• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. E G 1 P 0 A 0 UMUR 23 TAHUN HAMIL 9 +5 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. E G 1 P 0 A 0 UMUR 23 TAHUN HAMIL 9 +5 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. E G1P0A0 UMUR 23 TAHUN

HAMIL 9

+5

MINGGU DENGAN

ABORTUS INKOMPLIT

DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

Istiyah Eka Putri

NIM BI2023

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.E

G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU

Assalam Gemolong Sragen Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Anis Nurhidayati, S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu dr. Wiwik Irawati, M.Kes selaku Direktur RSU Assalam Gemolong Sragen, yang telah memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Ny. E yang bersedia menjadi responden.

6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. SemogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2015 Penulis

(5)

v

Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015

Istiyah Eka Putri B12023

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. E G1P0A0UMUR 23 TAHUN HAMIL 9+5 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

x + 89halaman + 13 lampiran

INTISARI

Latar Belakang: Penyebab kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan (27%), eklampsia (23%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus (5%), dan lain-lain (11%). Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Assalam Gemolong dari bulan Januari – September 2014 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 934 orang, jumlah ibu hamil patologi 198 orang dan ibu hamil dengan abortus inkomplit 78 orang (39,39%).

Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan pendekatan Manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

Metode Penelitian : Jenis studi kasus yang digunakan yaitu deskriptif, lokasi di RSU Assalam Gemolong Sragen, subjek pada kasus ini pada ibu hamil Ny. E G1P0A0 umur 23 tahun hamil 9+5 minggu dengan abortus inkomplit, waktu pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 April 2015, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang meliputi pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi serta data sekunder yang meliputi dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil: Evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Vital Sign : tekanan darah : 110/70 mmHg, respirasi : 20 x/menit, nadi : 86 x/menit, suhu : 360C, perdarahan pervaginam berupa flek-flek, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetaliannya, infus telah dilepas, ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : Amoxillin 500 mg 3x1, Sulfat Ferosus 500 mg 3x1, Metil ergometrin 500 mg 3x1 dan ibu diperbolehkan untuk pulang.

Kesimpulan : pada kasus ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberian terapi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Abortus Inkomplit

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

CURICULUM VITAE ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Studi Kasus... 3

D.Manfaat Studi Kasus... 4

E.Keaslian Studi Kasus ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Teori Medis ... 8

B.Teori Manajemen Kebidanan ... 22

C.Landasan Hukum ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Studi ... 43

B.Lokasi Studi Kasus ... 43

C.Subjek Studi Kasus ... 43

D.Waktu Studi Kasus ... 44

E.Instrumen studi Kasus ... 44

(7)

vii

G.Alat-alat yang dibutuhkan ... 48 H.Jadwal Penelitian ... 49

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A.Tinjauan Kasus ... 50 B.Pembahasan ... 79 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 86 B.Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1.Jadwal Penelitian

Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3.Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran8.Lembar PedomanWawancara(FormatAskeb) Lampiran 9.Lembar Observasi

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet

Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus (foto, fotocopy buku KIA responden) Lampiran 13. Lembar Konsultasi

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) masih cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu (Sindonews, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 yang sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2012). Penyebab kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan (27%), eklampsia (23%), infeksi (11%), partus lama (5%), abortus (5%), dan lain-lain (11%) (Depkes, 2012).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Sarwono, 2006). Macam-macam abortus meliputi abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortus, abortus hubitualis, abortus infeksiosus, abortus septik (Maryunani dan Puspita, 2013).

Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual

(10)

agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Akibat atau komplikasi dari abortus inkomplit jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan perdarahan, infeksi dan syok pada ibu hamil (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Peran bidan sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Pelaksanaan asuhan yang baik dan benar akan memberi kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit (Sofyan, 2006).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2014 data yang diperoleh dari RSU Assalam Gemolong dari bulan Januari – September 2014 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 934 orang dan jumlah ibu hamil patologi 198 orang. Ibu hamil yang patologi meliputi ibu hamil dengan abortus inkomplit 78 orang (39,39%), ibu hamil dengan abortus imminens 40 orang (20,20%), ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum 38 orang (19,19%), ibu hamil dengan pre eklamsia berat 15 orang (7,58%), ibu hamil dengan KET 9 orang (4,55%), ibu hamil dengan anemia 8 orang (4,04%), ibu hamil dengan missed abortus 6 orang (3,03%) dan ibu hamil dengan abortus insipiens 4 orang (2,02,%),

Berdasarkan data diatas, angka kejadian abortus inkomplit masih tinggi dan jika tidak segera ditangani menyebabkan perdarahan, sehingga penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu

(11)

Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat

adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen?”

