Mei 2018, nyeri yang dirasa sudah membaik, pasien sudah dapat berganti posisi berbaring, mengangkat kaki dan setengah duduk. Tidak ada nyeri ketika batuk atau mengejan Keluhan lemah pada anggota gerak dan kesemutan juga sangkal oleh pasien. Pasien tidak mengeluh nyeri kepala dan demam. Pasien menyatakan BAB dan BAK normal tidak ada gangguan. Nafsu makan baik. Pasien bercerita bahwa pekerjaan nya adalah satpam, dia sudah menjalani pekerjaan ini selama 13 tahun, dimana keseharian nya hanya duduk saja selama 12 jam. Saat ditanya apakah sebelumnya ada riwayat jatuh, pasien menyangkal. Riwayat menggangkat benda-benda berat disangkal.

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

 Riwayat jatuh pada daerah punggung bawah : disangkal  Riwayat sering mengangkat benda berat : disangkal  Riwayat gangguan ginjal : disangkal

F. RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien belum minum obat untuk mengurangi rasa nyeri di bagian punggung.

G. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

(4)

 Riwayat penyakit serupa : disangkal  Riwayat TBC, batuk darah : disangkal

H. RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL EKONOMI :

Pasien merupakan seorang petugas keamanan atau satpam. Pasien berkerja dalam posisi duduk selama 12 jam per hari dan pekerjaan itu sudah dilakukan selama 13 tahun. Pasien menyangkal sering mengangkat barang-barang berat. Pasien mengaku tidak merokok, tidak minum alkohol dan jarang melakukan olahraga. Pasien sering minum kopi dan teh, dan jarang minum air putih. Dalam sehari pasien mengaku hanya menghabiskan 1 botol aqua ukuran sedang. Pasien mengaku sehari-hari makan sayur, lauk (ikan/ayam/daging sapi), tahu, tempe dan buah secara seimbang dan gemar konsumsi gorengan.

I. ANAMNESIS SISTEM :

 Sistem Serebrospinal : Tidak ada keluhan  Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan  Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan  Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan

 Sistem Muskuloskeletal : Nyeri punggung bawah sebelah kiri diakui

 Sistem Integumen : Tidak ada keluhan

 Sistem Urogenita : Riwayat kencing sulit dan anyang-anyangan.

J. RESUME ANAMNESIS

(5)

DISKUSI PERTAMA

Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama nyeri punggung bawah sebelah kiri. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1994).

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri yang berasal dari daerah lain (refered pain). Jika ditinjau dari sumbernya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik luar, somatik dalam, dan viseral. Nyeri somatik luar dapat berasal dari kulit. Nyeri somatik dalam dapat berasal dari tulang, otot, dan sendi. Kemungkinan terjadinya nyeri akibat sprain atau strain pada otot juga bisa dicurigai. Sedangkan nyeri viseral berasal dari organ viseral atau membran yang menutupinya.

Jika ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif, neurogenik, dan psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya kerusakan pada jaringan somatik atau viseral sedangan nyeri neurogenik disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf perifer.

Nyeri pada punggung bawah sebelah kiri dirasaseperti ditusuk saat pasien sedang menyuci motor. Nyeri pada punggung sangat umum terjadi dan biasa disebut dengan Low Back Pain. Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri yang dirasakan pasien bersifat akut rekuren karena nyeri terjadi kuranag dari 1 minggu dan sebelumnya nyeri berulang dalam setahun teakhir. Low back pain dibagi menjadi dua yaitu spesifik dan non spesifik, low back pain spesifik terjadi bila nyeri punggung melibatkan kerusakan tulang belakang dan saraf, sedangkan low back pain non spesifik jika nyeri punggung yang terjadi tidak melibatkan saraf atau sumber nyeri berasal dari organ viseral.

