• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku mengenai Kantin dan Kantin Sehat

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 121-132)

6. PEMBAHASAN

6.2 Pembahasan Hasil

6.2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Warga Sekolah SMAN 2 Tangerang

6.2.2.3 Perilaku mengenai Kantin dan Kantin Sehat

Informasi mengenai kantin sehat didapatkan oleh seluruh informan SMAN 2 Tangerang Selatan melalui sumber yang berdeda- beda, yaitu dari dinas, dinas kesehatan, kepala sekolah, UKS, koperasi, dan guru. Seorang siswa tidak pernah mendengar tentang kantin sehat. Sementara tidak seluruh informan SMAN 7 Tangerang, baik guru, pedagang, ataupun siswa yang mendengar mengenai program kantin sehat, yang mendengar tentang kantin sehat secara langsung mendapat informasi melalui kepala sekolah, sementara ada yang mendapat informasi sendiri seperti melalui media koran ataupun televisi.

Kantin sehat memiliki peraturan untuk memudahkan penerapan di lapangan (Putri, 2008). Kedua sekolah memiliki peraturan mengenai kantin dengan sanksi bagi yang melanggar ditegur dan dikeluarkan dari sekolah. Hanya saja peraturan SMAN 7 Tangerang tidak tertulis dan hanya berisi tentang makanan yang boleh dijual dan tidak, serta kebersihan, dan masih terdapat informan yang tidak menyebutkan peraturan dengan tepat, menurut seorang informan guru belum ada follow-up mengenai peraturan tersebut, sementara peraturan di SMAN 2 Tangerang Selatan tertulis dan lebih spesifik, dan dikontrol pada waktu- waktu tertentu.

Menurut seluruh informan guru SMAN 2 Tangerang Selatan dan sebagian besar guru SMAN 7 Tangerang penanggung jawab kantin adalah koperasi, dengan tambahan kepala sekolah bahwa penanggung jawab umum adalah kepala sekolah.

105

Universitas Indonesia

sebagian besar guru SMAN 2 Tangerang Selatan mengatakan bahwa anggota koperasi pernah mengikuti penyuluhan ataupun pelatihan mengenai kantin sehat, namun menurut anggota koperasi pengurus koperasi lain yang mengikuti penyuluhan ataupun pelatihan terkait kantin sehat, sementara anggota koperasi di SMAN 7 Tangerang Menurut sebagian besar guru belum pernah mendapat penyuluhan terkait kantin sehat, namun menurut seorang guru pernah mendapat penyuluhan terkait kantin saja.

semua informan pedagang di SMAN 2 Tangerang Selatan pernah mendapat penyuluhan oleh puskesmas, departemen kesehatan, guru, dan kepala sekolah, sebagian besar informan menyatakan penyuluhan diadakan saat mau mengikuti lomba, sebagian besar juga menyatakan penyuluhan diadakan setahun atau dua tahun yang lalu, tahun 2011, waktu mendapatkan penyuluhan berbeda- beda antara setiap informan. Sebagian besar menyatakan penyuluhan diadakan di kantin, salah seorang dari informan tersebut juga menyatakan penyuluhan pernah diadakan di ruang rapat sekolah. materi penyuluhan menurut seorang informan adalah materi kantin sehat, menata kantin, menjaga kebersihan, makanan yang boleh dijual, dan sebagainya. Hanya sebagian besar informan pedagang SMAN 7 Tangerang yang pernah mendapat penyuluhan, seorang informan merasa tidak pernah mendapat penyuluhan. Informan mendapatkan penyuluhan di tempat dan waktu yang berbeda- beda, dengan kebanyakan informan disuluh oleh kepala sekolah ,dengan materi menjaga makanan, seperti tidak boleh menggunakan boraks, dan penggunaan saos dan minyak.

Perilaku terhadap kantin dan kantin sehat lebih baik pada warga sekolah SMAN 2 Tangerang Selatan dibandingkan dengan warga sekolah SMAN 7 Tangerang, hal tersebut dilihat dari peraturan yang diterapkan, pengawasan yang dilakukan, keaktifan kepala sekolah, dan penyuluhan yang didapat oleh pedagang.

6.2.2.4 Pengetahuan mengenai Fasilitas Kantin Sehat

Fasilitas yang harus dimiliki oleh kantin sehat adalah sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja, dan tempat pembuangan limbah (Depdiknas, 2009). Informan SMAN 7 Tangerang menyebutkan sarana prasarana

kantin sehat lebih lengkap dibandingkan dengan informan SMAN 2 Tangerang Selatan.

