• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

WARGA SEKOLAH SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

DAN SMAN 7 KOTA TANGERANG, PROVINSI BANTEN

TERHADAP PROGRAM KANTIN SEHAT TAHUN 2012

SKRIPSI

FARJANA HOQUE 0806340593

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI GIZI

DEPOK JUNI 2012

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

WARGA SEKOLAH SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

DAN SMAN 7 KOTA TANGERANG, PROVINSI BANTEN

TERHADAP PROGRAM KANTIN SEHAT TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

FARJANA HOQUE 0806340593

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI GIZI

DEPOK JUNI 2012

(3)
(4)
(5)

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Gizi Jurusan Gizi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya mengetahui bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya dan setulusnya kepada:

1) Dr Fatmah, SKM, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan ide, waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu saya menyusun skripsi ini, serta selalu siap untuk konsultasi;

2) Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang yang telah mengijinkan saya untuk mengambil data yang saya perlukan untuk skripsi ini;

3) Keluarga saya, terutama mama saya Nuri Emilia dan kedua adik saya, Faridul Islam Hoque dan Farida Hoque yang membantu secara material dan moral, dan papa saya M. Nurul Hoque, serta Hyder Jahan Sadi dan Divio Tanod yang selalu membuat saya tertawa geli dan kesal;

4) Firnalia Kardina teman sekamar selama tiga setengah tahun yang selalu memberi kesenangan, obrolan sebelum tidur, kantung mata, kebersihan kamar, pengalaman dengan hewan kecil mengerikan, serta semangat selama pembuatan skripsi ini, serta Farah Diba yang selalu ada, siap menghajar orang jahat, memberikan penenangan dan sedikit menangis karena selama pembuatan skripsi ini tidak sempat berjumpa dan bercerita; 5) Teman unik dan beragam yang selalu bersama, menanyakan

perkembangan, memberikan semangat, dan bersedia memberikan bantuan dalam penyelesian skripsi ini, Pujay teman sepaham yang gampang ditindas, Mitha yang suka pisang, Hesti dengan baju- bajunya dan

(6)

v

semoga selalu bahagia, Dhita yang cantik dan podolpop, Ucha dengan nyuki-nya, Widya adik yang polos dan dewasa, Aisyah dengan halal-nya, Eja dengan toko baju dan sepak bola, Inka yang diam- diam menghanyutkan dan luar biasa sabar, dan cacui si nenek yang suka hilang dan jayus;

6) Eko Yulyanto Nugroho yang menjadikan kehidupan datar menjadi lebih naik turun, menciptakan senyum, air mata, adrenalin, dan kupu- kupu dalam perut dengan muka datarnya, dan mengajarkan saya hal yang tak pernah saya lakukan dan ketahui;

7) Carlita Rozetta yang membantu saya dalam pengambilan data dan selalu menjawab pertanyaan terkait pembuatan skripsi ini, dan teman- teman gizi yang tak dapat saya sebutkan satu- satu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini;

8) Anggota PSDM BEM FKM UI 2009 dan 2010 yang tak akan pernah saya lupakan, yang mengajarkan saya tentang organisasi, keluarga, teman, tanggung jawab, dan semangat yang sangat meluap.

Akhir kata saya berharap Allah SWT akan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan ilmu bagi segala pihak.

Depok, 28 Juni 2012

(7)
(8)
(9)

Nama : Farjana Hoque Program Studi : Ilmu Gizi

Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Warga Sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dan SMAN 7 Kota Tangerang, Provinsi Banten, terhadap Program Kantin Sehat, Tahun 2012

Skripsi ini membahas tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dan SMAN 7 KotaTangerang , Provinsi Banten, tahun 2012 terhadap program kantin sehat, dimana kantin SMAN 2 Kota Tangerang Selatan telah memenangkan program kantin sehat tingkat Nasional, sementara kantin SMAN 7 Kota Tangerang belum menerapkan program kantin sehat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap guru dan pedagang kantin sekolah, kelompok diskusi terarah terhadap siswa, dan observasi langsung kantin sekolah. informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dengan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan tentang kantin sehat yang hampir serupa antara warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan dengan SMAN 7 Kota Tangerang, namun sikap dan perilaku tentang kantin sehat lebih baik pada warga sekolah SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang juga didukung oleh sarana dan prasarana serta peraturan yang lebih baik dibandingkan dengan SMAN 7 Kota Tangerang.

Kata kunci:

(10)

viii Universitas Indonesia Name : Farjana Hoque

Study Program : Nutrition

Title : Knowlege, Attitude, and Behaviour of School Community in SMAN 2 Tangerang Selatan City and SMAN 7 Tangerang City, Banten Province, about Healthy School Canteen Program in 2012

Focus of this study is knowlege, attitude, and behaviour of school community in SMAN 2 Tangerang Selatan City and SMAN 7 Tangerang City, Banten Province, in 2012 about healthy school canteen program, where canteen of SMAN 2 Tangerang Selatan City already won the national healthy school canteen program, meanwhile SMAN 7 Tangerang City not applied the program yet. This is a qualitative research. Information collected by depth interview to teachers and food vendor at school canteen, focus group discusssion to students and school canteen observation. Information that collected then analysed with Miles dan Huberman’s model. The research shows that the knowledge between two school community is about in the same level, but the attitude and behaviour in SMAN 2 Tangerang Selatan City that supported by good facilities and policy is better than SMAN 7 Tangerang City.

Key words:

(11)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4 1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ... 4

1.4.2 Tujuan Khusus Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kantin Sehat ... 7

2.1.1 Sarana dan Prasarana yang Mendukung Kantin Sehat ... 8

2.1.1.1 Air Bersih ... 9

2.1.1.2 Tempat Penyimpanan ... 9

2.1.1.3 Tempat Pengolahan dan Tempat Persiapan Makanan ... 10

2.1.1.4 Tempat Penyajian dan Tempat Makan ... 11

2.1.1.5 Fasilitas Sanitasi ... 11

2.1.1.6 Perlengkapan Kerja dan Tempat Pembuangan Limbah... 12

2.1.2 Cara Pengolahan Pangan yang Baik di Kantin Sehat ... 12

2.1.3 Pangan Sehat dan Aman ... 15

2.1.4 Gizi Seimbang dan Beragam Untuk Anak Sekolah di Kantin Sehat ... 17

2.1.5 Higiene dan Sanitasi di Kantin Sehat ... 18

2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku... 22

2.2.1 Pengetahuan ... 22

2.2.2 Sikap ... 23

2.2.3 Perilaku ... 24

2.2.4 Peran Teman Sebaya dan Guru terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja terhadap Masalah Kesehatan ... 25

(12)

x Universitas Indonesia

3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 27

3.1 Kerangka Konsep ... 27

3.2 Definisi Istilah ... 28

4. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

4.1 Desain Penelitian ... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3 Informan Penelitian... 29

4.4 Pengumpulan Data ... 30

4.4.1 Sumber Data ... 30

4.4.2 Metode pengumpulan data ... 30

4.4.2 Instrumen Penelitian... 31

4.5 Analisis Data ... 31

4.6 Validitas Data ... 32

5. HASIL PENELITIAN... 33

5.1 Karakteristik Informan ... 33

5.1.1 Karakteristik Pengolah Makanan dan Minuman SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang ... 33

5.1.2 Karakteristik Kepala Sekolah dan Guru SMAN 2 Tangerang Selatan dan Wakil Kepala Sekolah dan Guru SMAN 7 Tangerang ... 35

5.1.3 Karakteristik Siswa SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang ... 35

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

5.2.1 Gambaran Umum Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 38

5.2.2 Gambaran Umum Kantin SMAN 7 Tangerang ... 42

5.3 Gambaran Umum Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Warga Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang ... 46

5.3.1 Pengetahuan mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 46

5.3.2 Sikap mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 49

5.3.3 Perilaku mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 54

5.3.4 Pengetahuan mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 58

5.3.5 Sikap mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 63

5.3.6 Perilaku mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 68

5.3.7 Pengetahuan mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 70

5.3.8 Sikap mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 72

5.3.9 Perilaku mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 73

5.3.10 Pengetahuan mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 74

5.3.11 Sikap mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 76

5.3.12 Perilaku mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 78

5.3.13 Pengetahuan mengenai Gizi Seimbang Dan Beragam ... 78

5.3.14 Sikap mengenai Gizi Seimbang Dan Beragam ... 80

5.3.15 Perilaku mengenai Gizi Seimbang Dan Beragam ... 82

(13)