(6)

Keluhan kelemahan pada anggota gerak bawah disangkal oleh pasien, hal ini menujukan bukan suatu kerusakan pada sistem saraf pusat yang dapat menyebakan fungsi motorik terganggu. Kemudian keluhan kaki kesemutan disangkal sehingga nyeri yang terjadi tidak menimbulkan gangguan pada sistem sensorik. Pasien mengeluh setahun belakangan pasien sudah merasakan pegal-pegal dan nyeri pada punggung bawah namun tidak dihiarukan karena tidak mengganggu aktivitas, hal ini menunjukan bahwa penyebab nyeri yang terjadi sudah berlangsung sejak lama. Riwayat trauma disangkal dapat menyingkirkan kemungkinan nyeri pinggang akibat trauma tulang belakang namun pada pasien tidak ada riwayat trauma. Pasien mengaku berkerja sebagai satpam dan berkerja dalam posisi duduk selama 12 jam dimana kebiasaan duduk yang lama diketahui dapat, menyebabkan ketegangan otot-ototdan keregangan ligamentum tulang belakang, apalagi bila posisi duduk salah, sehingga sering menimbulkan nyeri punggung.

Riwayat BAB dan BAK normal, menandakan keluhan yang dialami tidak mengganggu fungsi vegetatif pasien. Namun beberapa bulan yang lalu pasien memiliki riwayat sulit kencing, terasa anyang-anyangan dan kencing sedikit. Hal ini menunjukan ada nya indikasi bahwa pasien mengalami batu saluran kemih, dimana batu saluran kemih juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Nyeri kolik merupakan nyeri yang disebabkan sumbatan pada organ berongga. Sehingga untuk membuktikan hal tersebut diperlukan pemeriksaan USG Abdomen.

A.

NYERI

Definisi Nyeri

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1994).

Klasifikasi nyeri

A. Berdasarkan Durasi Nyeri

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

(7)

merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung sementara, kemudian akan mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca bedah.

2. Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode yang lama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma dan biasanya tidak terlokalisir dengan jelas.

B. Berdasarkan Patofisiologi 1. Nyeri nosiseptif

Kata nosisepsi berasal dari kata “noci” dari bahasa Latin yang artinya harm atau injury dalam bahasa Inggris atau luka atau trauma. Kata ini digunakan untuk menggambarkan respon neural hanya pada traumatik atau stimulus noksius. Nyeri nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang mentransduksi stimulus noksius disebabkan aktivasi dari serabut saraf tipe A- δ dan tipe C yang berespon terhadap stimulus nyeri (seperti trauma, penyakit, dan inflamasi). Rasa nyeri berasal dari organ viseral dinamakan nyeri viseral, sebaliknya nyeri yang berasal dari jaringan seperti kulit, otot, kapsul sendi, dan tulang dinamakan nyeri somatik. Nyeri somatik dibagi menjadi nyeri somatik superfisial dan nyeri somatik dalam.

2. Nyeri neuropatik

(8)

hal yang mungkin berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer, timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi sentral, reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal menghilang, serta terjadinya gangguan pada koneksi neural, dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari yang normal. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesik opioid.

C. Berdasarkan Lokasi/ Letak

1. Radiating pain: Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.

2. Referred pain (nyeri proyeksi): Nyeri dirasakan pada bagian tertentu tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.

3. Intractable pain: Nyeri yang sangat susah dihilangkan

(9)

D. Nyeri berdasarkan ringan beratnya 1. Nyeri ringan

Nyeri Ringan Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik. 2. Nyeri Sedang

Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

3. Nyeri Berat

Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.

Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, dimana pengukurannya sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Beberapa jenis pengukuran nyeri antara lain:

 Skala penilaian numerik

Skala penilaian numerik (numerical rating scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

 Skala analog visual

(10)

 Skala nyeri Bourbanis

Kategori dalam skala nyeri Bourbanis memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10. Kriteria nyeri pada skala ini yaitu:

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik 4-6 : nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik

7-9 : nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan distraksi

10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu berkomunikasi lagi.

B.

Low Back Pain

(

LBP

)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha . LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

Klasifikasi Low Back Pain (LBP)

(11)

lama penyakitnya (akut, sub akut, kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non spesifik).

1. Klasifikasi Berdasarkan Sumber Rasa Nyeri

Sementara klasifikasi sumber nyeri pinggang bawah (NPB) dapat dibagi atas beberapa jenis yaitu:

 Viserogenik

Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, dan lain-lain.

 Neurogenik

Merupakan NPB yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung bawah.

 Vaskulogenik

Merupakan NPB yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar punggung bawah.

 Spondilogenik

Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.

