• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU RTH SEBAG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU RTH SEBAG (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

SEBAGAI NILAI TAMBAH

PADA KAWASAN PERUMAHAN

DI PERKOTAAN KUNINGAN

diajukan sebagai Prasyarat dalam Pemenuhan Angka Kredit Bagi Pengembangan Profesi Perencana

Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc Perencana Muda

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(2)

KATA PENGANTAR

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lainnya.

Makalah yang berjudul Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Nilai Tambah Pada Kawasan Perkotaan Kuningan merupakan suatu pemikiran penulis teekait ketersediaan RTH khususnya di lingkungan perumahan yang memiliki manfaat sebagai nilai tambah yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika lingkungan. Makalah ini merupakan sebuah Prasyarat dalam Pemenuhan Angka Kredit Bagi Pengembangan Profesi Perencana.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan tentang RTH berikut nilai tambahnya dalam kaitannya dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang di Kabupaten Kuningan. Seperti pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, segala sesuatu tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati, komentar, kritik dan saran demi perbaikan ini akan diterima dengan senang hati dan diucapkan terima kasih.

Kuningan, 18 Agustus 2015

Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 2

BAB II POKOK PERMASALAHAN 2.1. Permasalahan Umum ... 3

2.2. Permasalahan Khusus ... 3

BAB III PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEBAGAI NILAI TAMBAH PADA KAWASAN PERUMAHAN DI PERKOTAAN KUNINGAN 3.1. Penyediaan RTH Perkotaan Kuningan... 5

3.1.1. RTH Perkotaan Kuningan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011 – 2031 ... 5

3.1.2. RTH Perkotaan Kuningan berdasarkan Citra Satelit... 7

3.2. Nilai Tambah Penyediaan RTH pada Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan ... 9

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 17

4.2. Saran ... 17

(4)

DAFTAR TABEL

3.1. Luas RTH Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 Perkotaan Kuningan ... 6

3.2 Luas RTH Hasil Identifikasi Citra Satelit Perkotaan Kuningan ... 8

4.1 Korelasi Antara Fungsi RTH dengan Dampak Perkiraan

yang akan terjadi Terhadap Kawasan Sekitarnya ... 11

(5)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan Alokasi

RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 ... 7

3.2. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Fungsi RTH terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan ke-inginan warga, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan ke-inginan warga, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan perkotaan merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

(7)

dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan.

1.2. Maksud dan Tujuan

(8)

BAB II

POKOK PERMASALAHAN

2.1. Permasalahan Umum

Pertambahan jumlah penduduk Perkotaan Kuningan mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian pusat kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan RTH semakin terancam dan lingkungan pun semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.

Selain itu, masih kurangnya apresiasi akan pentingnya RTH, inkonsistensi masyarakat dalam pelaksanaan rekomendasi tata ruang yang sudah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Kuningan dan Rapat BKPRD Kabupaten Kuningan, serta lemahnya fungsi pengawasan (kontrol) dalam pelaksanaan pembangunan menyebabkan kuantitas dan kualitas RTH semakin berkurang.

2.2. Permasalahan Khusus

Pembangunan perumahan di Kabupaten Kuningan saling berkait erat dengan tiga pihak. Pertama, pihak pemerintah yang menyangkut pada kebijaksanaan pembangunan perumahan, tata ruang, pertanahan, perbankan, fiskal, moneter, lingkungan, politik dan partispasi masyarakat. Kedua, pihak swasta/investor yang sangat bergantung dari aspek investasi, teknologi, produk perumahan, pemasaran dan pengembalian investasi. Ketiga, pihak ketiga yaitu masyarakat yang menyangkut kemampuan daya beli, keinginan untuk mendapatkan produk rumah yang memenuhi standart kualitas dan estetika, lingkungan yang baik.

(9)

justru akan menambah nilai eksternalitas kawasan yang berdampak pada harga riel produk “rumah” yang semakin tinggi.

