• Tidak ada hasil yang ditemukan

126747727 bab 02 1980 cek 20090203161240 1805 1 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "126747727 bab 02 1980 cek 20090203161240 1805 1 1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SUMBER

ALAM

(2)
(3)

B A B II

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. PENDAHULUAN

Pembangunan yang berarti mengolah dan memanfaatkan sumber alam dan lingkungan hidup, sekaligus harus diusahakan untuk men-jaga mutu lingkungan hidup dan kelestarian sumber alam. Masalah rusaknya kelestarian sumber alam dan kemerosotan lingkungan hidup yang telah timbul sebagai akibat suatu proses pembangunan, banyak terjadi dan di masa yang akan datang hal-hal tersebut masih akan tetap merupakan tantangan dalam proses pembangunan.

Untuk mencegah kemerosotan dan sebanyak mungkin mening-katkan produktivitas sumber alam tanah, hutan, air dan lautan, berbagai usaha perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Usaha-usaha itu antara lain meliputi pengawetan tanah dan air dalam areal produksi pertanian, pencegahan perusakan daerah pesisir, pencegah - an perusakan hutan dan usaha reklamasi tanah kritis. Peningkatan dan pengembangan usaha-usaha tersebut perlu dilakukan melalui pola pembangunan masyarakat yang menyeluruh, antara lain dengan menerapkan pendekatan sosial dan budaya dalam pengendalian pro-ses pembangunan.

Usaha-usaha yang disebutkan di atas pertama-tama perlu di-arahkan kepada pencegahan kemerosotan pendapatan petani dan nelayan miskin di daerah-daerah kritis. Bahkan sedapat mungkin diarahkan kepada peningkatan pendapatan mereka melalui perbaik-an dperbaik-an peningkatperbaik-an produktivitas usaha para petperbaik-ani dperbaik-an nelayperbaik-an serta produktivitas tanah garapan dan perairan sumber mata pen-caharian mereka. Di samping itu usaha-usaha tersebut juga perlu diarahkan kepada peningkatan sumber potensi pembangunan di masa depan, peningkatan keanekaragaman usaha dan penyediaan lapangan kerja yang cukup.

(4)

dilaksanakan terhadap bencana banjir, terhadap kekeringan dan terhadap pelumpuran yang terjadi di daerah aliran sungai yang bersangkutan. Pelaksanaan usaha-usaha tersebut juga akan berarti meningkatkan daya dukung lingkungan perairan sehingga memung-kinkan pembangunan di masa depan dapat berkembang lebih banyak.

Sesuai dengan hal-hal yang dikemukakan di atas dalam rangka hidup secara terpadu dapat lebih ditingkatkan dan dikoordinasikan.

(5)
(6)
(7)

TABEL 11 - I

RENCANA, REALISASI DAN KEBERHASILAN USAHA PENGHIJAUAN MENURUT PROPINSI,

1978/79 - 1979/80

Keterangan : 1) Realisasi = luas tanaman yang telah dilaksanakan sampai dengan bulan Maret 1980

(8)

baru mencapai 32,5%. Mengenai keberhasilannya untuk tahun 1979/80 belum ada laporan.

Selain kegiatan yang diuraikan di atas sejak tahun pertama dimulainya kegiatan penghijauan telah dilaksanakan latihan-latihan untuk memenuhi kebutuhan akan petugas-petugas lapangan untuk penanaman dan pembibitan. Sampai dengan tahun 1979/80 ini jumlah petugas lapangan yang dipekerjakan dalam usaha penghijauan ini telah berjumlah 4.835 orang, dengan perincian Petugas Lapangan Penghijauan (PLY) 3.865 orang, Petugas Lapangan Pengadaan Bibit Penghijauan Realisasinya dalam tahun 1978/79, kecuali di Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan, berkisar antara 80% dan 100%. Sebagai keseluruhan realisasi reboisasi dalam tahun tersebut mencapai 84,3%.

(9)

TABEL II - 2

1. DAERAH ISTIMEWA ACEH 8.400 3,4 3,4 7.239 34,0 2. SUMATERA UTARA 24.432 98,7 98,7 17.453 31,1

3. SUMATERA BARAT 2.900 100 92,5 2.500 32,2

4. R I A U 2.940 7,4 7,4 2.500

5. JAMBI 2.000 100 40,0 2.000 11,6

6. SUMATERA SELATAN 38.500 80,2 80,2 50.000 17,3

7. BENGKULU - 1 . 0 0 0

-8. LAMPUNG 7.000 94,3 92,2 2.800 24,9

9. JAWA BARAT

10. JAWA TENGAH

45.537 99,9 95,6 43.400 91,2

11. DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1.102 99,9 93,0 1.151 100

-12. JAWA TIMUR -

.-13. KALIMANTAN KARAT 27.000 49.800 -

-14. KALIMANTAN SELATAN 20.000 95,5 95,5 27.900

.-15. SULAWESI UTARA 19.800 100 67,0 20.350 80,2 -16. SULAWESI TENGAH 17.635 100 77,0 11.400 28,9

17. SULAWESI SELATAN 39.600 52,3 33,7 36.516 34,9

-18. SULAWESI TENGGARA 17.472 88,5 86,5 12.915 59,7

19. B A L I 5.000 98,5 68,1 2.036 4,6

20. NUSA TENGGARA BARAT 3.400 100 78,7 5.000

21. NUSA TENGGARA TIMUR 5.340 100 74,0 5.380

JUMLAH : 288.058 84,3 74,4 301.340 35,2 PM

Keterangan : 1) Realisasi =luas tanaman yang telah dilaksanakan sampai dengan bulan Maret 1980.

(10)

akibat eksploitasi. Rehabilitasi areal bekas tebangan serta reboisasi areal tidak produktif di areal Hak Pengusahaan Hutan mengalami kelambatan terutama karena kesulitan dalam pengadaan benih dan bibit, dalam penguasaan tehnik reboisasi dan 1dalam pengadaan tenaga trampil yang memadai di kalangan pemegang Hak Pengusahaan Hutan.

3. Pengaturan dan Pengamanan Sungai

Pengaturan dan pengamanan sungai meliputi kegiatan-kegiatan penggalian terhadap hambatan, pelurusan aliran, sudetan, perlindungan dan perkuatan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan saluran banjir, pintu-pintu banjir dan lain-lain. Khususnya dalam menghadapi banjir, setiap tahun dipersiapkan bahan-bahan, peralatan dan tenaga. Persiapan tenaga dilakukan dengan jalan mengadakan latihan-latihan baik bagi penduduk setempat maupun bagi tenaga-tenaga penanggulangan yang khusus. Dalam Repelita 1II program ini diperkirakan akan meliputi luas areal sebanyak lebih kurang 770.000 ha. Dalam tahun 1979/80 juga dilaksanakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menanggulangi banjir 5 tahunan. rapi, G. Kelud, G. Semeru dan G. Agung.

C. PEMBINAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP. 1. Pemetaan Dasar

Salah satu sarana kerja utama dalam pemanfaatan sumber alam adalah peta dasar yang merupakan kerangka preferensi bagi penyusun-an peta sumberdaya nasional. Peta sumberdaya nasional tersebut merupakan gambaran kekayaan alam nasional.

(11)

Dalam rangka mempersiapkan peta dasar tersebut pada tahun pertama Repelita III telah dikerjakan survai geodesi untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Survai ini melengkapi survai terdahulu yang mencakup wilayah Indonesia bagian Barat. Di samping itu telah di-kerjakan pula pekerjaan-pekerjaan fotogrammetri dan kartografi, pembuatan peta topografi skala 1 : 50.000, pengukuran sifat datar teliti clan pemotretan udara skala kecil 1 : 100.000 di Sumatera, Irian Jaya dan Maluku.

Masalah yang dihadapi dalam pekerjaan pemetaan ini adalah ketergantungan pada musim, kurangnya fasilitas serta tenaga trampil dan ahli. Khusus untuk mengatasi masalah ketergantungan pada mu -sim secara berkesinambungan dilaksanakan penerapan teknologi maju yang dapat mengurangi pembatasan iklim dan cuaca terhadap pekerjaan.

2. Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam

Pengetahuan yang memadai tentang potensi sumber alam yang ter-sedia merupakan landasan yang diperlukan untuk dapat menyusun dan mengembangkan pola pemanfaatan yang memberikan hasil optimal dan sesuai dengan kemampuan yang ada untuk menjaga kelestariannya. Oleh karena itu perlu dilaksanakan usaha-usaha inventarisasi dan evaluasi sumber-sumber alam yang ada. Atas dasar hasil inventarisasi itu dilakukan pembuatan pola pengembangan areal-areal perlindungan lingkungan dan pelestarian sumberdaya. Di samping itu juga dilaku -kan pengkajian mengenai cars serta pola pengelolaan dan rencana pemanfaatan sumber alam yang sesuai dengan azas kelestarian.

Inventarisasi dan evaluasi sumber-sumber alam sudah dilaksana-kan sejak pra Repelita oleh berbagai instansi sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan rakyat pada umumnya, maka kemungkinan penggunaan sumber daya alam yang ada juga berkem-bang menjadi semakin beranekaragam. Dengan demikian maka setiap penyusunan rencana pemanfaatan sumber alam perlu memperhitung-kan semua kemungkinan penggunaannya secara menyeluruh. Untuk memungkinkan penyusunan rencana yang demikian maka inventarisasi dan evaluasi terhadap sumber alam perlu dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh pula.

(12)

Dalam Repelita 1II mulai dikembangkan jaringan informasi sum-ini akan menghasilkan informasi mengenai sumberdaya geologi, tanah, hutan, iklim dan kependudukan. Selain survai yang dilaksanakan khu-sus tersebut telah dilaksanakan pula inventarisasi dan kompilasi data sumberdaya yang telah ada yang berasal dari inventarisasi partial. Dalam survai tersebut digunakan juga teknik citra penginderaan jauh dan potret udara. Hasil pokok kegiatan survai ini adalah bahan-bahan/ data bagi jaringan informasi mengenai sumberdaya alam. Sedangkan hasil lain yang untuk sementara dianggap hasil sampingan antara lain berwujud informasi tentang tanah-tanah kritis, inventarisasi mengenai tanaman perkebunan tertentu dan beberapa data untuk penelitian pur-bakala.

Di samping survai tersebut di atas dalam tahun pertama Repelita III telah dilaksanakan survai hidrografi dan magnetik di Selat Lombok dan Selat Makasar. Survai ini di samping dimaksudkan untuk mem-bantu menentukan posisi dan pemasangan 6 stasiun pengamatan, juga meliputi pemeruman (sounding), pengamatan pasang surut, penga-matan arus dan pengambilan contoh bahan-bahan dari dasar laut. Sumber alam hutan yang merupakan cumber alam dapat diper-baharui luasnya mencapai kurang lebih 64% dari luas seluruh daratan Indonesia. Pada awal Repelita II hutan yang sudah ditentukan perun-tukannya adalah seluas 57.503.000 ha (47% dari luas hutan). Pada tahun pertama Repelita III penentuan peruntukan tersebut mencapai 86.747.362,59 ha atau 50,9% lebih lugs dari awal Repelita II. Dari areal itu

seluas 59.209.000 ha ditentukan sebagai hutan produksi, 2.893.000 ha sebagai hutan lindung/produksi, 16.732.000 ha sebagai hutan lin-dung dan selebihnya ditetapkan untuk tujuan perlinlin-dungan dan peles-tarian alam.

(13)

Sebagian besar hutan produksi diserahkan pengusahaannya ke- pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Pengendalian pengusahaan ini secara fungsional dilaksanakan di bawah bimbingan Direktorat Jenderal Kehutanan. Dalam rangka pemberian itu berbagai perangkat peraturan telah dikeluarkan yang seluruhnya dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang tinggi dari sumber alam Repelita III jumlah pemegang HPH telah mencapai 382, dengan areal seluas 35.887.150 ha atau 48,5% lebih luas dari awal Repelita IL

(14)

luas areal yang sudah disurvai udara adalah 45.565.750 ha.

3. Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup

Selain pemanfaatan sumber daya hutan untuk kepentingan produksi dan perlindungan hidro-orologis, areal-areal tertentu di

(15)
(16)

-TABEL II — 3

PERKEMBANGAN KEADAAN KAWASAN PPA, 1978/79 — 1979/80 *)

1978/79 1979/80

Peruntukan Unit Luas (ha) Unit Luas (ha)

1. Suaka Margasatwa 45 3.580.050,3 53 4.135.766,9

2. Cagar Alam 157 2.808.685,7 162 3.364.253,2

3. Taman Buru 9 327.470,7 10 279.670,7

4. Taman Wisata 28 131.774,3 32 133.671,8

J u m l a h : 239 6.847.981,0 257 7.913.362,6

*) angka-angka kumulatif.