 Psikogenik

Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan psikologis pasien

2. Klasifikasi menurut Onset  Akut low back pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

Chronic Low Back Pain

(12)

memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor

Penyebab Low Back Pain (LBP)

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain: 1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan scoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala- gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan. Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

Penyakit Spondylisthesis

Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Penyakit Kissing Spine

Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.

Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V

(13)

2. Low Back Pain karena Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca

Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

Perubahan pada sendi Lumba Sacral

Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain.

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain:

Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

(14)

seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.

Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

Penyakit Infeksi

Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.

4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai. Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.

(15)

Bangunan peka nyeri

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah antara lain periosteum, sepertiga bangunan luar annulus fibrosus (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis), ligamentum kapsula artikularis, fasia, dan otot.Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menimbulkan persepsi nyeri.

Mekanisme nyeri

Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri dan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Terdapat dua jenis hiperalgesia yaitu primer yang terjadi di daerah lesi dansekunder di jaringan sehat. Hiperalgesia primer dapat dibangkitkan dengan stimulasi termal maupun mekanikal dan hiperalgesia sekunder hanya dapat dibangkitkan mekanikal. Hiperalgesia sekunder disebabkan kemampuan neuron di kornu dorsalis medulla spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses modulasi ini terjadi karena impuls yang terus-menerus menstimulasi medulla spinalis yang berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsal menjadi lebih sensitive.

Dalam fenomena sensitisasi sentral ada dua fenomena yang terjadi, yaitu :

1. wind up : sensitisasi neuron kornu dorsalis terutama wide dynamic range neuron (WDR). Proses ini sangat bergantung pada glutamate dan reseptor NMDA

2. long term potentiation (LTP) merupakan peningkatan kepekaan neuron kornu dorsalis (sensitisasi) berlangsung lebih lama dan masih terjadi walaupun input sudah tidak ada.

(16)

Timbulnya nyeri spontan di neuron kornu dorsalis ditentukan oleh Nitric oxide (NO). Jika konsentrasinya menurun dapat menyebabkan nyeri spontan yang sejalan dengan lesi otot.

Sebagian pasien dengan lesi saraf pusat maupun tei di samping memiliki gejala negative yang berupaparesis atau paralisis, hipestesi, atau anastesi, juga menderita gejala positif yaitu nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik yang ditemukan pada pasien nyeri punggung bawah berupa penekakan radiks sarafoleh hernia nuklesus pulposus,penyempitan kanal spinalis, pembengkakan artikulasio, fraktur mikro, penekanan tumor dan sebagainya.

Iritasi pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama penekanan terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya akan nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi yang dirasakan di sepanjang dermatom serabut saraf tersebut. Kemungkinan kedua penekanan sampai serabut saraf maka ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui perubahan molekuler yang dapat menyebabkan aktivitas sistem saraf aferen menjadi abnormal dengan timbulnya aktivitas ektofik yang terjadi di luar reseptor, akumulasi saluran ion natrium di daerah lesi menyebabkan timbulnya mechano-hot-spot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal. Hal ini menjadi dasar pemeriksaan Laseque.

Diagnosis Anamnesis

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu: 1. Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

2. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

(17)

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

4. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

5. Nyeri karena iskemia

6. Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

7. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.

Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.

(18)

hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

 Inspeksi :

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.

 Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

 Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

 Palpasi :

o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis

(19)

o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.

 Pemeriksaaan Motorik

Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

o Berjalan dengan menggunakan tumit.

o Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

o Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )  Pemeriksaan Sensorik

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru

 Refleks

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

 Special Test

o Tes Lasegue:

 Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis/ lumbo-sacralis.

(20)

 Tes Patrick dan anti-patrick:

Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.

 Tes kernig:

Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.

 Tes Naffziger:

Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.

 Tes valsava:

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.

 Spasme m. psoas:

Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat – kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.

(21)

Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

Pemeriksaan Penunjang a) Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

b) Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.

c) Pemeriksaan Radiologis :

(22)

b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.

d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:

 vertebra dan level neurologis belum jelas

 kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak  untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

 kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

(23)

a) Elektromiografi (EMG) :

Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :

- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks - Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer - Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks b) Elektroneurografi (ENG)

Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.