5.4 Peran dan Dukungan Kepala Sekolah dan Guru SMAN 2 Tangerang Selatan

dan SMAN 7 Tangerang terhadap Program Kantin Sehat ... 87

5.5 Peran Pengelola Kantin, Fasilitas, dan Kebijakan Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang terhadap Program Kantin Sehat ... 88

6. PEMBAHASAN ... 90

6.1 Keterbatasan Penelitian... 90

6.2 Pembahasan Hasil ... 90

6.2.1 Gambaran Umum Kantin Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang ... 90

6.2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Warga Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang ... 99

6.2.2.1 Pengetahuan mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 99

6.2.2.2 Sikap mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 101

6.2.2.3 Perilaku mengenai Kantin dan Kantin Sehat ... 104

6.2.2.4 Pengetahuan mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 105

6.2.2.5 Sikap mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 108

6.2.2.6 Perilaku mengenai Fasilitas Kantin Sehat ... 110

6.2.2.7 Pengetahuan mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 110

6.2.2.8 Sikap mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 112

6.2.2.9 Perilaku mengenai Pengolahan Makanan yang Baik ... 112

6.2.2.10 Pengetahuan mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 112

6.2.2.11 Sikap mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 114

6.2.2.12 Perilaku mengenai Pangan Sehat dan Aman ... 114

6.2.2.13Pengetahuan mengenai Makanan Bergizi Seimbang dan Beragam ... 115

6.2.2.14 Sikap mengenai Makanan Bergizi Seimbang dan Beragam ... 115

6.2.2.15 Perilaku mengenai Makanan Bergizi Seimbang dan Beragam ... 116

6.2.2.16 Pengetahuan mengenai Higiene dan Sanitasi ... 116

6.2.2.17 Sikap mengenai Higiene dan Sanitasi ... 118

6.2.2.18 Perilaku mengenai Higiene dan Sanitasi ... 119

6.2.3 Peran dan Dukungan Kepala Sekolah dan Guru SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang terhadap Program Kantin Sehat ... 120

6.2.4 Peran Pengelola Kantin, Fasilitas, dan Kebijakan Sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang terhadap Program Kantin Sehat ... 120

7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

7.1 Kesimpulan ... 121

7.2 Saran ... 122

7.2.1 Saran Terhadap Pihak Sekolah ... 122

7.2.1.1 SMAN 2 Tangerang Selatan ... 122

(14)

xii Universitas Indonesia

7.2.3 Saran Terhadap Guru ... 123 DAFTAR REFERENSI ... 124

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Metode Pengumpulan Data ... 31

Tabel 5.1 Karakteristik Informan ... 33

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Siswa SMAN 2 Tangerang Selatan ... 36

Tabel 5.3 Karakteristik Informan Uji Coba Siswa SMAN 7 Tangerang ... 37

(16)

xiv Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green ... 25

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 27

Gambar 5.1 Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 39

Gambar 5.2 Kios Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 40

Gambar 5.3 Tempat Penyimpanan Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 41

Gambar 5.4 Kantin SMAN 7 Tangerang ... 43

Gambar 5.5 Sumber Air Bersih Kantin SMAN 7 Tangerang ... 45

Gambar 5.6 Peraturan Tertulis Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 55

Gambar 5.7 Fasilitas Kantin SMAN 2 Tangerang Selatan ... 64

Gambar 5.8 Ventilasi dan Langit- Langit Kantin SMAN 7 Tangerang ... 66

Gambar 5.9 Jajanan di Kantin SMAN 7 Tangerang ... 78

(17)

Lampiran 1 : Panduan Pertanyaan Kepala Sekolah/ Guru ... 127

Lampiran 2 : Panduan Pertanyaan Pengelola Kantin ... 131

Lampiran 3 : Panduan Diskusi Terarah Murid ... 134

Lampiran 4 : Panduan Observasi Kantin ... 136

Lampiran 5 : Matriks Ujicoba Wawancara Mendalam Guru dan Pedagang ... 141

Lampiran 6 : Matriks Ujicoba FGD Siswa... 146

Lampiran 7 : Matriks Wawancara Mendalam Guru ... 151

Lampiran 8 : Matriks Wawancara Mendalam pedagang ... 169

Lampiran 9 : Matriks Fgd Siswa SMAN 2 Tangerang Selatan ... 181

(18)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2009 Direktorat Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) meluncurkan program pembinaan kantin sehat pada sekolah- sekolah di Indonesia. Program kantin sehat adalah program yang diadakan untuk mengintervensi kasus jajanan yang tidak memenuhi syarat dan berbahaya pada sekolah, dengan cara merevitalisasi kantin sesuai dengan syarat keamanan pangan dan mensosialisasikan makanan yang sehat dan bergizi (Kemendiknas, 2009). Suryani (2008) mengemukakan kontribusi energi yang diberikan oleh jajanan bagi anak sekolah cukup tinggi. Menurut BPS 1991 dalam Handayani dan Oktavianingtyas (2009) kira- kira sepertiga kebutuhan gizi tercukupi oleh makanan jajanan. Guhardja S, dkk (2004) dalam artikel yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sistem keamanan pangan terpadu, jajanan anak sekolah (2007) mengemukakan pada survey yang dilakukan di Bogor kurang lebih sepertiga energi anak sekolah terpenuhi dari makanan jajanan.

Data Profil Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berdasarkan pengawasan rutin yang dilakukan BPOM mengemukakan bahwa dalam lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan, hampir setengah jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Pada tahun 2004, BPOM mencatat kasus keracunan pangan yang salah satunya disebabkan oleh makanan jajanan, dengan distribusi tempat terbanyak adalah tempat tinggal, diikuti oleh kampus atau sekolah dan distribusi orang terbanyak yang mengalami keracunan adalah pada usia anak sekolah. Pada tahun 2005 keracunan pangan salah satunya masih disebabkan oleh jajanan dengan estimasi seperlima distribusi tempat keracunan pangan terjadi di sekolah, pada tahun 2006 keracunan pangan yang disebabkan oleh salah satunya makanan jajanan masih berlanjut dengan distribusi tempat, terbanyak kedua, keracunan pangan terjadi di sekolah. Berdasarkan data BPOM (2011) pada tahun 2010 makanan jajanan masih menyebabkan keracunan pangan.

Program kantin sehat sekolah yang mulai diadakan pada tahun 2009 oleh Kemendiknas merupakan salah satu intervensi untuk menjaga keamanan pangan

(19)

terutama pada sekolah- sekolah di Indonesia. Pada tahun 2009 program kantin sehat dilaksanakan kepada 288 sekolah pada 7 provinsi, dan pada 2010 program kantin sehat dikembangkan pada setiap provinsi di Indonesia serta dijalinnya kerjasama antara Kemendiknas dengan BPOM. Kemendiknas dan BPOM memberikan bimbingan kepada guru dan pengelola kantin mengenai makanan yang sehat dan bergizi, serta memberi bantuan dana sebesar 30 juta rupiah untuk memperbaiki kantin agar memenuhi syarat kantin sehat (Kemendiknas, 2009).

Menurut Kemendiknas (2009), kantin sehat secara fisik memiliki persyaratan sarana dan prasarana, seperti sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja dan tempat pembuangan limbah. Pengawasan teratur pada kantin sehat merupakan salah satu syarat lain yang harus dilakukan oleh semua pihak sekolah. Kantin sehat juga diadakan untuk memberi pengetahuan kepada seluruh warga sekolah mengenai pemilihan makanan yang sehat dan bergizi. Kemendiknas, BPOM, dan perguruan tinggi memberi bimbingan teknis kepada guru dan pengelola kantin sekolah dalam memilih dan mengolah makanan yang sehat dan bergizi bagi anak. Sosialisasi kantin sehat terhadap anak untuk memberi pengetahuan kepada anak mengenai jajanan yang baik dan tidak (Kemendiknas, 2009).

