• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

(2)
(3)
(4)

Lampiran 2

(5)
(6)
(7)

Lampiran 3

Tanggal Pemeriksaan : ... No. Kartu :

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN SKOR PUFA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK 6-12 TAHUN DI SD KECAMATAN MEDAN POLONIA DAN

KECAMATAN MEDAN JOHOR

Nama :

Kelas :

Tanggal Lahir : ...

(1) Usia : Tahun Bulan 1

A. Karakteristik Responden

(2) Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2

2. Perempuan

(3) Kelompok Usia : 1. 6-8 tahun 3

2. 9-12 tahun

B. Pemeriksaan Kategori Massa Tubuh

(4) Tinggi Badan (meter) : 4

,

(5) Berat Badan (Kilogram) : 5 ,

(6) IMT=

= 6

(8)

Tanggal Pemeriksaan : ... No. Kartu :

(7) Kategori indeks massa tubuh : 1.Kurus

IMT-3 SD s/d <-2 SD

2. Normal 7

IMT-2 SD s/d 1 SD

3. Gemuk

IMT >1 SD s/d 2 SD

C. Pemeriksaan skor PUFA/pufa dan DMFT/deft

Keterangan :

P/p : Karies mencapai pulpa D/d : Karies yang belum ditamba X : Sudah hilang

U/u : Ulserasi M/e : Gigi yang hilang O : Belum erupsi F/f : Fistula F/f : Karies dengan tambalan tetap

A/a : Abses

*Bila kedua gigi bermasalah maka diambil kedua gigi yang bermasalah

pufa

deft

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

PUFA

DMFT

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

DMFT

PUFA

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

deft

(9)

Tanggal Pemeriksaan : ... No. Kartu :

(8) P = ... 8

(9) U = ... 9

(10) F = ... 10

(11) A = ... 11

(12) PUFA = ... 12

(13) p = ... 13

(14) u = ... 14

(15) f = ... 15

(16) a = ... 16

(17) pufa = ... 17

(18) PUFA + pufa = ... 18

(19) D = ... 19

(20) M = ... 20

(21) F = ... 21

(22)DMFT = ... 22

(23) d = ... 23

(24) e = ... 24

(25) f = ... 25

(26)deft = ... 26

(10)

(28) Kelompok Anak : 1. Kelompok DMFT+deft = 1-4

2. Kelompok DMFT+deft > 4 28

(11)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON ORANG TUA / WALI SUBJEK PENELITIAN

Kepada YTH:

Bapak/Ibu dari ………..

Di SD ………

Dengan hormat,

Nama saya Windi Pratiwi, sedang menjalani pendidikan Kedokteran Gigi Program S1 Ilmu Kedokteran gigi FKG USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul: Hubungan Skor PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak

6-12 Tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor,

dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan kelompok anak tanpa PUFA/pufa. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua dan guru mengenai dampak karies yang tidak dirawat.

(12)

Partisipasi anak dari Ibu/Bapak bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Pada penelitian ini, anak dari Ibu/Bapak tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu/Bapak membutuhkan penjelasan dan anak mengalami keluhan yang berhubungan dengan penelitian ini, maka dapat menghubungi saya:

Nama: Windi Pratiwi

No. HP: 087769372820

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu/Bapak yang telah mengizinkan anak untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan anak Ibu/Bapak dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu/Bapak bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan,... 2016

Peneliti

(13)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….

Alamat : ……….

Telepon/HP : ……….

Selaku orang tua dari anak :

Nama : ……….

Kelas : ……….

Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang berjudul “Hubungan Skor PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak 6-12 Tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor”, maka dengan penuh kesadaran atau tanpa paksaan, menyatakan anak saya bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian ini, dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ………2016

Mahasiswa Peneliti Orang tua / wali subjek

(14)
(15)

Lampiran 8

Crosstabs

Usia * JK Crosstabulation

JK

Laki-laki Perempuan Total

Usia 6 Count 26 25 51

% within Usia 51.0% 49.0% 100.0%

% within JK 14.3% 14.0% 14.2%

% of Total 7.2% 6.9% 14.2%

7 Count 26 25 51

% within Usia 51.0% 49.0% 100.0%

% within JK 14.3% 14.0% 14.2%

% of Total 7.2% 6.9% 14.2%

8 Count 27 25 52

% within Usia 51.9% 48.1% 100.0%

% within JK 14.8% 14.0% 14.4%

% of Total 7.5% 6.9% 14.4%

9 Count 25 27 52

% within Usia 48.1% 51.9% 100.0%

% within JK 13.7% 15.2% 14.4%

% of Total 6.9% 7.5% 14.4%

10 Count 26 25 51

% within Usia 51.0% 49.0% 100.0%

% within JK 14.3% 14.0% 14.2%

% of Total 7.2% 6.9% 14.2%

11 Count 24 28 52

% within Usia 46.2% 53.8% 100.0%

(16)

% of Total 6.7% 7.8% 14.4%

12 Count 28 23 51

% within Usia 54.9% 45.1% 100.0%

% within JK 15.4% 12.9% 14.2%

% of Total 7.8% 6.4% 14.2%

Total Count 182 178 360

% within Usia 50.6% 49.4% 100.0%

% within JK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.6% 49.4% 100.0%

Kelompok

Descriptivesa,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z,aa,ab

Kelompok Statistic Std. Error

D I Mean 1.24 .119

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.00

Upper Bound 1.47

5% Trimmed Mean 1.15

Median 1.00

Variance 1.755

Std. Deviation 1.325

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness .759 .218

Kurtosis -.602 .433

II Mean 4.06 .286

(17)
(18)
(19)

Interquartile Range 0

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Skewness .627 .218

Kurtosis .191 .433

Crosstabs

Kelompok * Kategori IMT Crosstabulation

Kategori IMT

Kurus Normal Gemuk Total

Kelompok I Count 21 92 10 123

% within Kelompok 17.1% 74.8% 8.1% 100.0%

% within Kategori IMT 13.7% 49.5% 47.6% 34.2%

% of Total 5.8% 25.6% 2.8% 34.2%

II Count 55 49 10 114

% within Kelompok 48.2% 43.0% 8.8% 100.0%

% within Kategori IMT 35.9% 26.3% 47.6% 31.7%

% of Total 15.3% 13.6% 2.8% 31.7%

III Count 77 45 1 123

% within Kelompok 62.6% 36.6% .8% 100.0%

% within Kategori IMT 50.3% 24.2% 4.8% 34.2%

% of Total 21.4% 12.5% .3% 34.2%

Total Count 153 186 21 360

% within Kelompok 42.5% 51.7% 5.8% 100.0%

% within Kategori IMT 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(31)

Chi-Square Tests

Linear-by-Linear Association 49.090 1 .000

N of Valid Cases 360

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.65.

