• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Massa Suksesi Pemilu atau Kendaraa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Media Massa Suksesi Pemilu atau Kendaraa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Dengan berakhirnya rangkaian pesta demokrasi rakyat Indonesia yaitu Pemilihan Umum baik kancah legislatif maupun eksekutif maka berakhir pula eksistensi media massa sebagai salah satu sarana pemilu. Ajang pesta lima tahunan rakyat yang banyak menyita perhatian publik ini tidak terlepas dari peran serta media sebagai salah satu motor penggerak pemilu di Indonesia. Banyak sekali hal yang sekiranya mustahil kita tahu tanpa adanya media sebagai salah satu alat kontrol masyarakat terhadap negara. Melai tahapan persiapan yang dilakukan guna menyambut pemilu hingga jalannya pemilu sampai dengan prose hitung cepat (quick qount) tersaji secara apik dan bersifat informatif bagi masyarakat. Dengan semakin majunya teknologi serta pola pikir masyarakat yang maju, media massa dewasa ini memegang peranan penting dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia saat ini.

Tulisan kali ini lebih memfokuskan pada peran media massa pada pemilu tahun 2014. Dewasa ini, peran media massa bukan hanya sekedar sarana hiburan saja, tetapi lebih jauh lagi media massa sudah menjadi saran informasi, edukasi, maupun edukasi bagi masyarkat secara luas. Peran dan fungsi inilah yang dimanfaatkan banyak pihak dalam rangka suksesi pemilu tahun 2014 ini. Sosialisasi pemilu baik dari sisi negara maupun sisi partai politik menjadi lebih mudah dan efektif untuk memberikan kerangka edukasi politik dimasyarakat. Pemberitaan yang terkait dengan pemilu 2014 semakin gencar dilakukan menjelang pesta demokrasi tersebut. Isu – isu terkait pemilu mulai dari partai politik yang masuk bursa pemilu, perolehan hasil suara, hingga berita mengenai elit politik semakin banyak menghiasi media. Dengan kemudahan akses dari berbagai kalangan, media massa seolah menjadi hal yang sangat penting dalam suksesi pemilu pada tahun 2014 ini. Harapannya, dengan adanya media massa ini masyarkat tidak lagi buta dengan politik dan dapat menjadikan media massa sebagai salah satu saran edukasi politik di Indonesia.

(2)

2014 dan juga memiliki media massa terkenal di Indonesia, menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya iklan dan bisa dikatakan dapat mengenalkan dirinya lebih awal dari masa kampanye. Hal inilah yang perlu kita cermati, kebebasan dan ketidakberpihakan media massa pada salah satu golongan dipertanyakan. Apakah peran media yang awalnya sebagai saran edukasi serta sosialisasi tetap menjalankan perannya dengan baik ataukah media massa telah bertransformasi menjadi “kendaraan” partai politik dalam meraih dukungan suara masyarakat ? . Pokok bahasan inilah yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini.

Pembahasan

Media Massa dan Demokrasi

Menurut Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, dalam paham keadulatan rakyat (democracy), rakyatlah yang dianggap sebagi pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara ( Jimly, 2006: 68-169 ). Pengertian demokrasi sebagai cara pemrintahan, adalaha suatu sistem pemerintahan negara dimana semua orang (rakyat) berhak sama untuk memerintah dan juga diperintah ( Koentjoro, 1987: 6).

Menurut Samuel Huntington dalam buku “Gelombang Demokrastisasi Ketiga” ( 1995 ), demokrasi mengandung dua dimensi konteks dan partisipasi yang menurut Robert Dahl merupakan hal menentukan bagi demokraasi. Demokrasi juga mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik yaitu kebebasan berbicara, menerbitkan, berkumpul dan berorganisasi, yang dibutuhkan bagi perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye – kampanye pemilihan itu ( Dara Aisyah, 2003: 2 ).