Menurut Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2003) kesehatan dipengaruhi oleh salah satunya perilaku, dan sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoadmojo (2010) perilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap seseorang), faktor pemungkin (sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung perubahan perilaku), serta faktor penguat (tokoh masyarakat, undang- undang, peraturan). Terdapat hubungan yang erat antara pengetahuan, sikap, dan perilaku. Menurut Combs and Suyg (1959) Pengetahuan dan sikap merupakan reaksi tertutup atas rangsangan yang diberikan, sementara perilaku merupakan reaksi terbuka atas rangsangan yang diberikan yang dapat terpengaruh oleh pengetahuan dan perilaku yang dimiliki seseorang (Notoatmodjo 2010). Sementara menurut Huclok (1998) Pengetahuan dan sikap dipengaruhi oleh pendidikan formal dan usia. Orang berpendidikan tinggi diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan tidak mudah dipengaruhi sikapnya. Usia seseorang

(20)

3

Universitas Indonesia

juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap, seseorang yang dewasa akan lebih memiliki kematangan berpikir dan tidak mudah terpengaruh sikapnya (Wawan dan Dewi M, 2010).

SMAN 7 Tangerang dan SMAN 2 Tangerang Selatan merupakan SMA favorit di daerahnya masing- masing dengan kualitas kognitif kedua sekolah sangat baik. Kedua sekolah telah mengikuti program sekolah sehat, namun SMAN 7 Tangerang belum mengikuti program kantin sehat, sementara SMAN 2 Tangerang Selatan telah memenangkan lomba kantin sehat tingkat nasional pada tahun 2011. Penelitian ini diadakan pada SMAN 7 Tangerang dan SMAN 2 Tangerang selatan yang telah menjadi sekolah sehat. Penelitian ini untuk melihat dan membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah (kepala sekolah, guru, murid, dan pengelola kantin) yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat mengenai program kantin sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) pada tahun 2009 program kantin sehat telah dilaksanakan pada 288 sekolah di Indonesia dan menjadi salah satu bagian dari program sekolah sehat. Pada tahun 2010 Kemendiknas dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bekerjasama untuk mengembangkan kantin sehat pada 576 sekolah di Indonesia, termasuk memberi bimbingan terhadap guru dan pengelola kantin mengenai cara memilih dan mengelola makanan yang sehat dan bergizi bagi anak. Program kantin sehat diharapkan dapat membantu warga sekolah dalam memilih makanan yang sehat, aman, dan bergizi. SMAN 7 Kota Tangerang telah mengikuti program sekolah sehat namun belum mengikuti program kantin sehat, sementara SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang juga mengikuti program sekolah sehat telah memenangkan lomba kantin sehat tingkat nasional pada tahun 2011. Penelitian ini diadakan untuk melihat pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah antara sekolah yang telah memiliki kantin sehat dan belum memiliki kantin sehat terhadap program kantin sehat, serta melihat kesiapan sekolah negeri menuju program kantin sehat.

(21)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kantin secara umum di SMA Negeri?

2. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap program kantin sehat?

3. Bagaimana peran dan dukungan kepala sekolah dan guru SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap keberadaan program kantin sehat?

4. Bagaimana peran pengelola kantin, fasilitas, dan kebijakan sekolah SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap keberadaan kantin sehat ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum Penelitian

Membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMA Negeri (guru, murid, pengelola kantin) yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap program kantin sehat.

1.4.2 Tujuan Khusus Penelitian

1. Memperoleh gambaran kantin secara umum di SMA Negeri.

2. Menilai dan membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap program kantin sehat

3. Menilai peran dan dukungan kepala sekolah dan guru SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap keberadaan program kantin sehat.

4. Menilai peran pengelola kantin, fasilitas, dan kebijakan sekolah SMA Negeri yang telah memiliki dan belum memiliki kantin sehat terhadap keberadaan kantin sehat.

(22)

5

Universitas Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian 1. Institusi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah untuk mengembangkan dan memberi pengetahuan bagi seluruh warga sekolah mengenai program kantin sehat, sehingga tujuan diadakannya kantin sehat oleh pemerintah dapat dicapai, yaitu mengurangi keracunan jajanan, mengurangi penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak memenuhi syarat, dan meningkatkan pengetahuan warga sekolah mengenai pemilihan pangan yang aman dan sehat.

2. Kemendiknas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah terhadap program kantin sehat yang berlangsung di sekolah SMA Negeri, sehingga Kemendiknas dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan program kantin sehat yang berjalan dan dapat memperbaiki kelemahan program kantin sehat.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan sosialisasi mengenai pentingnya program kantin sehat di lingkungan sekolah untuk memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik melalui makanan yang sehat dan bergizi.

4. Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya mengenai program kantin sehat dengan mendapat gambaran awal mengenai program kantin sehat di sekolah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian merupakan penelitian kualitatif terhadap warga sekolah (Kepala sekolah, guru, murid, dan pengelola kantin) SMAN 7 Tangerang dan SMAN 2 Tangerang Selatan, pada bulan April 2012 dengan menggunakan wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan observasi langsung kantin sekolah dan program kantin sehat yang dijalankan di SMA Negeri. Kantin sehat merupakan program intervensi yang dilaksanakan untuk mengurangi kasus keracunan pangan

(23)

terutama oleh masakan jajanan serta untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah. Program ini juga diadakan untuk mengingkatkan pengetahuan warga sekolah terhadap makanan yang sehat dan bergizi. Penelitian ini diadakan untuk menilai dan membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah SMAN 7 Tangerang dan SMAN 2 Tangrang Selatan terhadap program kantin sehat sekolah.

(24)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kantin Sehat

Makanan jajanan (street food) menurut Food and Agriculture Organization (FAO) adalah makanan serta minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat keramaian umum lain yang dapat langsung dikonsumsi tanpa pengolahan lebih lanjut. Menurut Mudjajanto (2005) makanan jajanan dibagi menjadi empat kelompok yaitu makanan utama (main dish), cemilan (snack), minuman, dan buah- buahan (Putriani, 2011). Makanan jajanan merupakan makanan yang sangat dikenal dan umum di masyarakat, terutama di kalangan anak sekolah (Yasmin dan Madanijah, 2010). Anak sekolah pada umumnya membeli makanan jajanan pada penjaja jajanan di sekitar sekolah atau di kantin sekolah. Oleh karena itu, penjaja berperan penting dalam penyediaan makanan jajanan yang sehat dan bergizi serta terjamin keamanannya (Yasmin dan Madanijah, 2010). Dalam Brown (2011) juga diungkapkan, berdasarkan penelitian- penelitian mengenai kebiasaan makan remaja saat ini, remaja cenderung memilih makanan tinggi garam, gula, dan lemak, dan rendah vitamin dan mineral, selain itu diungkapkan tingginya remaja yang tidak memakan sarapan dan tingginya remaja yang mengkonsumsi makanan siap saji.

Berdasarkan buku Materi Kantin Sehat di Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional (2009), pada tahun 2006 BPOM mengeluarkan hasil monitoring jajanan anak sekolah tahun 2005 dan menemukan banyak jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat jajanan sehat baik pada makanan maupun minuman. Setelah menyadari bahwa makanan jajanan anak sekolah berpotensi tidak bergizi, mengandung bahan pewarna, mengandung bahan pengawet berbahaya dan tidak higienis, pada tahun 2009 diadakan pembinaan kantin sehat pada sekolah- sekolah, selain itu kantin sekolah pun menjadi salah satu indicator untuk sekolah sehat. Pelaksanaan kegiatan kantin sehat sekolah dimulai dengan penyiapan pedoman dan materi penyuluhan, pelatihan dan bimbingan teknis kepada pengelola dan pengawas kantin,

(25)

penataan kantin, serta monitoring dan evaluasi yang dibiayai oleh Direktorat Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas.

Tujuan dari diadakannya program ini adalah untuk memberdayakan masyarakat sekolah untuk menjaga keamanan makanan jajanan anak sekolah, menata kantin sehat di sekolah sesuai dengan standar kesehatan, dan untuk terus memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kantin sehat di sekolah. Sasaran program ini sendiri adalah sebanyak 165 sekolah, dengan 5 sekolah setiap kabupaten atau kota, dengan kategori 3 sekolah tingkat sekolah dasar (SD), 1 sekolah tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan 1 sekolah tingkat sekolah menengah keatas/ kejuruan (SMA/SMK), dilakukan pada 33 kabupaten atau kota pada 33 provinsi (Depdiknas, 2009).

Konsep kantin sehat bukan hanya dijalankan di Indonesia, dalam beberapa artikel seperti yang ditulis Shoush (2011) ataupun berita yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan maupun pendidikan, negara seperti Australia, Singapura, Dubai, serta Amerika telah mulai memperhatikan pola makan anak sekolah. Negara- Negara tersebut menerapkan konsep kantin sehat, meskipun beberapa baru hanya memperhatikan dari segi gizi. Negara Australia telah menerapkan program kantin sehat di sekolah sejak tahun 2008 yang diusung oleh Australian Government Departement of Health and Ageing dalam proyek National Helathy School Canteen (Australian Government Departement of Health and Ageing,2010).