Beberapa permasalahan yang muncul terkait penyediaan RTH Perkotaan Kuningan diuraikan sebagai berikut :

a. pada bangunan/perumahan (lahan pekarangan) : belum adanya peraturan yang mengharuskan pemilik bangunan menggunakan lahan pekarangan sebagai bagian dari RTH privat dan perlunya penyuluhan untuk penanaman pohon pada lahan pekarangan yang termasuk dalam area non coverage dalam lahan pekarangan.

b. pada lingkungan permukiman : jumlah taman yang ada masih terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk di kawasan permukiman, masih sedikitnya jumlah community open space di lingkungan permukiman, masih kurangnya ruang terbuka yang khusus diperuntukkan sebagai tempat bermain.

c. RTH sepanjang jalan : dalam perencanaan jalan belum dipertimbangkan adanya ruang untuk RTH yang ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dan lebih mementingkan faktor teknis dan pada titik-titik persimpangan jalan banyak yang belum direncanakan secara khusus sebagai node sehingga titik-titik tersebut tidak bisa memberi nilai tambah bagi kualitas visual perkotaan.

(10)

BAB III

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

SEBAGAI NILAI TAMBAH PADA KAWASAN

PERUMAHAN DI PERKOTAAN KUNINGAN

3.1. Penyediaan RTH Perkotaan Kuningan

Tata ruang Perkotaan Kuningan penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang perkotaan yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang perkotaan selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warganya.

Munculnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diharapkan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumber dayamanusia, terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, maupun melindungi kawasan lindung di dalam melindungi RTH baik itu sekitar sempadan sungai maupun hutan kota sebagai jalur hijau.

3.1.1. RTH Perkotaan Kuningan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011 - 2031

(11)

pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan, untuk mengatasi kondisi lingkungan seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik yang relatif lebih murah, aman, sehat dan menyamankan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kawasan perkotaan yang memilki manfaat kehidupan yang sangat tinggi, tidak saja dapat menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan tapi juga dapat menjadi nilai kebanggan identitas wilayah perkotaan.

Selanjutnya, dengan adanya perubahan paradigma dalam pembangunan di Perkotaan Kuningan, khususnya dalam penyediaan RTH di wilayah kabupaten sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Perda No. 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031 dilaksanakan dengan melihat kondisi biogeografi lingkungan dan sumberdaya manusia di masing-masing desa/kelurahan dan hendaknya dikembangkan secara bertahap. Pada RTRW Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031 terdapat muatan rencana dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH.

Tabel 3.1

Luas RTH Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 Perkotaan Kuningan

No Kecamatan Desa/Kelurahan Luas

(m2) Persentase

6. Kelurahan Sukamulya 13.220 0,19

7. Kelurahan Winduherang 8.680 0,13

2 Kuningan 8. Desa Ancaran 26.270 0,39

14. Kelurahan Awirarangan 19.410 0,29

15. Kelurahan Cigintung 19.290 0,28

16. Kelurahan Cijoho 4.850 0,07

17. Kelurahan Ciporang 12.820 0,19

18. Kelurahan Cirendang 17.840 0,26

(12)

No Kecamatan Desa/Kelurahan Luas

(m2) Persentase

20. Kelurahan Kuningan 43.190 0,64

21. Kelurahan Purwawinangun 9.140 0,13

22. Kelurahan Winduhaji 7.230 0,11

23. Kelurahan Windusengkahan 1.500 0,02

Jumlah 6.784.840 100,00

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031

Tabel 3.1 menunjukan persentase luasan RTH menurut RTRW Kabupaten Kuningan paling besar disumbangkan oleh Kelurahan Citangtu dan Desa Cibinuang yang mencapai 80 persen luasan Perkotaan Kuningan. Kedua desa tersebut menyumbangkan luasan RTH paling besar dikarenakan tutupan lahannya masih mayoritas vegetasi. Pada desa/kelurahan lain, alokasi RTH hanya berupa spot-spot kecil pada wilayah sempadan jalan dan sempadan sungai serta beberapa spot kecil RTH Publik berupa taman serta RTH Privat yang dimiliki beberapa perumahan baik yang dibangun oleh individu maupun oleh pengembang/developer.

Gambar 3.1. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031

3.1.2. RTH Perkotaan Kuningan berdasarkan Citra Satelit

(13)

fakta di lapangan menyatakan bahwa keberadaan RTH yang jauh dari proporsi ideal, kekuatan pasar yang dominan merubah fungsi lahan sehingga keberadaan RTH semakin terpinggirkan bahkan diabaikan fungsi dan manfaatnya. Tata ruang yang diharapkan dapat mengakomodasi seakan tidak berdaya menahan mekanisme pasar.