Indikator demokrasi menurut Dahl adalah sebagai berikut : 1. Kebebasan untuk membentuk dan mengikuti organisasi 2. Kebebasan berekprsi

3. Adnya hak memberikan suara

4. Adanya egilibilitas untuk menduduki jabatn publik

5. Adanya hak para pemimpin politik untuk berkompetisi secara sehat merebut dukungan dan suara

(3)

8. Adnya intitusi-institusi untuk menjadikan kebijakan pemerintah tergantung pada suara-suara (pemilih, rakyat) dan ekspresi pilihan (politik) lainya serta termasuk perlindungsn terhadap HAM

Hubungan Demokrasi dengan politik ditunjukkan melalui pendapat Huntington yang mendefinisikan ddemokrasi sebagai suatu sistem politik yang mana para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat di dalam sistem politik. Para calon secara bebas bersaing untuk mendapat suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak untuk memberikan suaranya. Dalam ilmu politik dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi. Pertama, pemahana demokrasi secara normatif, yaitu demokrasi merupakan suatu kondisi yang secara ideal ingin diselenggarakan oleh suatu negara. Kedua, pemahaman demokrasi secara empirik daimana demokrasi dikaitakan dengan kenyataan penerapan demokrasi dalam tataran kehidupan politik praktis. Politik sendiri memiliki definisi dana pandangan yang berbeda-beda. Pada dasarnya politik adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik dalam hal ini adalah politik yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan politik sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

Proses politik dimulai dengan masuknya input berupa kepentingan uang diartikulasikan atau dinyatakan oleh kelompok kepentingan dan diagregasikan atau dipadukan oleh partai polyik sehingga kepentingan-kepentingan khusus itu menjadi suatu usulan kebijaksanaan yang lebih umum dan selanjutnya dimasukkan ke dalam proses pembuatan kebijakansanaan yang dilakukan oleh badan legislatif dan eksekutif ( Colin Mac Andrews, 2008: xiv ).

Jimlly Asshiddiqe menyatakan bahwa penyaluran kedaulatan rakyat secara langsung dapat dilakukan selain dengan pemilihan umum, dapat pula disalurkan melalui pelaksanaan hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kebebasan pers, hak atas informasi, hak atas kebebsaan berorganisasi dan berserikat serta hak lainnya yang dijamin oleh undang-undang ( Jimly, 2010: 57-58).

(4)

responsibilitas dari kebenaran informasi, kebebasan insan pers dari tekanan-tekanan pihak lainya, kelayakan berita terkait denagn kebenaran dan keakuratannya, aturan main yang disepakati bersama, dan penuh pertimbangan. Sehingga kebebasan pers sekarang ini dapat dilaksanakan dengan baik, jika pers itu diimbangi dengan tanggung jawab dan kode etik sebagai landasan profesi, untuk menghindari adanya pemberitaan yang menjurus anarkis.

Media pers adalah saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran secara luas. Peranannya dalam demokrasi sangat menentukan. Oleh sebab itu, pers dianggap sebagai the fourh estate of democracy, atau melengkapi istilah Trias Politica dari Montesquieu, disebut juga dengan istilah Quadru Politica (Jimly, 2006: 167).

Dalam hal peranan media massa dalam penegakan demokrasi dikemukakan oleh Gurevitch dan JG Blumler yaitu :

1. Mengawasi lingkungan sosial politik dengan melaporkan perkembangan hal-hal yang menimpa masyarakat.

2. Melakukan agenda setting dengan mengangkat isu-isu kunci yang perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah atau masyarakat.

3. Menjadi platform dalam rangka menciptakan forum diskusi antara politisi dan juru bicara negara dengan kelompok kepentinagn dan kasus-kasusunya lainnya.

4. Membangun jembatan dialog antara pemegang kekuasaan atau pemerintah dengan masyarakat luas.

5. Membangun mekanisme supaya masyarakat memiliki keterlibatan dalam hal kebijakan publik.

6. Merangsang masyarakat untuk belajar memilih dan melibatkan diri dalam proses politik.

7. Menolak upaya dalam bentuk campur tangan pihak-pihak tertentu yang membawa pers keluar dari kemerdekaan, integritas, dan dedikasinya untuk melayani kepentingan masyarakat.

