• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PERKULIAHAN Fakultas Program Studi (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODUL PERKULIAHAN Fakultas Program Studi (2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Metode

Penelitian

Kualitatif

Metode Penelitian Ilmiah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ilmu Komunikasi Public Relations

02

Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm

Abstract

Kompetensi

Modul membahas proses penelitian ilmiah yang meliputi pembahasan mengenai metode penelitian ilmiah, jenis-jenis dan unsur-unsur penelitian.

(2)

Metode Penelitian Ilmiah

Pendahuluan

Melakukan penelitian ilmiah, oleh karena itu, membutuhkan dua set keterampilan -teoritis dan metodologis - dibutuhkan untuk beroperasi di tingkat -teoritis dan empiris masing-masing. Keterampilan metodologis ("tahu-bagaimana") relatif standar dan invarian di seluruh disiplin ilmu. Namun, keterampilan teoritis ("tahu-apa") jauh lebih sulit untuk menguasai, membutuhkan tahun observasi dan refleksi, dan keterampilan yang tidak bisa "diajarkan" melainkan belajar dari pengalaman. Semua ilmuwan terbesar dalam sejarah umat manusia, seperti Galileo, Newton, Einstein, Niels Bohr, Adam Smith, Charles Darwin, dan Herbert Simon, adalah ahli-ahli teori yang utama utama, dan mereka dikenang karena teori mereka mendalilkan dan mengubah jalannya ilmu pengetahuan. Keterampilan metodologis yang diperlukan untuk menjadi seorang peneliti biasa, tapi keterampilan teoritis yang dibutuhkan untuk menjadi seorang peneliti yang luar biasa (Bhattacherjee, 2012: 4).

Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah mengacu pada satu set standar teknik untuk membangun pengetahuan ilmiah, seperti bagaimana untuk membuat pengamatan yang valid, bagaimana menginterpretasikan hasil, dan bagaimana untuk menggeneralisasi hasil tersebut. Metode ilmiah memungkinkan peneliti untuk secara independen dan imparsial menguji teori yang sudah ada sebelumnya dan temuan sebelumnya, dan menempatkan mereka ke dalam perdebatan terbuka, modifikasi, atau perangkat tambahannya. Metode ilmiah harus memenuhi empat karakteristik:

1. Replicability (Peniruan): Orang lain harus mampu secara mandiri meniru atau mengulangi sebuah studi ilmiah dan memperoleh hasil yang mirip, atau setidaknya identik.

2. Precision (Presisi atau Ketepatan): Konsep teoretis, yang sering sulit untuk diukur, harus didefinisikan dengan presisi seperti bahwa orang lain dapat menggunakan definisi untuk mengukur konsep-konsep dan menguji teori.

(3)

psikoanalisis mungkin memiliki utilitas praktis dalam mengobati beberapa jenis penyakit.

4. Parsimony (Kesederhanaan/Parsimoni): Ketika ada beberapa penjelasan dari sebuah fenomena, ilmuwan harus selalu menerima penjelasan yang paling ekonomis, sederhana atau logis. Konsep ini disebut kesederhanaan atau "Occam’s Razor". Setiap ilmu pengetahuan harus dapat mengambarkan maupun menjelaskan gejala yang kompleks dalam bentuk yang sederhana-yang mudah dipahami. Sederhana disini bukan berarti kesederhanaan dalam kerangka pemikiran, justru semakin sistematis dan mudah dipahami gejala yang kompleks-pemikiran yang luas tentu lebih baik. Parsimoni mencegah ilmuwan dari mengejar teori yang terlalu rumit atau aneh dengan jumlah banyak konsep dan hubungan yang dapat menjelaskan sedikit dari segala sesuatu tapi tidak pada hal yang khusus.

Metode Penelitian Ilmiah merupakan berbagai prosedur yang menunjukan pola-pola dan langkah-langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian ilmiah didukung oleh beberapa teknik penelitian (suatu cara operasional dan teknis yang lebih terinci dalam melakukan penelitian) misalnya teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan skala, tabulasi data, teknik analisa dan sebagainya.

Metode ilmiah, sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, mencakup berbagai pendekatan penelitian, peralatan, dan teknik, seperti data kualitatif dan kuantitatif, analisis statistik, eksperimen, survei lapangan, studi kasus, dan sebagainya.