TABEL 11—4

TAMAN NASIONAL YANG SUDAH DIKUKUHKAN, 1979/80

Nama lokasi Propinsi Luas (ha) menurut :

Rencana SK Mentan.

1. G. Leuser D.I. Aceh 792.675 416.500

2. Ujung Kulon Jawa Barat 78.619 66.715

3. Cibodas Jawa Barat 15.000 1.040

4. Pangandaran Jawa Barat 10.000 528,8

5. Baluran Jawa Timur 25.000 25.000

6. Tanjung Puting Kal-teng 500.000 305.000

7. Kutai Kal-tim 200.000 200.000

8. Lore Kalamanta Sul-teng 136.000 131.000

9. Pulau Pombo Maluku 50.000 1.000

10. Komodo N.T.T. 75.000 31.000

11. Way Kambas Lampung 130.000 130.000

12. Sumatera Selatan I Lampung 356.000 356.000

Jumla h : 2.368.294 1.663.783,8

(17)

kan menjadi taman nasional yang merangkum segi

Perkembangan kawasan perlindungan dan pelestarian alam secara kumulatif dalam tahuntahun 1978/79 dan 1979/80 dapat di -lihat pada Tabel II— 3. Sedangkan lokasi dan luas taman nasional dapat dilihat pada Tabel II— 4.

(18)
(19)

4. Pengembangan Sumberdaya Air dan Penanggulangan Pen -cemaran Air

Penanganan pengelolaan air diusahakan secara terpadu dan untuk itu diperlukan inventarisasi dan evaluasi sumber-sumber air.

Sumber air terbesar bagi kehidupan manusia adalah air per-mukaan. Karena itu penanganan air permukaan mendapat prioritas utama. Pengelolaan air permukaan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan satuan daerah aliran sungai. Suatu daerah aliran sungai, atau DAS, merupakan satuan fisik yang setepat-tepatnya untuk peren canaan pengelolaan sumber alam dengan air sebagai faktor pembatas. Dalam pengelolaan tersebut segala kegiatan yang dilaksanakan didasarkan atas karakteristik air Berta pengaturan penggunaannya. Dengan sungai. Pada hal bagian terbesar penduduk suatu DAS umumnya

(20)

tinggal di bagian hilirnya. Demikianlah maka masalah pencemaran nya, di Kali Garang Semarang, Kali Surabaya, Kali Madiun dan anak -anak sungainya, Sungai Kapuas, sungai-sungai di Jakarta dan Denpasar. Di samping itu juga telah diadakan studi tentang cara dan pola

Untuk meningkatkan kemampuan pengenalan dan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup di daerah-daerah telah dilaksanakan pembangunan Pusat-pusat Studi Lingkungan. Pembangunan pusat-pusat studi itu dikaitkan dengan pembinaan Universitas-universitas, Bappeda dan instansi pengelola lingkungan di daerah-daerah. Pusat Studi Lingkungan telah dibentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari pusat-pusat itu sebanyak lima pusat studi lingkungan, yaitu di Bogor, Medan, Bandung dan Ujung Pandang, bertugas membantu pembangunan pusatpusat studi di wilayah sekitar -nya. Dengan adanya pusat-pusat studi lingkungan tersebut penalaran dan pendidikan lingkungan hidup dalam masalah-masalah perairan, lautan, tanah kritis, daerah aliran sungai, toksikologi lingkungan, pemukiman dan industri telah mulai dikembangkan di daerah-daerah.

Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan pencemaran lingkungan hidup di masa yang akan ,datang telah diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan penilaian mutu lingkungan di wilayah-wilayah JABOTABEK, GERBANG KERTASUSILA, Bandung Raya, Cirebon, Yogyakarta, Medan Raya, Denpasar, Ujung Pandang, Pontianak, Palembang, dan beberapa Daerah Aliran Sungai seperti Ciliwung,

(21)

Cisadane, Citarum, Cimanuk, Solo, Brantas, Musi, Kapuas, Teluk Jakarta, Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bangka, Teluk Ambon dan Selat Malaka. Untuk memungkinkan terbentuknya baku mutu lingkungan hidup dan baku mutu bahan buangan, telah dilakukan berbagai penelaahan mengenai lingkungan perairan tawar, lautan dan udara.