8. Mengembangkan potensi masyarakat untuk peduli terhadap lingkunagn politiknya.

(5)

proses sosialisasi yang tujuannya membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya masing-masing masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya. Dengan demikian, sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap-sikap dan pola tingkah laku politik ( Colin MacAndrews, 2008: 42 ).

Disisi lain, media dalam hal ini juga mempunyai dua posisi yang berbeda. Kacung Marijan perpendapat, di negara demokrasi manapun, media akan menjalankan perannya, pertama, sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Kedua, sebagai aktor yang akan menyatakan sikapnya dengan mengangkat isu-isu tertentu untuk mempengaruhi pemirsa ( Kompas, Rabu 7 Maret 2012 ). Dengan inilah, media tidak akan lepas dari fungsi sosialisasi dan fungsi promosi dalam rangka mempengaruhi pemirsanya.

Komunikasi Politik dan Fungsi Media Massa

Komunikasi politik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dari adanya komunikasi politik inilah yang nantinya akan berdampak langsung terhadap pandangan politik yang ada di masyarakat. Perkembangan isu-isu politik serta edukasi politik yang dengan mudah menyebar melalui komunikasi politik inilah yang akan membawa dampak langsung pada perilaku politik masyarakat kedepannya. Dengan demikian, komunikasi politik yang bisa memiliki dua hal yang berkembang, komunikasi politik yang dipengaruhi sistem politik atau komunikasi politik yang akan mempengaruhi sistem politik.

(6)

official sanctions (what the state rewards or punishes)” (Denton dan Woodward, 1995:3). Suatu komunikasi dapat disebut komunikasi politik “apabila memiliki tujuan yang jelas menyangkut penjatahan sumber daya publik” (Parwito, 2009:5). Hal itu semakin ditegaskan bahwa komunikasi politik pada dasarnya adalah “purposeful communication about politics” (Denton dan Woodward, 1995:4).

Dalam hal ini, proses komunikasi politik melibatkan dual lemabga penting dalam sistem politik. Dau lembaga politik itu adalah lembaga suprastruktur dan lembaga infrastruktur. Lembaga suprastruktur adalah lembaga-lembaga tinggi negara seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedangkan lembaga infrastruktur adalah kelompok-kelompok pada masyarakat, salah satu contoh kelompok-kelompok ini adalah partai politik, media massa, dan mahasiswa. Komunikasi politik yang melibatkan lembaga suprastruktur dan infrastruktur dalam pandangan komunikasi politik terdapat dua hal penting menurut Parwito (2009). Pertama, proses komunikasi yang berlangsung satu arah, dimana lembaga suprastruktur sangatlah mengontrol tiap pemberitaan dan melakukan sebuah doktrin-doktrin. Peristiwa ini pernah dialami oleh Indonesia ketika era orde baru, pemerintah kala itu tidak melihat aspirasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan melainkan mengambil inisiatif-inisiatif sendiri. Kedua, proses komunikasi yang berlangsung dua arah. Hal tersebut memperlihatkan adanya kesenambungan antara lembaga suprastruktur dan infrastruktur. Biasanya dua lembaga tersebut saling memberikan masukan dalam pembuatan kebijakan.

Media massa merupakan kelompok yang sangat penting dalam kajian komunikasi politik. Kemampuan media mengungkap komunikasi politik verbal masyarakat berarti memberikan pula pemenuhan atas “people’s right to know” apa yang sesungguhnya terjadi, sekaligus menjadikan media sebagai wahana diskusi masyarakat (Subiakto dan Ida, 2012:51). Dapat dikatakan peranan media massa dalam membentuk pandangan sebuah masyarakat tentang politik sangatlah vital. Media massa dituntut secara demokratis memberikan liputannya sebagai representasi opini khalayak yang beragam (Subiakto dan Ida, 2012:51). Adanya media massa merupakan sebuah penghubung antara lembaga suprastruktur dan infrastrukur.