5% Trimmed Mean 13.9022

Median 13.6000

PUFAtambahpufa Mean 3.18 .178

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.83

Upper Bound 3.53

(32)

Median 3.00

Variance 3.902

Std. Deviation 1.975

Minimum 0

Maximum 11

Range 11

Interquartile Range 2

Skewness 1.278 .218

Kurtosis 2.040 .433

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IMT .149 123 .000 .850 123 .000

PUFAtambahpufa .203 123 .000 .881 123 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Correlations

PUFAtambahpuf

a IMT

Spearman's rho PUFAtambahpufa Correlation Coefficient 1.000 -.533**

Sig. (2-tailed) . .000

N 123 123

IMT Correlation Coefficient -.533** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 123 123

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(33)

Descriptives

Kategori usia Statistic Std. Error

(34)
(35)
(36)

PUFAtambahpufa 6-8 .215 52 .000 .893 52 .000

9-12 .183 71 .000 .844 71 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Mann-Whitney Test

Ranks

Kategori

usia N Mean Rank Sum of Ranks

pufa 6-8 52 85.02 4421.00

9-12 71 45.14 3205.00

Total 123

PUFAA 6-8 52 50.67 2635.00

9-12 71 70.30 4991.00

Total 123

PUFAtambahpufa 6-8 52 80.05 4162.50

9-12 71 48.78 3463.50

Total 123

Test Statisticsa

pufa PUFAA

PUFAtambahpuf

a

Mann-Whitney U 649.000 1257.000 907.500

Wilcoxon W 3205.000 2635.000 3463.500

Z -6.215 -4.174 -4.900

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

a. Grouping Variable: Kategori usia

(37)

JK

Case Processing Summary

JK

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pufa Laki-laki 64 100.0% 0 .0% 64 100.0%

Perempuan 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%

PUFAA Laki-laki 64 100.0% 0 .0% 64 100.0%

Perempuan 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%

PUFAtambahpufa Laki-laki 64 100.0% 0 .0% 64 100.0%

Perempuan 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%

Descriptives

JK Statistic Std. Error

Pufa Laki-laki Mean 2.72 .252

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.21

Upper Bound 3.22

5% Trimmed Mean 2.63

Median 2.00

Variance 4.078

Std. Deviation 2.019

Minimum 0

Maximum 7

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness .721 .299

Kurtosis -.093 .590

(38)
(39)

Variance .932

PUFAtambahpufa Laki-laki Mean 3.09 .225

(40)

Range 11

Interquartile Range 2

Skewness 1.486 .311

Kurtosis 2.902 .613

Tests of Normality

JK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pufa Laki-laki .179 64 .000 .904 64 .000

Perempuan .175 59 .000 .882 59 .000

PUFAA Laki-laki .453 64 .000 .573 64 .000

Perempuan .470 59 .000 .467 59 .000

PUFAtambahpufa Laki-laki .224 64 .000 .873 64 .000

Perempuan .216 59 .000 .854 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Mann-Whitney Test

Ranks

JK N Mean Rank Sum of Ranks

pufa Laki-laki 64 61.09 3910.00

Perempuan 59 62.98 3716.00

Total 123

PUFAA Laki-laki 64 63.34 4054.00

Perempuan 59 60.54 3572.00

Total 123

PUFAtambahpufa Laki-laki 64 60.65 3881.50

Perempuan 59 63.47 3744.50

(41)

Test Statisticsa

pufa PUFAA

PUFAtambahpuf

a

Mann-Whitney U 1830.000 1802.000 1801.500

Wilcoxon W 3910.000 3572.000 3881.500

Z -.298 -.603 -.447

DMFTtambahdeft Mean 4.78 .178

95% Confidence Interval for

(42)

Median 14.9000

Variance 5.106

Std. Deviation 2.25966

Minimum 11.80

Maximum 23.60

Range 11.80

Interquartile Range 2.90

Skewness 1.110 .158

Kurtosis 1.104 .315

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMFTtambahdeft .168 237 .000 .926 237 .000

IMT .117 237 .000 .918 237 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Nonparametric Correlations

Correlations

IMT DMFTtambahdeft

Spearman's rho IMT Correlation Coefficient 1.000 -.414**

Sig. (2-tailed) . .000

N 237 237

DMFTtambahdeft Correlation Coefficient -.414** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 237 237

(43)
(44)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta P, Gupta N, Singh HP. Prevalence of dental caries in relation to body mass index, daily sugar intake, and oral hygiene status in 12-year-old school children in Mathura City: A pilot study. Int J Pedt 2014: 1-5.

2. World Health Organization. Oral health. 2012. <http://www. who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/> (12 Agustus 2015).

3. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia. Strategy for

oral health in South-East Asia. 2013.

<http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/documents/sea_n cd_90/en/> (12 Agustus 2015).

4. Adyatmaka I. Model simulator risiko karies gigi pada anak prasekolah. Disertasi. Jakarta: Program Doktor Ilmu Kedokteran Gigi FKG UI, 2008: 4-27. 5. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Atlas berwarna lesi mulut yang

sering ditemukan. Alih Bahasa. Juwono L. Jakarta: EGC, 2013: 68,172.

6. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holmgren C, Van Palenstin Helderman W. PUFA- an index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77-8.

7. Sheiham A. Dental caries affects body weight, growth and quality of life in pre-school children. British Dent J 2006; 201: 625-6.

8. Benzian et al. Untreated severe dental decay: A neglected determinant of low body mass index in 12-year old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11: 558-67.

9. Selwitz RH, Ismail AI, Pitts NB. Dental caries. The Lancet 2007; 369: 51-3. 10. Ozdemir D. Dental caries and preventive strategies. Journal of Educational and

Instructional Studies in the World 2014; 4: 20-1.

11. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-9.

(45)

41

13. Shah AF, Batra M, Kabasi S, Dany SS, Rajput P, Ishrat A. Dental caries experience among 6-12 year old school children of Budgam District, Jammu and Kashmir State, India. Asian Pac J Health Sci 2015; 2(1): 55-9.

14. Moreira RS. Epidemiology of dental caries in the world. 29 Februari 2012. <http://www.intechopen.com/books/oral - health - care - pediatric - research epidemiology - and - clinical - practices / epidemiology - of - dental - caries -in-the-world> (14 Agustus 2015).

15. Dixit LP, Shakya A, Shrestha M, Shrestha A. Dental caries prevalence, oral health knowledge and practice among indigenous Chepang school children of Nepal. BMC Oral Health 2013; 13: 20.

16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013: 118-9.

17. Pontonuwu J, Maariati NW, Wicaksono DA. Gambaran status karies anak consequences of untreated dental caries evaluated using PUFA index in orphanage children from India. Journal of International Oral Health 2013; 5(5): 2.

20. National Obesity Observatory. Body mass index as a measure obesity. 2009. <http:// www. noo. org. uk/ uploads /doc 789_40_ noo_ BMI. pdf > (14 Agustus 2015).

21. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011: 4,18-20, 36-8.

(46)

42

India : A cross sectional study. J of Clinical and Diagnostic Research 2015; 9 (1): 40.

23. Baginska J. Evaluation of the status of primary dentition in 6-7-year-old children from Bialystok district using the mean dmf and the index of clinical consequences of untreated caries (pufa). Dent Med Probl 2013; 50(2): 161. 24. Jazrawi KH. Evaluation of the sequelae of untreated dental caries using PUFA

index. Al-Rafidain Dent J 2014; 14(1): 101-3.