Luasan RTH Perkotaan Kuningan hasil analisis di RTRW Kabupaten Kuningan masih belum mencapai 30 persen. Oleh karena itu, dilakukan identifikasi citra satelit untuk menemukenali kenampakan tutupan lahan yang berpotensi untuk dijadikan RTH. Tutupan lahan yang teridentifikasi sebagai RTH meliputi hutan kota, taman kota, lapangan olahraga, pemakaman, jalur-jaur hijau jalan dan beberapa lokasi yang dapat direncanakan sebagai RTH (rekomendasi).

Tabel 3.2

Luas RTH Hasil Identifikasi Citra Satelit Perkotaan Kuningan

No Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (m2) Persentase

1 Cigugur 1. Desa Cileuleuy 183.360 1,23

2. Desa Cisantana 98.780 0,66

3. Kelurahan Cigadung 228.940 1,53

4. Kelurahan Cigugur 218.340 1,46

5. Kelurahan Cipari 971.390 6,50

6. Kelurahan Sukamulya 47.760 0,32

7. Kelurahan Winduherang 535.720 3,59

2 Kuningan 8. Desa Ancaran 579.810 3,88

9. Desa Cibinuang 2.895.110 19,38

10. Desa Karangtawang 140.040 0,94

11. Desa Kasturi 271.730 1,82

12. Desa Kedungarum 1.124.410 7,53

13. Desa Padarek 227.740 1,52

14. Kelurahan Awirarangan 164.110 1,10

15. Kelurahan Cigintung 1.025.910 6,87

16. Kelurahan Cijoho 123.870 0,83

17. Kelurahan Ciporang 634.630 4,25

18. Kelurahan Cirendang 533.280 3,57

19. Kelurahan Citangtu 3.831.210 25,64

20. Kelurahan Kuningan 232.930 1,56

21. Kelurahan Purwawinangun 647.480 4,33

22. Kelurahan Winduhaji 180.770 1,21

23. Kelurahan Windusengkahan 44.790 0,30

Jumlah 14.942.110 100,00

(14)

Tabel 3.2 menunjukan bahwa sumbangan RTH Perkotaan paling besar diberikan oleh dua desa/kelurahan yaitu Kelurahan Citangtu dan Desa Cibinuang yang mencapai luasan 45 persen. Pada desa/kelurahan lainnya memiliki luasan yang bervariasi dengan nilai yang kecil. Konsentrasi jumlah permukiman penduduk yang berada di pusat kota menjadikan ketersediaan RTH masih minim.

Gambar 3.2. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan Hasil Delineasi Citra Foto Udara

3.2. Nilai Tambah Penyediaan RTH pada Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan

(15)

Kelayakan lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal keluarga menunjang nilai kelayakan lingkungan. Nilai-nilai ini sebenarnya belum menjamin terhadap nilai kelayakan baik dalam arti lingkungan ataupun rumah itu sendiri. Nilai kelayakan sangat tergantung pada arti sosial disamping arti teknis perencanaan fisik suatu rumah atau lingkungan tempat tinggal. Hal ini dimaksudkan sejauh mana suatu rumah mempunyai hubungan dengan lingkungan yang di ekspresikan secara nyata. Demikian pula sejauh mana penghuni rumah dapat berkomunikasi dengan tetangganya secara wajar. Dengan kata lain bangunan rumah harus mempunyai orientasi terhadap site dan lingkungan.

Sebagai wadah untuk tempat rekreasi atau kegiatan sosial lainnya, ruang terbuka lingkungan perumahan sering disebut dengan Taman Lingkungan. Bentuk daripada ruang terbuka ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Selain sebagai fungsi rekreasi, ruang terbuka ini juga mempunyai fungsi : ekologis, penyegaran udara,penyerapan air hujan,pengendali banjir, membantu proses recyling, memelihara ekosistem tertentu; dan juga estetis, membentuk perspektif dan efek keindahan lingkungan lansekap, pelembut arsitektur bangunan.