(7)

politik searah, maka media massa merupakan alat kekuasaan negara. Pemberitaan sangat dikontrol betul oleh pemerintah dan dapat dikatakan media dijadikan alat pembenaraan untuk setiap kegiatan pemerintah. Selain itu dalam pemberitaannya media melakukan doktrinisasi dan propaganda kepada masyrakat untuk setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Media massa selain sebagai kelompok dalam lembaga-lembaga infrastruktur, yang berperan untuk mengawasi jalannya pemerintahan yang dilakukan lembaga-lembaga suprastruktur. Kemampuan media untuk mempunyai akses untuk pemberitaan, sangatlah berguna bagi masyarakat untuk melihat kinerja pemerintahan. Disamping itu media massa juga berperan sebagai jembatan mengenai pro kontra dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah. Dapat diambil contoh ketika ada kebijakan pemerintah yang ternyata banyak masyarakat menolak dengan melakukan aksi unjuk rasa, media dapat memberikan liputan mengenai hal itu. Hal itu nantinya digunakan untuk pemerintah untuk mengambil langkah perlu atau tidaknya kebijakan itu diterapkan.

Netralitas Media Massa

Keberadaan media massa dewasa ini sudah tidak bisa lagi dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Media massa sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat di berbagai kalangan. Adanya media massa merupakan alat yang sangat berguna bagi kontrol sosial di masyarakat. Media juga dapat berfungsi ganda sebagai alat penekan terhadap kebijakan tertentu yang dinilai tidak sejalan secara lurus dengan apa yang diinginkan masyarakat ( Samsul Wahidin, 2011: 35 ). Dalam konteks sosiologis, pers dapat dipandang sebagi satu sistem yaitu sistem pers yang menjadi bagian dari sistem komunikasi. Sementara sistem komunikasi merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan (Samsul Wahidin, 2011: 42).

(8)

masyarakat. Pemberitaan media untuk membangun pendapat-pendapat mengenai isu-isu atau peristiwa politik yang terjadi sambil mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah menjadi semakin kabur. Disisi lain, teori kultivasi mengasumsikan bahwa individu-individu dengan terpaan televisi lebih tinggi cenderung memiliki pandangan atau penilaian terhadap realitas yang sama dengan realitas yang disuguhkan melalui televisi. Penumbuhan citra pada publik mengenai objek (figur atau tokoh, partai politik, organisasi, pemerintahan, dan perusahaan) ( Parwito, 2009: 126 ). Selain media mempunyai fungsi-fungsi politik, disisi lain medai mempunyai kekuatan. Kekuatan itu terbagi menjadi tiga hal, yakni: 1) mengkonstruksi dan medenkonstruksi realitas hingga tercipta citra dan presepsi-presepsi tertentu pada masyarakat. 2) mengagregasikan dan mengartikulasikan kepentingan atau tuntutan-tuntutan. 3) memproduksi dan mereproduksi identitas budaya ( Pawito, 2009: 104 ). Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi pembentukan pola pikir di masyarakat yang lebih banyak dipengaruhi oleh media itu sendiri.

Media massa pada saat ini menjadi pokok terpenting dalam perkembangan politik sekarang ini. Pemberitaan media yang menyangkut masalah-masalah yang ada di lingkup lembaga suprastruktur dan infrastruktur menjadi cara agar terciptanya komunikasi dua arah antar lembaga tersebut. Adanya komunikasi dua arah yang terjadi antar lembaga tersebut akan membuka peluang bagi tumbuhnya opini publik yang akan mempengaruhi terhadap kebijakan publik. Disisi lain, adanya media juga semakin diperlukan sebagai alat kontrol yang sangat efektif saat ini. Di negara yang menjujung tinggi demokrasi semangat untuk kebebasan pers dan media sangatlah diutamkan. Kembali lagi pada fungsi serta peranannya guna menciptakan komunikasi politik yang baik, pers dan media haruslah mandiri serta bebas dari tekanan dari pihak manapun. Dengan demikian, nantinya akan terwujudnya pengawasan kepada semua pihak agar tidak terjadi penyelewengan dari tindakan semena-mena.