25. Oziegbe EO, Esan TA. Prevalence and clinical consequences of untreated dental caries using PUFA index in Suburban Nigerian school children. Eur Arch Paediatr Dent 2013; 14: 227-9.

26. Mohammadi TM, Hossienian Z , Bakhteyar M. The association of body mass index with dental caries in an Iranian sample of children. J Oral Health Oral Epidemiol 2012; 1(1): 29-35.

27. Begum Z, Nagamalleshwari M, Srivinas P, Gadagi JS, Gadde P, Jyothirmai K. Is body mass index truly related to dental caries? survey on predisposing factors for overweight among Indian school children. Dent Hyphotheses 2014; 5(4): 150-4.

28. Dua R, Jindal R, Kaur D, Aggarwal N. Correlation between PUFA/pufa scores and BMI-for age in rural Indian children. Indian J Oral Sci 2014; 5: 21-5. 29. Mishu MP, Hobdell M, Khan MH, Hubbard RM, Sabbah W. Relationship

between untreated dental caries and weight and height of 6-to 12-year-old primary school children in Bangladesh. Int J Dent 2013; 2013:1-4.

30. Bafti LS, Hashemipour MA, Poureslami H, Hoseinian Z. Relationship between body mass index and tooth decay in a population of 3-6 year-old children in Iran. Hindawi Int J Pedt 2015; 2015: 1-5.

(47)

43

32. Sohi RK, Gambhir RS, Veeresha KL, Randhawa AK, Singh G. Assessment of prevalence of dental caries among 5 and 12-year-old school children in Chandigarh (U.T.) India. Arch Oral Res 2012; 8(1): 39-45.

33. Sumanti V, Widarsa T, Duarsa DP. Factors related to parent’s participation in child dental health care in Tegallalang I community health centre. Public Health and Prev Med Arch 2013; 1(1): 1-7.

34. Nabila A, Setijanto D, Santosa LM. Hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak umur 6-12 tahun. Dent Public Health J 2015; 6(1): 9-15. 35. Alkarimi HA, Watt RG, Pikhart H, Sheiham A, Tsakos G. Dental caries and

growth in school-age children. Pediatric 2014; 133(4): 616-21.

36. Cameron FL, Weaver LT, Wriight CM, Welbury RR. Dietary and social characteristics of children with severe tooth decay. Scott Med J 2006; 51: 26-9. 37. Sudha P, Bashin S, Anegundi R. Prevalence of dental caries among 5-13 year

old children of Mangalor City. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2005; 6: 74-8. 38. Ferraro M, Vieira AR. Explaining gender differences in caries: A multifactorial

approach to multifactorial disease. International Journal of Dentistry 2010; 2010: 1-4.

(48)

19

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian analitik observasi dengan metode cross

sectional untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia

6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan kelompok anak dengan DMF/deft tanpa PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 060901, SDN 060880, SDS Angkasa Kecamatan Medan Polonia dan di SDN 060936, SDN 060937 SDS Asri School Kecamatan Medan Johor. Penulisan proposal dilakukan pada bulan Agustus 2015 hingga November 2015, pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga Januari 2016, penyusunan laporan penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Polonia. Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun pada SD yang sudah di random di Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Polonia. Pengambilan sampel menggunakan metode

multistage random pada 21 kecamatan di Kota Medan, diperoleh satu kecamatan di

(49)

20

menjadi sampel penelitian dari tiap-tiap SD yang memenuhi kriteria inklusi, namun memperhitungkan besar sampel yang seimbang untuk setiap kelompok usia dan jenis kelamin.

Rumus besar sampel yang digunakan:

[( ) ]

Nilai S gabungan didapatkan dari penelusuran pustaka penelitian sebelumnya.30 Berdasarkan penelusuran pustaka didapati data sebagai berikut;

Keterangan; n1 = 487 anak31

n2 = 419 anak31

S1 = 1,931

S2 = 2,431

(50)

21

[( ) ]

Keterangan;

Zα = derivate baku alfa ( 5 %) Zβ = derivate baku beta ( 20%)

Sg = Simpangan baku gabungan

Besar sampel minimal pada tiap kelompok adalah 109 orang. Besar sampel ini ditambah sebesar 10 % menjadi 120 orang sampel pada tiap kelompok. Kelompok 1 adalah 120 orang anak yang hanya memiliki DMFT/deft berkisar dari 1 sampai 4 dan tidak memiliki PUFA/pufa. Kelompok 2 adalah 120 orang anak yang hanya memiliki DMFT/deft lebih dari 4 dan tidak memiliki PUFA/pufa. Kelompok 3 adalah 120 orang anak yang memiliki PUFA/pufa minimal 1.

Pada penelitian ini sampel diambil dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

- Periode gigi bercampur - Keadaan umum anak baik - Usia 6-12 tahun

- Mendapat persetujuan dari orang tua

- Kelompok 1: DMF-T + def-t = 1-4 untuk kelompok anak tanpa PUFA/pufa

(51)

22

Kriteria Ekslusi :

- Anak menolak untuk diperiksa - Anak dengan piranti ortodonti

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Bebas : Jenis kelamin, usia, anak dengan skor PUFA/pufa, anak dengan skor DMFT/deft 1 / tanpa PUFA/pufa, anak dengan skor DMFT/deft / tanpa PUFA/pufa, rerata skor PUFA/pufa

Variabel Tergantung : Kategori indeks massa tubuh, rerata indeks massa tubuh

3.4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara

Pemeriksaan Kategori Skala Data

(52)
(53)
(54)
(55)

26

Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dapat dimulai setelah mendapatkan persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komisi Etik Penelitian FK USU dan kepala sekolah dari sekolah bersangkutan.

(56)

27

3. Pemeriksaan dimulai dengan mengukur tinggi badan anak menggunakan meteran gulung, dilanjutkan dengan pengukuran berat badan anak dengan timbangan digital.

4. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan rongga mulut untuk mengetahui indeks PUFA/pufa pasien dan DMFT/deft yang selanjutnya akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu dengan PUFA/pufa, DMFT/deft 1-4 tanpa PUFA/pufa, dan DMFT/deft >4 tanpa PUFA/pufa. Pemeriksaan dilakukan secara visual menggunakan kaca mulut, sonde dan bantuan lampu senter.

5. Hasil pemeriksaan dicatat dalam kuisioner yang telah disiapkan oleh peneliti.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding dan entry data, kemudian dilakukan analisis data. Melihat perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak dengan PUFA/pufa dibandingkan dua kelompok anak tanpa PUFA/pufa digunakan analisis Chi Square. Analisis melihat korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata skor PUFA/pufa dan korelasi rerata DMFT/deft dengan rerata indeks massa tubuh menggunakan korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal. Nilai p dianggap bermakna apabila p< 0,05 dengan interval kepercayaan 95%. Melihat hubungan antara usia, jenis kelamin dengan skor PUFA/pufa menggunakan analisis uji Mann-Whitney karena data tidak terdistribusi normal.

