• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang SDIDT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Bidan tentang SDIDT"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK

SWASTA RANTING CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015

Laporan Studi Kasus Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

OLEH :

MAYA SWARIMURTI

NPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK

SWASTA RANTING CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015

OLEH :

MAYA SWARIMURTI

NPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

(3)

STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia Program D III Kebidanan Jakarta, Juli 2015

Maya Swarimurti 120311.2037.118

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015 58 halaman + 7BAB + 7tabel

Abstrak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soccoro dan Elizabeth M King di Philipina membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7 domain yang dukur dengan instrument Revised Early Childhood Development Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine motor, self help, receptive language, expressive language, cognitive, social emotional. Dari data yang ada peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK berdasarkan umur, pendidikan, tahun lulus, lama bekerja, motivasi dan sumber informasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian univariat dan bivariat dengan pendekatan

cross sectional. Populasinya adalah bidan di wilayah Depok dengan jumlah populasi sekitar 430 orang dan sampel yang diambil adalah bidan sebanyak 74 orang yang praktek di Ranting Cimanggis Kota Depok periode Juli 2015.

Hasil uji analisis penelitian yang dilakukan didapatkan bidan yang berpengetahuan baik ada 25 orang (33,8%). Dan yang kurang terdapat 49 orang (66,2%). Berdasarkan usianya terdapat 13 orang bidan muda dan 12 orang bidan berusia >35 tahun yang berpengetahuan baik. Berdasarkan pendidikan terakhir bidan terdapat 62 orang bidan DIII, dari jumlah tersebut 42 bidan berpengetahuan kurang dan dari 18 bidan DIV-S2 12 orang berpengetahuan kurang. Berdasarkan tahun lulus bidan ada 56 orang yang lulus antara tahun 2004-2014 sebanyak 14 responden yang berpengetahuan baik. Dan 18 orang yang dibawah tahun 2004 sebanyak 11 orang yang berpengetahuan baik. Berdasarkan lama bekerja bidan yang bekerja >10 tahun ada 18 orang dan ≤ 10 tahun ada 56 orang dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak 42 orang. Berdasarkan motivasi yang memiliki motivasi positif ada 49 orang dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak ada 31 orang dan yang memiliki pengetahuan kurang ada 18 orang. Berdasarkan sumber informasi terdapat 19 orang yang terpapar informasi dan pada 55 orang yang tidak terpapar informasi terdapat frekuensi bidan berpengetahuan baik ada 8 orang.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis Depok berdasarkan umur, pendidikan, tahun lulus, lama bekerja, motivasi dan sumber informasi semua variabel ini mempengaruhi pengetahuan bidan kecuali motivasi dan tahun lulus. Saran : Di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan bidan tentang SDIDTK sehingga pelayanan program ini akan berjalan dimasyarakat.

Daftar Pustaka : 9 bacaan (2006-2014).

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MAYA SWARIMURTI

Alamat : Kp Bakung RT 01/05, Cilodong Depok

Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 26 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Pendidikan :

1. SDN Kalibaru III Tahun 2000 – 2006 2. SMPN 6 Depok Tahun 2006 – 2009 3. SMKF Harapan Massa Tahun 2009 - 2012

4. STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia, Jagakarsa, Jakarta Selatan,

(5)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhamad SAW atas seluruh nikmat dan karunia yang tak henti–hentinya diberikan kepada penulis.

Atas izin Nyalah penulis berhasil menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015 yang diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir program DIII kebidanan di STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM, M.Pd, selaku Ketua Yayasan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

2. Bunda Hj. Maimunah, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

3. Ibu Vivi Silawati, SST, SKM, MKM, selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

4. Bunda Hj. Yayah Komariah, S.SiT,M.M Kes, selaku penguji I.

5. Ibu Niky Wahyuning Gusti S.ST, MKM, selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

6. Para dosen di STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia atas segala bimbingannya selama ini.

7. Para Bidan pengurus IBI Cabang Depok Khususnya bunda Hendra, selaku Ketua IBI Depok, yang telah bersedia memberikan izin melakukan penelitian.

(6)

9. Sahabat-sahabat tersayang amalia jamil, erisma kartika, eva nurhasanah, khoirunnisa dan tia budianingsih yang selalu berusaha kompak dalam suka dan duka dan tetap semangat, saling memberikan dukungan satu sama lain, semoga akan selalu kompak dan akan selalu ingat kebersamaan kita serta kenangan suka duka kita kuliah di STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia. 10. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga

Tuhan YME membalas segala jasa dan kebaikannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk memperbaiki dimasa yang akandatang.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

Jakarta, juli 2015

Penulis

(7)

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan Judul :

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis

Kota Depok Periode Juli 2015

Telah di setujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat mengikuti ujian.

Jakarta, Juli 2015

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I

(Vivi Silawati, SST, SKM, MKM)

(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan sampai anak berusia lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun social serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kuran stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulangi lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period).