C. Tujuan Studi Khusus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan pendekatan Manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

(12)

3) Merumuskan diagnosa potensial Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

4) Mengidentifikasi perlunya antisipasi atau tindakan segera Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen. 5) Menetapkan rencana tindakan kebidanan Ibu Hamil pada Ny.E

G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

7) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan Ibu Hamil pada Ny.E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat.

D. Manfaat studi Kasus

1. Bagi Peneliti

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

(13)

b. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

2. Bagi Profesi

Tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan kebidanan dengan cepat, tepat dan secara komprehensif terutama pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Asuhan Kebidanan dapat digunakan sebagai referensi sumber bacaan bagi mahasiswa khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

4. Bagi Instansi Rumah sakit

Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan, khususnya dalam bidang pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

E. Keaslian

Studi kasus tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus Inkomplit ini pernah dilakukan oleh :

1. Eva Febriyanti, STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny. P dengan Abortus Inkomplit di

RS Kasih Ibu Surakarta tahun 2013”. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif, pelaksanaan pada tanggal 31 Maret 2014, asuhan yang diberikan meliputi memberitahu kondisi ibu, mengobservasi perdarahan dan kontraksi, melakukan informed concent untuk persetujuan tindakan

(14)

kuretase, memasang infus RL 20 tetes per menit, melakukan kuretase, memberi terapi obat Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari. Setelah diberikan asuhan kontraksi uterus keras dan perdarahan pervaginam berupa flek-flek, terapi obat sudah diberikan, dan setelah dilakukan kuretase tidak terjadi infeksi, syok ataupun komplikasi lainnya. 2. Anik Indri Hirmawatti, STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidana pada Ibu Hamil Ny. S G2P1A0 umur 31 tahun dengan Abortus Incompletus di bangsal mawar 1 di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta tahun 2012”. Studi kasus menggunakan metode deskriptif, pelaksanaan pada tanggal 9 Agustus 2012. Asuhan yang diberikan antara lain memberikan informasi tentang kondisi ibu, melakukan informed concent untuk tindakan kuretase, observasi pengeluaran pervaginam, observasi tanda-tanda vital, memasang O2 3 liter/jam, memasang infus RL 20 tetes per menit, melakukan kuretase. Memberikan injeksi ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg secara IV. Hasil setelah diberikan asuhan yaitu uterus keras dan pengeluaran pervaginam berupa flek-flek darah, terapi obat telah diberikan, infus sudah dilepas, tidak ada tanda-tanda infeksi yaitu kolor, rubor, tumor dan dolor.

3. Isnaini Sakinatun Nisa, STIKes PKU Muhammadiyah, dengan judul

“Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. E G1P0A0 umur 30 tahun dengan Abortus Incompletus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2012”. Studi kasus menggunakan metode observasi dan wawancara. Pelaksanaan pada tanggal 10 maret 2012. Asuhan yang

(15)

diberikan antara lain memberitahu kondisi ibu, pasang infus RL 20 tetes/ menit, melakukan informed concent untuk tindakan kuretase, observasi pengeluaran pervaginam, observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, melakukan kuretase. Memberikan injeksi pospargin 50 mg/ IV, terapi obat claamox peroral 500 mg, kaltrofen peroral 100 mg. Hasil setelah diberikan asuhan yaitu keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal, uterus keras dan pengeluaran pervaginam berupa flek-flek darah, terapi obat telah diberikan, infus sudah dilepas, tidak ada tanda-tanda infeksi yaitu kolor, rubor, tumor dan dolor.

Perbedaan Karya Tulis Ilmiah ini dengan keaslian diatas yaitu lokasi, waktu, dan subyek studi kasus. Sedangkan persamaan dengan keaslian diatas yaitu lama asuhan dan perawatan asuhan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.