3.7 Etika Penelitian

Etika Penelitian mencakup :

1. Lembar Persetujuan ( informed consent )

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini.

(57)

28

2. Ethical Clearance

(58)

29

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 360 orang yang diambil dari empat sekolah yaitu SD Negeri 060901, SD Swasta Angkasa, SD Negeri 060937, dan SD Swasta Asri School. Besar sampel yang diperoleh dari penelitian ini untuk setiap kelompok usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin

(59)

30

dengan karies yang melibatkan pulpa memiliki rerata DMFT dan deft sebesar 1,42 (SD 1,89) dan 5,37 (SD 3,83) sedangkan rerata PUFA dan pufa masing-masing sebesar 0,36 (SD 0,78) dan 2,85 (SD 2,16). Rerata setiap status karies dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata status karies pada setiap kelompok anak

(60)

31

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak tanpa PUFA/pufa dengan Anak yang Memiliki PUFA/pufa

Persentase terbesar sampel yang memiliki indeks massa tubuh dibawah normal terdapat pada kelompok III anak yang memiliki PUFA/pufa sebesar 62,60%, diikuti dengan kelompok II anak dengan DMFT + deft > 4 sebesar 48,25% dan kelompok I anak dengan DMFT + deft = 1 - 4 memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 17,07% (Tabel 4). Terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada anak tanpa PUFA/pufa dengan anak yang memiliki PUFA/pufa (p <0,001)

Tabel 4. Uji perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6 - 12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan kelompok anak tanpa PUFA/pufa

Kelompok Anak Indeks Massa Tubuh Total

P

4.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan PUFA/pufa dan DMFT/deft

(61)

32

Tabel 5. Uji korelasi antara indeks massa tubuh dengan rerata PUFA/pufa dan DMFT/deft pada anak usia 6 – 12 tahun (SPASI)

Variabel Rerata Indeks Massa Tubuh

Rerata PUFA+pufa

n Korelasi P

123 -0,533 <0,001

Rerata DMFT+deft 237 - 0,414 <0,001

4.5 Hubungan antara Usia dengan Skor PUFA/pufa pada Anak Usia 6 – 12 Tahun

Sampel anak yang memiliki karies melibatkan pulpa pada kelompok usia 6-8 tahun sebanyak 51 orang dan 69 orang pada usia 9-12 tahun. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan pufa, PUFA dan PUFA+pufa dengan masing-masing nilai p <0,001 (Tabel 6).

Tabel 6. Uji hubungan antara usia dengan skor PUFA/pufa pada anak 6 – 12 tahun Usia

4.6 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor PUFA/pufa pada Anak Usia 6 – 12 Tahun

(62)

33

bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pufa, PUFA dan PUFA+pufa (Tabel 7).

(63)

34

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapati jumlah sampel sebanyak 360 orang dengan distribusi jumlah sampel yang merata dimana didapati sebanyak 51-52 orang (14,2%-14,4%) pada masing-masing rentang usia. Sementara untuk karakteristik jenis kelamin, sampel yang paling banyak dijumpai adalah laki-laki yaitu 182 orang (50,6%) dan perempuan 178 orang (49,4%) (Tabel 2).

Rerata deft kelompok I (1,45±1,40), II (4,67±3,33) dan III (5,37±3,83) lebih besar dibandingkan dengan rerata DMFT kelompok I (1,33±1,31), kelompok II (2,26±2,31) dan kelompok III (1,42±1,89). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sohi RK (2012) yang menunjukkan rerata deft (1,8 ± 2,1) lebih besar dari rerata DMFT (0,5 ± 0,6).32 Hal ini dapat terjadi karena gigi permanen memiliki kerentanan yang lebih rendah terhadap karies dibandingkan dengan gigi sulung. Kandungan kalsium pada gigi sulung lebih rendah dibandingkan dengan gigi permanen dan perbedaan struktur juga dapat meningkatkan kerentanan pada gigi sulung selama kurangnya tindakan pencegahan.32

(64)

35

sikap orang tua terhadap upaya perawatan kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya motivasi orang tua untuk memeriksakan gigi dan mulut anak. Kurangnya partisipasi ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut oleh petugas kesehatan.33

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata PUFA+pufa yang dimiliki seorang anak sebesar 3,21±1,97, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak usia 6-12 tahun memiliki sekitar 2-5 gigi yang mengalami karies mencapai pulpa (Tabel penelitian Monse et al (2010) bahwa P/p menjadi komponen yang mendominasi dari keseluruhan jumlah PUFA/pufa dengan masing-masing jumlah P dan p sebesar 0,8 dan 2,9,6 dengan demikian sangat diperlukan motivasi dari orang tua agar anaknya dapat melakukan kontrol secara berkala ke dokter gigi agar apabila ditemukan gigi yang karies, segera dilakukan penambalan sebagai bentuk pencegahan agar karies tidak berlanjut.

(65)

36

gizinya sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang akan memengaruhi penurunan berat badan anak, selain itu anak menjadi susah tidur, kegiatan menjadi terbatas, frekuensi kehadiran anak di sekolah menurun dan mengganggu konsentrasi belajar. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup anak.19,29

Hasil penelitian ini mendapatkan korelasi antara PUFA+pufa dengan indeks massa tubuh anak (p<0,001), dengan koefisien korelasinya -0,533 memiliki hubungan keeratan sedang (Tabel 5). Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi skor PUFA/pufa seseorang, maka semakin rendah indeks massa tubuhnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dua R (2014) bahwa terdapat korelasi antara PUFA+pufa dengan indeks massa tubuh (p=0,009) dengan koefisien korelasi -0,259. Hal ini terjadi karena adanya rasa sakit yang timbul akibat dari gigi yang tidak dirawat sehingga berkurangnya asupan makanan dan infeksi odontogenik, disamping itu juga mengakibatkan pelepasan sitokin yang mungkin berdampak pada pertumbuhan.28

Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Nabila (2015) yaitu tidak terdapat korelasi antara PUFA/pufa terhadap IMT. Hal ini dapat terjadi karena penyebab karies adalah multifaktorial, seperti umur, jenis kelamin, ras, dan sosial ekonomi. Penyebab gizi kurang juga dapat disebabkan oleh keadaan hygiene yang pada umumnya jelek disertai dengan penyakit kronis, gangguan hubungan antara orang tua dan anak juga dapat memengaruhi keadaan gizi yang dikaitkan dengan psikologis anak untuk menolak makanan karena faktor orang tua berpengaruh terhadap teknik pemberian makan.34

(66)