Menurut Depdiknas (2009) Persyaratan bangunan kantin sehat adalah ruangan tertutup, memiliki lantai yang kedap air, rata, halus, tidak licin, kuat, sedikit miring sehingga mudah dibersihkan, memiliki langit- langit yang terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang- lubang, tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan, memiliki ventilasi yang terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah pecah rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka dan ditutup dengan baik, dilengkapi kasa yang dapat dilepas hingga mudah dibersihkan, serta semua ruangan harus memiliki ventilasi minimal sebanyak 2 buah dengan luas lubang ventilasi 20% terhadap luas lantai. Lantai, dinding, langit- langit, pintu, jendela, dan ventilasi harus selalu dalam keadaan bersih. Informan SMAN 2 Tangerang selatan lebih dapat menyebutkan syarat lantai dan langit- langit kantin dibanging informan SMAN 7 Tangerang, yaitu mudah dibersihkan untuk lantai, dan tidak bocor untuk langit- langit,meskipun keduanya menyebutkan bersih untuk syarat lantai dan langit- langit. Meskipun informan kedua sekolah tidak menyebutkan ventilasi sebagai syarat kantin sehat, tetapi disebutkan sirkulasi udara yang baik pada bangunan kantin sehat.

Sumber air kantin sehat dapat berasal dari PAM maupun sumur. Syarat air kantin sendiri adalah bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan, serta tidak berwarna dan berbau, sesuai dengan Kepmenkes RI No.907/MenKes/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum. Kantin sehat harus memiliki air bersih yang cukup, yang dapat digunakan untuk mengolah pangan ataupun mencuci dan membersihkan (Depdiknas, 2009). Informan di kedua sekolah dapat menyebutkan sumber, syarat dan kegunaan air bersih di kantin, meskipun terdapat informan di SMAN 7 Tangerang yang tidak dapat menyebutkan sumber dan syarat air bersih.

Tempat penyimpanan untuk kantin sehat terdiri atas tempat penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan makanan jadi yang akan disajikan, tempat penyimpanan bahan bukan pangan, dan tempat penyimpanan peralatan. Syarat tempat penyimpanan sesuai dengan suhu yang dianjurkan, tempat penyimpanan

107

Universitas Indonesia

bahan mentah seperti bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) terpisah dengan makanan yang akan disajikan, tempat penyimpanan peralatan sebaiknya bebas pencemaran seperti lemari, harus mudah dibersihkan, bebas dari hama baik serangga, tikus, kecoa, ataupun mikroba, serta memiliki sirkulasi udara yang baik (Depdiknas, 2009). Informan dikedua SMA menyebutkan tempat penyimpanan di kantin adalah tempat penyimpanan makanan, dan alat, dimana seorang informan SMAN 2 Tangerang Selatan menambahkan tempat penyimpanan bahan makanan. Seorang informan SMAN 2 Tangerang Selatan tidak mengetahui tempat penyimpanan di kantin. Iinforman kedua sekolah tidak dapat menyebutkan syarat tempat penyimpanan secara lengkap, informan SMAN 2 Tangerang Selatan menyebutkan lebih banyak syarat tempat penyimpanan yang benar dibanding informan SMAN 7 Tangerang, dan seorang informan SMAN 7 Tangerang menyatakan tempat penyimpanan tidak memerlukan syarat.

Menjaga kebersihan pengolah makanan, salah satunya dengan perlengkapan kerja, yaitu baju kerja, tutup kepala, celemek, sarung tangan dan lap yang bersih. Jika tidak terdapat penutup kepala paling tidak pengolah makanan menata rapi rambut dengan memotong atau mengikat rambut (Depdiknas, 2009). Informan SMAN 2 Tangerang Selatan menyebutkan hampir semua perlengkapan kerjaa kecuali baju kerja, dan lap, dan dapat menyebutkan syarat perlengkapan kerja, namun seorang informan menyatakan perlengkapan kerja tidak memiliki syarat. Tidak semua perlengkapan kerja dapat disebutkan oleh informan SMAN 7 Tangerang, bahkan banyak yang salah dan tidak dapat menyebutkan contoh perlengkapan kerja, seperti karyawan. Hanya sebagian kecil informan yang menyebut perlengkapan kerja harus bersih, sisanya mengatakan perlengkapan kerja tidak memiliki syarat.