Diagnosis Banding Nyeri Punggung Bawah 1. Penyebab Sistemik

- aneurisme aorta abdominalis - nephrolitiasis

- infeksi ginjal - kelainan metabolic - tumor

(24)

- arthritis colitis ulseravitf - psoriasis arthritis

- rheumatoid arthritis - miopati radikulopati

2. Penyebab lokal yang berbahaya - tumor

- infeksi ruang diskus - abses epidural - fraktur

- hernia diskus - stenosis spinal - spondilolistesis

3. Patologi lokal yang menjalar menyerupai nyeri punggung bawah - osteoarthritis pinggang

- nekrosis aseptis kaput femoral - trauma nervus ischiadicus - cyclic radiating low back pain

Berdasarkan etilogi : 1. NPB mekanikal (97%) : - lumbar strain, sprain (70%) - proses degenerative

- stenosis spinal

- fraktur kompresi osteoporotic - spondilolistesis

- fraktur traumatic - spondilolisis

2. NPB nonmekanikal (1%) :

- neoplasma (multiple myeloma, dll) - infeksi

(25)

- Scheurman sisease (Osteokondrosis) - Paget disease

3. Penyakit visceral (2%) - prostatitis

- nefrolitiasis - aneurisma aorta

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Low Back Pain Akut

Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian saran dan analgesia yang tepat. Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari pengangkatan beban yang berat).

Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :  Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.

 Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman tentang nyeri.

 Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.

Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas

(26)

Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik

 Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti biasanya.

 Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan. Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.

 Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.  Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas

sehari-harinya dalam 4-6 minggu.

 Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu.  Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi,

termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.

Diagnosis Sementara :

 Diagnosis Klinis : Low Back Pain akut rekuren

 Diagnosis Topik : radiks seringgi L4 –L5 , organ viseral  Diagnosis Etiologi :

1. LBP Spesifik : ischialgia

2. LBP non spesifik : facet joint arthritis dd sacralitis dd batu saluran kemih

-Pemeriksaan ( tanggal 30 April 2018 ) Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, BB: 96 Kg

TB: 183cm BMI : 28,66

(27)

N : 84x/mnt S : 36,6’C Nilai VAS

Kulit

: :

8

Turgor kulit baik

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3 mm, Refleks Cahaya: +/+, Refleks kornea: +/+

Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen

-/-Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kaku kuduk (-), meningeal sign (-)

Dada : Pulmo :

I : Normochest, dinding dada simetris

P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris

P : Sonor di kedua lapang paru

A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis P : Iktus cordis teraba

P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V linea midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-) Abdomen : I : Perut datar, simetris

P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

(28)

A : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill <2detik, akral hangat (+)

Anggota gerak atas Kanan Kiri

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi E E

Refleks fisiologis + +

Refleks patologis -

-Sensitibilitas Dbn Dbn

Anggota gerak bawah Kanan Kiri

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi E E

Refleks fisiologis + +

Refleks patologis -

-Sensitibilitas Dbn Dbn

Status Neurologis

Sikap Tubuh : Lurus dan Simetris Gerakan Abnormal : (-)

Kepala : Normocephal

Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis

NERVUS CRANIALIS Kanan Kiri

N.I Daya Penghidu Normal/Normal

N.II Daya Penglihatan, Penglihatan

(29)

N.III Ptosis

-/-Gerakan mata ke medial Normal/Normal Gerakan mata ke atas Normal/Normal Gerakan mata ke bawah Normal/Normal

Ukuran Pupil + (3 mm) + (3mm)

Reflek cahaya Langsung + +

Reflek cahaya konsensuil + +

Strabismus divergen

-/-N.IV Gerakan mata ke lateral bawah +/+ Strabismus konvergen

-/-Menggigit Normal/Normal

Membuka mulut Normal/Normal

N.V Sensibilitas muka Normal/Normal

Reflek kornea + +

Trismus

-/-N.VI Gerakan mata ke lateral bawah +/+ Strabismus konvergen

-/-N.VII Kedipan mata Normal/Normal

Lipatan nasolabial Simetris/simetris

Sudut mulut Simetris/simetris

Mengerutkan dahi Normal/Normal

Menutup mata Normal/Normal

Meringis Normal/Normal

Menggembungkan pipi Normal/Normal

(30)