(16)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan a. Pengertian

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2010).

b. Periode kehamilan

Menurut Hutari Puji Astuti (2012), periode kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu :

1) Trimester I : Kehamilan < 12 minggu 2) Trimester II : Kehamilan 13 – 24 minggu 3) Trimester III : Kehamilan 25 – 40 minggu c. Tanda dan Gejala hamil

Menurut Sulistyawati (2009), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Tanda pasti kehamilan

(17)

b) Terasa gerakan janin

c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan dan gambaran embrio

d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu)

2) Tanda tidak pasti kehamilan a) Rahim membesar b) Tanda Hegar c) Tanda Chadwick

Yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan vulva. d) Tanda Piskacek

Yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.

e) Braxton Hicks

Bila uterus dirangsang (di stimulasi dengan diraba ) akan mudah berkontraksi.

f) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat. g) Ballottement positif

Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan

(18)

h) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif

Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal, mengidentifikasi bahwa wanita mengalami hamil.

3) Dugaan hamil

a) Amenorrhoe/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid)

b) Nause (mual), Anoreksia (kehilangan selera terhadap makanan, emesis (muntah-muntah)

c) Pusing

d) Miksing/sering buang air kecil e) Obstipasi

f) Hiperpigmentasi : strie, cloasma, linea nigra g) Varices

h) Payudara menegang i) Perubahan perasaan j) BB bertambah 4) Diagnosis banding

a) Pseudosiesis (kehamilan palsu) b) Kistoma ovari

(19)

d) Retensi urine (bendungan kantong kemih) e) Menopause /Amenorrhoea sekunder d. Komplikasi pada kehamilan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi dalam kehamilan antara lain :

1) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. 2) Anemia Kehamilan

Anemia kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia kekurangan zat besi.

3) Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan

(20)

dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang, dan timbul aseton dalam air kencing.

4) Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.

2. Abortus a. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Norma dan Dwi,2013).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Maryunani dan Puspita 2013).

b. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2009), beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain:

1) Faktor Janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50% - 60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.

(21)

2) Faktor Ibu

a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid b) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air,

campak jerman, toksoplasma, herpes, kiamida d) Kelemahan otot leher rahim

e) Kelainan bentuk rahim 3) Faktor Bapak

Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.

4) Faktor Genetik

Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitasgenetik.

5) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren. c. Patofisiologis

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau

(22)

seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin (Sujiyatini, dkk, 2009).

d. Klasifikasi abortus

Menurut Maryunani dan Puspita (2013), klasifikasi abortus antara lain :

1) Abortus Imminens

Abortus imminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauterine yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi.

2) Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

3) Abortus Inkomplit

Abortus inkomplit adalah abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Abortus ini ditandai dengan perdarahan sedang hingga banyak.

(23)

4) Abortus Komplit

Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

5) Missed Abortus

Missed abortus adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan hingga 8 minggu lebih

6) Abortus Hubitualis

Abortus hubitualis adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

7) Abortus Infeksiosus

Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.

8) Abortus Septik

Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis).

e. Komplikasi 1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

(24)

Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya (Sujiyatini, dkk, 2009).

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi/perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cdera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion) (Sujiyatini, dkk, 2009).

(25)

4) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

3. Abortus Inkomplit a. Pengertian

Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis, masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010).

Abortus inkomplit adalah pengeluara hasil konsepsi yang tidak lengkap atau ekspulsi parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya didalam uterus (Nugroho, 2012).

b. Tanda dan Gejala

Menurut Pudiastuti (2012), tanda dan gejala abortus inkomplit antara lain:

1) Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah

2) Uterus sesuai masa kehamilan

(26)

4) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus

5) Servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali. c. Gejala Klinik

Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit (Prawirohardjo, 2010).

Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan (Prawirohardjo, 2010).

(27)

Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamika yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan (Prawirohardjo, 2010).

d. Diagnosa

Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksinya mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mules-mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologi bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan servik, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Sujiyatini, dkk, 2009).

e. Penanganan

Menurut Marmi (2011), penanganan abortus inkomplit antara lain : 1) Jika perdarahan tidak terlalu banyak, dan kehamilan kurang dari

16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2

(28)

mg IM atau misoprostol 400 mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan dokter ahli kandungan).

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten.

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg), evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit dengan instruksi dokter).