(9)

Penelitian yang dilakukan oleh Soccoro dan Elizabeth M King di Philipina membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7 domain yang dukur dengan instrument Revised Early Childhood Development Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine motor, self help, receptive language, expressive language, cognitive, social emotional. Mengingat jumlah balita sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal hal tersebut, berbagai factor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi.

(10)

kementerian kesehatan tahun 2012 yaitu 86% sedangkan pada balita 73,52% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini belum memenuhi target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Pelayanan kesehatan pada bayi dan balita yang salah satunya adalah program SDIDTK menunjukan angka cakupan pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita di Jawa Barat adalah 91,83% dan 85,74% dimana kedua angka ini menunjukan bahwa provinsi ini mampu melebihi target Renstra 2012. (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Depok pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan anak balita(1-4) tahun sebesar 80,6% dengan Jumlah anak balita (12-59 bln) yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali sebanyak 102.571 dan Jumlah seluruh anak balita (12-59 bln) sebanyak 127.260. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2011 cakupannya sebesar 68,52%. Tahun 2013 76,9%. (Profil Kesehatan Kota Depok, 2013).

Berdasarkan data dari DKK Semarang tahun 2006 yang dikutip dari hasil penelitian tentang “Analisis Pelaksanaan Program SDISTK Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011” oleh Dewi terdapat 388 kasus penyimpangan perkembangan yang dirujuk ke Klinik Tumbuh Kembang RSUP Dr. Kariadi dengan penemuan terlambat karena deteksi yang tidak teratur, sehingga periode emas untuk memberikan intervensi dan stimulasi dini pada anak tersebut tidak dapat dilakukan secara maksimal. Sebagian besar kasus yang ditemukan adalah gangguan bicara dan bahasa 56,61%, autisme 13,15%, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas 12,10% serta keterlambatan duduk atau berdiri 10,09%.

(11)

dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak lanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anaak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan harus dilakukan sedini mungkin sesuai indikasi. Berdasarkan hasil survei pengetahuan bidan yang peneliti lakukan dari 20 bidan di daerah Depok, hanya 5 orang yang pernah mendapatkan informasi tentang SDIDTK dan hanya 6 orang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai SDIDTK.

Indicator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional, social dan kemandirian anak berkembang secara optimal. (Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, Depkes RI, 2006)

1.2 Rumusan masalah

(12)

Puskesmas dan jaringannya sebagai organisasi pelayanan kesehatan dasar terdepan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan program SDIDTK di wilayah kerjanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang.

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta (BPS) periode Juli 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015

2. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan usia bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

3. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan pendidikan terakhir bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

4. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan lamanya bekerja bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

5. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan motivasi bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

(13)

dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah : 1.4.1 Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang pelaksanaan program SDIDTK Balita dan anak pra sekolah di Bidan Praktek Swasta, faktor-faktor penunjang dan penghambat keberhasilan program sehingga tujuan akhir program dapat tercapai.

1.4.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan dan keterampilan tentang pelaksanaan program Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

1.4.3 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kajian ilmu kebidanan mengenai stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menyelesaikan tugas akhir.

1.5 Ruang lingkup

Penelitian ini membahas tentang gambaran pengetahuan bidan tentang program stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di bidan praktek swasta di wilayah kota depok pada bulan april 2015, mengingat angka cakupan pelayanan kesehatan bayi dan balita dikota Depok 2013 mengalami penurunan khususnya balita, maka untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK dengan melakukan wawancara kepada bidan dengan mengisi kuesioner yang telah disiapkan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

(14)

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). (pedoman pelaksanaan SDIDTK, Depkes RI, 2006)

2.1.1 Pengertian stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisai dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak lanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anaak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat. (Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, Depkes RI, 2006)

2.1.2 Sasaran Program

(15)

Sasasan langsung stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang adalah semua anak umur 0 sampai dengan 6 tahun yang ada diwilayah kerja puskesmas.

b. Sasaran tidak Langsung

1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).

2) Tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga Berencana (KB), petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak.

3) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya. 2.1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.

b. Tujuan Khusus

1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.

2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.

3) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.

4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas.

2.2 Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini membedakan anak dengan dewasa. Anak bukanlah dewasa kecil. Anak menunjukan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.

(16)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan terjadi atas hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan system neuromoskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.

2.2.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.

Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang dibagi menjadi 2 jenis yaitu factor dalam (internal) dan factor luar (eksternal). Dan faktor-faktor tersebut adalah :

A. Faktor dalam (internal) 1) Ras/Etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari rasa tau bangsa Amerika maka ia tidak memiliki factor herediter ras/bangsa Indonesia, dan juga sebaliknya.

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang lebih tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma down’s dan sindroma turner’s.

B. Faktor luar (eksternal)

(17)

1) Faktor prenatal meliputi : gizi, mekanis, toksin, zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, endokrin, anoksia embrio, dan psikologi ibu.

2) Factor persalinan yaitu komplikasi pada bayi saat persalinan seperti trauma kepala, asfiksia yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.

3) Factor pasca persalinan meliputi : gizi bayi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, ligkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.

2.2.2 Aspek-aspek yang perkembangannya dipantau

a. Gerak kasar atau motoric kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan lainnya.

b. Gerak halus atau motoric halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan lainnya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak seperti makan sendiri atau berpisah dengan ibunya, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaginya.

2.3 Stimulasi Tumbuh kembang Balita dan Anak Prasekolah

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Seperti yang sudah terpampang diatas kemampuan dasar yang dirangsang stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu :

(18)

2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik, karena anak meniru tingkah laku orang-orang didekatnya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaandan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak terhadap ke-4 aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak. 7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan. 8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepad anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan kepada keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi anak sebagai berikut :

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi 1 Masa prenatal, janin dalam

kandungan

Masa prenatal

2 Masa bayi 0-12 bulan Umur 0-3 bulan Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan 3 Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 36-48 bulan Umur 48-60 bulan 4 Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

(19)

sesuai dengan kelompok umur stimulasi. Yang dapat digambarkan pada tabel pemberian stimulasi dibawah ini :

TABEL PEMBERIAN STIMULASI

3. Menahan kepala tetap tegak

1. Melihat, meraih dan

3-6 1. Lanjutkan stimulasi berguling dan menahan kepala tetap tegak

2. Stimulasi menyangga berat 3. Mengembangkan control

terhadap kepala 4. Duduk

1. lanjutkan semua stimulasi sebelumnya kecuali memegang benda

2. memegang benda dengan kuat

(20)

berat, Mengembangkan control kepala, duduk, Merangkak

2. Menarik ke posisi berdiri 3. Berjalan berpegangan dilanjutkan : Memasukkan benda ke dalam wadah, dilanjutkan: Bermain bola, berjalan sendiri

2. Menarik mainan 3. Berjalan mundur

(21)

15-18 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: Berjalan mundur, berjalan naik turun tangga, berjalan sambil berjinjit, menangkap dan melempar dilanjutkan: Bermain dengan balok, memasukan benda satu kebenda yang lain, menggambar dengan krayon, pensil atau dengan jarinya 2. Meniup

3. Membuat untaian

(22)

36-48 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: dorong anak untukberlari, melompat, berdiri diatas 1 kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda 3 2. Menangkap bola

3. Berjalan mengikuti garis lurus 4. Melompat

5. Melempar benda kecil keatas 6. Menirukan binatang berjalan 7. Lampu hijau-merah

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok dan gambar yang lebih sulit

2. Memotong

3. Membuat buku cerita gambar temple 9. Kenalkan anak dengan cat air 10. Mencampur warna

6. Membandingkan besar/kecil, sedikit/banyak, berat/ringan keseimbangan tubuh, berlari, melompat, lompat dengan

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : bantu anak menulis namanya, kata-kata pendek, serta angka, ajak anak bermain berhitung,

(23)

satu kaki, lompat jauh dll

6. Belajar memakai palu, gergaji dan paku

7. Mengumpulkan benda-benda 8. Belajar memasak

9. Mengenal kalender 10. Mengenal waktu

11. Menggambar dari berbagai sudut pandang

Bicara & bahasa Sosialisai dan kemandirian

0-3 1. Berbicara 2. Meniru suara

3. Mengenali berbagai suara

1. Memberi rasa aman dan kasih saying sebelumnya kecuali meniru ocehan dan mimic muka bayi 2. Bermain ciluk-ba

3. Melihat dirinya dikaca

4. Berusaha meraih mainan yang letaknya agak jauh

(24)

dilanjutkan : Berbicara, mengenali berbagai suara, mencari sumber suara, menyebutkan nama gambar-gambar di buku/majalah 2. Menirukan kata-kata 3. Berbicara dengan boneka 4. Bersebabdung dan bernyanyi

5. Stimulasi yangperlu dilanjutkan : memberi rasa aman dan kasih saying, mengajak bayi tersenyum, mengayun, menina bobokan, bermain cilukba, permainan bersosialisasi

2. minum sendiri di cangkir 3. makan bersama

4. menarik mainan yang letaknya agak jauh.

12-15 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : Berbicara, menjawab pertanyaan, menyebutkan nama gambar-gambar dilanjutkan : memberi rasa aman dan kasih saying, mengajak bayi tersenyum, mengayun, menina bobokan, bermain cilukba, permainan bersosialisasi

2. menirukan pekerjaan rumah tangga

(25)

15-18 1. Stimulasi yang perlu

4. Bermain dengan teman sebaya 5. Permainan baru sendiri dengan menggunakan sendok

2. Mengancingkan baju

3. Permainan yang memerlukan interaksi dengan teman

4. Membuat rumah-rmahan 5. Berpakaian

6. Memisahkan diri dengan anak

24-36 1. Stimulasi yag dilanjutka : bacakan buku cerita anak,

(26)

dorong agar anak mau bercerita baik tu dari buku ataupun dari apa yang ia temui, bantu dan damping anak untuk memilih acara tv 2. Menyebutkan nama lengkap

anak

3. Bercerita tentang diri anak 4. Menyebutkan nama dari

beberapa jenis pakaian

5. Menyatakan keadaan suatu benda

tenangkan anak ketika anak kecewa, sering-sering ajak anak mengunjungi tempat bermain, toko, kebun binatang, dll

2. Melatih buang air kecil dan besar di kamar mansi dan WC 3. Berdandan

4. Berpakaian

36-48 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : membacakan buku cerita anak, nyanyikan lagu dan bacakan sajak, buat anak mau menyebutkan namanya,

menyatakanperasaannya, dan bantu anak memilih acara tv 2. Berbicara dengan anak kecewa, dorong anak agar mau mengutarakan perasaannya,

5. Mencuci tangan dan kaki 6. Menentukan batasan/peraturan

48-60 1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan: buat anak mau bertanya/bercerita tentang apa yang ia lihat atau dengar, dorong agar anak mau melihat buku, bantu anak memilih acara tv

2. Belajar mengingat

(27)

5. Membaca majalah,

17. Mengikuti aturan dan petunjuk permainan 2. Mengenal benda yang serupa

dan berbeda anak bicara tentang apa yang ia rasakan, rencanakan kegiatan keluar sesering mungkinbersama anak, berikan kesempatan memilih acaratv

2. Berkomunikasi dengan anak 3. Berteman dan bergaul 4. Mematuhi aturan keluarga

2.4 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :

(28)

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitasnya.

2.4.1 Deteksi Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui status gizi dan memantau pertumbuhan yang sedang berlangsung, apakah ada penyimpangan atau tidak. Deteksi penyimpangan pertumbuhan ini dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan

1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk

2) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) .

1) Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.

2) Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan umur 12-72 bulan dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

3) Cara pengukurannya dengan cara alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis diatas ke dua telinga dan pada bagian belakang kepala yang meninjol, tarik agak kencang. Lalu baca angka pada pertemuan angka 0, lalu tanyakan tanggal lahir bayi dan hitung umur bayi, hasil pengukuran dicatat pda grafik lingkaran kepala menurut umur bayi/anak. Dan hubungkan dengan garis antara titik ukuran yang lalu dan yang sekarang.

(29)

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini

Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan

Keluarga, masyarakat Orang tua Kader kesehatan Petugas PADU, BKB, TPA, dan Guru TK

KMS

Timbangan Dacin

Puskesmas Dokter Bidan Perawat Ahli Gizi

Petugas Imunisasi

Tabel BB/TB Grafik LK Timbangan

Alat ukur tinggi badan Pita pengukur lingkar kepala

Sumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini TK : Taman Kanak-kanak

(30)

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan disemua tingkat pelayanan, adapun pelaksana dan alat uang digunakan adalah sebagai berikut :

Tingkat pelayanan Pelaksana Alatyang digunakan Keluarga dan masyarakat Orang tua

Kader kesehatan, BKB, TPA

Buku KIA

Petugas PADU terlatih Guru TK terlatih

KPSP TDL TDD

Puskesmas Dokter

Bidan Perawat

KPSP TDL TDD Sumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK

Ket:

buku KIA : Buku kesehatan ibu anak

KPSP : kuesioner pra skrining perkembangan TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PADU : Pusat Pendidikan Anak Dini Usia TK : Taman Kanak-Kanak

1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

(31)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.

3) Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.

2.4.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu

a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) untuk anak umur 36-72 bulan

b. Ceklis autis anak pra sekolah (checklist for autism in toddlers/CHAT) untuk anak umur 18-36 bulan

c. Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) menggunakan Abreviated conner rating scale bagi anak umur 36 bulan keatas.

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

(32)

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan. Jadwal deteksi ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan dari petugas kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut berupa keterlambatan bicara, gangguan interaksi social, perilaku berulang-ulang.

3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada umur 36 bulan keatas.Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan dari petugas kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut berupa tidak bias duduk tenang, selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak kenal lelah, serta perubahan suasana hati yang mendadak.

2.4.4 Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh kembang Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun. Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.

2.4.5 Evaluasi penyimpangan tumbuh kembang anak

(33)

diagnosa. Setelah orang tua melakukan tindakan intervensi perkembangan secara intensif dirumah selama 2 minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah anak ada kemajuan atau tidak.

2.4.6 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :

a. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA.

b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

(34)

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

2.5.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan. (Notoatmodjo, 2012).

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2012). c. Aplikasi (application)

(35)

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2012).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan (Notoatmodjo, 2012).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2012)

2.5.3 Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan pengetahuan tingkat yang dicakup dalam domain kognitif.

(36)

dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2012). Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100%. Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : hasil presentasi 76%-100% b. Cukup : hasil presentasi 56%-75% c. Kurang : hasil presentasi 0%-55%

2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012)

A. Faktor internal

a. Jasmani: Faktor jasmani di antaranya keadaan indera seseorang

b. Rohani: Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan kognitif individu

B. Faktor eksternal a. usia

Usia adalah lama waktu hidup atau ada atau sejak dilahirkan atau diadakan (Hoetomo, 2005). Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Usia merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru (Notoatmodjo, 2012). Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

(37)

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu dipertimbangkan usia (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan juga merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang mastitis. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