N.VIII

Daya kecap lidah 1/3 belakang Normal/Normal

Reflek muntah + Nyeri ketok Ginjal (CVA) : -/+ Sensibilitas : Normal

Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal

(31)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 14.1 11.7-15.5 g/dl

Leukosit 7.75 3.6-11 ribu

Eritrosit 5.22 3.8-5.4 juta

Hematokrit 44.1 35-47 %

Trombosit 337 150-400 ribu

MCV 84,4 82-98 fL

MCH 27,1 27-34 pg

MCHC 32.1 32-37 g/dl

RDW 12,3 10-16 %

MPV 6,06 7-11 mikro m3

Limfosit 2,62 1,0-45 mikro m3

Monosit 0,515 0,2-1,0 mikro m3

Eosinofil 0,154 0,04-0,8 mikro m3

Basofil 0,109 0-0,2 mikro m3

Neutrofil 4,35 1,8-7,5 mikro m3

Kimia Klinik

Glukosa puasa 100 82-115 mg/dl

Ureum 29 10-50 mg/dl

Creatinin 0,93 0,62-1,1 mg/dl

SGOT 34 0-50 U/L

SGPT 57 0-50 IU/L

Cholesterol 177

<200 dianjurkan 200-239 resiko sedang >240 resiko tinggi

HDL – Cholesterol 33 31 – 75

LDL – Cholesterol 117,8 <150

Trigliserida 131 30 – 150

(32)

Kesan :

-Allgment lurus -Osteofit VL-5

-Penyempitan diskus intervertebralis L5-S1

-Sakralisasi VL-5

Pemeriksaan USG 2 Mei 2017

Hepar : ukuran membesar, parenkim homogen, ekogenitas normal Pankreas : gallblader dan lien : tak tampak kelainan

Ginjal kanan : ukuran normal, tampak batu dengan ukuran 1,16cm. Ginjal kiri: ukuran normal, tampak batu dengan ukuran 1,79cm. Vesika urinaria dinding tidak menebal, tepi reguler, tak tampak batu Kesan :

 Hepatomegali

 Nefrolithiasis kanan dan kiri (kiri>>) Diskusi kedua

(33)

kerusakan maupun kelainan struktur tulang belakang. Hasil foto rontgen vetebra lumbosakral menunjukkan adanya penyempitan dan sacralisasi pada tulang belakang.

Walaupun pada pemeriksan radiologi terdapat kelainan pada vertebrae lumbosacral akan tetapi secara klinis tidak ditemukan kelainan pada vertebrae, hal ini dibuktikan dari pemeriksaan fisik berupa tes laseque, kernig, bragard, sigard dan tes lain nya negatif. Sedangkan untuk tes nyeri ketok ginjal positiv di sebelah kiri. Hal ini juga didukung dari gambaran USG abdomen menunjukkan adanya nefrolithiasis kiri.

• Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab nyeri punggung bawah pada pasien ini dapat nefrolithiasis. Diagnosis nefrolithiasis juga diperkuat dengan adanya riwayat jarang minum air putih dan riwayat pekerjaan dengan waktu duduk yang lama. Meskipun sebenarnya ada beberapa faktor resiko lain yang tidak dapat dinilai diantaranya faktor diet/makanan, stress, dan olahraga. Pada pasien ini pemeriksaan fisik CVA (positif). Sehingga pada pasien ini diagnosis etiologi penyebab Low Back Pan adalah dikarenakan adanya batu saluran kemih. Batu kemih yang menyumbat di bagian ureter, pelvis renalis maupun tubulus dapat mengakibatkan rasa nyeri kolik pada pinggang. Nyeri kolik di definisikan sebagai nyeri tajam akibat penyumbatan pada organ yang berongga (contohnya ureter). Nyeri kolik biasanya diawali dengan nyeri spasmodik ringan yang makin lama makin memberat. Jadi pada kasus ini nyeri punggung bawah yang terjadi akibat nyeri proyesi dari organ viseral yaitu ginjal, dan termasuk dalam LBP non spesifik.