(29)

Menurut Saifuddin (2010), pada kasus abortus inkomplit penatalaksanaan post curettage adalah :

1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan

2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis lepas infus

3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien

4) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan

5) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kepada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan

6) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca tindakan.

(30)

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi (Sulistyawati, 2009).

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Estiwidani, dkk, 2008).

2. Langkah-langkah manajemen kebidanan

Proses manajemen kebidanan menurut Sulistyawati (2009), terdiri dari 7 langkah yaitu: mengumpulkan semua data, menginterpretasi data, mengidentifikasi diagnosa, menetapkan tindakan segera, menyusun rencana asuhan, pelaksanaan dan mengevaluasi.

a. Langkah I : Pengkajian

Dalam tahap ini data/ fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan (Hidayat danWildan, 2008).

(31)

1) Identitas a) Nama

Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2011).

b) Umur

Untuk mengetahui apakah klien dalam kehamilan yang beresiko atau tidak, usia dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun (Astuti, 2012).

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

d) Suku bangsa

Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Romauli, 2011).

e) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2011).

f) Pekerjaan

Untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi agar nasehat kita sesuai (Romauli, 2011).

(32)

g) Alamat

Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama (Romauli, 2011).

2) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui sejak kapan seorang klien merasakan keluhan tersebut (Romauli, 2011). Keluhan utama pada ibu hamil dengan abortus inkomplit adalah mengeluarkan darah sedang hingga banyak, kram atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi (Saifuddin, 2010).

3) Riwayat Menstruasi

Data yang kita peroleh akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain : menarche, siklus, volume dan keluhan (Sulistyawati, 2009). 4) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak, lama pernikahan, ini suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2009).

(33)

5) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari 2009). 6) Riwayat Kehamilan Sekarang

Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini terutama mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya, karena dari pemeriksaan ANC yang rutin dapat diketahui keluhan-keluhan yang dirasakan (Prawirohardjo, 2010).

7) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2009). 8) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Asma, Hipertensi (Ambarwati dan Wulandari, 2009). b) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

(34)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

9) Pola kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

b) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

c) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 2009)

d) Aktivitas

Untuk memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah. Jika

(35)

kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai pasien sehat dan pulih kembali (Sulistyawati, 2009).

e) Seksualitas

Untuk mengetahui keluhan, frekuensi dan kapan terakhir melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2009).

f) Personal Hygiene

Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

g) Psikososial Budaya

Untuk mengetahui bagaimana prasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah, pantangan makanan dan kebiasaan dalam kehamilan (Varney, 2007). Pada kasus abortus inkomplit, ibu mengatakan cemas karena perdarahan banyak hingga sedang dan disertai nyeri perut bagian bawah (Saifuddin, 2010).

(36)

10) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan Umum

Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan orang lain (Sulistyawati, 2009). Pada ibu dengan abortus inkomplit keadaan umumnya lemah.

b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien (Sulistyawati, 2009). Pada ibu dengan abortus inkomplit kesadarannya composmentis.

c) Tanda Vital

Untuk mengkaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu (Sulistyawati, 2009).

(1) Tekanan Darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau >140 mmHg dan hipotensi jika tekanan diastolik sama dengan atau <70 mmHg (Astuti, 2012).

(2) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36,5 oC sampai 37,2oC. Bila suhu tubuh

(37)

lebih dari 37,2oC disebut demam atau febris (Astuti, 2012).

(3) Pernafasan

Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24 x/menit (Romauli, 2011).

(4) Nadi dalam keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih mungkin ibu mengalami tegang, ketakutan, cemas, perdarahan berat, demam atau gangguan jantung (Romauli, 2011). 11) Pemeriksaan sistemik

a) Kepala

Menurut Sulistyawati (2009), pemeriksaan kepala meliputi : (1) Rambut

Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan rambut dan rambut mudah rontok atau tidak.

(2) Telinga

Dikaji kebersihan dan ada tidak gangguan pendengaran. (3) Mata

Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera, kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan.

(38)

(4) Hidung

Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak.