Usaha pencegahan pencemaran industri telah mulai dilakukan dalam bidang industri tekstil, industri minyak dan gas, industri semen, pertambangan dan lain-lain. Di samping itu, pengendalian penggunaan pestisida ditingkatkan. Selanjutnya, analisa dampak lingkungan telah dipersiapkan dan hasilnya mulai dicobakan dalam beberapa kegiatan pembangunan, seperti pembangunan kawasan Marunda, pembangunan bendung Saguling, perluasan beberapa industri besar, pertambangan permukaan dan lain-lain.

Selanjutnya, untuk dapat membangun dasar-dasar hukum yang diperlukan dalam pelaksanaan pengaturan-pengaturan yang diperlukan, telah dipersiapkan peraturan perundangan yang mengatur penanggulangan pencemaran lingkungan.

(22)

D. PENGEMBANGAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

(23)

meningkatkan kegiatan-kegiatan monitoring dan peningkatan penelitian iklim, cuaca dan gempa.

Usaha-usaha yang dilaksanakan meliputi rehabilitasi dan pem-bangunan stasiun-stasiun meteorologi, klimatologi dan geofisika baik dalam arti fisik maupun dalam arti keorganisasiannya. Dalam hubung-an ini kemampuhubung-an serta ketrampilhubung-an tenaga operasional juga telah ditingkatkan. Demikianlah maka kemampuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan data, kegiatankegiatan operasional, analisa dan ramalan cuaca dan kegiatan -kegiatan penelitian mengenai berbagai aspek meteorologi dan geofisika, termasuk persoalan pencemaran udara dan kondisi lingkungan, semakin meningkat.

TABEL II — 5

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, 1978/79 — 1979/80 *)

Jenis Stasiun 1978/79 1979/80

A. Stasiun Meteorologi

a. Penerbangan/Synoptic 75 86

b. Maritim 9 9

B. Stasiun Klimatologi

4 4

a. Stasiun Klas I

b. Stasiun Klas II 4 4

c. Stasiun Klas III 3 3

d.Pertanian Khusus 18 18

e. Stasiun Iklim 13 13

f. Pengamatan Hujan (set) 2745 3232

g. Pengamatan Penguapan (set) 105 117

C.

Stasiun Stasiun Geofisika 19 20

Pengamatan Gempa

(24)

Dari Tabel I1—5 dapat dilihat hasil-hasil rehabilitasi dan pembangunan yang telah dicapai sampai akhir Repelita II meliputi 75 buah stasiun meteorologi/synoptic, 9 buah stasiun maritim, 4 buah stasiun cuaca Pertanian Utama (klas I), 4 buah stasiun cuaca Pertanian Biasa (klas II), 3 buah stasiun cuaca Pertanian Klas III, 18 buah stasiun cuaca Pertanian Khusus, 13 buah stasiun iklim, 2.745 peng-amatan hujan, 105 pengpeng-amatan penguapan dan 19

(25)

4. Pengamatan Penguapan b. 3.900 4.100

5. Pengamatan Udara atas a. 61.200 61.200

b. 35.280 38.325

Gambar

TABEL II - 2RENCANA REALISASI DAN KEBERHASILAN
TABEL II — 3
TABEL II — 5

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek kelayakan pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS)

Upaya perbaikan simpang dengan pemasangan APILL pada kondisi eksisting simpang menunjukkan nilai derajat kejenuhan (DJ) yang tinggi pada masing- masing pendekat

1 4 21 243 Lanjutan Pembangunan USB SMPN 37 Bekasi Peningkatan Sarana Pendidikan 6 RKB, 1 Unit KM/WC Gedung C Bekasi Utara Dinas Bangunan & Kebakaran. 1 4 21 244

Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus- menerus (keratinisasi dan pelepasan sel- sel yang sudah mati),

Electrolarynx yang bebas genggam ( hands-free ) dengan kontrol on/off otomatis menjadikan EL lebih praktis dan akan membuat pasien lebih fleksibel. Beberapa penelitian

Syarat kantin sehat - Jajanan sayuran -sudah diterapkan - bersih -sudah diterapkan - PHBS -sudah diterapkan - Bersih -sudah diterapkan Makanan tidak menggunakan bahan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan pola pengasuhan ibu terhadap remaja dari keluarga miskin.. Selain