Di dalam kerangka pendidikan nasional, pendidikan terbagi dalam dua pendidikan, yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Setelah dicanangkan pendidikan dasar 9 tahun sesuai undang-undang No. 2 tahun 2000 tentang pendidikan (Sisdiknas, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Jenjang pendidikan meliputi pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan dicapai dengan menempuh bangku sekolah dasar SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non formal dapat melalui kursus-kursus atau pelatihan.

c. Lama bekerja

(38)

tugas tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik. (Ranupandojo, 2011). Lamanya pengalaman seseorang bekerja sangat berhubungan erat dengan keterampilannya dalam pekerjaannya itu sendiri. Semakin lama seseorang bekerja akan lebih terpapar dengan informasi-informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan bidan yang pengalamannya lebih sedikit.

d. Tahun lulus

Tahun lulus adalah waktu yang dihitung mulai dari selesainya masa pendidikan sesorang dan mendapat ijazah. (Syamsudin.M, 2010). Dengan melihat tahun lulus seseorang maka dapat dinilai sejauh mana informasi yang didapatnya didalam akademik, dikarenakan ilmu pengetahuan semakin berkembang maka semakin uptodate atau terbaru pula informasai yang diberikan di akademik. Sedangkan untuk bidan bidan yang usianya relative lebih tua dapat pula mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, yang lazimnya didapat dari seminar atau pelatihan. Tergantung dengan motivasi atau niat dari bidan itu sendiri.

e. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris yaitu motive, yang berasal dari kata motion artinya gerakan dan dalam arti lebih luas motivasi merupakan suatu yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan (Pieter dan Lubis, 2010). Perubahan energy dalam diri sesorang yang ditandai dengan adanya dorongan perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan yaitu melakukan program SDIDTK (Achmad.S, 2012)

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah akhir dari sesuatu siklus motivasi.

(39)

Syarat utama untuk melakukan pelayanan SDIDTK ini pada dasarnya bukanlah tahu tidaknya bidan tentang SDIDTK melainkan besar kecilnya minat bidan terhadap SDIDTK. Ini membuktikan bahwa motivasi sangat mempengaruhi seorang bidan untuk melakukan pelayanan SDIDTK. Motivasi bisa didapatkan dari diri sendiri (internal) atau dari pihak luar seperti teman sejawat, pemerintah dll(eksternal).

Motivasi atau dorongan yang diberikan dapat mempengaruhi pengetahuan bidan, karena saat ibu diberikan motivasi, motivator memberikan informasi kepada bidan tentang pelayanan SDIDTK. Sehingga pengetahuan yang bidan miliki bertambah, dari bertambahnya pengetahuan dapat mengubah pola pikir, motivasi serta tingkah laku bidan.

f. Sumber informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Informasi dapat didapatkan melalui penyuluhan, demonstrasi maupun teknologi.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.

(40)

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Bidan yang sudah pernah mendapatkan informasi mengenai SDIDTK akan memiliki pola pikir dan motivasi yang berbeda dibandingkan dengan bidan yang belum pernah mendapatkan informasi. Perubahan pola pikir dan tingkah laku yang ditimbulkan oleh diri ibu tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.

2.5 Kerangka teori

Pengetahuan bidan tentang SDIDTK Factor internal :

1. Jasmani : Keadaan indera seseorang

2. Rohani : Kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan kognitif individu

(41)

(sumber : modifikasi notoatmojo, 2012)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

(42)

Variabel Bebas, merupakan variabel yang bersifat mempengaruhi terhadap variabel terikat. (Sastroasmoro dan Ismail, 1995). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

Variabel Terikat, merupakan variabel yang sifatnya bergantung kepada variabel bebas. Variabel ini dipengaruhi dan bisa berubah akibat perubahan pada variabel bebas. (Sastroasmoro dan Ismail, 1995). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Usia bidan, pendidikan terakhir bidan, lama bekerja, tahhun lulus, motivasi dan sumber informasi.

Variable Independen Variabel Dependen

3.2 Variabel dan definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur

Alat Ukur

Kategori Skala

(43)

manusia, yakni: indra

2 Usia Usia adalah lamanya hidup yang dihitung

3 Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang sudah

(44)

sekarang.

(Noerdiansah, 2010)

(45)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskripsi sederhana dengan pendekatan Cross sectional. Desain deskriptif sederhana yang digunakan untuk mengetahi gambaran atau deskripsi dalam waktu yang singkat atau potong lintang yang dapat memberikan informasi mengenai situasi yang ada pada suatu waktu. (notoatmojo,2010). Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Swasta (BPS) pada ranting Cimanggis periode Juli 2015.

4.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

(46)

yang mempunyai karakteristik tertentu. (sastroasmoro, 2010). Populasi terjangkau untuk penelitian ini adalah bidan di wilayah Depok dengan jumlah populasi sekitar 430 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010). Subjek penelitian yang dijadikan sampel oleh peneliti diambil dari populasi terjangkau yaitu bidan-bidan yang praktek dikawasan ranting Cimanggis sebanyak 74 orang.

a. Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan unuk penelitian ini adalah bidan bidan yang berkerja diwilayah kerja ranting Cimanggis.

b. Besar Sampel

Besar semple yang menjadi penelitian diambil dari total bidan yang berada dan bekerja di ranting Cimanggis.

c. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sempel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel seadanya (sampling aksidental) yaitu seluruh populasi bidan di ranting Cimanggis menjadi sampel penelitian ini.