Jenis-Jenis Penelitian Ilmiah

Berdasarkan pada tujuanya, penelitian ilmiah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif.

1. Penelitian Eksploratif

(4)

berbagai sumber informasi. Penelitian eksploratif juga umumnya menggunakan data kualitatif sehingga penggunaan teknik pengumpulan data serta metodologinya umumnya juga terkait dengan penelitian yang sifatnya kualitatif. Di mana penelitian kualitatif juga dilihat sebagai penelitian yang lebih terbuka kemungkinan terhadap berbagai temuan baru ketika dilakukan penelitian eksploratif di lapangan (Neuman, 2000: 21).

Penelitian eksploratif sering dilakukan di daerah-daerah penyelidikan yang, di mana tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk memperluas cakupan atau meluaskan suatu fenomena masalah, atau perilaku tertentui, (2) untuk menghasilkan beberapa ide awal (atau "dugaan ") tentang fenomena itu, atau (3) untuk menguji kelayakan melakukan studi lebih luas mengenai fenomena itu.

Misalnya, jika warga negara pada umumnya tidak puas dengan kebijakan pemerintah berkaitan dengan resesi ekonomi, penelitian eksplorasi mungkin diarahkan untuk mengukur tingkat ketidakpuasan warga, memahami bagaimana ketidakpuasan tersebut diwujudkan, seperti frekuensi protes publik, dan dugaan penyebab ketidakpuasan tersebut, seperti kebijakan pemerintah tidak efektif dalam menangani inflasi, suku bunga, pengangguran, atau pajak yang lebih tinggi. Penelitian tersebut dapat mencakup pemeriksaan angka yang dilaporkan publik, seperti perkiraan indikator ekonomi, seperti produk domestik bruto (PDB), pengangguran, dan indeks harga konsumen, seperti yang diarsipkan oleh sumber-sumber pihak ketiga, diperoleh melalui wawancara ahli, ekonom terkemuka, atau pejabat-pejabat penting pemerintah, dan / atau berasal dari mempelajari contoh-contoh historis yang berkaitan dengan masalah yang sama. Penelitian ini mungkin tidak akan membawa pemahaman yang sangat akurat dari masalah yang ditargetkan, namun mungkin bermanfaat dalam melingkupi sifat dan luasnya masalah dan berfungsi sebagai prekursor berguna untuk penelitian yang lebih mendalam.

Ciri-ciri penelitian eksploratif :

• Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang jarang atau belum pernah diteliti.

• Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi atau keadaan mengenai suatu objek.

• Penelitian dilakukan dimulai dengan informasi yang minim. • Pertanyaan penelitian dimulai dengan kata ‘apa’.

2. Penelitian Deskriptif

(5)

berusaha menggambarkan kondisi objek penelitian sesuai dengan keadaan yang ditemukan atau diamati di lapangan. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya

membuat kategori perilaku, mengamati gejala alamiah dan mencatatnya. Merupakan tipe penelitian yang memberikan sebuah penjelasan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan kondisi subyek ataupun obyek penelitian dengan menjelaskan kedudukan serta hubungan antara variabel-variabel berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan teori), peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Penelitian ini menggambarkan realitas yang sedang diteliti tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. Contohnya pada penelitian “Opini Penonton Liputan 6 SCTV” (dalam Yearry Panji, 2011). Penelitian deskriptif menyajikan sebuah gambaran spesifik yang detil tentang suatu situasi atau kondisi, lengkap dengan seting sosial dan berbagai relasi di dalamnya. Penelitian deskriptif juga termasuk penelitian yang paling sering digunakan oleh ilmuwan sosial. Penelitian deskriptif dan eksloratif memiliki banyak persamaan, bahkan kadang penggunaannya sering tercampur. Bedanya, penelitian deskriptif umumnya berangkat dari sebuah penelitian yang telah tersusun atau terencana dengan baik sehingga harapannya dapat menemukan deskripsi yang baik dan tepat dari apa yang ingin dicarinya. Hasil dari penelitian deskriptif adalah gambaran yang detil dari suatu fenomena yang diteliti. Contohnya, temuan penelitian deskriptif yang mampu menggambarkan jumlah persentase tertentu, misalkan bahwa 10 persen orangtua terlibat dalam kekerasan fisik atau seksual terhadap anak-anak mereka (Neuman, 2000: 22). Penelitian deskriptif memfokuskan diri kepada pertanyaan “bagaimana” dan “siapa” (bagaimana fenomena ini dapat terjadi? Siapa saja yang terlibat dalam fenomena ini?). Upaya untuk mendapatkan penjelasan mengapa suatu fenomena dapat terjadi atau untuk mengeksplorasinya tidak terlalu menjadi minat penelitian deskriptif, selain bahwa tujuannya untuk mendapatkan deskripsi tadi. Penelitian deskriptif juga umumnya menggunakan hampir semua teknik pengumpulan data: survei, studi lapangan, observasi, analisis isi, dan semacamnya, mungkin hanya eksperimen saja yang dirasa kurang tepat untuk penlitian deskriptif ini (Neuman, 2000: 22).