Dalam prosesnya kantin sehat sekolah memiliki syarat berikut, sarana dan prasarana yang mendukung kantin sehat, cara pengolahan pangan yang baik, pangan sehat dan aman, gizi seimbang dan beragam untuk anak sekolah, serta sanitasi dan higiene (Depdiknas, 2009).

2.1.1 Sarana dan Prasarana yang Mendukung Kantin Sehat

Terdapat dua jenis kantin sekolah, yaitu kantin dengan ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka. Contoh kantin di ruangan terbuka adalah kantin yang terletak di halaman sekolah, namun demikian pengolahan dan penyajian makanan kantin tetap harus berada dalam keadaan tertutup (Depdiknas, 2009).

(26)

9

Universitas Indonesia

Menurut Depdiknas (2009) Persyaratan bangunan kantin sehat adalah ruangan tertutup, memiliki lantai yang kedap air, rata, halus, tidak licin, kuat, sedikit miring sehingga mudah dibersihkan, memiliki dinding kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat, serta mudah dibersihkan, memiliki langit- langit yang terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang- lubang, tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan, memiliki pintu, jendela, dan ventilasi yang terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah pecah rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka dan ditutup dengan baik, dilengkapi kasa yang dapat dilepas hingga mudah dibersihkan, serta semua ruangan harus memiliki ventilasi minimal sebanyak 2 buah dengan luas lubang ventilasi 20% terhadap luas lantai. Lantai, dinding, langit- langit, pintu, jendela, dan ventilasi harus selalu dalam keadaan bersih.

Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh kantin sehat adalah sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja, dan tempat pembuangan limbah (Depdiknas, 2009).

2.1.1.1 Air Bersih

Kantin sehat harus memiliki air bersih yang cukup, yang dapat digunakan untuk mengolah pangan ataupun mencuci dan membersihkan. Sumber air dapat berasal dari PAM maupun sumur. Air bersih yang akan digunakan untuk mengolah makanan disimpan dalam ember atau wadah bertutup, dan untuk mengeluarkan air menggunakan gayung bergagang panjang (Depdiknas, 2009).

Syarat air kantin sendiri adalah bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan, serta tidak berwarna dan berbau, sesuai dengan Kepmenkes RI No.907/MenKes/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum (Depdiknas, 2009).

2.1.1.2 Tempat Penyimpanan

Tempat penyimpanan untuk kantin sehat terdiri atas tempat penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan makanan jadi yang akan disajikan, tempat

(27)

penyimpanan bahan bukan pangan, dan tempat penyimpanan peralatan (Depdiknas, 2009).

Syarat- syarat tempat penyimpanan pada kantin sehat adalah sebagai berikut, tempat penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan suhu yang dianjurkan, tempat penyimpanan bahan mentah seperti bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) terpisah dengan makanan yang akan disajikan, tempat penyimpanan peralatan sebaiknya bebas pencemaran seperti lemari, selain tempat penyimpanan di atas, harus memiliki tempat penyimpanan khusus untuk menyimpan bahan – bahan pembersih, minyak tanah, dan bahan pembasmi serangga, tikus, dan kecoa yang terletak di luar kantin, dan semua tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan, bebas dari hama baik serangga, tikus, kecoa, ataupun mikroba, serta memiliki sirkulasi udara yang baik (Depdiknas, 2009).

2.1.1.3 Tempat Pengolahan dan Tempat Persiapan Makanan

Tempat pengolahan dan persiapan makanan memiliki syarat yang sama. Ruang pengolahan dan persiapan makanan harus selalu tertutup, bersih, dan terpisah dari ruang penyajian dan ruang makan. Luas ruangan pengolahan dan persiapan makanan harus mampu menampung semua karyawan yang bekerja sehingga tidak berdesakan. Ruang pengolahan dan persiapan makanan harus memiliki meja yang permanen dengan permukaan halus, tidak bercelah, dan mudah dibersihkan, memiliki lampu penerangan yang terdapat pada langit- langit, berpenutup, serta cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik, teliti dan nyaman, serta memiliki ventilasi yang cukup agar terdapat sirkulasi udara sehingga udara dalam ruangan tidak panas dan lembab serta dapat diganti dengan udara segar (Depdiknas, 2009).

Selain tempat pengolahan hal yang harus diperhatikan adalah alat – alat pengolahan makanan. Alat- alat yang digunakan untuk mengolah makanan sebaiknya mudah dibersihkan, kuat, dan tidak mudah berkarat. Sebaiknya permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak bercelah, tidak mengelupas, dan tidak menyerap air. Peralatan yang menggunakan mesin seperti

(28)

11

Universitas Indonesia

blender sebaiknya dapat dibongkar sehingga bagian tengahnya mudah dibersihkan (Depdiknas, 2009).

2.1.1.4 Tempat Penyajian dan Tempat Makan

Tempat penyajian dalam kantin dapat berupa lemari display, etalase, atau lemari kaca untuk memperlihatkan makanan yang disajikan pada konsumen. Tempat penyajian ini harus tertutup, dapat melindungi makanan dari debu, serangga,dan hama lain. Makanan cemilan yang dikemas dapat digantung atau diletakkan pada wadah dan disajikan dalam tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung atau debu. Makanan cemilan dan makanan utama diletakkan pada tempat penyajian yang berbeda. Buah potong juga diletakkan pada tempat penyajiannya sendiri, dan disajikan dalam keadaan dingin (Depdiknas, 2009).

Tempat makan dalam kantin harus memiliki jumlah meja dan kursi yang cukup dan nyaman, selalu dalam keadaan bersih, dan tidak berdesakan. Permukaan meja harus mudah dibersihkan. Kantin dalam ruangan tertutup harus memiliki cukup ventilasi sehingga terdapat sirkulasi udara, sementara kantin dalam ruangan terbuka kebersihan harus selalu terjaga, tidak terkenan sinar matahari langsung, terdapat sirkulasi udara, jauh dari tempat penampungan sampah, kamar mandi, dan tempat pembuangan limbah dengan jarak minimal 20 m (Depdiknas, 2009).

2.1.1.5 Fasilitas Sanitasi

Fasilitas sanitasi yang harus dimiliki oleh kantin sekolah, baik terbuka ataupun tertutup adalah memiliki bak cuci pirinng dengan air mengalir serta rak pengering, memiliki wastafel dengan sabun dan lap bersih atau tissue di tempat makan, pengolahan atau persiapan makanan, memiliki suplai air bersih yang cukup untuk pengolahan makanan ataupun untuk pencucian dan pembersihan, memiliki alat cuci atau pembersih yang terawat baik seperti sapu lidi, sapu ijuk, selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan bahan pembersih seperti sabun dan deterjen (Depdiknas, 2009).

(29)

2.1.1.6 Perlengkapan Kerja dan Tempat Pembuangan Limbah

Pemeliharaan sanitasi perorangan merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan sanitasi makanan. Pencemaran makanan dapat terjadi salah satunya akibat tidak terjaganya pemeliharaan sanitasi pengolah makanan sehingga sangat penting menjaga kebersihan pengolah makanan, salah satunya dengan menyediakan baju kerja, tutup kepala, celemek dan lap. Jika tidak terdapat penutup kepala paling tidak pengolah makanan menata rapi rambut dengan memotong atau mengikat rambut (Depdiknas, 2009).

Uang juga merupakan salah satu sumber mikroba yang terdapat pada kantin. Uang sebaiknya disimpan terpisah dari tempat penyajian makanan, selain itu sebaiknya petugas yang mengelola uang tidak bertugas sebagai orang yang mengelola makanan, jika hal itu terjadi sebaiknya petugas mencuci tangan sebelum menyiapkan atau menyentuh makanan (Depdiknas, 2009).

Pembuangan limbah merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga sanitasi lingkungan kantin. Dalam kantin sehat tempat sampah sebaiknya tersedia dan mempunyai penutup. Jarak kantin dengan tempat pembuangan sampah sementara paling tidak sejauh 20 m. kantin harus memiliki saluran pembuangan air termasuk air limbah dan berfungsi baik serta mudah dibersihkan jika terdapat penyumbatan. Selain itu harus memiliki lubang angin untuk membuang limbah gas hasil pemasakan makanan (Depdiknas, 2009).