Orientasi perumahan terhadap lingkungan antara lain menyangkut :

a. Matahari, struktur bangunan seharusnya dapat mengontrol sinar matahari secara optimum. Penyerapan sinar matahari pagi sangat diharapkan terutama kamar tidur. Penggunaan jendela kaca yang lebar pada ruangan tamu dan ruang keluarga agar diperhatikan sebagai cara untuk mengatasi cahaya yang menyebabkan efek silau. Pengaturan kamar kamar hendaknya memperhatikan intensitas cahaya matahari yang dapat masuk atau sebaliknya bagaimana mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan bila tidak diperlukan.

b. Angin, mungkin suatu lokasi rumah, angin sangat mengganggu baik untuk aktivitas didalam maupun diluar rumah. Penanggulangan masalah ini dapat dilakukan dengan cara membangun suatu sistem pengontrolan angin atau dengan menanami dengan tanaman tertentu yang berfungsi sebagai buffer dan sekaligus untuk memperoleh keteduhan.

c. Suara, faktor suara dewasa ini semakinjelas menimbulkan gangguan. Gangguan suara yang amat terasa adalah suara yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor terutama pada bagian perumahan di tepi jalan utama. Untuk penyerapan suara pada dinding bangunan, orientasi dari ruang agar diatur sedemikian rupa hingga terhindar dari sumber suara . d. Site Plan Persil (Kaveling), fleksibilitas orientasi bangunan baik kedalam

(16)

konsep/model site plan yang dibangun berdasarkan peraturan yang berlaku. Berbagai konsep site blok perumahan mempunyai kelemahan dan kelebihan (konsep grid iron, cul-de-sac, cluster, dll). Semakin kecil persil, fleksibelitas semakin kecil pula dan semakin luas persil fleksibilitas semakin besar. Pengaturan ruang di dalam persil pada hakekatnya terbagi manjadi area pribadi, area publik dan area pelayanan. Area publik dimaksudkan adalah ruang bangunan dan halaman rumah yang mengarah kejalan dan merupakan bagian dari jalur hijau yang bersifat pribadi.

e. Hubungan Antara Rumah dan Site, suatu persil, mungkin berbentuk datar, berbukit, berteras atau berbukit batu. Bentuk bangunan atau rumah sebaiknya disesuaikan dengan karakter dari site itu sendiri. Dalam menjalin hubungan antara site dan bangunan, Frank Lloyd Wright, salah seorang arsitek terkemuka memperkenalkan prinsip: Organic Architecture yakni prinsip kesesuaian dengan lingkungannya.

f. Hubungan Site dan Lingkungan, suatu rumah yang dikatakan cukup baik hubungannya dengan site belum berarti cukup baik pula dengan lingkungannya. Oleh karenanya seorang arsitek lansekap harus peka untuk penyesuaian bangunan dengan site dan lingkungannya. Setiap rumah dalam suatu lingkungan hendaknya integrated dengan semua perlengkapan lingkungan seperti; park, tempat bermain, tempat belanja, sekolah, keindahan alam, dan lain lainnya.

Tabel 4.1 Korelasi Antara Fungsi RTH dengan Dampak Perkiraan yang akan terjadi Terhadap Kawasan Sekitarnya.

No Fungsi RTH Dampak terhadap

Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan

1 Urban Metropolitan Park System

Rencana peruntukkan RTH suatu kawasan harus merupakan bagian dari sistem RTH perkotaan. Dengan demikian daerah sekitar kawasan perumahan akan menerima dampak dari sistem tersebut. Penghijauan tepi jalan menuju gerbang masuk perumahan akan tertata baik sebagi konsekuensi pengembang untuk memperlihatkan citra kawasan nya.

2 Keindahan Lingkungan Lingkungan yang asri, indah dan nyaman akan membawa suasana kawasan menjadi menarik. Kondisi yang demikian akan mempengaruhi pola penataan lingkungan di sekitar kawasan serta membawa kesadaran masyarakat akan keindahan halaman rumahnya.

3 Mengurangi dampak banjir Pada daerah yang rendah dan cenderung terjadi genangan air yang menimbulkan banjir, beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk meng

(17)

No Fungsi RTH Dampak terhadap

Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan

yang memenuhi kretaria tersebut antara lain: Nangka (Artocarpus integra), Albizia (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Sweitenia sp), Jati (Tectona Grandis), KiHujan (Samanea Saman). Dengan penanaman jenis tanaman tersebut, maka genangan banjir di dalam kawasan ataupun di sekitar kawasan dapat dikurangi.