Penelitian deskriptif dilakukan dimana telah terdapat informasi mengenai suatu permasalahan atau suatu keadaan akan tetapi informasi tersebut belum cukup terperinci, maka peneliti melakukan penggambaran atau deskripsi secara terperinci. Biasanya kata tanya yang dipakai ialah “bagaimana”.

(6)

Penelitian eksplanatori mencari penjelasan fenomena yang diamati, masalah, atau perilaku. Sementara penelitian deskriptif meneliti apa, di mana, dan kapan suatu fenomena, penelitian explanatory mencari jawaban mengapa dan bagaimana jenis pertanyaan. Ia mencoba untuk "menghubungkan titik-titik" dalam penelitian, dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan hasil dari fenomena sasaran. Contohnya termasuk memahami alasan di balik kejahatan remaja atau kekerasan geng, dengan tujuan pemberian resep strategi untuk mengatasi penyakit sosial tersebut. Mencari penjelasan untuk peristiwa yang diamati memerlukan keterampilan teoritis dan interpretasi yang kuat, bersama dengan intuisi, wawasan, dan pengalaman pribadi. Mereka yang dapat melakukannya dengan baik juga merupakan ilmuwan yang paling berharga dalam disiplin ilmu mereka.

Merupakan tipe penelitian yang memberikan sebuah penjelasan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan kondisi subyek ataupun obyek penelitian dengan menjelaskan kedudukan serta hubungan antara variabel-variabel berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Jika sebagai peneliti kita sudah menemukan sebuah persoalan atau fenomena dan telah memiliki deskripsi tentang masalah/fenomena tersebut, biasanya kita beralih kepada pertanyaan “mengapa hal tersebut bisa terjadi?”. Hasrat untuk bertanya “mengapa” tadi, dan untuk mendapatkan penjelasan tentangnya, adalah tujuan dari penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif dibangun berdasarkan penelitian eksloratif dan penelitian deskriptif dan kemudian beranjak kepada pertanyaan mengapa/ada alasan apa di balik peristiwa atau fenomena yang diteliti tersebut. Penelitian ekslanatif berupaya menjelaskan faktor sebab-akibat dari suatupermasalahan atau fenomena. Jika penelitian deskripfif hanya menjabarkan bahwa ada 10 persen orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya, maka penelitian eksplanatif mencoba mencari tahu mengapa orangtua melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka (Neuman, 2000: 22—23). Peneliti menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Peneliti membutuhkan definisi konsep, kerangka konseptual dan kerangka teori. Peneliti perlu melakukan kegiatan berteori untuk menghasilkan dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan lainnya. Variabel adalah konsep yang dapat diukur. Kegiatan berteori

ini ada dalam kerangka teori. Sering disebut pula sebagai jenis penelitian korelasional dan komparatif. Contohnya: penelitian tentang “pengaruh gaya komunikasi pemimpin dengan budaya komunikasi organisasi di PT. ABCD”.