(5) Mulut

Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien. Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-pecah), mengkaji lidah klien tentang warna dan kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan, caries atau gangguan pada mulut (bau mulut).

b) Leher

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena atau tumor (Astuti, 2012).

c) Dada

Dikaji untuk menentukan bentuk dada, simetris/ tidak, payudara (bentuk, simetris/ tidak, hiperpigmentasi areola payudara, teraba massa, nyeri atau tidak, kolostrum, keadaan puting (menonjol, datar, atau masuk kedalam), kebersihan, bentuk BH)) serta mengkaji denyut jantung dan gangguan pernafasan (Sulistyawati, 2009).

(39)

d) Perut

Dikaji bentuk, ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra, strie livide dan terdapat pembesaran abdomen (Romauli, 2011).

e) Ekstremitas

Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau tidak gangguan/ kelainan dan bentuk. Bawah dikaji bentuk, oedema dan varices (Sulistyawati, 2009).

12) Pemeriksaan Khusus Obstetri a) Abdomen

(1) Inspeksi

Memeriksa dengan cara melihat atau memandang. Tujuannya untuk melihat keadaan umum pasien meliputi, rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, gigi, leher, dada, abdomen, vagina, anus dan ekstremitas (Romauli, 2011).

(2) Palpasi

Menurut Romauli (2011), palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba, meliputi :

(a) Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri, bagian yang berada difundus dan adakah kram nyeri bawah perut atau tidak. Pada kasus abortus inkomplit

(40)

tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

(b) Leopold II

Untuk mengetahui bagian janin yang berada di kanan/ kiri uterus ibu.

(c) Leopold III

Untuk mengetahui presentasi/ bagian terbawah janin yang ada di sympisis ibu.

(d) Leopold IV

Untuk mengetahui seberapa jauh masuknya bagian terendah janin kedalam pintu atas panggul.

(e) Kontraksi ada atau tidak. Pada kasus abortus inkomplit terasa kram atau nyeri perut dan terasa mules-mules (Pudiastuti, 2012).

b) Pemeriksaan Panggul

Menurut Astuti (2012), pemeriksaan panggul meliputi: 1) Distantia spinarum

Untuk memeriksa jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, ukuran normal 23-26 cm.

2) Distantia kristarum

Untuk memeriksa jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri, ukuran sekitar 26-29 cm.

(41)

3) Konjugata eksterna

Untuk memeriksa antara tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, ukuran normal 18-20 cm.

4) Lingkar panggul

Untuk memeriksa dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi kebelakang melalui pertengahan SIAS dan trochanter mayor kanan, ke ruas lumbal V dan kembali ke simfisis melalui pertengahan SIAS dan trochanter mayor kiri dan berakhir di tepi atas simfisis, ukuran normal 80-90 cm.

c) Genital

Dikaji kebersihan, pengeluaran pervaginam, tanda-tanda infeksi vagina, pemeriksaan dalam (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Pada kasus abortus inkomplit pengeluaran pervaginam berupa perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah, servik tetap terbuka (Pudiastuti, 2012).

d) Anus

Dikaji ada atau tidaknya haemoroid, kebersihan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

13) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit adalah pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2010).

(42)

b. Langkah II : Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar (Hidayat dan Wildan, 2008).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).

Diagnosa : Ny. X GPA umur...tahun hamil...minggu dengan abortus inkomplit.

Data Dasar : Data Subjektif

Menurut Sarwono (2010), data subjektif meliputi:

a) Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa sakit dan mengeluarkan darah bergumpal dari jalan lahir.

b) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir. Data Objektif

a) Keadaan Umum :Lemah

(43)

c) Vital sign

(1) Tekanan darah (2) Suhu

(3) Nadi (4) Respirasi

d) TFU sesuai masa kehamilan e) Serviks terbuka

f) Perdarahan sedang hingga banyak g) Pemeriksaan penunjang : USG (Rukiyah dan Yulianti, 2010)

2) Masalah

Masalah dalam asuhan kebidanan digunakan istilah masalah dan diagnosis. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati, 2009). Masalah pada kasus abortus inkomplit adalah pasien merasa cemas karena mules dan nyeri perut bagian bawah (Pudiastuti, 2012).

3) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Kebutuhan pasien pada

(44)

kasus abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang abortus inkomplit (Sulistyawati, 2009).