2.1.2 Cara Pengolahan Pangan yang Baik di Kantin Sehat

Menurut Depdiknas (2009) terdapat lima kunci dalam menyediakan pangan yang aman yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan yang mentah dan yang matang, memasak pangan dengan benar, menyimpan pangan pada suhu yang tepat, dan menggunakan air serta bahan baku yang aman.

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam menyediakan pangan yang aman. Kebersihan yang harus dijaga adalah kebersihan tangan, ruangan – ruangan dan perlengkapannya, peralatan, serta lingkungan. Salah satu sumber pencemaran makanan paling sering disebabkan oleh tangan (Moehyi, 1999), oleh karena itu menjaga kebersihan tangan sangat penting.

(30)

13

Universitas Indonesia

Tingkat pencemaran makanan oleh tangan dapat dikurangi dengan mengharuskan pengolah makanan mencuci tangan sebelum mengolah makanan, setelah pengolah makanan menggunakan kamar mandi, dan setiap pengolah makanan mengerjakan pekerjaan yang berbeda. Kebersihan tangan dapat didukung dengan adanya fasilitas mencuci tangan seperti disediakannya wastafel, sabun, dan lap kering di tempat yang mudah dijangkau (Moehyi,1999). Kebersihan ruangan dapat dijaga dengan adanya tempat sampah sehingga tidak ada sampah yang dibuang secara sembarangan dalam ruangan, selain itu membersihkan ruangan setiap hari, dan melengkapi ruangan dengan fasilitas yag sesuai dengan kebutuhan ruangan. Selain tangan salah satu sumber pencemaran makanan adalah peralatan mengolah makanan, seperti pisau, panci, piring, dan peralatan mengolah dan menyajikan makanan lainnya. Menjaga kebersihan peralatan mengolah dan menyajikan makanan dapat dilakukan dengan tidak menggunakan peralatan mengolah makanan mentah yang belum dicuci pada makanan matang, memastikan mencuci peralatan makanan hingga bersih dan tidak ada sisa makanan ataupun sabun yang tersisa, dan menyimpan peralatan pada tempat yang bersih dan tertutup hingga terhindar dari pencemaran (Moehyi,1999). Kebersihan lingkungan dapat dijaga dengan membuang sampah secara teratur, dan menjauhkan atau mencegah hama seperti tikus, kecoa, dan serangga (Depdiknas,2009).

Cara lain untuk menyediakan pangan yang aman adalah dengan menghindari kontaminasi silang, yaitu perpindahan mikroba berbahaya dari suatu pangan ke pangan lain selama persiapan dan penyimpanan pangan. Pemisahan pangan yang mentah dan matang dapat mencegah kontaminasi silang. Makanan mentah seperti daging – dagingan dan pangan asal laut mengandung mikroba yang dapat berpindah ke pangan lain selama persiapan ataupun penyimpanan. Kontaminasi silang dapat dihindari dengan mencuci tangan setelah menangani bahan makanan mentah, menggunakan peralatan yang berbeda atau telah dibersihkan dan dikeringkan antara bahan makanan mentah dengan makanan yang telah matang, menggunakan lap berbeda untuk peralatan masak, peralatan makan, meja, dan tangan, menyimpan bahan makanan mentah dan makanan matang pada tempat yang berbeda, serta

(31)

memisahkan penyimpanan bahan makanan daging, unggas, dan makanan asal laut dengan makanan lain (Depdiknas, 2009).

Makanan yang disajikan harus memenuhi dua syarat utama, yaitu cita rasa makanan memuaskan bagi konsumen dan makanan harus aman. Dalam mengolah makanan kedua syarat tersebut harus diperhatikan, pengolahan yang kurang tepat dapat menyebabkan keacunan makanan (Moehyi, 1999). Memasak makanan dengan benar berarti memasak hingga makanan panas secara merata, dengan pemasakan yang benar hampir semua mikroba berbahaya dapat terbunuh (Depdiknas, 2009).

Salah satu pencemaran makanan dapat terjadi saat penyimpanan makanan. Penyimpanan makanan sebaiknya dalam keadaan tertutup untuk menghindari pencemaran hama seperti tikus, serangga, dan kecoa. Untuk makanan seperti daging dan ikan sebaiknya tidak disimpan dalam suhu ruangan lebih dari dua jam karena dapat meningkatkan pencemaran mikroorganisme. Makanan matang dan mudah rusak sebaiknya disimpan pada suhu dingin atau kurang dari 50C, namun untuk makanan yang memang disajikan dalam keadaan panas, makanan sebaiknya disimpan pada suhu lebih tinggi dari 600C, hal ini dapat mencegah berkembangbiaknya mikroorganisme (Depdiknas, 2009).

Dalam mengolah makanan dibutuhkan air dan bahan baku, kedua hal ini rentan terhadap pencemaran, oleh karena itu untuk menyajikan pangan yang aman penggunaan air dan bahan baku harus sangat diperhatikan. Penggunaan air dan bahan baku yang tidak berbahaya dapat dilakukan dengan cara, menggunakan air yang tidak berbau, berwarna, berasa, dan bebas dari mikroba berbahaya, memilih pangan yang masih segar dan utuh, serta tidak menggunakan bahan pangan yang telah melewati tanggal kadaluarsa, selain itu dalam penggunaan bahan seperti buah dan sayur sebaiknya dicuci terlebih dahulu dan membuang bagian yang busuk atau memar (Depdiknas, 2009).

(32)

15

Universitas Indonesia

2.1.3 Pangan Sehat dan Aman

Pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya keamanan pangan baik bahaya biologis atau mikrobiologis, bahaya kimia, ataupun bahaya fisik. Bahaya biologis atau mikrobiologis adalah bahaya yang disebabkan oleh mikroba yang dapat menyebabkan penyakit, bahaya kimia adalah bahaya yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang tidak boleh digunakan pada pangan, sementara bahaya fisik adalah bahaya yang disebabkan oleh benda- benda bukan pangan yang terdapat pada pangan dan dapat tertelan oleh konsumen (Depdiknas, 2009).

Makanan yang aman berarti makanan yang bebas dari zat atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh, baik zat tersebut terdapat secara alami dalam makanan atau tercampur secara sengaja ataupun tidak sengaja dalam makanan jadi. Kerusakan makanan dapat disebabkan oleh mikroorganisme, enzim, zat kimia, fisik, mekanis, dan biologis (Moehyi, 1999).

Penyajian jajanan di sekolah dapat terbagi menjadi penyajian makanan utama, makanan cemilan basah dan kering, minuman, dan buah (Mudjajanto, 2005). Saat menyediakan jajanan tersebut kantin sehat sekolah harus memperhatikan beberapa hal agar makanan yang disajikan terjamin keamanan dan kesehatannya.

Dalam penyediaan makanan utama dan cemilan basah, dimulai dengan pemilihan bahan makanan. Bahan makanan yang dipilih harus dalam kondisi segar, tidak rusak, dan belum melewati batas tanggal kadaluarsa. Bahan makanan dapat berupa bahan makanan beku, sayur, ataupun bahan tambahan pangan (BTP). Jika bahan makanan adalah makanan beku pencairan dilakukan dalam kulkas atau dengan air mengalir, dan setelah makanan mencair sebaiknya tidak dibekukan kembali, karena hal tersebut (pembekuan berulang) dapat menyebabkan makanan mudah ditumbuhi mikroorganisme, untuk makanan dengan bahan makanan sayur harus dicuci terlebih dahulu sebelum diolah, dan penggunaan BTP harus yang diijinkan dan tidak berbahaya. Dalam pengolahan harus memastikan makanan telah matang secara sempurna sebelum disajikan, terutama makanan berbahan daging,

(33)

unggas, dan makanan laut, sementara untuk masakan berkuah seperti sup harus dimasak hingga mendidih paling tidak selama satu menit. Pemanasan kembali makanan jadi harus dengan suhu tinggi dan merata untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (Depdiknas,2009).

Penyediaan makanan cemilan kering di kantin sehat sekolah memiliki syarat berikut, kemasan tidak bocor, belum melewati tanggal kadaluarsa, serta memiliki ijin edar dari BPOM atau Dinas Kesehatan, serta jelas produsennya (Depdiknas, 2009).