(9)

media tak terlepas dari kepemilikan media oleh orang-orang yang berkepentingan dalam politik. Praktek-praktek propaganda itu muncul lantaran keinginan para politisi tersebut ingin mendapat dukungan dan memperbesar pengikut untuk menerima dan melaksanakan ide serta program politiknya ( Sumarno, 1989: 144-145 ). Kondisi seperti ini sangat menciderai prinsip objektif, independen dan berimbang, harus menjadi pedoman dari sebuah media.

Kasus yang dapat kita amati adalah mengenai independensi dan netralitas Dua Media Media Media Grup ( Metro TV dan Media Indonesia ) dan Tv One yang kini banyak dipertanyakan. Bagaimana kedua media tersebut saling bersaing untuk dapat mempengaruhi pandangan serta perilaku politik masyarkat. Tidak berlebih jika kita perlu khawatir rasanya dengan apa yang terjadi saat ini khususnya mengenai netralitas kedua media tersebut. Karena seperti yang disampaikan D. McQuail, bahwa semakin sempurna monopoli komunikasi massa ( lewat kepemilikan media seperti Media Grup oleh Partai Nasional Demokrat ), maka semakin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki yaitu kepentingan politik yang menunggangi media. Bukan tidak mungkin kondisi seperti ini dapat menular pada media-media lainya. Hal inilah yang membuat fungsi edukasi dari media menjadi kabur. Karena selain fungsi kontrol media juga memiliki edukasi yang sekarang malah bertransformasi menjadi fungsi monopoli massa.

Banyaknya politisi yang berasal dari pemilik media membuat keuntungan tersendiri bagi kelompoknya dalam membuat mencitrakan diri kepada masyarakat luas. Iklan merupakan sebuah strategi kampanye yang sering digunakan para poltisi untuk membuat pencitraan di masyarakat. Para politisi pemilik media diuntungkan dalam hal ini dikarenakan mereka dapat setiap waktu melakukan pengiklanan. Iklan yang ditanyangkan bisa dilakukan setiap saat dengan frekuensi yang terbilang padat serta tanpa ada batasan. Menurut ( Subiakto dan Ida, 2010: 174 ) dijelaskan bahwa adanya black campaign by design yang melibatkan media massa, terkadng media tahu bahwa itu sebuah pelanggaran tapi mereka enggan melaporkan penyimpangan tersebut karena menyangkut kelompok kepentingan politiknya.

(10)

kegiatan yang dia lakukan selalu disorot media dan dapat dibayangkan berapa juta pasang mata yang menyaksikannya. Kondisi ini bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap Jokowi saja, namun memungkinkan pula akan adanya pola politik yang mengikuti dibelakangnya. Tidak menutup kemungkinan pula hal tersebut akan mempengaruhi perilaku para elite politik lainnya untuk mendongkrak popularitasnya di masyarakat. Disisi lain, adanya pengangkatan isu-isu tak sedap di ranah pemerintahan dengan nada profokatif yang terkesan melebih-lebihkan dapat memicu hal lain yang terkadang berada diluar nalar kita. Seperti headline Media Indonesia “ Pejabat Negara Diisi banyak pembohong” yang sangat jelas nyata memperlihatkan nada profokatifnya untuk membentuk presepsi masyarakat. Ketakutan nantinya yang semakin menjadi-jadi adalah akan semakin kaburnya fungsi edukasi dari media. Nantinya masyarakat akan semakin pasif terhadap partisipasi politik yang diharapkan dapat di dongkrak melaui media.

Media massa yang seharusnya berjalan secara berimbang, transparan, akurat, independen, bebas tekanan serta kepentingan berubah menjadi kendaraan politik para elite untuk meraih dukungan masyarakat. Kompetisi politik yang semakin sengit menjadikan kepemilikan media menjadi jalan alternatif para elite politik. Peliputan media terhadap bakal pejabat publik yang semakin sering akan membawa efek langsung terhadap publik yang akan dibuktikan dengan pola serta perilaku politik publik di pemilihan umum nantinya. Tanggung jawab besar yang dimiliki media massa sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi kepada publik akan diuji saat momentum pemilihan umum nantinya.

(11)

Penutup

Adanya bentuk kepemilikan media oleh para elite politik bahkan beberapa partai politik yang ada di Indonesia sangat menciderai kemerdekaan media massa sendiri yang harusnya bebas dari tekanan maupun kepentingan golongan. Terlebih lagi, adanya kepemilikan media massa oleh bakal calon pejabat publik akan semakin membuat netralitas media dipertanyakan. Pemberitaan yang dilakukan oleh media massa yang dimiliki elite politik semata-mata hanya untuk kepentingan politik saja. Liputan yang dilakukan media massa hanya bertujuan sebagai alat pendongkrak popularitas elite politik bukan menjadi sarana edukasi bagi publik. Fungsi media yang mulai kabur ini akan memicu sikap apatis dan pasif masyarakat terhadap politik. Kondisi ini yang akan mengakibatkan terhambatnya komunikasi antar lembaga politik terkait juga komunukasi pemerintah dengan warganya. Dampaknya akan terasa pada tiap kebijakan yang dibuat nantinya.

Dalam demokrasi, media massa harusnya merdeka dari segala tekanan dan tunggangan kepetingan politik yang ada. Indepedensi, netralitas, integritas, serta akuntabilitas media massa haruslah dipegang teguh dan dijalankan sesuai kode etik media massa dalam rangka menjalankan fungsi media massa sebagaimana layaknya. Sebagai salah satu alat kontrol sosial di masyarakat, sudah selayaknya media massa mampu memberikan dedikasinya yang terbaik terhadap publik dengan kembali menjalankan fungsi edukasi serta sosialisasi yang hampir kabur akibat monopoli politik para elite.

(12)

Daftar Pustaka

Colin MacAndrews. 2008. Perbandingan Sistem Politi., Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Dara Aisyah. 2003. Hubungan Birokrasi Dengan Demokrasi. Usu Digital Library

Haryanto. 1984. Partai Politik: sutu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Liberty

Jalaluddin Rakhmat. Cetakan kelimabelas 2000. Psikologi Komunikas., Bandung: Remaja Rosdakarya

Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta: Sekertariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, e-book

Jimly Asshiddiqie. 2010. Konstitusi dan Konstitrusionalisme Indonesi., Jakarta: sinar Grafika

Jimly Asshiddiqie. 2011. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Sinar Grafika

Johnny Ibrahim. 2008. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. Surabaya: Bayumedia Publishing

Koentjoro Poerbopranoto. 1987. Sistem Pemerintahan Demokrasi. Bandung: Eresco

Parwito. 2009. Komunikasi Politik; Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra.

Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencan Prenada Media Group

Samsul Wahidin. 2011. Hukum Pers. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Setiyono, Budi. 2008. Iklan Politik; Menjaring Suara dalam Pemilihan Umum. Yogyakarta: Galang Press.

(13)

Sumarno. 1989. Dimensi-Dimesi Komunikasi Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Media Ditinggalkan Jika Bertentangan dengan Publik, Kompas, Rabu 7 Maret 2010

Media Indonesai edisi Rabu 22 Februari 2012

Referensi

Dokumen terkait

tegakkan untuk tempat bersarang dan jenis tumbuhan pakan kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Pegunungan Merratus, Kalimantan Selatan dilakukan selama

Orang tua harus mampu mengarahkan anaknya di jalan yang benar, sebagai umat Islam dengan mengarahkan sesuai tuntunan agama dan memberi teladan yang bisa menjadi contoh bagi

Program ini merupakan program penyuluhan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-Kabupaten Sukoharjo, dengan cara mendatangi setiap sekolahan untuk

Hasil penelitian menunjukkan adanya tahap pengem- bangan calon suksesor berupa pemberian edukasi formal melalui jenjang pendidikan, maupun non-formal melalui arahan-arahan

Salah satu model pembelajaran yang membantu peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan atau aktivitas penyelidikan secara langsung untuk mencari solusi terkait

Kurnia Aneka Gemilang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.. Seluruh staff administrasi Jurusan Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Ridho,

penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologis di BPS Mu'arofah Surabaya tahun 2012 ” sebagai salah satu tugas akhir program