37

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi skor PUFA/pufa, salah satunya adalah usia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata PUFA meningkat seiring bertambahnya usia yaitu usia 6-8 tahun memiliki rerata PUFA sebesar 0,04 sedangkan pada usia 9-12 tahun sebesar 0,58. Pada penelitian ini rerata pufa pada gigi sulung semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia yaitu pada usia 6-8 tahun rerata pufa sebesar 4,08 sedangkan usia 9-12 tahun rerata pufa sebesar 1,86, demikian juga dengan rerata PUFA+pufa pada usia 6-8 tahun sebesar 4,12 dan usia 9-12 tahun sebesar 2,49 (Tabel 6). Hal ini terjadi karena adanya pergantian gigi sulung sehingga pada usia 6-8 tahun, karies yang melibatkan pulpa pada gigi sulung lebih besar dibandingkan usia yang lebih tua.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Dua R (2014) pada anak usia 4-14 tahun yang menyatakan bahwa anak yang lebih muda memiliki rerata PUFA+pufa lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lebih tua usianya.28 Penelitian Sudha (2005) pada anak 5-13 tahun juga menyatakan bahwa pengalaman karies anak usia 5-8 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 9-13 tahun.37 Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan kebutuhan perawatan pada anak usia muda, sedangkan anak dengan usia yang lebih tua sudah menyadari bahwa pentingnya merawat gigi dan rutin ke dokter gigi.28 Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Karam (2014) yang menemukan bahwa jumlah PUFA+pufa lebih kecil pada anak usia 7-8 tahun yaitu sebesar 2,38 dibandingkan jumlah PUFA+pufa pada anak usia 9-12 sebesar 2,66.24

(67)

38

(68)

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Indeks massa tubuh yang rendah lebih berisiko dimiliki oleh kelompok anak yang memiliki karies dengan keterlibatan pulpa dibandingkan kelompok anak dengan karies tanpa keterlibatan pulpa, tetapi semakin banyak karies tanpa keterlibatan pulpa yang dimiliki anak akan tetap memengaruhi indeks massa tubuhnya.

2. Didapat korelasi yang sedang antara rerata PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh dan antara rerata DMFT/deft dengan rerata indeks massa tubuh dengan masing-masing korelasi sebesar -0,533 dan -0.414.

3. Kelompok anak usia 6-8 tahun memiliki skor PUFA/pufa yang lebih tinggi dibandingkan kelompok anak usia 9-12 tahun.

4. Anak perempuan memiliki skor PUFA/pufa yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.

6.2 Saran

1. Diharapkan peran orang tua dalam memotivasi, mengawasi dan mengontrol pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, serta membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemeriksaan rutin.

2. Diharapkan partisipasi guru dalam melakukan pembinaan kesehatan gigi dan mulut serta dapat mendeteksi dini penyakit gigi dan mulut agar dapat melakukan rujukan bagi yang memerlukan.

(69)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi dan Etiologinya

Karies gigi adalah kerusakan lokal dari jaringan keras gigi yang terbentuk akibat bakteri yang mengubah substrat karbohidrat menjadi asam. Hal ini menyebabkan pH di dalam rongga mulut turun, jika hal ini terjadi secara terus-menerus akan terlihat tanda-tanda dari demineralisasi pada jaringan keras gigi. Proses penyakit dimulai dari bakteri biofilm (plak gigi) yang menyelimuti permukaan gigi.9-11 Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme etiologi utama dalam

penyebab karies, dengan Lactobacillus dan mikroorganisme lain yang berpartisipasi dalam perkembangan penyakit. Bukti terbaru menyebutkan bahwa jamur (Candida

albicans) sebagai salah satu dari berbagai mikrobiota pada mulut yang menyebabkan

karies.9,10

Karies gigi dapat dilihat pada mahkota (karies koronal), akar (karies akar) dan permukaan pit dan fissur pada gigi sulung dan gigi permanen. Hal ini dapat memengaruhi enamel, yang menyelimuti bagian luar dari mahkota; sementum, lapisan terluar dari akar; dan dentin, jaringan yang berada dibawah baik enamel dan sementum.9-11

Karies terjadi bukan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies.11

Beberapa faktor etiologi karies adalah sebagai berikut:1,10,11 1. Gigi

(70)

7

lebih luas dibandingkan gigi permanen sehingga daerah proksimal lebih rentan terhadap karies dan menyebabkan penjalaran karies gigi sulung lebih cepat mengenai pulpa dibandingkan dengan gigi permanen.1,10,11

2. Saliva

Kemampuan saliva membersihkan secara mekanis dapat membuang debris makanan dan melepaskan mikroorganisme mulut. Saliva mempunyai kapasitas buffer yang tinggi sehingga dapat menetralisir asam yang diproduksi oleh bakteri plak pada permukaan gigi. Saliva kaya akan ion kalsium dan fosfor, ion ini penting untuk remineralisasi white spot dan juga berperan mengantarkan fluor.1,10,11

3. Diet

Terdapat hubungan karies dan karbohidrat. Karbohidrat paling kariogenik adalah sukrosa. Sukrosa mempunyai daya larut yang tinggi dan dapat berdifusi menjadi plak, sukrosa berperan dalam pembentukan polisakarida dan asam.1,10,11

4. Mikroflora (plak)

Plak gigi merupakan lapisan yang tidak berwarna lunak yang melekat pada permukaan gigi. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Kariogenik Streptococcus menghasilkan glikan dari sukrosa dimana menambah kekuatan pada permukaan gigi yang menjadi sumber perkembangan plak.1,10,11

5. Waktu

Karies berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk karies berkembang menjadi suatu kavitas yang cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.1,10,11

2.2 Prevalensi dan Pengalaman Karies

Prevalensi karies ditinjau dari data epidemiologi berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada prevalensi karies. Peningkatan

prevalensi karies melibatkan sebagian besar anak-anak, sama halnya dengan orang

dewasa, pada gigi sulung, gigi permanen yang melibatkan koronal serta permukaan

(71)

8

Tidak ada geografis di dunia yang tidak terhindar dari karies. Hal ini

dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi dan semua kelompok usia.

Sekitar 90% dari anak-anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies dan menjadi

penyakit yang paling umum di negara-negara Asia dan Amerika Latin.13 Indeks

DMF-T di dunia rata-rata adalah 2,11 ( ± 1,32 ). Setengah dari negara - negara

tersebut, memiliki DMF-T 1,8.14 Menurut WHO 60-90 % anak sekolah di seluruh

dunia menderita karies gigi.2,15 Nepal pada tahun 2004 National Pathfinder Survey

menunjukkan bahwa 58% dari anak-anak sekolah berusia 5-6 tahun menderita karies

gigi.15

Menurut RISKESDAS tahun 2013, sebanyak 24,8% anak usia 12 tahun di Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut, terdapat 28,4% yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi, sementara 71,6% lainnya tidak dilakukan perawatan.16 Penelitian Pontonuwu et al. menunjukkan bahwa indeks DMFT di Kota Tomohon Indonesia pada anak usia 6-12 tahun sebesar 3,5.17 Menurut SKRT tahun 2001 prevalensi karies gigi yang mencapai pulpa dan akar gigi pada murid SD kelas 2 sebesar 5,3%. Pengamatan 13 sekolah di Jakarta menemukan 55% anak kelas 1 SD memiliki gigi yang karies dengan rata-rata 2 gigi sulung per anak.4

2.3 Faktor Risiko Karies

Faktor risiko seseorang terkena karies sangat bervariasi seiring berjalannya waktu karena banyak faktor risiko yang memengaruhinya.9 Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko dari karies adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan dan status sosial ekonomi.1,9-11