4 Menciptakan Iklim mikro Salah satu masalah yang cukup merisaukan masyarakat adalah berkurangnya kenyamanan akibat meningkatnya suhu udara. Untuk mengatasi itu, RTH dibangun (dengan pola penghijauan tanaman pohon) agar pada siang hari tidak terlalu panas akibat banyaknya perkerasan seperti jalan, jembatan, bangunan dlsbnya. Sebaliknya pada malam hari dapatlebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi [Grey and Deneke dalam Robinette,1983]. Jumlah pantulan radiasi matahari sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuh sinar matahari, keadaaan cuaca dan posisi lintang [Robinette]. Jadi, pada kawasan perumahan penghijauan RTH akan menciptakan iklim mikro. 5 Kelestarian Tata Air/

Peresapan air

Salah satu konsepsi dasar RTH adalah kawasan dengan seminimal mungkin adanya perkerasan. Sebagian besar di dominasi oleh pepohonan. Dengan demikian jika terjadi hujan lebat, air hujan dapat meresap ke dalam tanah sebagai air infiltrasi melalui permukaan tanah yang terbuka. Dengan demikian fungsi resapan sangat berarti. Pada kawasan sekitarnya dengan banyaknya air terserap kedalam tanah, maka beban saluran air pembuangan yang melalui kawasan sekitar perumahan dapat semakin berkurang.

6 Mencegah Polusi Udara Adanya kawasan perumahan menyebabkan terjadinya lalulintas kendaran yang tinggi menuju kawasan tersebut. Banyaknya arus kendaraan menyebabkan terciptanya sisa buangan asap kendaraan yang menyebabkan polusi. Demikian pula masalah

kebisingan. Dengan pola penanaman terpadu di dalam maupun di luar kawasan akan mengurangi masalah tersebut.

7 Udara Segar RTH di dalam kawasan akan menghasilkan udara segar bagi masyarakat. Pepohonan akan mengeluarkan O2 dan menyerap CO2. Sehinga rasa nyaman akan tercapai. Demikian pula dampak di luar kawasan akan menerima rasa nyaman.

(18)

No Fungsi RTH Dampak terhadap

Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan

bermanfaat, jenis tersebut dapat dibudidayakan lebih lanjut.

9 Habitat Satwa Fauna RTH dapat dikembangkan sebagai habitat burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makanan maupun tempat bersarang dan bertelur. Beberapa jenis pohon yang disukai oleh burung karena buah, nektar, bunga, ijuk, batangnya yang menarik diantaranya: kiara, caringin, loa (Ficus,sp), dadap (Erythrina variegata), aren (Arenga pinnata), bambu (Bambusa sp), dan lain lain. Dengan demikian, lingkungan di sekitar perumahan memberikan lingkungan yang lebih alami.

10 Penahan Angin Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin berupa tanaman pada RTH [Panilov dalam Robinette,1983]. Jadi, RTH di dalam kawasan perumahan membawa dapat positif terhadap

lingkungan disekitarnya. Sumber : Hakim, 2011, dengan Modifikasi

Penilaian manfaat RTH dapat dilakukan dengan menggunakan pasar pengganti sumberdaya milik umum yaitu barang dan jasa lingkungan. Jasa lingkungan tidak ada harganya dan tidak masuk dalam mekanisme pasar maka diperlukan subsitusi atau pelengkap dalam menilai manfaat sumberdaya milik umum.

Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam menghitung biaya lingkungan dengan cara memakai nilai pasar secara tidak langsung. Teknik-teknik yang dimaksudkan adalah :

a. barang-barang dan jasa-jasa yang dipasarkan sebagai pengganti lingkungan; Setiap teknik memiliki kebaikan dan kebutuhan tersendiri, juga kebutuhan akan data dan sumber daya.Dalam perhitungan untuk permasalahan keberadaan RTH suatu kawasan, teknik yang diusulkan adalah mempergunakan butir 2.

b. nilai milik;

Pendekatan nilai milik termasuk dalam pendekatan nilai lahan karena banyak masalah-masalah yang lebih luas seperti perlindungan tanah datar terhadap banjir. Masalah yang lebih luas memerlukan pendekatan yang lebih luas pula yaitu dapat memperkirakan manfaat program pemerintah dengan menggunakan nilai lahan.

c. nilai lahan yang lain;

(19)

Dengan memperoleh kurve permintaan, dapat dihitung manfaat atau kerugian dari perubahan atau penyediaan barang lingkungan.

d. perbedaan upah; dan e. biaya perjalanan.

Menurut Rosen (1974) dalam Hakim (2011), harga kenikmatan didifinisikan sebagai harga tersirat karakterik suatu milik (misalnya luas, lokasi, kualitas, dan karakteristik) yang dipertanyakan pada para pelaku ekonomi dari harga berbagai milik yang diamati dan jumlah tertentu karakteristik yang berhubungan dengan hal tersebut.

Dasar teoritik pendekatan nilai milik adalah memungkinkan penganalisis memberikan nilai pada manfaat perbaikan dalam kualitas lingkungan atau juga faktor keindahan. Pemakaian teknik ini berdasarkan pada anggapan bahwa kesediaan seseorang untuk membayar cukup tepat untuk membatasi dan mengukur perbaikan kualitas lingkungan. Masalah dan Keterbatasan Teknik didalam menerapkan teknik nilai milik pada masalah kualitas lingkungan dan di dalam menaksirkan hasil yang diperoleh perlu berhati-hati.

Maler (1977) dalam Hakim (2011) memberikan gambaran pendekatan sebagai berikut:

a. Bahwa terdapat sejumlah besar individu yang berlainan yang berbeda pada komunitas yang homogen

b. Bahwa harga tanah berdasar harapan tentang kualitas lingkungan masa datang, sedangkan metodenya tergantung pada korelasi dengan kualitas lingkungan sekarang.

c. Bahwa orang tanggap terhadap perbedaan dalam kualitas lingkungan. d. Bahwa orang bersedia membayar perbaikan lingkungan sekitar mereka

bertempat tinggal.

e. Bahwa ada informasi sempurna tentang harga kawasan pemukiman.

f. Bahwa rumah tangga secara terus menerus menilai putusan mereka sehubungan dengan tempat tinggal mereka.

(20)

Tabel 4.2 Variabel Penilaian Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan

No Faktor Bandingan

1 Letak lokasi kawasan perumahan dekat pusat kota

2 Kondisi lingkungan (RTH) alamiah, iklim, suasana, indah, nyaman, banyak pepohonan, ada sungai, pebukitan, taman lingkungan

3 Pencapaian terhadap jalan lokal, regional dekat dengan jalan utama

4 Kondisi tapak tanah datar, berkountour

5 Banyak alternatif jalan menuju pusat kota jalan regional

6 Kemungkinan perkembangan wilayah sekitar banyaknya kawasan perumahan

7 Kemudahan transportasi umum ke lokasi tersediannya angkutan kota

8 Tidak banjir atau berada di atas batas ambang air sungai

topografi tapak diatas permukaan garis banjir, Tapak berada diatas jalan utama.

9 Bentuk Blok Plan Bangunan cul de-sac, cluster,

10 Arsitektur Bangunan modern atau tradisional

11 Kemungkinan pengembangan bangunan Mudah , efisien

12 Kondisi bangunan, spesifikasi Kualitas bahan bangunan, standart ruang

13 Kepadatan Bangunan Sesuai ketentuan dan peraturan

14 Utilitas Dekat atau tersedianya fasilitas sekolah, pasar tradisional, fasilitas olahraga, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana bermain anak-anak, kantor warga, apotik, pemakaman, pedestrian, jalur sepeda

15 Fasilitas sarana dan prasarana lingkungan air bersih, saluran telepon, listrik, pembuangan sampah, penerangan jalan

16 Kondisi jalan Lebar jalan diatas ketentuan, kualitas Jalan.

17 Kondisi keamanan Pemadam kebakaran, rambu-rambu jalan

Sumber : Hakim, 2011, dengan Modifikasi

Dampak dari peran serta masyarakat perumahan terhadap penataan RTH dapat ditinjau dari sisi internal dan Sisi eksternal baik secara mikro (penataan pekarangan rumah tinggal berupa penghijauan pertamanan) maupun secara makro (usaha penghijauan lingkungan kawasan), berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi dan aspek sosial budaya.

