• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kantin SMAN 7 Tangerang

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 59-63)

5. HASIL PENELITIAN

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.2.2 Gambaran Umum Kantin SMAN 7 Tangerang

SMAN 7 Tangerang terpilih sebagai lokasi penelitian, karena sekolah telah memiliki kantin yang belum mengikuti program kantin sehat. Penanggung jawab kantin di SMAN 7 Tangerang adalah koperasi, yang menurut hasil wawancara, seluruh anggota belum pernah mendapatkan pelatihan terkait kantin sehat, dimana saat penelitian dilakukan ketua koperasi sedang sakit dan tidak dapat masuk sekolah, sementara anggota koperasi yang lain, yaitu sekretaris merupakan salah satu informan wawancara mendalam. Informan terlihat berbadan sehat, bebas penyakit menular seperti batuk dan pilek, bersih dan rapi. Sekretaris koperasi tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang kantin sehat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada pedagang dan guru, diketahui bahwa partisipasi kepala sekolah terdahulu terhadap kantin adalah dengan membuat peraturan tidak tertulis tentang jenis makanan yang sebaiknya dijual di kantin sekolah dan melakukan penyuluhan kepada para pedagang secara langsung, kepala sekolah saat ini baru menjabat selama beberapa bulan sehingga belum melakukan kedua

43

hal tersebut. Pengawasan kantin dilakukan oleh anggota koperasi dengan cara sering ke kantin dan mengontrol kualitas makanan dan kebersihan, namun hal ini bertentangan dengan salah satu hasil FGD murid yang mengatakan tidak ada guru yang mengontrol kantin, meskipun guru sering ke kantin. Menurut salah seorang guru siswa juga ikut mengawasi kantin dengan cara menyampaikan ke guru jika ada yang tidak berkenan. Beberapa siswa pernah diberikan pengetahuan tentang jajanan sehat oleh guru dan beberapa siswa tidak pernah mendengar tentang hal tersebut.

Jenis makanan yang dijual di kios- kios kantin contohnya seperti mi ayam, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan bersoda dan tidak dalam kemasan, minuman buatan sendiri seperti jus dan teh, mi rebus, roti bakar, pisang bakar, gorengan, cireng goreng, batagor, siomay, nasi warteg, dan lain- lain. Salah satu bumbu, cabai bubuk, terlihat berwarna terang dan beberapa siswa dalam FGD meragukan ada tidaknya pewarna pada makanan tersebut. Ada cemilan, makanan ringan dalam kemasan yang mengandung penyedap rasa seperti mi instan, ditemukan juga makanan cemilan yang tidak memiliki ijin edar BPOM dan merk dengan bumbu berwarna merah terang, serta minuman yang dijual salah satunya minuman bersoda.

Kantin, seperti yang terlihat pada gambar 5.4, terdapat di koridor belakang kelas, dimana tempat makan berbatasan langsung dengan dinding kelas dan di depannya terdapat kios- kios penjual, dan di salah satu ujungnya merupakan jalan raya yang dibatasi dengan dinding berventilasi teralis. Dapat dikatakan kantin dalam ruangan tertutup, karena satu- satunya yang terbuka adalah pintu keluar masuk. Kantin tidak terletak berdekatan dengan jamban. Tempat sampah kantin terletak di dalam kios masing- masing pengolah makanan dan minuman, serta di dekat pintu keluar masuk kantin. Ruang pengolahan makanan berada dalam kios masing- masing dan terbuka di bagian depan karena tidak terdapat pintu di setiap kios, kecuali penjual makanan ringan yang memiliki rolling door. Ventilasi terdapat di keempat sisi dinding, karena ukuran dan bentuk kios tidak seragam, ada ventilasi yang mencapai 20% luas lantai, dan ada yang tidak. Selain itu beberapa kios bergabung menjadi satu sehingga tidak terdapat dinding penyekat antara kios. Lantai kantin merupakan lantai keramik berwarna putih. Dinding kios seperti dinding pada umumnya, beberapa sudah terlihat mengelupas, dan terdapat noda- noda kehitaman, sementara dinding tempat makan merupakan dinding kelas dan serupa dengan dinding dalam kios. Langit- langit dalam kios merupakan triplek dan terlihat noda- noda seperti rembesan air, sementara langit- langit tempat makan merupakan asbes yang sebagiannya tembus pandang, sehingga cahaya matahari dapat menembus masuk ke dalam kantin. Pada tengah- tengah masa wawancara dan observasi beberapa bagian kantin dicat ulang, menurut pengolah makanan setiap tahun mereka mencat ulang kantin.