1. Pengalaman Karies

(72)

9

2. Penggunaan Fluor yang Cukup

Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit sehingga menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies1,9-11

3. Oral Hygiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis. Peningkatkan

oral hygiene dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi secara teratur untuk

membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.1,9-11

4. Pola Makan

Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, menyebabkan beberapa bakteri penyebab karies akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi. Diantara waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi karies.1,9-11

5. Sosial ekonomi

(73)

10

6. Usia

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia. Pada periode gigi bercampur, molar satu paling sering terkena karies. Pada periode pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi sehingga kebersihan mulut kurang terjaga dan menyebabkan presentase karies lebih tinggi.1,9-11

7. Jenis Kelamin

Wanita mempunyai pengalaman karies yang lebih tinggi daripada pria. Berdasarkan pola erupsi gigi, wanita cendrung lebih dulu terjadi erupsi gigi dibandingkan pria, sehingga gigi lebih lama terpapar dengan lingkungan rongga mulut, bakteri dan substrat.1,9-11,37

2.4 Dampak Karies Tidak Dirawat

Karies gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat global, terutama pada anak-anak. Kebanyakan karies di negara berkembang tidak dilakukan perawatan. Karies yang tidak dirawat, dapat menyebabkan infeksi bakteri berkembang melalui dentin dan menimbulkan peradangan pada pulpa dan akan menimbulkan rasa sakit. Gigi yang tidak rawat, dapat menyebabkan kematian pulpa, serta proses radang berlanjut sampai ke tulang alveolar. Beberapa masalah akan timbul pada karies yang tidak terawat, seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.5

a. Pulpitis

(74)

11

b. Ulserasi

Ulserasi rongga mulut merupakan kondisi umum yang disebabkan oleh beberapa faktor, terutama trauma. Trauma tersebut dapat disebabkan kontaknya dengan sisa mahkota gigi atau akar yang tajam akibat proses karies gigi. Ulser traumatikus sering terjadi pada mukosa bukal atau labial dan pada tepi lidah. Ulser traumatikus biasanya terlihat sedikit mendalam dan oval, eritema pada awalnya terlihat di bagian tepi, bagian tengahnya berwarna abu-abu kuning. Apabila faktor trauma dihilangkan, ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu.5

c. Fistula

Abses yang berkelanjutan akan merusak tulang pendukung gigi sampai ke jaringan lunak disekitarnya, setelah mencapai jaringan lunak umumnya abses memasuki fase kronis dan rasa sakit akan berkurang. Sinus atau fistula akan terbentuk pada fase ini, menghubungkan rongga abses dengan permukaan kulit atau mukosa sebagai jalan keluar untuk drainase pus.5

d. Abses

Abses adalah tahap akut dari infeksi yang menyebar dari gigi non-vital melalui tulang alveolar ke jaringan lunak di sekitarnya. Abses terbentuk atas neutrofil, makrofag, dan debris nekrotik. Pemeriksaan klinis menunjukkan nodula yang membengkak, berwarna kuning kemerahan atau merah, yang hangat dan fluktuan apabila diraba. Gigi yang terlibat terasa nyeri jika diperkusi dan memberi respons abnormal atau tidak memberi respons terhadap panas, dingin atau pemeriksaan listrik pulpa.5

(75)

12

2.4.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui prevalensi overweight dan obesitas pada tingkat populasi. IMT adalah indeks sederhana dari berat badan dibagi tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal, kelebihan berat badan dan obesitas pada anak – anak maupun orang dewasa. Perhitungan IMT yang digunakan berupa berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (kg /m2).20

Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1995/MENKES/SKXII/2010, pengukuran IMT mengacu pada standar antropometri WHO tahun 2005.21 Perhitungan IMT pada anak-anak dibagi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Setelah IMT dihitung pada anak-anak dan remaja, kemudian hasilnya disesuaikan dengan tabel berdasarkan usia dan jenis kelamin dalam Z-score (Lampiran 1 dan 2 ). Z-score ini menggambarkan status IMT pada anak yang diklasifikasikan menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Status kategori IMT dapat dilihat pada Tabel 1.21

Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuh21

Kategori status berat badan Ambang batas (Z-score)

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d <-2 SD

Normal -2 SD s/d 1 SD

Gemuk >1 SD s/d 2 SD

Obesitas >2 SD

(76)

13

2.5 Indeks Karies

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu kelompok terhadap suatu penyakit. Indeks digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit. Data mengenai status karies didapat menggunakan indeks karies. Ada beberapa indeks karies yang sering digunakan seperti indeks DMF-T Klein dan PUFA.11

2.5.1 Indeks DMF-T/def-t Klein

Klein et al memperkenalkan indeks ini pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman karies seseorang. Indeks ini umumnya digunakan untuk gigi permanen, namun dapat juga digunakan untuk gigi sulung hanya dibedakan dengan pemberian kodenya saja. Kode DMF-T (decay, missing, filling tooth) untuk gigi permanen sedangkan kode deft (decay, extracted, filled tooth) untuk gigi sulung. Indeks ini tidak menggunakan skor, tetapi pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D/d (untuk gigi yang karies), M/e (untuk gigi yang hilang karena karies maupun indikasi pencabutan seperti radiks), F/f (untuk gigi yang ditambal) kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF-T atau deft dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai DMF-T atau deft dibagi dengan jumlah sampel yang diperiksa.11

Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pengisian kode:11

1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D atau d.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tambalan permanen dimasukkan dalam kategori D atau d.

3. Gigi dengan tambalan sementara dimasukkan ke dalam kategori D atau d. 4. Sisa akar atau gigi dengan indikasi pencabutan serta gigi yang sudah dicabut karena karies maka gigi tersebut masuk dalam kategori M atau e.

5. Semua gigi dengan tambalan permanen dimasukkan dalam kategori F atau f.

(77)

14

2.5.2 Indeks PUFA/pufa

Monse et al. (2010) menyatakan indeks PUFA/pufa menggambarkan konsekuensi klinis untuk karies yang tidak dirawat. PUFA/pufa digunakan untuk menilai karies dengan keterlibatan pulpa, ulserasi mukosa akibat dari fragmen akar, fistula dan abses. Lesi pada jaringan sekitarnya yang tidak berhubungan dengan keterlibatan pulpa sebagai akibat dari karies tidak dicatat.6 Gigi sulung yang belum tanggal tetapi gigi permanen penggantinya sudah mulai erupsi dapat menyebabkan infeksi odontogenik, sehingga kedua gigi tersebut dimasukkan dalam kategori PUFA/pufa.22 Penunjukan PUFA/pufa berasal dari huruf pertama dari nama-nama yang terdaftar patologi dalam bahasa Inggris. P / p menunjukkan pulpa yang terlibat, U / u – ulserasi jaringan lunak, F / f mengacu pada adanya suatu odontogenik fistula, dan A / a menunjukkan abses. Kode dan kriteria untuk indeks PUFA adalah sebagai berikut :6,8,22-5

a) P / p: keterlibatan pulpa dicatat pada saat terlihatnya pembukaan ruang pulpa atau ketika struktur koronal gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen akar yang tersisa. Tidak melakukan probing untuk mendiagnosis keterlibatan pulpa (Gambar 1 a dan b). 6,8,22-5

b) U / u: Ulserasi karena trauma dari sisi tajam dari gigi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar telah menyebabkan ulserasi traumatis dari jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal (Gambar 1 c dan d). 6,8,22-5

c) F / f: Fistula dicatat jika ada pus keluar dari saluran sinus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa (Gambar 1 e dan f). 6,8,22-5

d) A / a: Abses dicatat jika adanya pembengkakan dan mengandung pus yang berhubungan dengan gigi dengan keterlibatan pulpa (Gambar 1 g dan h). 6,8,22-5