4.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para responden. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambaran pengetahuan tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang.

4.5 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan tahapan sebagai berikut :

4.5.1 Editing

(47)

4.5.2 Coding

Memberikan kode sesuai dengan alternative jawaban untuk mempermudah dalam melakukan pengisian data ke komputer. Variable-variabel yang dikoding adalah pengetahuan.

4.5.3 Entry

Memasukan jawaban kuesioner yang telah diberikan kode kedalam computer dengan menggunakan software statistic.

4.5.4 Cleaning Data

Cleaning data dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk memastikan tidak adanya kesalahan pada data yang diperoleh.

Tahapan Cleaning data terdiri dari :

a. Mengetahui missing data b. Mengetahui variasi data c. Mengetahui konsistensi data. 4.6 Analisis Data

Data yang telah diolah selanjutnya dilakukan analisis untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis ini dilakukan secara univariat.

4.6.1 Univariat

Analis univariat digunakan untuk melihat variasi distribusi frekuensi responden masing-masing variable dependen dan independen dengan ukuran presentasi atau proporsi. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variable yang diteliti. Analisa ini dilakukan dengan cara mentabulasi data kemudian disusun dalam tabel sesuai dengan variable yang diteliti yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(48)

Ket : X = hasil yang didapat N = jumlah Populasi

F = jumlah hasil yang didapat dalam persen

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran lokasi penelitian 5.1.1 letak lokasi

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di IBI cabang kota Depok ranting Cimanggis. Lokasi kantor pengurus IBI Depok ini berada di Jl Raya Sawangan Perum. Depok Maharaja Blok E3/1 kel Rangkapan Jaya Kec.Pancoran Mas, Kota Depok. Penulis melakukan penelitian ini di Ranting Cimanggis selain karena jumlah bidan yang memadai namun penulis ingin mengetahui pula apakah dari jumlah bidan yang cukup banyak itu mereka mengerti tentang pelayanan SDIDTK, mengingat jumlah tersebut tidak termasuk bidan yang bekerja di Puskesmas dimana Program SDIDTK ini dianjurkan pemerintah untuk dilaksanakan.

5.1.2 Susunan pengurus dan Ranting.

A. Susunan Pengurus IBI cabang Depok. (Periode 2013-2018)

B. Ranting dan jumlah anggota

Hj. Hendrawati setiani, AM.Keb, SKM, MM

(ketua)

Juju Numiasih, S.Si.T

(wakil ketua II) H. Sri Redjeki, S.Si.T, SH, M.Kes

(wakil ketua I)

Surani,S.ST

(sekretaris) Hj. Sri Budhi R, S.ST

(Bendahara)

(49)

No Ranting Jumlah Anggota

1 Cimanggis 74

2 Tapos 60

3 Sukmajaya 53

4 Cilodong 39

5 Pancoran mas 40

6 Beiji 33

7 Cinere 17

8 Limo 23

9 Sawangan 40

10 Bojongsari 24

Total 430

5.2 Hasil penelitian

Analisis univariat distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK periode juli 2015, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang SDIDTK Juli 2015

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 25 33.8

2 Kurang 49 66.2

Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 25 responden (33.8%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 49 responden (66.2%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Usia di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Usia Pengetahuan Total

Baik Kurang

F (%) F (%)

1 Muda 13 25 39 75 51

2 Tua 12 54.5 10 45.5 23

(50)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden yang terbanyak berada pada golongan umur muda atau bidan bidan yang berusia antara 20 – 35 tahun yang memilki pengetahuan baik ada 13 orang (25%) dan responden yang berusia lebih dari 35 tahun yang memiliki pengetahuan baik ada 12 orang. Serta mayoritas responden memiliki pengetauan yang kurang sebanyak 49 orang dengan jumlah responden muda sebanyak 39 orang (79.5%)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Pendidikan di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Pendidikan terakhir

Pengetahuan total

Kurang Baik

F (%) F (%)

1 DIII 42 67.7 20 32.3 62

2 DIV-S2 7 58.3 5 41.7 12

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki pendidikan terakhir di jenjang DIII ada 62 orang dengan 42 orang (67.7%) berpengatahuan kurang. sedangkan yang berpendidikan terakhir DIV-S2 ada 12 orang dengan 5 orang (41.7%) berpengatahuan baik.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Tahun Lulus di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Tahun Lulus Pengetahuan total

Kurang Baik

F (%) F (%)

1 2004-2014 42 75 14 25 56

2 <2004 7 38.9 11 61.1 18

Total 49 66.2 25 33.8 74

(51)

berpengetahuan baik dari 56 orang dan responden yang lulus dibawah tahun 2004 yaitu sebanyak 18 responden dengan yang berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (61.1%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Lama Bekerja di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Lama bekerja Pengetahuan total

Kurang Baik

F (%) F (%)