Sisi Internal:

(21)

budaya yaitu mengembangkan kesadaran masyarakat untuk mencintai tanaman serta melestarikan lingkungan.

2. Kegiatan dalam pembangunan RTH secara swadaya memberikan nilai kebersamaan sebagai suatu kegiatan gotong royong antar warga yang akan mempererat rasa kesatuan dan persatuan.

3. Dengan demikian, rasa memiliki lingkungan kawasan akan menjadi dasar dalam pengembangan lingkungan menuju ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan lingkungan.

Sisi Eksternal:

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan peruntukan pembangunan RTH akan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan dari hasil tanaman penghijauan tanaman hias dan tanaman produktif, seperti:

a. munculnya penjual tanaman hias;

b. menciptakan kesempatan kerja bagi petani tanaman dan buah-buahan. c. memberikan kesempatan tenaga kerja sebagai pengumpul bibit tanaman. d. munculnya petani tanaman produktif yang dapat memetik hasil setelah

(22)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dengan mengacu pada perundang-undangan dan peraturan mengenai lingkungan hidup serta memperhatikan masalah utama dalam pembangunan perumahan dan pemukiman, maka upaya mewujudkan pembangunan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan di Perkotaan Kuningan adalah melaksanakan pembangunan yang terpadu dan terencana yang dapat mengatasi masalah tersebut dan menghasilkan pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi mendatang

(sustainable development).

RTH tidak dapat diartikan semata-mata kumpulan atau penanaman berbagai jenis tanaman penghijauan belaka. RTH lingkungan perumahan merupakan bagian bangunan perumahan dalam suatu lingkungan itu sendiri. Ini dimaksudkan karena ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan dan aktifitas tertentu dari warga setempat ataupun secara berkelompok.

Dampak dari peran serta masyarakat perumahan di Perkotaan Kuningan terhadap penataan ruang terbuka hijau dapat ditinjau dari sisi internal dan sisi eksternal baik secara mikro (penataan pekarangan rumah tinggal berupa penghijauan pertamanan) maupun secara makro (usaha penghijauan lingkungan kawasan), berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomidan aspek sosial budaya.

4.2. Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Rustam .2011. Aspek Keberadaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Nilai Tambah Pada Kawasan Perumahan Perkotaan. Karya Tulis. Didownload di

: https://rustam2000.wordpress.com/karya-tulisku/ pada tanggal 12

Agustus 2015 Pukul 08.02 BBWI.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan

Perkotaan.

Peraturan Daerah No 26 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang

(24)

Gambar

Tabel 3.1  Luas RTH Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 Perkotaan Kuningan
Tabel 3.1 menunjukan persentase luasan RTH menurut RTRW Kabupaten Kuningan paling besar disumbangkan oleh Kelurahan Citangtu dan Desa Cibinuang yang mencapai 80 persen luasan Perkotaan Kuningan
Tabel 3.2 Luas RTH Hasil Identifikasi Citra Satelit Perkotaan Kuningan
Gambar 3.2. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan  Hasil Delineasi Citra Foto Udara
+3

Referensi

Dokumen terkait

4 Rasio Siswa per KS dan Guru dan Rombongan Belajar per Sekolah menurut Status Sekolah Tiap Provinsi / Ratios of Pupils to Headmasters and Teachers and Classes to Schools by Status

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat agitasi pada

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tingkat higiene pada aspek pengadaan dan pengelolaan bahan baku dangke masih rendah; tingkat higiene aspek proses

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

Narasumber lainnya terkait pemberitaan Kemenristek antara lain Kepala Pemberitaan Kemenristek Munawir Razak terkait isu Kerjasama Iptek RI dan Belarusia dan Staf Ahli Menteri

Belanja bahan Kegiatan Peningkatan Kualitas Panitera Peradilan Pengadaan Langsung 2.680.000 38 Peningkatan Manajemen Peradilan Umum, KODE RUP: 27060693 KODE RUP SWAKELOLA:

dekatan aljabar max-plus dalam sistem even diskrit dinamik adalah karena plus dapat menangani dengan mudah proses sinkronisasi (Braker, 1990). Pendekatan dengan aljabar

Berdasarkan hasil plot tersebut yang di overlay dengan type curve Ganesh Thakur, maka dapat dilihat bahwa hasil plot berhimpitan dengan type curve nomor 2,