(78)

15

Indeks ini dikembangkan dari pola indeks DMF, yang memfasilitasi penggunaan dan interpretasi data. Mirip dengan indeks DMF /def, huruf besar menunjukkan informasi mengenai permanen gigi, dan huruf kecil untuk gigi sulung.25

PUFA untuk gigi permanen dan pufa untuk gigi sulung dicatat secara terpisah. Skor PUFA/pufa dapat berkisar 0-20 pufa untuk gigi sulung dan 0-32 PUFA untuk gigi permanen.1,6,24,25

Prevalensi kejadian PUFA dikalkulasikan sebagai persentase populasi dengan skor PUFA satu atau lebih. Kejadian PUFA sebagai populasi dikomputerisasi sebagai gambaran rerata. 6,24,25

(79)

16

2.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Karies

Karies merupakan penyakit yang dapat dicetuskan dari makanan. Peran diet dan gizi dalam pertumbuhan dan karies telah diketahui. Pertumbuhan yang buruk, obesitas dan karies adalah termasuk tiga masalah kesehatan publik yang besar. Hal ini dapat dibuktikan bahwa karies dapat secara bertahap menurunkan berat badan anak – anak. Hasil penelitian Benzian et al. (2011) menyatakan bahwa anak-anak dengan karies yang tidak dirawat berlanjut hingga ke pulpa (infeksi odontogenik) mengalami peningkatan risiko penurunan berat badan dibandingkan pada anak tanpa infeksi odontogenik.8

Mohammadi (2012) meneliti secara acak dari 420 anak-anak berusia 6 tahun diperiksa yang menderita karies gigi menggunakan standar WHO untuk kriteria diagnostik. Dicatatlah karies yang tidak dirawat, hilang dan tanggal pada gigi sulung (dmft) dan gigi permanen (DMFT), diperoleh hubungan yang signifikan (p = 0,04) antara IMT dan gigi karies.26 Begum et al. meneliti hubungan DMFT dengan IMT dan membagi kategori DMFT menjadi kelompok tanpa DMFT, kelompok DMFT 1-3, dan DMFT >3. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa IMT pada kelompok tanpa DMFT lebih tinggi dibandingkan kelompok yang memiliki DMFT.27

Pada penelitian Dua R et al. menyatakan bahwa kejadian PUFA tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan IMT, sedangkan hubungan pufa dengan IMT memiliki hubungan yang signifikan, dan rerata PUFA+pufa memiliki hubungan yang signifikan dengan IMT.28

(80)

17

2.7 KerangkaTeori

Karies

Etiologi:

1. Host (gigi dan saliva) 2. Diet

 P/p : Keterlibatan pulpa

 U/u : Ulserasi

Indeks Massa Tubuh (IMT) :

(81)

18

2.8 Kerangka Konsep

Indeks Massa Tubuh (IMT) - Kurus

- Normal

- Gemuk

Jenis kelamin :

a.

Laki-laki

b.

Perempuan

Usia :

a.

6-8 tahun

b.

9-12 tahun

Kelompok I : PUFA + pufa = 0

dan

DMFT + deft = 1-4

Kelompok II : PUFA + pufa = 0

dan

DMFT + deft > 4

(82)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi adalah penyakit kronis yang dapat terjadi pada setiap usia dan merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada masyarakat global termasuk di Indonesia sejak masa kanak-kanak. Penyakit yang terjadi pada jaringan keras gigi disebabkan oleh adanya faktor yang saling memengaruhi yaitu faktor host (gigi dan saliva), diet, mikroflora dan ditambah faktor waktu.1

Menurut World Health Organization (WHO) di dunia, 60 – 90% dari anak usia sekolah mengalami gigi berlubang.2 Data SEARO (South-East Asia Region) 2013 menunjukkan sekitar 70% - 95% anak usia sekolah mengalami karies.3 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 melaporkan bahwa 76,5% anak usia 12 tahun memiliki kerusakan gigi yang tidak dirawat.4

Karies yang tidak dirawat secara adekuat dapat menimbulkan rasa sakit, ketidaknyamanan dan kerusakan struktur gigi secara berlanjut hingga gigi tersebut tidak dapat dirawat lagi.1 Proses karies berjalan dengan cepat atau lambat dan dapat melibatkan pulpa, apabila karies tidak dirawat maka akan menimbulkan beberapa masalah seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.5 Indeks PUFA/pufa digunakan untuk menggambarkan konsekuensi klinis untuk karies yang tidak dirawat seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.6 Penelitian Monse et al. menunjukkan bahwa prevalensi PUFA/pufa pada anak usia 6 tahun adalah 85% dengan rerata skor pufa 3,5 dan prevalensi pufa pada anak 12 tahun adalah 56% dengan rerata skor pufa 1,2.6

(83)

2

dilihat dari skor PUFA/pufa (Karies mencapai pulpa, Ulserasi, Fistula, Abses) dengan indeks massa tubuh (IMT).8

Penelitian yang dilakukan oleh Benzian et al. (2011) menunjukkan hubungan yang signifikan antara karies dan IMT terutama antara infeksi odontogenik pada IMT dibawah normal. Pada penelitian ini prevalensi infeksi odontogenik yang disebabkan karies (PUFA/pufa), terlihat 55,7% anak yang mengalami infeksi odontogenik (PUFA/pufa) 27,1% diantaranya mempunyai IMT dibawah normal.8

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara IMT dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6 – 12 tahun di Kecamatan Medan Johor dan Medan Polonia karena masih sedikit penelitian mengenai hubungan IMT dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di Kota Medan. Usia 6 – 12 tahun dipilih karena kelompok usia yang sangat kritis terhadap terjadinya karies gigi permanen, karena pada usia ini mempunyai sifat khusus yaitu masa transisi pergantian gigi sulung ke gigi permanen. Kecamatan ini dipilih oleh peneliti untuk mewakili lingkar dalam dan lingkar luar Kota Medan yang memiliki status sosial ekonomi yang berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah

Umum:

1. Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan DMFT/deft tanpa PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

2. Bagaimana korelasi antara rerata PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

(84)

3

Khusus:

1. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

2. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

3. Berapakah rerata pengalaman karies pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum:

1. Mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan DMFT/deft tanpa PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

2. Mengetahui korelasi antara rerata skor PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

3. Mengetahui korelasi antara rerata DMFT/deft pada anak tanpa PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak tanpa PUFA/pufa usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Tujuan Khusus:

1. Mengetahui hubungan antara usia dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

(85)

4

3. Mendapatkan rerata pengalaman karies pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

1.4 Hipotesis

Mayor:

1. Ada perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan DMFT/deft tanpa PUFA/pufa di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

2. Ada korelasi antara rerata skor PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

3. Ada korelasi antara rerata DMFT/deft pada anak tanpa PUFA/pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak tanpa PUFA/pufa usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Minor:

1. Ada hubungan antara usia dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan skor PUFA/pufa pada anak usia 6-12 tahun di SD Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Johor.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Adanya hasil penelitian ini memberikan informasi untuk orang tua dan guru mengenai karies yang tidak dirawat pada anak 6-12 tahun dapat berdampak terhadap berat badan anak tersebut sehingga orang tua atau pun guru akan termotivasi untuk melakukan perawatan terhadap karies yang tidak dirawat.