Selain makanan jajanan yang sering dijual di sekolah adalah jajanan minuman. Jajanan minuman terdiri atas air putih, minuman ringan dalam kemasan, dan minuman ringan dan minuman campur yang disiapkan sendiri oleh kantin. Terdapat persyaratan dalam penyediaan setiap jajanan minuman di kantin sehat. Dalam penyajian jajanan air putih harus dipastikan air dibuat dari air bersih dan harus didihkan sebelum disajikan., jika air putih merupakan air putih kemasan tidak boleh melewati tanggal kadaluarsa. Jajanan minuman yang lain adalah minuman ringan dalam kemasan. Minuman ringan dalam kemasan harus berkemasan utuh, tidak bocor, dan tidak gembung, selain itu belum melewati tanggal batas kadaluarsa serta memiliki ijin edar BPOM atau Dinas Kesehatan dan jelas produsennya. Minuman terakhir yang dijual di kantin sekolah adalah minuman ringan dan minuman campur yang disiapkan sendiri oleh kantin. Berikut persyaratan yang harus dipenuhi jajanan tersebut, menggunakan air yang telah matang (dimasak dan didihkan), menggunakan es yang terbuat dari air matang, menggunakan BTP yang diperbolehkan dan tidak berbahaya sesuai dengan takaran yang diperkenankan, jika minuman menggunakan bahan lain seperti buah harus dicuci terlebih dahulu, dan menyajikan jajanan minuman tersebut dalam gelas bersih (Depdiknas, 2009).

Jajanan lain yang disediakan di kantin adalah buah segar. Sebelum disajikan buah, baik buah utuh ataupun buah potong, harus dicuci terlebih dahulu menggunakan air mengalir. Beberapa buah memiliki kulit yang kasar, pencucian dapat dilakukan dengan sikat. Saat memotong bagian buah yang busuk ataupun memar harus dibuang, dan menggunakan pisau bersih. Buah

(34)

17

Universitas Indonesia

segar umumnya disajikan dingin. Pendinginan buah dilakukan dengan memotong buah dengan ukuran satu porsi kemudian dikemas dengan kantong plastic bening bersih, selanjutnya buah disimpan dalam lemari es. Lemari es dapat diganti dengan potongan es yang terbuat dari air matang, jika tidak memungkinkan boleh menggunakan es dari air mentah yang telah diklorinasi, namun buah harus dibungkus dengan kantong plastik yang tidak bocor untuk menghindari kontak langsung (Depdiknas, 2009).

2.1.4 Gizi Seimbang dan Beragam Untuk Anak Sekolah di Kantin Sehat Terdapat tiga hal yang erat kaitannya dengan gizi dalam penyelenggaraan makanan, yaitu kelengkapan dan kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan, penanaman kebiasaan makan yang sehat, dan penganekaragaman makanan (Moehyi, 1999).

Komposisi tubuh mencerminkan zat gizi dalam makanan yang diperlukan yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan zat mikro lainnya (Buckle, 1985). Zat – zat gizi tersebut memiliki fungsinya masing- masing yaitu zat pembakar /energy berfungsi memberi energy (karbohidrat, lemak, dan protein), zat pembangun berfungsi membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air, dan mineral), dan zat pengatur mengatur proses tubuh (protein, mineral, air, dan vitamin) (Almatsier, 2004). Pada tahun 1950 pola menu seimbang yang dikembangkan adalah pedoman menu 4 sehat 5 sempurna, kemudian pada tahun 1995 pola menu tersebut dikembangkan menjadi pedoman umum gizi seimbang. Gizi seimbang berarti terjadi keseimbangan antara zat- zat gizi yang diperlukan oleh kebutuhan tubuh seseorang untuk mencapai fungsinya. Gizi seimbang dapat tercapai dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam setiap hari (Almatsier, 2004). Seseorang harus mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan zat pembakar, pembangun, dan pengatur sebab tidak ada makanan yang mengandung semua zat gizi secara lengkap (Depdiknas, 2009). Contoh makanan sumber zat pembakar/ energy adalah padi – padian, tepung- tepungan, umbi- umbian, dan sagu. Contoh makanan sumber zat pengatur adalah sayuran dan buah- buahan. Contoh makanan sumber zat

(35)

pembangun adalah ayam, ikan, telur, susu, daging, dan kacang- kacangan. Dalam gizi seimbang, konsumsi ketiga zat tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan dasar kerucut menggambarkan zat sumber energy, yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, dan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang paling sedikit dimakan setiap hari (Almatsier, 2004).

Anak sekolah menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga kantin sekolah memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku makan siswa sehari- hari dengan penyediaan makanan jajanan di sekolah. Kantin sekolah dapat menyediakan pengganti makan pagi dan siang, serta cemilan yang sehat, aman, dan bergizi (Depdiknas, 2009). Santos Roy D.D (1996) menyatakan bahwa kantin sekolah juga merupakan tempat anak sekolah mempraktekan kebiasaan makan yang sehat, oleh sebab itu kantin sehat sekolah harus menyediakan beragam makanan sehat dan membatasi makanan dengan nilai gizi rendah ( Aldinger dan Jones, 1998).

2.1.5 Higiene dan Sanitasi di Kantin Sehat

Terdapat dua jenis pencemaran makanan oleh mikroorganisme berdasarkan waktunya, yaitu pencemaran primer dan pencemaran sekunder. Pencemaran primer terjadi sebelum bahan makanan dipanen atau dipotong, sementara pencemaran sekunder terjadi setelah bahan makanan dipanen atau dipotong (Buckle, 1985). Sumber pencemaran oleh mikroorganisme dapat berasal dari anggota tubuh manusia, dalam hal ini pengolah makanan (tangan, mata, rambut, mulut, hidung, dan organ pembuangan), bahan makanan itu sendiri, lingkungan, limbah kantin, dan benda mati (Depdiknas, 2009). Higiene pengolah makanan dan sanitasi dapat mencegah pencemaran makanan terjadi (Depdiknas, 2009).

Menurut Buckle (1985) higiene bahan pangan adalah usaha pengendalian penyakit yang ditularkan melalui bahan pangan. Sementara menurut Depdiknas (2009) higiene berarti kondisi dan perlakuan untuk menjamin keamanan pangan pada setiap tingkatan rantai pangan. Sanitasi adalah sebuah upaya pencegahan berupa tindakan dan kegiatan untuk

(36)

19

Universitas Indonesia

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu dan merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi hingga disajikan di hadapan konsumen (Depkes, 2003). Menurut Moehyi (1999) tindakan pemeliharaan higiene dan sanitasi makanan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu dengan pemeliharaan higiene dan sanitasi perorangan (pengolah makanan) dan dengan pemeliharaan higiene dan sanitasi makanan. Prinsip dasar higiene dan sanitasi menurut Depdiknas (2009) adalah program higiene dan program sanitasi. Program higiene dilaksanakan pada pengolah makanan, yang terkandung di dalamnya kesehatan umum, kebersihan, dan perlengkapan umum, sementara program sanitasi dilaksanakan pada proses pengolahan hingga pembuangan limbah dan fasilitas umum.

Higiene pengolah makanan dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, mengenakan seragam kerja yang telah ditentukan dan bersih, melaksanakan prosedur mencuci tangan dengan benar, menjaga kebiasaan berperilaku bersih dan sehat, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, serta melapor ketika sakit. Seperti telah diungkapkan di atas, anggota tubuh merupakan salah satu sumber pencemaran makanan (Buckle, 1985), oleh karena itu menjaga kebersihan tubuh sangat penting. Menjaga kebersihan tubuh dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan rambut, menjaga kebersihan kuku dengan memotong pendek kuku dan tidak menggunakan cat kuku, tidak menggunakan perhiasan atau jam tangan saat mengolah makanan, menjaga kebersihan janggut dan kumis agar tetap rapi, pendek, dan bersih, serta menutup anggota tubuh yang terluka harus dengan perban berwarna terang. Selain anggota tubuh, pakaian kerja juga dapat mengkontaminasi makanan dengan debu dan kuman oleh karena itu pakaian kerja pengolah makanan harus dijaga kebersihannya dan penggunaan celemek menghindari kontak langsung pakaian kerja dengan makanan. Pakaian kerja yang sesuai juga dapat mengurangi kontaminasi anggota tubuh, seperti penggunaan penutup kepala untuk menutupi rambut, sarung tangan untuk menghindari kontak langsung makananan dengan tangan, serta masker untuk menutup mulut. Selain itu pakaian kerja sebaiknya dilepas ketika pengolah keluar dari