1 ≤10 tahun 42 75 14 25 56

2 >10 tahun 7 38.9 11 61.1 18

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui gambaran pengetahuan bidan berdasarkan lama bekerja jumlah responden yang terbanyak berada pada golongan bidan bidan baru atau berpengalaman ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 56 responden dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak terdapat 42 orang (75%) dan responden yang memiliki pengalaman kerja >10 tahun yaitu sebanyak 18 responden.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Motivasi di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Motivasi Pengetahuan total

Kurang Baik

F (%) F (%)

1 Positif 31 63.3 18 36.7 49

2 Negatif 18 72 7 28 25

Total 49 66.2 25 33.8 74

(52)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTK Berdasarkan Sumber Informasi di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode Juli 2015

No Sumber informasi

Pengetahuan total

Kurang Baik

F (%) F (%)

1 Terpapar 3 15.8 16 84.2 19

2 Tidak terpapar 46 83.6 9 16.4 55

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui gambaran pengetahuan bidan berdasarkan sumber informasi frekuensi responden yang terpapar informasi sebanyak 19 responden dengan frekuensi pengetahuan baik ada 16 orang (84.2%) dan responden yang tidak atau kurang terpapar informasi sebanyak 5 responden dengan frekuensi bidan berpengetahuan kurang ada 46 orang (83.6%).

-BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menguraikan tentang keterbatasan penelitian dan mengintergrasikan hasil penelitian dengan konsep terkait dan teori terkait. Hasil penelitian ini memfokuskan pada gambaran pengetahuan bidan tengtang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) berdasarkan usia, pendidikan terakhir, lama bekerja, tahun lulus, motivasi, dan sumber informasi di Bidan Praktek Swasta (BPS) di ranting Cimanggis Kota Depok.

6.1.1 Pengetahuan

(53)

(33.8%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 49 responden (66.2%). Rendahnya angka pengetahuan bidan tentang SDIDTK ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, pendidikan, pengalaman, kesehatan dan keutuhan jasmani dan rohani bidan itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo, 2012 bahwa pengetahuan pun dibagi menjadi beberapa tahap seperti tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis) dan Evaluasi (evaluation). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kemungkinan responden baru mencapai tahapan memahami, sedangkan untuk tahapan aplikasi hanya beberapa saja dikarenakan hanya sedikit yang berpengalaman bekerja di puskesmas atau rumah sakit yang memberikan pelayanan SDIDTK ini. Dan dari 74 responden terdapat 49 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang SDIDTK. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pula responden mengatakan bahwa selama mereka bekerja mereka belum pernah memberikan pelayanan SDIDTK dikarenakan tidak adanya kebijakan yang diberlakukan ditempat mereka bekerja untuk memberikan pelayanan itu. Dan mereka pun belum pernah mendapat atau mengikuti pelatihan tentang program SDIDTK.

6.1.2 Usia

Dari hasil analisis univariat berdasarkan tabel 5.2 menggambarkan presentase usia bidan di ranting Cimanggis ini 70,3% adalah bidan berusia 20-35 tahun. dan 29,7% adalah bidan berusia diatas 35 tahun berdasarkan analisa yang peneliti lakukan terhadap variable pengetahuan dimana 66,2% bidan memiliki pengetahuan yang kurang tentang SDIDTK.

(54)

kurang sebanyak 49 orang dengan jumlah responden muda sebanyak 39 orang (79.5%)

Hal ini ternyata sesuai dengan teori Notoatmojo, 2012 yang menyatakan usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca agar memiliki kemampuan lebih di usia tuanya.

Sehingga sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan presentasi bidan usia >35 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding bidan usia 20-35 tahun. Ditambah dengan pengalaman yang dimiliki oleh para bidan bidan yang berumur lebih dari 35 tahun lebih banyak dikarenakan motivasi yang mereka miliki untuk mengikuti pelatihan, seminar atau informasi informasi terbaru, guna meningkatkan pelayanan yang diberikannya pada klien.

6.1.3 Pendidikan

(55)

Dengan presentase pendidikan jenjang tinggi yang jumlahnya juga sedikit seperti presentase pengetahuan bidan yang baik. Hal ini sesuai dengan teori Sisdiknas 2012 yang mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Dalam kata lain semakin tinggi pendidikan sesorang semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Seperti yang dikutip dari Amir Sah, 2012 tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan tenaga kesehatan tentang Program pemerintah, menyatakan pendidikan responden sangat mempengaruhi sejauh mana pemahaman dan jenis jenis metode KB.

6.1.4 Lama bekerja

Pada tabel 5.4 merupakan gambaran distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan lama responden bekerja. Responden yang terbanyak berada pada golongan bidan bidan baru atau berpengalaman ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 56 responden (75.7%) dan responden yang memiliki pengalaman kerja >10 tahun yaitu sebanyak 18 responden (24.3%) hasil penelitian ini sebanding dengan variable pengetahuan dimana presentase bidan yang memiliki pengetahuan baik tentang SDIDTK hanya 33,8%. Dan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak terdapat 42 orang (75%) pada kategori bidan yang bekerja kurang dari 10 tahun.

hal ini sesuai dengan teori Noerdiansyah, 2010 yang mengatakan bahwa pengalaman lama bekerja mempengaruhi pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam melakukan pelayanan pekerjaannya. Bidan yang pernah atau sedang bekerja di puskesmas pun menyatakan jarang adanya pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan SDIDTK.