Sumber air bersih pengolah makanan dan minuman di kantin adalah air PAM, dimana di setiap kios terdapat masing- masing satu keran air, yang terletak di pojok kanan (Gambar 5.5). Di bawah setiap keran air di letakkan ember yang digunakan untuk menampung air. Di bagian keran ini, terlihat lumut- lumut dan berwarna kehitaman. Air berwarna bening dan tidak berbau, namun tidak diketahui berasa atau tidak.

45

Gambar 5.5 Sumber Air Bersih Kantin SMAN 7 Tangerang

Dikarenakan kios yang berbeda- beda sehingga tempat penyimpanan setiap kios berbeda- beda. Ada beberapa jajanan yang diletakkan begitu saja di atas meja, seperti makanan kemasan, gorengan, cireng goreng, ada juga jajanan yang memiliki etalase seperti penjual nasi warteg dan mi instan. Menurut wawancara para pedagang dan guru tidak ada dan tidak diperbolehkan bahan makanan disimpan atau diinapkan di kantin, kecuali makanan kemasan atau mi instan. Penyimpanan peralatan bermacam- macam, ada yang diletakkan di lemari di bawah meja dan ada juga yang digantung dan diletakkan di dekat lantai. Tempat penyimpanan makanan hanya di atas meja dan etalase sehingga mudah dibersihkan, tempat penyimpanan barang di lemari bawah meja karena gelap akan sulit dibersihkan, untuk peralatan yang digantung kemungkinan besar dapat dihinggapi lalat.

Tempat pengolahan makanan juga terdapat dalam kios, kurang bersih terlihat dari peralatan yang menumpuk di lantai, tempat sampah yang penuh, dan daerah keran air yang terlihat kotor berlumut, serta langit- langit dan dinding yang mengelupas pada beberapa kios. Tempat pengolahan makanan dalam satu ruangan dengan tempat penyajian makanan, namun terpisah dengan ruang makan. Tidak ada meja permanen pada kios, kebanyakan meja merupakan meja kayu atau etalase. Beberapa ruang pemasakan sempit bahkan dengan dua orang di dalamnya, sementara yang lain lebih leluasa karena tidak disekat dengan dinding pada kios- kios tersebut. Setiap kios telah memiliki ventilasi namun tidak cukup untuk sirkulasi udara karena lubang- lubang pada ventilasi yang kecil, selain itu ruangan kantin nyaris tertutup. Kantin terasa sedikit gelap karena penerangan pada siang

hari hanya melalui ventilasi, teralis, pintu keluar masuk kantin, dan asbes tembus pandang pada langit- langit kantin.

Tempat penyajian makanan di dalam kios. Peralatan makanan sudah sesuai dengan jenisnya, untuk makanan yang tidak dimakan di kantin disediakan kantin plastik dan sterofoam. Hanya beberapa kios yang memiliki etalase, sementara sisanya meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Tempat makanan cemilan dan makanan utama disajikan terpisah. Tempat makan memiliki meja dan kursi, namun menurut para murid kantin tidak dapat menampung siswa- siswa saat istirahat. Kantin akan berdesakkan dan sangat penuh.

Kantin masih belum memiliki tempat cuci tangan, dan bak cuci piring. Setiap kios telah memiliki alat pembersih, seperti sapu, lap, dan sabun. Beberapa pengolah makanan perempuan berkerudung, sementara sisanya berambut cukup panjang namun selalu diikat, sementara rambut pengolah makanan pria pendek. Tempat penyimpanan uang di meja yang sama dengan meja penyajian makanan, diletakkan dalam wadah tersendiri. Setiap kios memilliki tempat sampah, yang pada saat observasi dilakukan terlihat beberapa tempat sampah penuh dan tidak berpenutup. Sampah di kantin sendiri akan dibuang ke tempat pembuangan sementara di belakang kantin. setiap kios memiliki saluran pembuangan air, tepat di bawah keran yang mengalir ke depan ke arah jalan raya. Pembuangan limbah gas hasil pemasakan sendiri terbantu dengan adanya ventilasi, meskipun pengolah makanan masih merasa kepanasan saat memasak dan tidak ada angin. Tidak ada penjamah makanan di kantin yang mengenakan sarung tangan ketika mengolah makanan saat observasi dilakukan.

5.3 Gambaran Umum Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Warga Sekolah

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 59-63)