Seluruh informan di kedua sekolah dapat mengartikan limbah dan memberi contoh limbah di kantin, dimana sebagian besar mengartikannya sebagai sampah atau benda yang sudah tidak berguna dengan contoh botol dan plastik.

Pembuangan limbah merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga sanitasi lingkungan kantin. Dalam kantin sehat tempat sampah sebaiknya tersedia dan mempunyai penutup. Jarak kantin dengan tempat pembuangan sampah sementara paling tidak sejauh 20 m. kantin harus memiliki saluran

pembuangan air termasuk air limbah dan berfungsi baik serta mudah dibersihkan jika terdapat penyumbatan. Selain itu harus memiliki lubang angin untuk membuang limbah gas hasil pemasakan makanan (Depdiknas, 2009). Menurut informan SMAN 2 Tangerang Selatan pembuangan yang baik adalah dipisah antara sampah organik dan anorganik, informan siswa menambahkan limbah cair harus memiliki penampungan. Informan SMAN 7 Tangerang menyatakan cara pembuangan limbah yang baik adalah di tempatnya, dipisah antara organik dan anorganik, dan informan siswa menambahkan tidak membuang di dekat tempat makan. Syarat tempat pembuangan limbah menurut informan SMAN2 Tangerang Selatan adalah tertutup, bersih, mudah diambil, dan terpisah, sementara informan SMAN 7 Tangerang tempat pembuangan limbah memiliki syarat, tertutup, dipisah, dibuang setiap hari, memadai, bertutup, dan tidak dekat tempat makan. Meskipun informan SMAN 7 Tangerang menyebutkan lebih banyak syarat tempat pembuangan limbah, namun terdapat pedagang yang tidak mengetahui syarat tempat pembuangan limbah.

6.2.2.5 Sikap mengenai Fasilitas Kantin Sehat

Dalam penerapan fasilitas di kantin sendiri menurut informan SMAN 7 Tangerang masih kurang dengan alasan tempat yang kurang memadai, sementara penerapan di kantin SMAN 2 Tangerang Selatan menurut informan sudah terpenuhi, meski masih terdapat beberapa kekurangan yang ditingkatkan seperti jumlah wastafel, dan kelengkapan perlengkapan menurut seorang informan pedagang baru terlihat ketika ada tamu.

Para informan SMAN 2 Tangerang Selatan menyatakan syarat bangunan kantin sehat telah diterapkan, sementara informan SMAN 7 Tangerang menyatakan penerapan syarat bangunan masih kurang berkaitan dengan sirkulasi udara yang kurang baik di kantin, gelap, lantai masih berupa lantai semen, dan kotor.

seluruh informan, kecuali sebagian siswa di SMAN 2 Tangerang Selatan menyebutkan sumber air di kantin adalah sumur atau tanah, dan menyatakan air telah bersih dinilai berdasarkan syarat air bersih. seorang informan menambahkan bahwa air di kantin sekolah bersih karena dirancang sendiri dengan jarak 15 m

109

Universitas Indonesia

dari septitank. Sementara terdapat perbedaan pendapat antara informan SMAN 7 Tangerang mengenai sumber air bersih di kantin antara PAM dan sumur, namun jawaban terbanyak adalah PAM, yang dinilai sudah bersih oleh guru dan pedagang dengan alasan air sudah berasal dari PAM dan rasanya enak ketika diminum. Beberapa informan siswa di SMAN 7 Tangerang tidak mengetahui adanya sumber air di kantin, dan lebih dari separuh tidak dapat menilai bersih tidaknya air kantin. Informan di kedua sekolah bersikap postitif terhadap keberadaan air bersih di kantin.

Informan di kedua sekolah menyatakan kantin telah memiliki tempat penyimpanan, sementara seorang informan di SMAN 7 menyatakan kantin tidak memiliki tempat menyimpan bahan makanan. Terdapat perbedaan pendapat informan di masing- masing sekolah tentang tempat penyimpanan telah memadai, dimana masih ada informan di setiap sekolah yang merasa tempat penyimpanan masih kurang. Sebagian besar informan SMAN 2 Tangerang Selatan menyatakan tempat penyimpanan telah memenuhi syarat, namun terdapat informan yang menyatakan tidak terdapat syarat tempat penyimpanan di kantin, sementara sebagian informan SMAN 7 Tangerang menyatakan syarat tempat penyimpanan masih kurang penerapannya.