(56)

untuk bidan bidan baru yang pengalaman kerjanya baru beberapa tahun. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmawati dalam Analisis Hubungan Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDIDTK di Puskesmas Kota Semarang 2010.

6.1.5 Tahun Lulus

Pada tabel 5.5 merupakan gambaran distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) berdasarkan tahun lulus bahwa jumlah responden yang terbanyak berada pada golongan bidan bidan baru atau yang lulus antara 2004-2014 yaitu sebanyak 56 responden (75.7%) dan responden yang lulus dibawah tahun 2004 yaitu sebanyak 18 responden (24.3%). berdasarkan analisa yang peneliti lakukan terhadap variable pengetahuan dimana 66,2%. Berdasarkan tabel tersebut bidan memiliki pengetahuan yang kurang, yang lulus antara 2004-2014 yaitu sebanyak 14 responden (25%) yang berpengetahuan baik dari 56 orang dan responden yang lulus dibawah tahun 2004 yaitu sebanyak 18 responden dengan yang berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (61.1%).

Jika dibandingkan dengan teori Syamsudin, 2010 yang mengatakan bahwa semakin baru tahun lulus pendidikan seseorang semakin uptodate pula informasi yang didapat dari akademik maka terdapat kesenjangan atau tidak sesuai dengan teori tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa bidan yang lulus dibawah tahun 2004 ini mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, yang lazimnya didapat dari seminar atau pelatihan. Tergantung dengan motivasi atau niat dari bidan itu sendiri sehingga dalam penelitian ini pengetahuan mereka lebih tinggi dibanding dengan bidan yang lulus diatas tahun 2004, mengingat revisian program SDIDTK mulai diperkenalkan tahun 2006.

6.1.6 Motivasi

(57)

responden yang memiliki motivasi positif yaitu sebanyak 49 responden (66.2%) dan responden yang memiliki motivasi negative atau kurang yaitu sebanyak 25 responden (33.8%) berdasarkan analisa yang peneliti lakukan terhadap variable pengetahuan dimana 66,2% bidan memiliki pengetahuan yang kurang. Dengan hasil yang menujukan motivasi positif yaitu sebanyak 49 responden dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak ada 31 orang (63.3%) dari 49 responden yang berpengetahuan rendah dan responden yang memiliki motivasi negative atau kurang yaitu sebanyak 25 responden dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (72%)

Berdasarkan notoatmojo (2012) yang menyatakan Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu maka ada kesenjangan yang terjadi disini, dimana motivasi pada bidan bidan ini cukup tinggi namun pengetahuan bidan tentang SDIDTK ini rendah, itu berarti masih ada minat didalam diri bidan tersebut untuk mengetahui dan memberikan pelayanan SDIDTK.

Sesuai dengan KepMenKes RI nomor 369/MENKES/SK/III/2007 menjelaskan kompetensi yang ke-7 bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 tahun. Dimana itu berarti pelayanan SDIDTK wajib diberikan pula oleh para bidan, sehingga alangkah baiknya jika pemerintah membuat pelatihan wajib bagi para bidan tentang pelayan SDIDTK, sehingga motivasi yang cukup tinggi itu dapat di manfaatkan dengan diimbangi dengan pengetahuan yang memadai.

6.1.7 Sumber Informasi

(58)

responden (27%) dan responden yang tidak atau kurang terpapar informasi sebanyak 54 responden (78%).

Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan terhadap variable pengetahuan dimana 66,2% bidan memiliki pengetahuan yang kurang, maka hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan notoatmojo, 2012 bahwa Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Gambar

TABEL PEMBERIAN STIMULASI
gambar di buku/majalah
Tabel BB/TB
tabel berikut ini.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan

Pada masa kekhalifahan al-Ma’mun (198-218H/813-833 M) juga terjadi disintegrasi yang menyebabkan munculnya daulah Thahiriyah, yang didirikan oleh Thahir, dia adalah

dan tata usaha keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 serta Pengesahan Neraca dan Laporan Laba/Rugi untuk tahun buku 2014

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Aspek psikologis yang perlu diperhatikan adalah bagaimana tingkah laku yang diharapkan ketika melakukan aktifitas di dalam ruangan pada perpustakaan anak

Rata-rata dana PkM (DPkMD)/tahun dalam 3 tahun terakhir dosen di 9 PS, hanya 1 PS saja yang memenuhi IKU, PS S1 Sosiologi sedangkan 8 PS tidak memenuhi IKU yaitu PS S1 Ilmu

Pemodelan sistem pakar deteksi dini resiko HIV/AIDS menggunakan metode Dempster-Shafer ini dapat mengetahui keputusan dari pakar dengan cara menghitung nilai

Alim Setiawan Slamet, S.TP, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti program dari perusahaan dapat menambah pengalaman dan soft skill sehingga setelah lulus nanti tidak