2. Bagi Departemen Kesehatan

(86)

5

3. Bagi Peneliti

(87)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016

Windi Pratiwi

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12

tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

x + 43 halaman

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada

anak di Indonesia. Karies yang tidak dirawat (PUFA/pufa) dapat menimbulkan rasa

sakit sehingga memiliki dampak terhadap kualitas hidup, perilaku, pertumbuhan serta

perkembangan kognitif anak. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan indeks

massa tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa

dibandingkan dua kelompok anak yang memiliki DMFT/deft tanpa PUFA/pufa,

mengetahui korelasi antara PUFA/pufa dan DMFT/deft dengan IMT dan mengetahui

hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan PUFA/pufa. Jenis penelitian ini

analitik observasi secara cross sectional. Besar sampel penelitian 360 anak yang

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok I sebanyak 123 anak memiliki

DMFT+deft 1-4 tanpa PUFA/pufa, kelompok II sebanyak 114 anak memiliki

DMFT+deft >4 tanpa PUFA/pufa dan kelompok III sebanyak 123 anak memiliki

PUFA/pufa≥1 yang diambil menggunakan multistage random sampling. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks

PUFA/pufa dan DMFT/deft Klein, serta pemeriksaan IMT dilakukan dengan

(88)

IMT menurut Kemenkes RI tahun 2010. Uji analisis digunakan Chi square,

Spearman dan Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan indeks

massa tubuh yang signifikan (p<0,001) antara kelompok anak dengan karies

melibatkan pulpa dibandingkan dua kelompok anak tanpa karies melibatkan pulpa,

korelasi antara PUFA/pufa dengan IMT pada penelitian ini sebesar -0,533, serta

korelasi antara DMFT/deft tanpa PUFA/pufa dengan IMT sebesar -0,414. Terdapat

hubungan yang signifikan antara usia dengan skor PUFA/pufa (p<0,001) dan tidak

terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor PUFA/pufa.

Kesimpulan, semakin tingginya skor PUFA/pufa dan skor DMFT+deft berisiko

memiliki indeks massa tubuh dibawah normal.

(89)

HUBUNGAN SKOR PUFA/pufa DENGAN INDEKS

MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

DI SD KECAMATAN MEDAN POLONIA

DAN KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Windi Pratiwi

120600070

Dosen Pembimbing :

Essie Octiara, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(90)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016

Windi Pratiwi

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12

tahun di SD Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

x + 43 halaman

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada

anak di Indonesia. Karies yang tidak dirawat (PUFA/pufa) dapat menimbulkan rasa

sakit sehingga memiliki dampak terhadap kualitas hidup, perilaku, pertumbuhan serta

perkembangan kognitif anak. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan indeks

massa tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 6-12 tahun yang memiliki PUFA/pufa

dibandingkan dua kelompok anak yang memiliki DMFT/deft tanpa PUFA/pufa,

mengetahui korelasi antara PUFA/pufa dan DMFT/deft dengan IMT dan mengetahui

hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan PUFA/pufa. Jenis penelitian ini

analitik observasi secara cross sectional. Besar sampel penelitian 360 anak yang

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok I sebanyak 123 anak memiliki

DMFT+deft 1-4 tanpa PUFA/pufa, kelompok II sebanyak 114 anak memiliki

DMFT+deft >4 tanpa PUFA/pufa dan kelompok III sebanyak 123 anak memiliki

PUFA/pufa≥1 yang diambil menggunakan multistage random sampling. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks

PUFA/pufa dan DMFT/deft Klein, serta pemeriksaan IMT dilakukan dengan

(91)

IMT menurut Kemenkes RI tahun 2010. Uji analisis digunakan Chi square,

Spearman dan Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan indeks

massa tubuh yang signifikan (p<0,001) antara kelompok anak dengan karies

melibatkan pulpa dibandingkan dua kelompok anak tanpa karies melibatkan pulpa,

korelasi antara PUFA/pufa dengan IMT pada penelitian ini sebesar -0,533, serta

korelasi antara DMFT/deft tanpa PUFA/pufa dengan IMT sebesar -0,414. Terdapat

hubungan yang signifikan antara usia dengan skor PUFA/pufa (p<0,001) dan tidak

terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor PUFA/pufa.

Kesimpulan, semakin tingginya skor PUFA/pufa dan skor DMFT+deft berisiko

memiliki indeks massa tubuh dibawah normal.

(92)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi

Medan, 18 April 2016 Tanda Tangan

Pembimbing:

Essie Octiara, drg., Sp.KGA

(93)

iii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 18 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi, drg

(94)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya serta segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp. Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Utara dan dosen penguji, atas segala saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Essie Octiara, drg., Sp. KGA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, panduan, motivasi, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Siti Salmiah, drg., Sp. KGA, selaku dosen penguji yang telah memberi saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM, selaku narasumber skripsi yang banyak memberikan masukan saran dan ide bermanfaat kepada penulis agar dapat menyusun skripsi dengan lebih teratur.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU terutama di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak atas masukan dan bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Gambar

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 3. Rerata status karies pada setiap kelompok anak
Tabel 4. Uji perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 6 -  12 tahun
Tabel 5. Uji korelasi antara indeks massa tubuh dengan rerata PUFA/pufa dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki PUFA dibandingkan dengan dua kelompok anak dengan DMFT tanpa PUFA di

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rerata skor DMFT tanpa PUFA pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan

indeks massa tubuh pada anak tanpa pufa usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan. Polonia dan

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12.. tahun di sd di Kecamatan Medan Kota dan

Hubungan skor PUFA/pufa dengan indeks massa tubuh pada anak usia 6-12.. tahun di sd di Kecamatan Medan Kota dan

HUBUNGAN SKOR PUFA/pufa DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD KECAMATAN MEDAN KOTA DAN MEDAN PERJUANGAN.. Nama

Ada perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang. memiliki pufa dibandingkan dua kelompok anak dengan deft non pufa

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak dengan DMFT Tanpa PUFA dan Anak yang Memiliki PUFA ....