• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga Melalui Penerapan Model Discovery Learning T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga Melalui Penerapan Model Discovery Learning T1 BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam dan makhluk hidup serta hubungan sebab akibat . Konsep IPA diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA menitikberatkan pada proses penelitian dan pemecahan masalah tentang fenomena-fenomena alam yang akan meningkatkan kemampuan proses berpikir siswa dalam belajar IPA. Proses pembelajaran IPA hendaknya menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung dan siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat dalam penyelidikan dengan bimbingan guru yang akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Wisudawati dan Sulistyowati (2014), mengatakan bahwa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan IPA akan berdampak positif bagi siswa dalam memahami dan mempermudah me mpelajari konsep atau prinsip IPA. Kerangka belajar IPA, dapat dijadikan landasan berpikir bagi siswa dalam mengatasi permasalahan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga IPA sering kali disamakan denganthe way of thinking.

Kemampuan berpikir siswa dapat dibedakan menjadi 6 tingkatan yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Kemampuan berpikir tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (lower order thinking skills) meliputi C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) meliputi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Pengelompokan tingkat berpikir dalam ranah kognitif tersebut berdasarkan klasifikasi tingkat berpikir pada Revisi Taksonomi Bloom (A Revision of Bloom's Taxonomy) (Andersnon dan Krathwohl, 2010).

(2)

2

Pembelajaran IPA membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa tidak hanya pada kemampuan tingkat rendah tetapi juga pada kemampuan tingkat tinggi. Selain itu, dalam pembelajaran IPA mestinya guru membantu siswa untuk menyadari tentang pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi dan melatih kemampuan tersebut. Pendidikan abad ke 21 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi (Lin dan Lee, 2013). Hal ini akan mengubah proses pembelajaran teacher centered menjadi student centered yang menuntut siswa belajar dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru sebagai fasilitator. Menurut Gillies (2014), kemampuan berpikir tingkat tinggi akan diaktifkan ketika siswa mengalami masalah, ketidakpastian, pertanyaan atau dilema. Keberhasilan penerapan kemampuan berpikir tingkat tinggi di dalam kelas IPA akan menghasilkan penjelasan, keputusan, dan produk yang berlaku dalam konteks pengetahuan dan pengamalan, hal ini mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan ilmiah dan menerapkannya ke dalam situasi yang baru.

(3)

3

yang menekankan kegiatan penemuan konsep melalui kegiatan pengamatan, eksplorasi, dan praktikum (Stave, 2011) serta penguasaan pengetahuan (Swaak, dkk., 2004). Selain mengubah model pembelajaran, guru juga perlu melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan memberikan latihan soal tingkat tinggi yaitu analisis, evaluasi, dan mencipta. Hal ini sejalan dengan pendapat Brookhart (2010) bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat diukur melalui soal berdasarkan ranah kognitif tingkat tinggi yaitu analisis, evaluasi, dan mencipta.

Tahapan-tahapan model discovery learning antara lainstimulation, problem statement,data collection,data processing, danverification(Widiadnyana, dkk., 2014). Tahap stimulation yaitu pemberian rangsangan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena alam yang merangsang siswa untuk berpikir menemukan permasalahan yang menjadi topik pembelajaran. Tahapproblem statement adalah tahap siswa merumuskan hipotesis atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dianalisis. Tahap data collection adalah tahap untuk memberikan siswa kesempatan melakukan eksperimen untuk membuktikan hipotesis tersebut. Tahap data processingadalah tahap siswa melakukan diskusi mengenai hasil eksperimen yang dilakukan. Tahap verification adalah tahap siswa untuk menarik kesimpulan untuk membandingkan kesesuain antara hasil kegiatanproblem statement, data collection, dandata processing. Melalui langkah-langkah modeldiscovery learning, kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa dapat ditingkatkan.

Pembelajaran discovery learning akan melatih siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan informasi baru dan data yang dikumpulkan dalam lingkungan pembelajaran eksploratif. Hal ini mengharuskan siswa mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari untuk membuat dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Balim, 2009). Jadi dapat disimpulkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa akan ditingkatkan melalui langkah-langkah model discovery learning dengan melalui pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses menemukan dan memecahkan masalah sendiri serta melalui latihan soal berdasarkan ranah kognitif tingkat tinggi yaitu analisis, evaluasi, dan mencipta.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan model discovery learning pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga setelah penerapan penerapan model discovery learning pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan?

1.3.Tujuan Penelitian

(4)

4

2. Mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga setelah penerapan modeldiscovery learning. 1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

a. Menyampaikan informasi tentang penerapan dari model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

b. Menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa. 3. Bagi guru

a. Menjadikan modeldiscovery learning sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

4. Bagi sekolah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi setelah menerapkan model think pair share pada materi menulis

3.2 Kerja-kerja lebih masa terpaksa dijalankan kerana ketiadaan pegawai lain dan ia mengikut syarat di bawah Pekeliling Perkhidmatan Bil 21 Tahun 1997. Sekian,

Koentjoroningrat memberi batasan yang dimaksud dengan pranata sosial adalah sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola resmi

Skripsi dengan judul “EKSTRAKSI CIRI PENGENALAN GENDER MENGGUNAKAN FITUR GEOMETRIS CITRA WAJAH DENGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) ” dapat terselesaikan sesuai

KERJA LEBIH MASA PANGGILAN KHAS.. Nama Pegawai yang

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala, yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat danhidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Kedua, buku ini merekomendasikan untuk pemerintah Indonesia agar mendorong penyelesaian status politik Papua dan pelanggaran hak asasi manusia yang