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera (Hidayat dan Wildan, 2008). Pada kasus abortus inkomplit diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah perdarahan apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya, infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus dan syok karena perdarahan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Hidayat dan Wildan, 2008).

Mengumpulkan dan mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera. Menurut

(45)

Saifuddin (2010), tindakan segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter SpOG meliputi:

a) Penanganan Perdarahan b) Penanganan Syok c) Dilakukan curettage d) Penanganan Infeksi

e. Langkah V : perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Menurut Marmi (2011) dan Saifuddin (2010), perencanaan asuhan pada abortus inkomplit yaitu : 1) Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

(46)

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit dan jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam.

4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. 5) Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital.

6) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan.

7) Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Hidayat dan Wildan, 2008). Pelaksanaan perencanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu :

1) Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM

(47)

(diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit dan jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam.

4) Memastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

5) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. 6) Mencatat kondisi pasien dan buat laporan tindakan.

7) Memberitahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Hidayat dan Wildan, 2008). Evaluasi pada kasus abortus inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemia, tidak terjadi komplikasi diantaranya

(48)

perforasi uterus, syok, infeksi dan perdarahan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Data Perkembangan

Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP, menurut Rismalinda (2014) antara lain :

S : Subjektif

Data subjektif merupakan data yang berhubungan/ masalah dari sudut pandang pasien.

O : Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain.

A : Assessment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. P : Planing

Planing adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang, untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya.

(49)

C. Landasan Hukum

Landasa Hukum tentang asuhan kebidanan berdasarkan Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, yaitu:

1. Pasal 9 :

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Pasal 10

a. Ayat (1)

(1)Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

b. Ayat (2)

(2)Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal

(50)

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. c. Ayat (3)

(3)Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:

1) Episiotomi

2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan 4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif

7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum

8) Penyuluhan dan konseling

9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil 10)Pemberian surat keterangan kematian 11)Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

(51)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis studi kasus yang digunakan yaitu observasional deskriptif adalah pendekatan yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus ini dilakukan pada Ibu hamil Ny. E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu dengan Abortus Inkomplit.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoatmodja, 2012). Lokasi pengambilan studi kasus dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong Sragen.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Arikunto, 2013). Subjek kasus ini dilaksanakan pada Ibu Hamil Ny.E G1P0A0 umur 23 tahun hamil 9+5 minggu dengan Abortus Inkomplit.

(52)

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah waktu yang ditetapkan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 April 2015.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen Studi Kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan dalam melakukan studi kasus ini adalah format asuhan kebidanan pada ibu hamil 7 langkah varney dan SOAP, lembar dokumentasi pasien atau lembar status pasien.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Menurut Arikunto (2010), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka.

Berdasarkan cara memperoleh data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2013).

1. Data Primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2013).

(53)

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan pasien secara sistematis, antara lain :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien (Ambarwati dan Sunarsih, 2009). Pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit mengalami perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah (Pudiastuti, 2012). Pada kasus ini ibu mengeluarkan darah, nyeri perut bagian bawah dan keluar jaringan seperti gajih.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan indera perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran (Ambarwati dan Sunarsih, 2009). Pada kasus abortus inkomplit pada pemeriksaan leopold I uterus sesuai masa kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Pada kasus ini tinggi fundus uterus tidak teraba.

(54)

3) Auskultasi

Auskultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan cara mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus (Ambarwati dan Sunarsih, 2009). Pada kasus ini DJJ tidak terdengar.

4) Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh (Ambarwati dan Sunarsih, 2009). Pada kasus ini Reflek Patella kanan dan kiri positif.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012).

(55)

Wawancara pada kasus ini dilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.

c. Observasi

Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2012).

Pelaksanaan Observasi meliputi Keadaan Umum, Kesadaran, Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu dan pengeluaran pervaginam.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2013).

a) Dokumentasi

Dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2012). Dalam pengambilan kasus abortus inkomplit menggunakan dokumentasi dari catatan rekam medis di RSU Assalam Gemolong Sragen.

(56)

b) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi berita berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2012). Studi kepustakaan yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini diambil dari referensi tahun 2007 - 2014.

G. Alat alat yang dibutuhkan

Dalam penelitian ini terdiri dari berbagai tindakan, sehingga alat yang digunakan berbeda-beda dalam setiap tindakan.