Beberapa informan SMAN 2 Tangerang bersikap negatif terhadap penggunaan masker dengan alasan tidak ada debu, dan bersikap negatif terhadap penggunaan sarung tangan, dengan alasan penjual makanan kering tidak perlu menggunakan sarung tangan. Terdapat informan SMAN 7 Tangerang informan yang bersikap negatif terhadap penggunaan celemek dan perlengkapan kerja, dengan alasan tidak mengetahui fungsi celemek, dan merasa perlengkapan kerja menyulitkan.

Penerapan pembuangan limbah di SMAN 2 Tangerang Selatan sudah baik, karena tempat pembuangan sampah terdapat di luar sekolah, diangkut dengan gerobak, setiap beberapa jam. Meskipun beberapa informan pembuangan limbah masih belum baik karena masih ada siswa yang membuang sampah sembarangan dan tidak memisahkan sampah organik dan anorganik. Sementara tempat pembuangan limbah di kantin SMAN 7 Tangerang terdapat di belakang kantin dan tidak memiliki penutup. Sebagian besar informan menyatakan pembuangan

limbah di kantin belum baik dengan alasan pembuangan belum dipisah, dan kurang nya tempat sampah, beberapa informan yang merasa pembuangan sudah baik mengatakan sampah telah dibuang di tempatnya. Kedua kantin telah memiliki saluran pembuangan air yang tertutup dan lancar, serta meskipun beberapa informan mengatakan tidak terdapat saluran pembuangan gas, beberapa informan lainnya mengatakan ventilasi sebagai saluran pembuangan gas.

6.2.2.6 Perilaku mengenai Fasilitas Kantin Sehat

Kedua sekolah telah memiliki sumber air bersih di kantin, yaitu sumur di SMAN 2 Tangerang Selatan dan PAM di SMAN 7 Tangerang. tempat pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan lebih baik di SMAN 2 Tangerang Selatan karena pencahayaan, sirkulasi udara, dan kebersihan yang baik, selain itu ruang makan di SMAN 2 Tangerang Selatan lebih memadai dibanding di SMAN 7 Tangerang. fasilitas sanitasi dan penggunaan perlengkapan kerja juga lebih baik di SMAN 2 Tangerang Selatan dengan adanya bak cuci piring dan wastafel, serta pedagang yang mengenakan celemek dan sarung tangan. Kedua sekolah memiliki cara pembuangan limbah yang berbeda dan sekali lagi lebih baik di SMAN 2 Tangerang Selatan dibandingkan di SMAN 7 Tangerang, karena meskipun keduanya telah melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik, namun tempat pembuangan sementara sampah SMAN 2 Tangerang Selatan telah berada di luar sekolah. kedua sekolah telah memiliki saluran pembuangan air tertutup dan memiliki ventilasi di tempat pengolahan sebagai saluran pembuangan gas.

6.2.2.7 Pengetahuan mengenai Pengolahan Makanan yang Baik

Informan SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang mengartikan mengolah makanan sebagai proses memanfaatkan bahan makanan untuk membuat makanan dapat dimakan, dan dapat menyebutkan contoh mengolah makanan. Meskipun masih terdapat informan pada kedua sekolah yang mengartikan mengolah makanan sama dengan memasak. Seorang informan SMAN 7 Tangerang tidak tahu arti mengolah makanan.

Menurut Depdiknas (2009) terdapat lima kunci dalam menyediakan pangan yang aman yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan yang

111

Universitas Indonesia

mentah dan yang matang, memasak pangan dengan benar, menyimpan pangan pada suhu yang tepat, dan menggunakan air serta bahan baku yang aman. Informan SMAN 2 Tangerang Selatan serta SMAN 7 Tangerang hanya dapat menyebutkan tiga dari lima cara mengolah makanan yang baik.

Kebersihan yang harus dijaga adalah kebersihan tangan, ruangan – ruangan dan perlengkapannya, peralatan, serta lingkungan. Informan SMAN 2 Tangerang Selatan dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan pakaian dan tangan pengolah, bahan makanan, peralatan, dan tempat mengolah. Informan SMAN 7 Tangerang menyebutkan cara menjaga kebersihan tempat, air, perabotan, bahan makanan, dan proses. Dari semua informan di dua sekolah hanya seorang informan pedagang di SMAN 7 Tangerang yang dapat mengartikan kontaminasi silang.