Diagnosis akhir

 Diagnosis klinik : Low Back Pain akut

 Diagnosis topik : Jaringan peka nyeri organ viseral  Diagnosis etiologi : Nefrolithiasis

Planning -Evaluasi nyeri

-Konsul Bedah Urologi

Terapi

(34)

 Medikamentosa :

1. Inj ketorolac 2x30mg 2. Inj Ranitidin 2x1 3. Inj Mecobalamin 1x1 4. Inj Diazepam 2x2 mg 5. PO Amitriptilin 2x ½

6. PO Metilprednisolon 2 x 16 mg

Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan terapi simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah akut akan menunjukkan perbaikan yang nyata pada minggu pertama terapi (Bratton, 1999; Patel, 2000).

Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif dan nyeri neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri pada prasat pemeriksaan fisik dan spasme otot yang jelas. Sehingga, pada penderita ini terapi yang digunakan adalah kombinasi analgesia dan muscle relaxant agent.

Ketorolac 2×30 mg

Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari. Pada kasus ini, ketorolac digunakan sebagai anti inflamasi dan efek analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

Mecobalamin 2×1 amp

Meticobalamin adalah golongan cobalamin, bentuk dari vitamin B12. Bentuk ini berbeda

dengan cyanocobalamin yang memiliki gugus sianida sedangkan meticobalamin memiliki gugus metil. Meticobalamin berbentuk kristal berwarna merah. Pada kasus ini diberikan meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari kerusakan akibat terjadinya inflamasi di organ viseral sekitar saraf.

Diazepam 2x2mg

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf pusat. Diazepam diberikan sebagai muscle relaxant pada kasus ini.

Amitriptilin 1x12,5 mg

(35)

oxidase. Amitriptilin juga memiliki efek analgesik yaitu terkait perubahan konsentrasi monoamina dalam sistem saraf pusat, terutama serotonin dalam mempengaruhi opioid endogen.

Metilprednisolon 2x16 mg

Merupakan obat golongan kortikosteroid yang berfungsi untuk meredakan gejala perdangan seperrti pembengkakan dan nyeri. ■ Dissatisfaction : dubia ad bonam

(36)

2x 2 mg

Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751.

Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa Indonesia. 1998. hal 505

Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization of a lumbar. Volume 38. 2000

(37)

Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose penyakit. Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337

S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit FK UI. Hal 18-19

Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain : Navigating Evaluation and Treatment Choices. American Family Physician:2008:78(7).

The Bone and Joint Decade Task Force on Neck Pain. Neck Pain Evidence Summary.

Adams RD. 2007. Pain in the Neck and Extremities. Principle of Neurology. Mc Graw C. Inc. 6th ed. pp 194-197

Anderson GBJ. 2001. Roenthenography Measurement of Lumbar Intervertebral Disc Height. Spine;6 : 154

Finneson BE.2000 Anatomy of the Low Back Pain. Toronto : 2nd ed. pp 1-20

Goodyear Smith.2002. Management of low back pain. NZFP; 29: 102-107.

Linton SJ. 2002. “Yellow Flag” for Back Pain. Seattle. Hal :271-272

Gambar

Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis

Referensi

Dokumen terkait

Kedua jurnal yang ditelaah memperlihatkan bahwa penggunaan vasopresin pada pasien AKI dengan syok sepsis lebih superior dalam memperbaiki fungsi ginjal dibandingkan dengan

PEMBENTUKAN SENYAWA DIMER ANETOL DENGAN BIOKATALIS ENZIM LAKASE DARI JAMUR TIRAM

Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar diberikan oleh Soedijarto yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan

berakad mereka belum memahami bahwa ada suatu ketentuan yang.. mengatur transaksi kerja sama yang dibenarkan dalam hukum Islam hal tersebut dikarenakan masyarakat

Data item dengan nilai indeks employee engagement yang terendah menjadi prioritas untuk dianalisis sebagai upaya perancangan usulan tindakan perbaikan dalam meningkatkan

Aplikasi Senayan menyediakan tur untuk melakukan ekspor data dari Senayan maupun impor data ke Senayan dengan menggunakan format CSV (comma- separated values).. Sampai dengan

Variasi struktur daun Angiospermae sedikit banyak ada hubungannya dengan habitatnya dan dapat dipakai sebagai ciri tipe ekologi tumbuhan tersebut, seperti mesofit (tumbuhan

Sumber data primer adalah buku-buku atau literatur tentang manajemen risiko pembiayaan dan gadai, yang menjadi referensi utama dalam penelitian ini. Adapun yang