(37)

ruangan pengolahan atau ke toilet. Sumber pencemaran makanan terbesar adalah tangan, oleh sebab itu menjaga kebersihan tangan sangat penting. Kebersihan tangan dapat dijaga dengan mencuci tangan secara benar. Mencuci tangan dapat mengurangi penyebaran kuman ke pangan. Tangan harus dicuci sebelum mulai bekerja, saat menangani makanan, saat menangani makanan berbeda, saat keluar dari toilet, dan saat menyentuh benda kotor, sampah, ataupun anggota badan. Tempat mencuci tangan sebaiknya tidak sama dengan tempat mencuci makanan, agar kuman dari tangan tidak berpindah ke makanan. Setelah mencuci tangan, tangan sebaiknya dikeringkan dengan cara dikibaskan, lap yang diganti secara berkala, lap sekali pakai, atau tisu gulung. Kebiasaan berperilaku sehat dan bersih juga dapat mencegah pencemaran mikroorganisme pada makanan. Contoh perilaku sehat adalah dengan tidak mengunyah permen karet, makan, atau minum di tempat kerja, bersin dan batuk ke arah pangan, menyentuh dan menggaruk anggota tubuh, mengorek telinga, menggigit kuku, dan lainnya saat sedang menangani makanan atau membersihkan peralatan makan. Pengolah makanan harus menjaga kesehatannya karena kuman penyakit yang diderita pengolah dapat berpindah ke makanan yang sedang diolahnya. Pengolah makanan yang sakit sebaiknya melapor kepada pengelola kantin, dan tidak diijinkan bekerja jika mengalami sakit tenggorokan, demam, mual, muntah, diare, dan kuning pada kulit (Depdiknas, 2009).

Sanitasi merupakan kegiatan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada permukaan peralatan atau mesin hingga jumlah yang dianggap aman. Sanitasi berbeda dengan membersihkan, membersihkan hanya membuang kotoran atau sisa makanan dari permukaan peralatan atau mesin. Terdapat dua metode untuk mensanitasi peralatan atau mesin, yaitu dengan panas dan dengan kimia. Metode mensanitasi dengan panas dilakukan dengan merendam peralatan dengan air dengan suhu di atas 77oC. Dengan metode panas alat tidak mudah berkarat dan tidak terkena residu kimia. Metode mensanitasi dengan kimia dilakukan dengan merendam peralatan pada konsentrasi dan lama tertentu dapat juga dilakukan dengan membilas atau menyemprot peralatan dengan konsentrasi tertentu. Metode mensanitasi

(38)

21

Universitas Indonesia

dengan kimia dapat menggunakan Chlorine, kaporit, atau pemutih atau dengan alkhohol 70%. Makanan dapat tercemar oleh peralatan yang kotor, peralatan yang digunakan untuk berbagai jenis makanan, dan tidak terawat dengan baik, oleh sebab itu peralatan harus dijaga tetap dalam kondisi baik, digunakan sesuai fungsinya, dibersihkan sebelum digunakan, dan disimpan dalam ruangan yang bersih dan kering. Pembersihan permukaan peralatan yang kontak dengan makanan, seperti piring, panci, dan peralatan lain, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi makanan oleh peralatan. Permukaan peralatan yang kontak dengan makanan harus dibersihkan dengan air panas berdeterjen, yang kemudian dibilas untuk menghilangkan deterjen, dan lebih baik lagi jika disanitasi menggunakan air panas ataupun bahan kimia. Pembersihan dengan deterjen dapat menghilangkan debu dan lemak pada peralatan dan tidak membunuh kuman, oleh sebab itu peralatan harus disanitasi setelahnya. Peralatan kotor sebaiknya tidak langsung disanitasi karena sanitasi tidak berguna pada peralatan yang kotor.

Kerusakan makanan juga dapat disebabkan oleh hama. Hama meliputi serangga, kecoa, tikus dan burung. Sampah merupakan salah satu sumber daya tarik datangnya hama, oleh sebab itu, sampah harus dibuang secara berkala dan teratur, sampah harus dibuang pada tempat yang bertutup, keranjang sampah ditutup rapat dan diletakkan diluar dan jauh dari pintu masuk ruang pengolahan makanan, serta keranjang sampah harus dijaga kebersihannya. Makanan dan air merupakan faktor lain yang dapat menarik datangnya hama. Hama dapat dikendalikan dengan pencegahan dan pembasmian hama. Pencegahan hama dapat dilakukan dengan menyimpan makanan dalam tempat yang tertutup, serta memakai perangkap serangga dan tikus dan menutup pintu area pengolahan, persiapan dan penyimpanan makanan rapat-rapat. Pembasmian hama dilakukan dengan mengidentifikasi jejak yang ditinggalkan dan menggunakan bahan kimia yang sesuai untuk membasminya (Depdiknas, 2009).

Tujuan diadakannya program higiene dan sanitasi di kantin sekolah adalah sebagai salah satu penunjang program kantin sehat, sebegai pengendali proses pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi pangan di kantin

(39)

sekolah, untuk melindungi warga sekolah dari bahaya pathogen, serta untuk meningkatkan mutu dan masa simpan produk serta menambah keindahan kantin sekolah (Depdiknas, 2009).

2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 2.2.1 Pengetahuan

Penginderaan manusia terjadi melalui 5 panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Setelah manusia melakukan penginderaan kepada suatu objek tertentu mereka akan tahu dan hal tersebut menghasilkan pengetahuan. Indera penglihatan dan pendengaran merupakan indera yang paling banyak menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010; Notoatmodjo 2003).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, dan usia, sementra faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan dan Dewi M.).

Masih menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know) ialah mengingat materi yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali (recall) hal yang spesifik yang pernah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang pernah diterima termasuk ke dalam tingkatan ini.

2. Memahami (Comprehension) ialah kemampuan menjelaskan suatu objek yang diketahui dengan tepat, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan tepat.

3. Aplikasi(Application) ialah kemampuan menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau keadaan yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis) ialah kemampuan menjabarkan materi ke dalam komponen – komponen, tetapi masih saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan masih dalam satu struktur organisasi.

5. Sintesis (Syntesis) ialah kemampuan meletakkan atau mengaitkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk formulasi yang baru.

(40)

23

Universitas Indonesia

6. Evaluasi (Evaluation) ialah kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu materi.

Pengetahuan sendiri dapat diukur dengan melakukan wawancara atau pengisian angket sesuai dengan materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Sikap

Sikap adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan atau objek tertentu yang melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Emosi yang dimaksud berupa senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, dan tidak baik. Sikap dapat bersifat positif dan negative, selain itu sikap memiliki tingkat kedalaman, contohnya seperti sangat suka, agak suka, tidak suka (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) dan Azwar (2009), sikap memiliki 3 komponen utama, yaitu :

1. Komponen Kognitif (Cognitive) merupakan kepercayaan, ide, dan konsep terhadap yang benar dan berlaku kepada objek.

2. Komponen afektif (affective) merupakan perasaan emosional terhadap suatu objek.

3. Komponen Konatif (conative) merupakan kecenderungan untuk berperilaku terhadap suatu objek.

Heri Purwanto (1998) dalam Wawan dan Dewi M (2010) menyatakan sikap memiliki ciri- ciri, sebagai berikut:

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dibentuk atau dipelajari.

2. Sikap memiliki hubungan dengan objek – objek lain dan tidak berdiri sendiri.

3. Sikap dapat berubah- ubah, karenanya sikap dapat dipelajari.

4. Objek dari suatu sikap dapat merupakan satu hal atau kumpulan hal –hal tersebut.

(41)

5. Sikap memiliki segi motivasi dan segi perasaan, hal inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki seseorang.

Menurut Azwar (2005) Pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut, pengalaman pribadi, orang yang dianggap penting, emosi dalam diri orang tersebut, kebudayaan, media massa, serta lembaga pendidikan dan agama (Wawan dan Dewi M. 2010).

Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap dapat dinilai baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung dapat dilakukan dengan bertanya kepada subjek mengenai tanggapannya terhadap suatu masalah, sementara penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan kuesioner berisi pernyataan yang kemudian ditanggapi oleh subjek.

2.2.3 Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) perilaku adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan atau lingkungan. Notoatmodjo (2003) mengutip Robert Kwick (1974) mengartikan perilaku sebagai tindakan suatu organism yang dapat diamati dan dipelajari.