Mengolah makanan dengan benar berarti memasak hingga makanan panas secara merata, dengan pemasakan yang benar hampir semua mikroba berbahaya dapat terbunuh (Depdiknas, 2009). Informan SMAN 2 Tangerang Selatan dapat menyebutkan cara memasak yang benar, sementara tidak terdapat informan di SMAN 7 Tangerang yang dapat menyebutkan cara memasak dengan benar.

Salah satu pencemaran makanan dapat terjadi saat penyimpanan makanan. Penyimpanan makanan sebaiknya dalam keadaan tertutup untuk menghindari pencemaran hama seperti tikus, serangga, dan kecoa. Untuk makanan seperti daging dan ikan sebaiknya tidak disimpan dalam suhu ruangan lebih dari dua jam karena dapat meningkatkan pencemaran mikroorganisme. Makanan matang dan mudah rusak sebaiknya disimpan pada suhu dingin atau kurang dari 50C, namun untuk makanan yang memang disajikan dalam keadaan panas, makanan sebaiknya disimpan pada suhu lebih tinggi dari 600C, hal ini dapat mencegah berkembangbiaknya mikroorganisme (Depdiknas, 2009). Informan SMAN 7 Tangerang dan SMAN 2 Tangerang Selatan dapat menyebutkan cara menyimpan makanan yang baik, kecuali cara menyimpan makanan matang.

6.2.2.8 Sikap mengenai Pengolahan Makanan yang Baik

Para informan SMAN 2 Tangerang Selatan bersikap positif terhadap penerapan pengolahan makanan yang baik dan penyimpanan makanan, dengan alasan menggunakan bumbu dan saos buatan sendiri, penyimpanan makanan di etalase, dan tidak adanya keluhan sakit perut dari siswa, sementara para guru menganggap pedagang telah mengetahui cara mengolah makanan yang baik, dengan alasan pedagang telah berpengalaman dan adanya peraturan yang mengatur makanan yang sebaiknya dijual di kantin. Sementara hanya sebagian informan SMAN 7 Tangerang yang bersikap positif terhadap pengolahan makanan yang baik dan tempat penyimpanan di kantin, dengan alasan informan yang bersikap negatif terbatas pada tempat penyimpanan, dan sulit mencapai higienis bahan makanan. Sebagian guru merasa pedagang tahu cara mengolah yang baik, karena melihat proses pembuatan, sementara seorang guru menyatakan mengolah makanan yang baik membutuhkan ilmu.

6.2.2.9 Perilaku mengenai Pengolahan Makanan yang Baik

Perilaku pengolahan yang baik lebih terlihat pada kantin SMAN 2 Tangerang Selatan, yaitu tempat yang bersih, terpisahnya bahan makanan matang dan mentah, tempat penyimpanan makanan jadi yang berupa etalase. Pada SMAN 7 Tangerang tempat pengolahan masih terlihat kotor, dan belum semua tempat menyajikan makanan jadi dalam etalase, kebanyakan hanya diletakkan di temppat terbuka. Meskipun pada kedua kantin tidak semua makanan disajikan sesuai suhu yang tepat, dan masih terdapat tempat sampah yang terbuka di ruang pengolahan.

6.2.2.10 Pengetahun mengenai Pangan Sehat dan Aman

Pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya keamanan pangan baik bahaya biologis atau mikrobiologis, bahaya kimia, ataupun bahaya fisik. Bahaya biologis atau mikrobiologis adalah bahaya yang disebabkan oleh mikroba yang dapat menyebabkan penyakit, bahaya kimia adalah bahaya yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang tidak boleh digunakan pada pangan, sementara bahaya fisik adalah bahaya yang disebabkan oleh benda- benda bukan pangan yang terdapat pada pangan dan

113

Universitas Indonesia

dapat tertelan oleh konsumen (Depdiknas, 2009). Informan SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang menggambarkan makanan aman sebagai makanan yang bebas bahaya kimia, dan mikrobiologis. Terdapat seorang informan SMAN 7 Tangerang yang tidak mengetahui makanan aman.