(7)

Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah

Prosedur atau proses penelitian secara lebih operasional melibatkan unsur-unsur penelitianya. Unsur-unsur penelitian setidaknya terdiri dari :

1. Obyek penelitian yang didalamnya terdapat permasalahan; 2. Minat peneliti dan gagasan sebagai hasil pemikiran;

3. Teori-teori;

4. Konsep-konsep pembentuk teori dan hubungan antar konsep yang diproposisikan teori;

5. Konstruk; konsep yang telah dibatasi pengertiannya;

6. Variabel; hasil operasionalisasi konsep sebagai unsur hipotesis;

7. Hipotesis penelitian; jawaban sementara atas perumusan masalah yang merupakan hubungan teoritik antara dua atau lebih variabel penelitian;

8. Teknik penelitian; 9. Instrumen penelitian;

10. Populasi, sampel, teknik penatikan sampel, alokasi sampel;

11. Jadwal dan penelitian tempat (dapat pula organisasi peneliti dan alokasi anggaran); 12. Data;

13. Tekhnik analisis data;

14. Kriteria/ukuran (teoritik) sebagai pembanding dan penilaian; 15. Uji hipotesis (jika ada hipotesis);

16. Temuan penelitian;

17. Teknik penulisan dan penyusunan usulan penelitian; 18. Tekhnik penulisan dan penyusunan laporan penelitian;

Sistematika dan tekhnik penulisan yang didalamnya ada unsur-unsur penelitian dapat mengikuti format yang ada, misalnya format penelitian yang tersusun dalam buku panduan penyusunan “outline dan Skripsi” Fikom UMB, kalau lomba penulisan karya ilmiah Diknas mengikuti format yang disediakan, kalau proyek riset lazimnya juga ada panduan penyusunan hasil riset, kecuali tidak ada panduan, maka harus bisa menyusun sistematika/format tersebut.

Topik dan Judul Penelitian

(8)

Untuk memudahkan dalam memilih topik, mahasiswa diminta kembali melihat kepada komponen komunikasi yang sudah dipelajari di mata kuliah dasar dahulu, dimana komponen komunikasi meliputi:

a. level komunikator, analisis sumber.

b. level pesan / isi pesan, meliputi isi pesan yang disampaikan oleh komunikator (pesan – pesan media) baik yang dilakukan secara kuantitatif (analisis isi), maupun kualitatif (analisis framing, analisis wacana, analisis gender dsb).

c. level media, meliputi strategi redaksi/program/produksi, manajemen media.

d. level komunikan, meliputi analisa khalayak yang meliputi respon, opini, persepsi dsb. e. level dampak, meliputi efek atau dampak dari isi pesan media ataupun strategi

pemberitaan/tayangan/program yang berupa tingkat pemahaman, persepsi ataupun perubahan perilaku, diterima dan munculnya opini positif terhadap isi pesan dan / atau media.

Pada intinya proses pertama dalam penulisan penelitian ini, perlu dicermati beberapa hal yang meliputi:

a. Bahwa topik penelitian harus penting (significance of topic)

b. Bahwa topik penelitian harus menarik perhatian peneliti (interesting topic)

c. Bahwa topik penelitian harus didukung oleh data atau dengan kata lain untuk topik tersebut tersedia datanya (obtainable data)

d. Bahwa topik penelitian harus dapat dilaksanakan dalam arti sebatas kemampuan penelitian (manageable topic)

Selain itu sebelum melakukan proses penelitian, harus diketahui dulu unsur-unsur yang akan dicerminkan dalam rumusan penelitiannya yaitu:

a. Problematika penelitian yang akan dicari jawabannya

b. Populasi atau subjek penelitian dimana dapat diperoleh data yang dimaksud c. Wilayah penelitian tempat subjek penelitian berada

d. Waktu penelitian dilangsungkan

Menentukan Topik Yang Relevan

Sekali ide dasar riset telah dipilih atau ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa tapoik tersebut layak untuk diteliti. Tahap ini dapat diselesaikan dengan menjawab delapan pertanyaan mendasar.

(9)

Kebanyakan riset menkonsentrasikan pada satu bidang kajian yang sempit; tidak banayk riset yang dilakukan untuk menganalisis semua bidang studi/kajian. Ada satu tendensi, mengapa seorang peneliti harus melakukan penelitian dengan tepa yang luas – sebagai contoh “efek televisi pada anak-anak,” atau “ efek informasi dari media masa terhadap pemilih dalam Pemilu.”

Untuk menghindari masalah ini, peneliti biasanya menguraikan masalah-masalah yang akan diteliti dengan tujuan untuk memilah dan memilih topic menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sempit.