1. Pemeriksaan dan anamnesis a. Lembar panduan observasi b. Tensi meter dan stetoskop c. Thermometer

2. Curretage

a. Speculum dua buah b. Sonde uterus

c. Cunam muzeum atau cunam porsio d. Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar

e. Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) f. Cunam abortus kecil dan besar

g. Pinset dan klem h. Kain steril

(57)

3. Wawancara

a) Lembar pengkajian b) Buku tulis

c) Alat tulis

H. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal pelaksanaan studi kasus terlampir.

(58)

50

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny. E G1P0A0 Umur 23 Tahun Hamil 9+5 Minggu Dengan Abortus Inkomplit

Di RSU Assalam Gemolong Sragen

Ruang : VK

Tanggal masuk : 15 April 2015 No. Register : 092789

1. PENGKAJIAN

a. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1) Nama : Ny. E Nama : Tn. F

2) Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku Bangsa : Jawa,Indonesia Suku Bangsa : Jawa,Indonesia 5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan ; Swasta Pekerjaan : Swasta 7) Alamat : Giriroto RT 01 Girimargo, Miri

(59)

b. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 15 April 2015 Pukul : 04.30 WIB 1) Keluhan utama pada waktu masuk :

Ibu mengatakan keluar darah, nyeri perut bagian bawah dan keluar jaringan seperti gajih.

2) Riwayat menstruasi

a) Menarche :Ibu mengatakan haid pertama umur 12 tahun

b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya ± 28 hari c) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7 hari d) Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2x sehari e) Teratur / tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur

f) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darah haidnya encer g) Dismenorhoe :Ibu mengatakan tidak nyeri perut saat

menstruasi yang sampai mengganggu aktivitas.

3) Riwayat hamil ini

a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 6 Februari 2015.

b) Gerakan janin : Ibu mengatakan belum merasakan ada gerakan janin.

(60)

c) Vitamin / jamu yang dikonsumsi :

Ibu mengatakan mengkonsumsi vitamin dari bidan dan tidak mengkonsumsi jamu.

d) Keluhan-keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan mual dan pusing. Trimester II : Belum dilakukan

Trimester III : Belum dilakukan

e) ANC :Ibu mengatakan 1x di bidan pada umur kehamilan 6 minggu

f) Penyuluhan yang pernah didapat :

Ibu mengatakan belum mendapatkan penyuluhan apapun g) Imunisasi TT :

Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 1x pada saat mau menikah (capeng)

h) Kekhawatiran khusus :

Ibu mengatakan cemas karena keluar darah dari jalan lahirnya.

4) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang :

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang tidak menderita penyakit apapun seperti demam, flu, dan batuk

(61)

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung :Ibu mengatakan tidak sering berdebar-debar di dada bagian kiri, tidak pernah merasakan nyeri pada dada bagian kiri dan tidak keluar dingin pada telapak tangan saat beraktifitas ringan

(2) Ginjal :Ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan pada pada pinggang kanan dan kiri serta tidak nyeri saat buang air kecil

(3) Asma / TBC :Ibu mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas dan tidak pernah batuk yang berkepanjangan dalam waktu lebih dari 2 minggu (4) Hepatitis :Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami perubahan warna kuning pada mata, kulit dan kuku

(5) DM :Ibu mengatakan tidak pernah sering lapar, haus dan buang air kecil lebih dari 6 kali dalam waktu semalam (6) Hipertensi :Ibu mengatakan tidak pernah

(62)

140/90 mmHg dan sakit kepala yang menetap

(7) Epilepsi :Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang sampai mengeluarkan busa dari mulutnya (8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah

menderita penyakit lainnya, seperti malaria, demam berdarah dan HIV/AIDS

c) Riwayat penyakit keluarga :

Ibu mengatakan dari pihak keluarga maupun keluarga suami tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menurun (DM, hipertensi, jantung) dan penyakit menular (hepatitis, TBC, epilepsi)

d) Riwayat keturunan kembar :

Ibu mengatakan dari pihak keluarga maupun keluarga suami tidak ada yang memiliki keturunan kembar

e) Riwayat operasi :

Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi apapun 5) Riwayat Perkawinan

a) Status perkawinan : Sah kawin 1 kali

b) Kawin I : Umur 23 tahun, dengan suami umur 23 tahun

(63)

Lamanya : 6 bulan 6) Riwayat Keluarga Berencana :

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

7) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu No Tgl/thn partus Tempat partus UK (bln) Jenis partu s Peno

long Anak Nifas Keadaan anak

sekarang Jenis BB PB Keada an Lakta si 1 Hamil sekarang

8) Pola kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang menu nasi, sayur, lauk dan minum air putih ± 8 gelas per hari Selama hamil : Ibu mengatakan makan sedikit tapi

sering menu nasi, sayur, lauk dan minum air putih ± 8 gelas per hari dan minum 1 gelas susu.

b) Eliminasi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 3-4 kali sehari warna kuning jernih , bau khas urine

(64)

Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-7 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine c) Aktifitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan sebelum hamil mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari

Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil mengurangi pekerjaan rumah

d) Istirahat / Tidur

Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 7 jam

Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam

e) Seksualitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam seminggu

Selama hamil : Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual selamaa hamil

(65)

f) Personal Hygiene

Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi, ganti pakaian luar dan dalam 2 kali sehari dan keramas seminggu 3 kali Selama hamil : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi,

ganti pakaian luar dan dalam 2 kali sehari dan keramas seminggu 3 kali g) Psikososial budaya

(1) Perasaan tentang kehamilan ini :

Ibu mengatakan cemas dengan kehamilan ini (2) Kehamilan ini direncanakan / tidak :

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan (3) Jenis kelamin yang diharapkan :

Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki (4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :

Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilannya

(5) Keluarga lain yang tinggal serumah :

Ibu mengatakan tinggal dengan orang tuanya (6) Pantangan makanan :

(66)

(7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan :

Ibu mengatakan ada adat istiadat dalam kehamilan yaitu mitoni pada usia kehamilan 7 bulan

h) Penggunaan obat-obatan / rokok :

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali dari bidan dan ibu tidak merokok tetapi suami merokok.

c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF) 1) Status Generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis c) TTV : TD : 100/80 mmHg N : 80 x/m R :20 x/m S : 36 0C d) TB : 165 cm e) BB sebelum hamil : 51 kg f) BB sekarang : 52 kg g) LLA : 24 cm 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala

(1)Rambut : Bersih, hitam, lurus, tidak ada ketombe

(2)Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum

(67)

(3)Mata

(a) Oedema : Tidak oedema (b) Conjungtiva : Merah muda (c) Sklera : Putih

(4)Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada sekret

(5)Telinga : Simetris, tidak ada serumen (6)Mulut / gigi / gusi : Bersih, tidak stomatitis, tidak ada

caries dan gusi tidak berdarah b) Leher

(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran (2) Tumor : Tidak ada benjolan (3) Pembesaran : Tidak ada pembesaran

Kelenjar Limfe c) Dada dan Axilla

(1)Mammae

(a) Membesar : Normal

(b)Tumor : Tidak ada benjolan (c) Simetris : Kanan dan kiri simetris (d)Areola : Hiperpigmentasi (e) Puting susu : Menonjol (f) Kolostrum : Belum keluar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan studi kasus ini untuk memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkompletus secara komprehensif dengan menggunakan manajemen kebidanan

Di RSUD Kota Surakarta ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia berat sebesar 12,39 %.. Tujuan: Mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus

Tujuan karya tulis ini Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus blighted ovum di RSUD Karanganyar secara komprehensif1. Metode, Observasional deskriptif dengan

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien menurut Saifuddin (2005), yaitu : jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi

Hal ini disebabkan oleh adanya keengganan pada wanita usia perimenarche untuk menjalani pemeriksaan (Baziad, 2008). Salah satu kewenangan bidan adalah melakukan asuhan

Sedangkan persamaan laporan studi kasus ini terdapat pada umur kehamilan, judul yaitu Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Pre Eklampsia Ringan, asuhan yang

Asuhan yang dilakukan yaitu melakukan pendekatan terapeutik pada pasien dan keluarga, mengobservasi keadaan umum dan tanda tanda vital klien Keadaan umum,

Potensial yang akan terjadi apabila penanganan ibu nifas dengan hipertensi tidak segera ditangani akan terjadi preeklamsi (Prawirohardjo, 2011).. Berdasarkan data