Bahan tambahan pangan (BTP) menurut Permenkes R.I. No.329/Menkes/PER/XII/76 bahan yang ditambahkan serta dicampurkan seewaktu pengolahan makanan dengan tujuan meningkatkan mutu termasuk aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan pengental (Winarno, 1992), atau menurut PP No.28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada BAB 1 Pasal 1, merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat, bentuk, atau produk pangan. Masih banyak informan SMAN 2 Tangerang Selatan yang tidak mengetahui arti BTP, sisanya memberi contoh BTP berbahaya seperti formalin dan boraks, dan ada juga yang mengartikan BTP sebagai pewarna, pengawet, dan pemutih.

Banyak informan SMAN 7 Tangerang yang tidak mengetahui arti BTP terutama siswa, beberapa informan menyatakan terdapat BTP alami dan buatan, dan terdapat informan yang dapat menyebutkan arti BTP secara tepat, banyak yang mengatakan BTP adalah pengawet, penyedap rasa,pewarna,dan pengganti nasi. Terdapat informan yang menyatakan BTP berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit, sementara ada juga informan yang menyatakan BTP tidak berbahaya jika alami, diijinkan oleh BPOM, dan tidak menggunakan dalam jumlah berlebihan.

Informan SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMAN 7 Tangerang menyatakan dapat mengenali makanan ataupun minuman berbahaya melalui warnanya, sementara pengawet melalui tekstur dan sifat makanan, terdapat informan yang tidak dapat mengenali makanan ataupun minuman dengan pewarna berbahaya, serta sebagian besar pedagang dan siswa merasa tidak dapat mengenali makanan dengan pengawet berbahaya.

6.2.2.11 Sikap mengenai Pangan Sehat dan Aman

Masih banyak informan di kedua sekolah yang bersikap negatif terhadap pernyataan BTP aman, beberapa informan menyatakan BTP berbahaya jika bukan untuk makanan, ada juga yang memberi contoh BTP berbahaya seperti Rodhamin, sakarin, formalin, dan boraks.

Terdapat informan SMAN 2 Tangerang Selatan menyatakan jajanan kantin tidak ada yang berbahaya, pernyataan tersebut didukung dengan informasi tambahan pedagang seperti pembuatan bakso dilakukan sendiri, makanan diperiksa oleh puskesmas dan dites oleh depkes di laboratorium. Ada informan yang tidak tahu persis apakah jajanan kantin sudah aman namun penggunaan BTP berbahaya sudah dilarang dan dikontrol, sementara beberapa siswa menyatakan masih ada jajanan yang menggunakan BTP,yaitu makanan ringan yang tidak bermerk dan tidak bisa dikenali. Sebagian besar pedagang, siswa, dan sebagian guru SMAN 7 Tangerang menyatakan makanan di kantin telah aman dengan alasan karena makanan tidak disiapkan untuk berhari- hari, tidak ada minuman berwarna mencolok, serta adanya peraturan tentang makanan yang tidak boleh dijual. Beberapa siswa dan sebagian guru tidak yakin jika makanan di kantin telah aman dengan alasan belum ada pemeriksaan masih ada makanan seperti mi instan, gorengan yang awet dengan pemakaian minyak yang berkali- kali, bumbu kentang atau batagor yang berwarna mencolok, makanan ringan dengan bumbu mencolok, dan saos yang tidak lagi di botol asli.

6.2.2.12 Perilaku mengenai Pangan Sehat dan Aman

Jajanan di kantin SMAN 2 Tangerang Selatan lebih mencerminkan pangan sehat dan aman dibadingkan dengan jajanan di kantin SMAN 7 Tangerang, hal ini terlihat pada jenis jajanan di SMAN 2 Tangerang Selatan yang sudah tidak menjual makanan seperti mi instan dan minuman bersoda, selain itu di SMAN 2 Tangerang Selatan telah terdapat peraturan tertulis tentang makanan yang tidak diperbolehkan seperti MSG, meskipun pada prakteknya masih terdapat pedagang yang melanggar hal ini. Di kedua sekolah juga masih ditemukan jajanan dengan bumbu berwarna mencolok.

115

Universitas Indonesia

Pengawasan terhadap makanan lebih baik di SMAN 2 Tangerang Selatan karena sampel jajanan juga diuji di laboratorium.

6.2.2.13 Pengetahuan mengenai Makanan Bergizi Seimbang dan Beragam

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 121-132)