Pertanyaan 2 : Apakah masalah Tersebut Benar-Benar Dapat Diinvestigasi?

Masih ada hubungannya dengan keluasan topic, sebuah topic boleh jadi tidak dapat diinvestigasi secara sederhana karena pertanyaan yang diajukan tidak memiliki jawaban, atau tidak dapat dijawab dengan menggunakan fasilitas dan informasi yang tersedia. Sebagai contoh, bagi peneliti yang ingin mengetahui Bagaimana orang-orang yang tidak memiliki televise bereaksi terhadap situasi komunikasi antar pribadi sehari-hari harus mempertimbangkan masalah dalam menemukan subyek yang benar-benar tidak memiliki pesawat televisi di rumahnya.

Pertanyaan 3 : Apakah Data Rentan ?/ Mudah Untuk Dianalisis?

Sebuah topik tidak dapat memberikan dengan sendirinya apa yang diinginkan, jika data yang didapat tidak dapat diukuk tingkat keterpercayaan (realibility) dan kesahihannya (validity). Dengan kata lain, seorang peneliti yang akan mengukur efek tidak menonton televisi harus mempertimbangkan apakah informasi tentang perilaku subyek akan memadai dan dapat dipercaya, apakah si subyek akan mejawab dengan jujur.

Pertanyaan 4 : Apakah Masalah Tersebut Signifikan/Bermanfaat?

Sebelum riset dilaksanakan, peneliti harus menentukan, apakah topic tersebut telah layak, artinya apakah hasil penelitian tersebut memiliki nilai baik secara praktis maupun teoritis.

Pertanyaan 5 : Apakah Hasil Penelitian Dapat Digeneralisasikan?

(10)

Kedua hal tersebut kebanyakan menentukan apakah suatu riset mungkin dilakukan. Meskipun ide atau gagasan penelitian sangat cemerlang, namun jika biaya dan waktu yang diperlukan tidak memungkinkan, maka penelitian tersebut juga tidak memungkinkan dilakukan.

Pertanyaan 7 : Apakah Pendekatan Yang Direncanakan Sesuai Dengan Penelitian Yang akan Dilakukan?

Meskipun ide riset sangat cemerlang, namun perencanaan metode yang buruk dapat menjadi halangan. Misalnya, seorang peneliti akan mengukur perubahan atas penonton bioskop yang saat ini telah dipengaruhi oleh tayangan televisi di suatu kota dengan menyebarkan kuesioner ke sejumlah besar orang dengan menggunakan kuesioner yang dikirim melalui pos. Tentunya biaya pencetakan kuesioner dan pengiriman akan besar, belum lagi jika kita harus mem-follow up hasil kuesioner tersebut.

Pertanyaan 8 : Adakah Potensi Yang Membahayakan Pada Subyek Penelitian

Peneliti haruslah secara hati-hati menganalisa apakah penelitian yang dilakukan dapat “mengancam” subyek baik dari segi fisik maupun psikologis. Misalnya, apakah responden akan merasa ketakukan setelah menjawab pertanyaan? Apakah mereka harus menjawab pertanyaan yang dapat membuat mereka malu? Adfakah efek lanjutan dari hasil riset yang dilakukan? Pastikan hal-hal tersebut diantisipasi dan dipertimbangkan sebelum menentukan satu topik penelitian.

Daftar Pustaka

Bhattacherjee, Anol (2012). Social Science Research: Principles, Methods, and Practices, 2nd edition. University of South Florida, USA.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

1) Humas berperan dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas dengan informasinya mampu memberi pengetahuan

Hal ini dilatarbelakangi dengan semakin maraknya praktek illegal fishing yang terjadi di ZEEI, namun dalam prakteknya antara kapal yang ditangkapkarena diduga

Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga di dalam masyarakat, maka Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada

Sementara itu, evaluasi kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan hasil pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara

Skripsi yang berjudul “Evaluasi Kinerja Struktur Gedung Dengan Analisis Time History (Studi Kasus: Gedung Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta).” ini disusun sebagai salah

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Persen kemiringan lahan = (Beda tinggi/Jarak datar sebenarnya) X 100%.. Panjang garis tersebut sama dengan jarak sebenarnya yang terdapat di lapangan. Jarak yang didapat dari