WHO dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan terdapat 3 bentuk perubahan perilaku, yaitu perubahan alamiah (natural change), perubahan terencana (planned change), dan perubahan karena kesiapan untuk berubah (readiness to change). Perubahan alamiah (natural change) terjadi disebabkan adanya perubahan lingkungan, sosial, budaya, maupun ekonomi pada kehidupan seseorang. Perubahan terencana (planned change) terjadi karena perubahan memang direncanakan oleh seseorang. Perubahan yang terjadi karena kesiapan untuk berubah terjadi tergantung pada kesiapan seseorang untuk berubah terhadap situasi tertentu, beberapa orang dapat segera berubah namun beberapa yang lain akan berubah secara perlahan.

Terdapat dua faktor yang berperan dalam membentuk perilaku, yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri seseorang, dapat berupa kecerdasan, motivasi, persepsi, emosi, minat, dan sebagainya, yang digunakan untuk mengolah pengaruh luar. Faktor eksternal

(42)

25

Universitas Indonesia

adalah faktor yang berasal dari luar seseorang dapat berupa orang, kelompok, dan hasil kebudayaan (Notoatmodjo, 2003).

Sementara Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor pendukung (reinforcing factor). Faktor predisposisi termasuk pengetahun dan sikap, faktor pemungkin termasuk ketersediaan fasilitas, dan faktor pendukung termasuk sikap dan perilaku tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan.

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green

Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)

Bloom (1980) membagi perilaku dalam tiga domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor, yang selanjutnya diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 1993).

2.2.4 Peran Teman Sebaya dan Guru terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja terhadap Masalah Kesehatan

Remaja adalah masa sejak usia 11 hingga 21 tahun, dimana masa ini digambarkan sebagai masa perkembangan anak- anak menjadi dewasa, baik secara biologis, emosi, social, ataupun kognitif. Perkembangan psikososial pada remaja dapat terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja muda ( 11 hingga 14 tahun),

 Faktor Predisposisi o Pengetahuan o Sikap  Faktor Pemungkin o Ketersediaan Fasilitas  Faktor Pendukung o Tokoh agama o Tokoh masyarakat o Petugas kesehatan Perilaku

(43)

remaja tengah (15 hingga 17 tahun), dan remaja akhir (18 hingga 21 tahun). (Brown, 2011). Rata- rata usia murid SMA di Indonesia ialah usia 15 hingga 18 tahun, sehingga dapat dikatakan murid SMA termasuk dalam kategori remaja tengah dan remaja akhir. Pada masa remaja awal pengaruh teman bermain sangat besar, mereka mencoba mencocokan diri dalam kelompoknya. Salah satu yang terpengaruh dengan usaha pencocokan diri ini adalah kebiasaan makan. Remaja tengah merupakan masa puncak dimana kebiasaan makan dan berolahraga sangat dipengaruhi oleh teman bermain, dan pada masa ini perilaku hidup sehat dimulai. Remaja mulai mengerti perilaku hidup sehat saat ini dan kesehatan masa depan berhubungan, meskipun hal ini tetap akan terpengaruh dengan kebutuhan untuk cocok dalam kelompok teman bermain. Pada masa remaja akhir, kebutuhan untuk cocok dalam kelompok teman bermain telah bekurang, individual menjadi lebih penting pada masa ini. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan identitas diri dan kepercayaan moral individual (Brown, 2011). Secara umum dapat disimpulkan bahwa kebiasaan makan remaja dapat dipengaruhi oleh kelompok teman bermain.

Brown (2011) menyatakan Anak sekolah menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman bermain, hal ini akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan. Arnhold (1997) dalam Aldinger dan Jones (1998) menyatakan sekolah merupakan tempat yang tepat untuk mempromosikan kebiasaan makan yang sehat, bukan hanya sekolah tempat anak sedang berkembang dalam segala hal termasuk gaya hidup, sekolah juga merupakan salah satu pusat interaksi sosial anak. Brown (2011) dan Aldinger dan Jones (1998) yang mengutip WHO (1996) menyatakan guru sebagai panutan dan pengajar memiliki peran yang besar dalam memberi pengaruh kepada sikap terhadap makanan dan perilaku makan anak di sekolah. Santos Roy D.D (1996) menyatakan peran teman sekelompok dapat meningkatkan kebiasaan makan yang sehat, sebagai contoh dengan saling mengingatkan dan menasehati mengenai kebiasaan makan yang sehat (Aldinger dan Jones, 1998).

(44)

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini akan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah (guru, murid, dan pedagang kantin) terhadap program kantin sehat. Selain melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku warga sekolah, penelitian ini akan melihat dukungan fasilitas kantin, kebijakan sekolah, pengelola kantin, kepala sekolah, guru dan teman sebaya terhadap program kantin sehat.

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : Lawrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010 (telah diolah kembali)

 Faktor Predisposisi o Pengetahuan o Sikap o Perilaku  Faktor Pemungkin o Fasilitas kantin o Kebijakan sekolah  Faktor Pendukung o Kepala Sekolah o Guru o Pengelola kantin o Teman Sebaya

(45)

3.3 Definisi Istilah

1. Pengetahuan : Informasi yang diketahui informan mengenai hal- hal yang berkaitan dengan program kantin sehat.

2. Sikap : Tanggapan informan mengenai hal- hal yang berkaitan dengan program kantin sehat.

3. Perilaku : Kegiatan yang dilakukan informan yang berkaitan dengan program kantin sehat.

4. Warga Sekolah : Guru, murid, dan pengelola kantin.

5. Fasilitas kantin : Sarana dan prasarana yang mendukung kantin sehat berupa sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja, dan tempat pembuangan limbah (Depdiknas, 2009).

6. Kebijakan sekolah : Peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah yang berhubungan dengan program kantin sehat.

7. Kepala sekolah : Pemimpin sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah yang dapat memberi informasi terkait kantin sekolah dan kebijakan yang terdapat di sekolah berkaitan dengan kantin sekolah

8. Guru : Pengajar di sekolah yang terdiri atas guru bimbingan konseling (BK), guru yang menjadi pembina Palang Merah Remaja (PMR) dan guru yang merupakan anggota koperasi atau Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

9. Pengelola kantin : Pedagang makanan jajanan di kantin, yaitu pedagang makanan utama, pedagang makanan cemilan basah, dan pedagang minuman.

10. Teman sebaya : Teman di sekolah yang merupakan teman bermain dan berkumpul informan.

Gambar

Gambar 2.1 Teori Lawrence Green
Gambar  3. 1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1 Metode Pengumpulan Data
Tabel 5.1 Karakteristik Informan  Sekolah   Kepala  Sekolah  Wakil  Kepala  Sekolah  Guru  (BK dan  Anggota Koperasi)  Siswa  Pedagang  SMAN  7  Tangerang  1  -  3  19  4  SMAN  2  Tangerang  Selatan  -  1  2  10  3  Jumlah (43)  1  1  5  29  7
+7

Referensi

Dokumen terkait

menuju tahap siding tutup dengan judul “ DAMPAK KEBERADAAN TERMINAL BARU TRANSIT PASSO KOTA AMBON TERHADAP AKTIFITAS EKONOMI..

Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan Finoccaro dan Brumfit, sebagai berikut: 1] Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur

likova. Bez obzira na njegove također promjene tijekom povijesti, on je i dalje nositelj specifičnih obilježja nekog temperamenta. Karakter ima svoju psihologiju i

Ketika pemerintah memberi subsidi harga umum (general food subsidy) dalam bentuk harga dasar pada saat kegiatan pengadaan CBP dan harga atap pada saat kegiatan

Ada pula peralatan yang mendukung dalam operasional housekeeping yang tidak bisa digunakan kembali, seperti obat pembersih, fasilitas tamu yang ada di kamar

Dengan dilakukannya terapi keluarga pada keluarga yang memiliki anggota yang mengalami masalah perilaku kekerasan, diperoleh hasil 1) Dukungan emosi keluarga dalam

NO PROVINSI NO PESERTA PPG NAMA JENIS PPG ASAL BIAYA STATUS BIDANG STUDI PPG KELAS NAMA SEKOLAH PERIODE SEPTEMBER TAHUN 2019.. UNTUK DINAS PENDIDIKAN PROVINSI (JENJANG SMA,

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Penambahan sumber karbon organik berbeda tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju