ANNUAL REPORT
2015
P
uji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,Taufik dan HidayahNya sehingga
penyusunan Buku Annual Report tahun 2015 dapat terselesaikan dalam bentuk maupun isinya. Semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dalam menentukan kebijakan.
Buku Annual Report memaparkan program-program yang berhasil memberikan nilai tambah positif terhadap peran kelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban BPPT terhadap para stakeholder, dimana pada tahun 2015 ini juga merupakan awal dari pelaksanaan Rencana
Program Jangka Menegah Nasional (RPJMN
2015-2019).
Dalam penyusunan program, BPPT selalu mencoba merangkul para pengguna baik pengguna komersial
(industri) maupun pengguna akhir (masyarakat) sebagai mitra kerjasama dan secara konsisten terus
mengembangkan berbagai produk unggulan dan inovatif melalui program pengkajian dan penerapan teknologi yang terfokus pada 13 bidang teknologi.
iii
ANNUAL REPORT 2015 development of national programs in the country.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Agency for the Assessment and Application of Technology
Kepala/Chairman,
“Selalu memberikan pelayanan prima lebih dari yang diharapkan pegawai”
.
“Always providing excellent service more than employee expectation.”
Sekretaris Utama/
Principal Secretary
“Hanya satu bumi dan bumi menyediakan sumberdaya alam yang berlimpah untuk memenuhi kebutuhan setiap umat manusia, tapi bukan untuk keserakahan segelintir umat manusia. Tuhan YME menyerahkan bumi kepada umat manusia untuk dikuasai dan dikelola bukan untuk dieksploitasi secara berlebihan. Untuk itu, harus dilestarikan.”
“Only one earth and the earth provides abundant natural resources to gives the needs of every human being, but not for everyone’s greed. God gave the earth to mankind to be controlled and managed, but not to be overexploited. Therefore, we must preserve.”
Prof. Ir. Wimpie Agoeng Noegroho A, MSCE, Ph.D
Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam/
Deputy Chairman for Natural Resources Development Technology
“Rancang bangun bukan hanya menggambar, tetapi seni memiliki mimpi. Lebih lanjut, Rancang bangun dan Rekayasa adalah seni membuat mimpi tersebut menjadi suatu inovasi.”
“Design is more than drawing. It is the art of having dreams. Further, Design & Engineering are the arts of making those dreams become an innovation.”
Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng
Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa/
v
ANNUAL REPORT 2015
Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc
Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material/
Deputy Chairman for Information, Energy and Material Technology
“Hanya mereka yang secara serius memvisikan dan merencanakan sesuatu yang baru dan lebih baik, yang akan memiliki gairah dan daya tahan untuk mewujudkan inovasi yang berhasil”
“Only those who have seriously visioned and planned something new and better, will have passion and endurance to pursue successful innovations”
Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik
Deputi Kepala Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi/
Deputy Chairman for Technology Policy Assessment
“Hidup dan Jangan Biarkan Mati, TIEM: Dapat Dipercaya, Inovasi, Unggul dan Matang.”
Teknologi Pangan
Food Technology
Teknologi Kesehatan
Health Technology
Teknologi Kelistrikan
Electrical Technology
Teknologi Bahan Bakar
Fuel Technology
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Information and Communication Technology
Teknologi Pertahanan dan Keamanan
Security and Defense Technolgy
Teknologi Transportasi
Transportation Technology
Teknologi Material
Material Technology
Teknologi Permesinan
Machinery Technology
Teknologi Sumber Daya Alam dan Kelautan
Natural Resources and Marine Technology
Teknologi Lingkungan
Environmental Technology
Sistem Inovasi
Innovation System
Teknologi Kebencanaan
Disaster Reduction Technology
2
12
20
34
36
50
48
54
58
68
76
vii
Redaktur/
Chief Editor
Makmuri
Editor Substansi/
Content Editor
s
Irshan Zainuddin
Arief
Arianto
Hariana
Atang
Sulaeman
Wiwi
Syafarhadiati
Udrekh
Nana Sudiana
Mulyadi S. Haryono
Fadilah Hasim
Husni Fahmi
Penerjemah/
English Editors
Indra Hartati
Hurria Khonoom
Fifit Juniarti
Novandi Arisoni
pul dan Tataletak/
Cover Design and Layout
Rizky Agung Wibowo
Sekretariat/
Secretariate
Munawar Sahabuddin
Restuadi
Wiji
Lestari
Kepala
Daya Manusia danOrganisasi Sumber Daya Lahan, Wilayan dan Mitigasi
Bencana Informasi, Energi dan
Material
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, namun
bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia, bertugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan pusat di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
BPPT dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1978, tanggal 21 Agustus 1978 dan beberapa kali disempurnakan, hingga kemudian terbit Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata kerja Lembaga pemerintah Non Departemen. Badan ini untuk yang pertama dipimpin oleh Prof.Dr.-Ing Bacharudin Jusuf Habibie.
Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Presiden Soeharto pada tahun 1974 yang kemudian menugaskan Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie selaku penasehat Pemerintah di bidang Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan untuk mempersiapkan pembentukan badan tersebut. Bersamaan dengan itu Prof.
Dr.-Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai Kepala Divisi Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan
(ATTP) yang berada di bawah pembinaan Pertamina. Melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris Pertamina Nomor 04/KPTS/K/DKPP/1079 tanggal 1 April 1976 ATTP diubah menjadi Divisi Advanced Technology
Pertamina (ATP), sementara unsur teknologi penerbangan dipisahkan yang kelak kemudian menjadi PT. Nurtanio (sekarang PT. Dirgantara Indonesia).
Struktur Organisasi BPPT
ix for Security and Defense Industry Land, Region and Disaster Mitigation
Bureau of Human Resource and This agency was first led by Prof. Dr. Ing. Bacharudin Jusuf Habibie.
The establishment of BPPT was initiated by the President Soeharto in 1974 who then commissioned Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, as the advisor of the Government in Advanced Technology and Aviation Technology, for preparing the establishment of the agency. Simultaneously, he was assigned as the Head of Advanced Technology and Aviation Technology Division which was under the management of Pertamina. Through the issuance of the Decree of the Board of Pertamina No. 04/KPTS/K/DKPP/1079 dated April 1, 1976, ATTP was changed to the Division of Advanced Technology Pertamina (ATP), whereas the element of aviation technology was separated and would later become PT. Nurtanio (now PT. Dirgantara Indonesia).
BPPT’s Organizational Structure
berlaku.
Fungsi
• Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan penerapan teknologi,
• Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT,
• Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta di bidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi,
• Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Kewenangan
• Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya,
• Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro,
• Penetapan sistem informasi di bidangnya,
• Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku yaitu:
• Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi,
• Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit teknologi.
Peran dan Pelayanan
Sebagai institusi yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi, BPPT mempunyai peran selain sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani kepentingan customer dan provider teknologi, juga berperan memberikan approval terhadap teknologi kunci yang akan digunakan di Indonesia. Disinilah peran BPPT sebagai lembaga clearing house diwujudkan. Peran lain yang mampu dilakukan oleh BPPT yaitu mengkaji teknologi, mengaudit teknologi, termasuk juga memberikan solusi teknologi. Seluruh aktivitas kegiatan BPPT tersebut ditujukan untuk memberikan pelayanan teknologi guna mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat. Jenis pelayanan teknologi BPPT terdiri dari rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, pengujian, jasa operasi, pilot project, pilot plant, prototipe dan survei.
Lima peran BPPT dengan sepuluh bentuk pelayanan teknologi harus dapat memberikan nilai (value proposition) kepada penerima luaran BPPT, baik itu berupa peningkatan daya saing, percepatan kemandirian penguasaan teknologi melalui alih teknologi, serta perolehan teknologi terkini.
Jabatan Kepemimpinan BPPT
Dalam perjalanannya selama 27 tahun jabatan Kepala BPPT selalu dirangkap oleh Menteri Negara Riset
dan Teknologi. Dalam kurun waktu tersebut BPPT telah melakukan perubahan-perubahan organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan internal dan eksternal.
xi
ANNUAL REPORT 2015 supplies.
Authorities
• Preparation of macro national planning in the field; • Policy formulation to support macro development; • Establishment of information system in the field;
• Other inherent authorities that have been implemented in accordance with the provisions of the applicable legislation, namely:
• Formulation and implementation of particular policies in the assessment and application of technology; • Recommendations on the application of technology and implementation of technology audit.
Roles and Services
As an institution conducting the government duties in the assessment and application of technology, BPPT does not only play a role as an intermediary agency that bridges the interests of customers and technology providers, but also serves to provide approval to the key technologies that will be used in Indonesia. The role of BPPT as a clearing house agency is realized here. Other roles performed by BPPT are technology assessment and technology audit including providing technology solutions. Its entire activities are aimed to provide technology services to support the improvement of the people’s welfare. Its technology services comprise recommendation, advocacy, technology transfer, consultancy, testing, operation services, pilot project, pilot plant, prototype, and surveys.
Five roles of BPPT along with its ten types of technology services should be able to provide value proposition to the beneficiaries of BPPT’s output in the improvement of competitiveness, acceleration of self-reliance in technology mastery through technology transfer as well as the acquisition of the latest technology.
Leadership Positions of BPPT
During 27 years, the position of Head of BPPT was concurrently assigned by the State Minister of Research and Technology. During the period, BPPT has undertaken organizational changes in order to keep pace with the internal and external needs.
1
Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) is one of the most desirable crops used as a foreign exchange source in Indonesia. Currently, this country becomes the largest palm oil producer worldwide. The areas of oil palm plantations in this nation are about 10,210,892 hectares in 2014. However, most of the plantations have already been 30 years old. To ensure the highest production of these plants, the revitalization of these plantations by replanting or rejuvenation is highly needed. Consequently, this process requires huge numbers of good quality of plants.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Saat ini Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Luas lahan kelapa sawit di Indonesia
pada tahun 2014 sekitar 10 juta hektar, akan tetapi
sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah berumur 30 tahun sehingga perlu dilakukan revitalisasi melalui peremajaan. Untuk itu diperlukan bibit unggul kelapa sawit dalam jumlah besar.
Perbanyakan Bibit dan Penyelamatan Embrio Kelapa Sawit
melalui Aplikasi Teknologi Kultur Jaringan
Seed Propagation and Embryo Rescue of Oil Palm
through The Application of Tissue Culture Technology
Perbanyakan bibit kelapa sawit menggunakan teknologi kultur jaringan
/
Oil palm multiplication via tissue culture technology
Daun muda/Young Leaves Kalus/Calli
Perbanyakan embrio/
3
Perbanyakan tanaman induk unggul hasil persilangan atau seleksi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi kultur jaringan. Metode embriogenesis dalam teknik kultur jaringan dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar, seragam, memiliki karakter sama dengan induknya dengan waktu perbanyakan yang lebih cepat. Di samping itu teknologi kultur jaringan dapat pula dimanfaatkan untuk menyelamatkan embrio hasil persilangan indukan elit yang terkendala dalam perkecambahannya. Pengembangan teknologi kultur jaringan kelapa sawit di BPPT telah sampai pada tahap aplikasi oleh perusahaan perkebunan. Untuk meningkatkan outcome, BPPT bekerjasama dengan PT. Astra Agro Lestari Tbk. dalam pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk perbanyakan bibit dan penyelamatan embrio kelapa sawit asal indukan terseleksi. PT. Astra Agro Lestari Tbk. berperan sebagai penyedia sumber daya genetik kelapa sawit baik berupa tanaman induk unggul maupun embrio hasil silangan pohon elit.
`
The high quality of oil palms obtained from plant breeding and selection can be propagated using embryogenesis method, tissue culture technology. This technology has several advantages that are producing seeds in huge numbers, uniform or homogenous, similar characteristics with their parents, and relatively faster than conventional methods. Moreover, this method can rescue embryos that cannot germinate under normal conditions. Furthermore, the development of this technology in BPPT has now already reached the stage of an application by palm oil companies. To strengthen the outcomes, BPPT has collaborated with PT. Astra Agro Lestari that is the provider of the materials, to propagate and rescue embryos from selected plants using the tissue culture technique.
Kepala Program :
Karyanti, M.Si e-Mail :
karyanti@bppt.go.id
Balai Pengkajian Bioteknologi – BPPT
Gedung 630, Balai Pengkajian Bioteknologi
Kawasan Puspiptek Serpong - Tanggerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0208 ; Fax: (021) 756 3120
Biji kelapa sawit/
Oil Palm Seeds Isolated EmbryosIsolasi embrio/
Tahap perkecambahan/ Germinated Stage
One way to reduce Indonesia’s dependence on rice by developing analog artificial rice from starch/local starch source such as corn, sago, cassava, etc. The similarity between the shape of regular rice with the analog rice is one of the benefits because it is more easily accepted by the people of Indonesia.
Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap beras yaitu dengan mengembangkan
beras analog (artificial rice) dari sumber tepung/pati
lokal seperti jagung, sagu, singkong dll. Kemiripan bentuk antara beras biasa dengan beras analog merupakan salah satu keuntungannya sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
Desain Teknologi Produksi Beras Analog dari Tepung Pangan Lokal
Design of Analog Rice Production Technology from Local Food Flour
1
2
3
4
5
6
7
Mesin produksi beras analog/ Analog artificial rice production machine
Diagram alir proses produksi beras analog terdiri dari beberapa komponen mesin sebagai berikut:
1. Premixer Tank Unit 2. Transport Unit
3. Horizontal Steamer Mixer Unit 4. Chamber Feeding
5. Two Stage Single Scew Extruder 6. Polisher
5
Kepala Program :
Ir. Purwa Tri Cahyana M.Si e- Mail:
purwa.tri@bppt.go.id
Pusat Teknologi Agroindustri – BPPT
Gd. 630 laptiab Lt 2 Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 7560729 ext 159, 160 ; Fax: (021) 7560444
Produk beras analog/
Analog artificial rice product Analog artificial noodles productProduk mie analog/
Diagram alir proses produksi beras analog dari tepung pangan lokal merupakan salah satu desain yang sedang dikembangkan oleh Tim Pangan BPPT untuk menciptakan mesin produksi beras analog dengan
kapasitas 500 kg/hari serta juga dapat untuk membuat
produk-produk pasta lainnya seperti mie dan makaroni.
Maharsi is the name given by the Minister for Research, Technology and Higher Education who was accompanied by the Chairman of BPPT and Head of Kepulauan Seribu Regent visited the pilot project of marine tilapia fish farming in Kepulauan Seribu in September 2015. During the occasion, the Minister gave appreciation on the technological innovations that have been conducted by BPPT. The name Maharsi was given to increase the sale value and also as a form of appreciation for the engineers and the principal investigator of the technological innovator, namely Dr. Muhammad Husni Amarullah (deceased) and Dr. Ratu Siti Aliah.
Marine Tilapia is a follow-up development of technology SALINA Tilapia fish. BPPT in collaboration with CV. Nuansa Ayu Karamba in Kepulauan Seribu developed a “Pilot Project” Marine Tilapia fish farming technology (Marine Tilapia). Previously, the SALINA
Maharsi adalah nama ikan Nila Laut yang diberikan
saat Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi bersama Kepala BPPT dan Bupati Kepulauan Seribu mengunjungi lokasi pilot project budidaya ikan nila laut di kepulauan Seribu pada bulan September 2015. Pada kesempatan tersebut Menristek Dikti memberikan apresiasi terhadap inovasi teknologi yang telah dilakukan BPPT. Pemberian nama Maharsi bertujuan untuk meningkatkan nilai jualnya, selain itu nama tersebut merupakan bentuk apresiasi bagi perekayasa dan peneliti utama inovasi teknologi tersebut, yaitu
Dr. Muhammad Husni Amarullah (almarhum) dan Dr.
Ratu Siti Aliah.
Ikan Nila Laut merupakan tindak lanjut pengembangan teknologi ikan Nila Salina, BPPT bermitra dengan CV. Nuansa Ayu Karamba di Kepulauan Seribu
mengembangkan “Pilot Project” teknologi budidaya
ikan Nila Laut (Marine Tilapia).
Maharsi, Sumber Pangan Protein Hewani Masa Depan
Maharsi, Animal Protein Food Source of the Future
Kunjungan Menristek Dikti ke Lokasi Pilot Project Budidaya Ikan Nila Laut CV.Nuansa Ayu Karamba- Kepulauan Seribu/
Minister of Research, Technology and Higher Education Visit to Marine Tilapia Fish Farming Pilot Project CV. Nuansa Ayu Karamba-
7
Ikan Nila SALINA telah memperoleh sertifikasi dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dapat dikembangkan oleh masyarakat pembudidaya ikan,
dalam bentuk Surat Keputusan Nomor : 22/KEPMEN-KP/2014. Pengembangan teknologi budidaya ikan Nila
Laut diharapkan dapat menjadi alternatif komoditas usaha budidaya ikan bagi masyarakat pesisir pantai
dan kepulauan. Hal ini sejalan dengan visi dan misi
pemerintah untuk mengembangkan potensi wilayah maritim Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 13.000 pulau dengan garis pantai nomor dua
terpanjang di dunia yaitu ± 81.000 km. Inovasi teknologi
budidaya ikan nila laut bertujuan untuk meningkatkan kemandirian bangsa dalam penyediaan produk pangan protein sekaligus akselerasi peningkatan produksi perikanan, produk ekspor, peningkatan ekonomi dan lapangan kerja. Untuk meningkatkan produktivitas ikan nila laut dalam kegiatan pembesaran, pakan yang diberikan ditambah suplemen protein rekombinan
(rGH) yang dapat meningkatkan daya cerna (digestibilty) untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Pemberian vaksin DNA Streptococcus sp melalui pakan juga diberikan untuk meningkatkan daya tahan
hidupnya (survival rate).
Tilapia fish has obtained certification from the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries to be developed by the community fish farmers, in the form of Decree No. 22 / KEPMEN-KP / 2014. Marine Tilapia fish farming technology development is expected to be an alternative commodity fish farming for coastal and islands communities. This is in line with the vision and mission of the government to develop the potential of the maritime regions of Indonesia as an archipelago consisting of more than 13,000 islands with the second longest coastline in the world of ± 81,000 km. Technological innovation of marine tilapia fish farming aims to increase the national independence in the supply of food protein products while at the same time accelerate fish production, export products, employment and economic improvement. To increase the productivity of marine tilapia in tilapia enlargement activity, the feed given is supplemented with recombinant protein (rGH) to improve the efficiency of feed by improving digestibility. The administration of Streptococcus sp DNA vaccine through feed is to increase survival rate.
Kepala Program :
Ir. Dedy Yaniharto, MSc. e-Mail:
dedy.yaniharto@bppt.go.id
Pusat Teknologi Produksi Pertanian – BPPT
Gedung II BPPT, Lt 15
Jl. M.H.Thamrin No.8 Jakarta Pusat 10340 Telp: (021) 316 9513 ; Fax: (021) 316 9510
Konferensi Pers Teknologi Budidaya Ikan Nila Laut - MAHARSI oleh Men-ristek Dikti,Kepala BPPT dan Bupati Kepulauan Seribu/
Press Conference on MAHARSI Marine Tilapia Fish Farming by Minister of Research, Technology and Higher Education, Chairman of BPPT and Head of
Indonesia is the world’s third largest cocoa beans producer after Ivory Coast and Ghana, by contributing 18% of the global market. Nationally, cocoa is the third largest economical Indonesian estate crops commodity after oil palm and rubber. Trend global cocoa demand has increased about 2-4 % per year in compliance with chocolate products. In last 5 years, the demand is up to 5% per year or 3.5 million tons/year. However, cocoa production in Indonesia tends to decline, although the planting area was increased.
Indonesia merupakan produsen biji kakao ketiga terbesar dunia sesudah Ghana dan Pantai Gading
dengan menyumbang 18 persen dari pasar global. Secara
nasional, komoditas kakao menghasilkan devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Permintaan kakao
secara global meningkat 2–4% setiap tahunnya seiring
peningkatan permintaan terhadap produk coklat.
Namun demikian, produksi kakao nasional cenderung
menurun, walaupun luas areal tanam meningkat.
Produksi Kakao yang Berkelanjutan di Indonesia
Sustainable Cocoa Production in Indonesia
Penyebab utamanya adalah penurunan produktivitas
petani kakao yang saat ini hanya 0,4-0,6 juta ton/ha,
dibandingkan dengan potensi produktivitasnya sebesar
1-1,5 juta ton/ha. Penurunan produktivitas kakao
berhubungan erat dengan kondisi tanaman pangan yang sudah tua, terkena serangan hama dan penyakit, teknik budidaya yang rendah, serta keterbatasan infrastruktur pendukung bagi kegiatan perkebunan dan industri pengolahan kakao.
Performa GKVF sebelum dan sesudah aplikasi teknik budidaya melalui biofertilizer dan teknologi pemangkasan dan pembungaan/
Performance of cocoa plants before and after farming technology and pruning and flowering technology
9
Recently, conversion from cocoa plantation to other crops (mainly palm oil) is massive. BPPT contributes appropriate technologies concerning sustainable cocoa production in Indonesia through:
1. Enhancement of quality of seed (micro-grafting and mini-grafting technique, ex-vitro propagation technology),
2. Improvement of farming technology through application of bio-fertilizing, pruning and flowering technique, plant disease control producing bio-pesticide and
3. Application of post-harvest processing technology to develop intermediate and final chocolate products).
Kepala Program :
Dr. Dodo Rusnanda e-Mail:
dodo.rusnanda@bppt.go.id
Pusat Teknologi Produksi Pertanian– BPPT
Gd. 611 Laptiab, Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 3169552 ; Fax: (021) 3908410
Produk coklat antara yang dihasilkan (dalam bentuk compound)/ Intermediate chocolate product (Compound)
penyakit tanaman kakao/
Biopesticide contains activated media Beauveria bassiana powder to control plant disease
Hasil perbanyakan bibit kakao melalui teknik mikrografting/
Enhancement of quality of seed by application of micro-grafting technique
Saat ini sudah banyak terjadi konversi lahan dari budidaya kakao ke budidaya tanaman perkebunan lainnya terutama tanaman kelapa sawit. BPPT memberikan kontribusi teknologi bagi tetap berproduksinya kakao Indonesia yang berkelanjutan
melalui:
1. Peningkatan kualitas bibit melalui teknik mikro-grafting dan mini-mikro-grafting serta perbanyakan bibit melalui teknologi ex-vitro;
2. Peningkatan teknologi budidaya kakao melalui aplikasi bio-fertilizer, teknik pemangkasan dan pembungaan dan aplikasi biopestisida untuk penyakit tanaman dan
The rice consumption of Indonesian people is 113 kg/ capita/year, and also imported the wheat about 7 million tons in 2014. Fulfillment of rice consumption in Indonesia, besides we got from homeland we also got it from import,as well as processed foods, which mostly use wheat materials. Rice consumption patterns that only comes from rice and all the processed foods that only comes from wheat should be changed. For example, we should accustom to consume rice derived from mixing paddy rice with beras sehat about 1:3. We should accustom to process bread dan noodle derived from mixing wheat with tepung sugih for around 3:1, or consume a wide variety of cake dan cookies from 100 % tepung sugih.
Beras sehat which is processed from corn flour and tapioca starch contains 5,31% protein, 1,9% fat, 81,20% carbohydrate and has total energy 357,1 kcal per 100 gr. While, Tepung Sugih wich is processed from physically modified cassava flour contains 88,2% carbohydrate, 0,94% protein, 0,03% fat and has maximum viscosity 250-300 BU that similar with maximum viscosity Konsumsi beras masyarakat Indonesia tergolong tinggi
113 kg/kapita/tahun begitu juga dengan impor terigu 7 juta ton pada tahun 2014. Pemenuhan konsumsi beras
selain dari dalam negeri juga diperoleh dari impor, begitu juga dengan pangan olahan hampir semuanya berbahan baku terigu. Pola konsumsi beras yang hanya berasal dari beras padi dan pembuatan pangan olahan yang hanya berasal dari terigu impor harus segera diubah. Salah satunya membiasakan mengkonsumsi nasi yang berasal dari campuran beras padi dengan
beras sehat dengan campuran 1:3, dan membuat bread dan noodle yang berasal dari pencampuran terigu dengan tepung sugih dengan perbandingan minimal
3:1 atau mengkonsumsi berbagai macam jenis cake dan cokies yang berasal dari tepung sugih 100%.
Beras sehat yang berasal dari jagung dan ubi kayu ini
mengandung protein 5,31%, lemak 1,9%, karbohidrat 81,20% dan energi total per 100 gr 357,1 kkal.
Sedangkan tepung sugih yang berasal dari ubi kayu
yang dimodifikasi secara fisis mengandung karbohidrat 88,2%, protein 0,94%, lemak 0,03% serta maksimum
viskositas mirip terigu 250-300 BU. Proses pembuatan
“Beras Sehat Dan Tepung Sugih” Produk Inovatif Technopark Lampung Tengah
“Beras Sehat And Tepung Sugih” Innovative Products from Central Lampung
Technopark
Contoh produksi/
11
beras sehat adalah dengan memodifikasi tepung jagung
dan tapioka melalui gelatinasi parsial dengan steamer kemudian diekstrusi, sehingga pemasakannya dengan rice cooker tidak memerlukan banyak air. Proses
pembuatan tepung sugih adalah dengan memodifikasi
tapioka dan singkong kupas bersih yang telah diparut dan dipress sampai airnya tidak lagi keluar, kemudian diekstrusi, sehingga menjadi tepung instan yang siap diolah menjadi berbagai pangan olahan.
Output dari kegiatan ini diperolehnya teknologi proses produksi beras sehat dan tepung sugih yang sudah di diseminasi ke UKM yang memproduksi pangan olahan. Prototipe produk beras sehat dan tepung sugih sebagai manifestasi peran BPPT dalam melakukan pendampingan Technopark Lampung Tengah dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan bersama Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, dan Balitbangda Propinsi Lampung. yang aktif dalam pembinaan UKM dan juga berperan untuk sosialisasi dan penyediaan biaya produksi.
of wheat. Beras Sehat was produced from corn flour and tapioca starch through partial gelatinization by extruder, therefore the cooking of Beras Sehat were not require a lot of water. On the other hand, Tepung Sugih is processed from cassava peel that has been crushed, pressed, and extruded together with tapioca starch. Because of that the Tepung Sugih is an instant flour that ready to be processed into a variety of processed foods.
The output of this activity is the production process technology of Beras Sehat and Tepung Sugih already disseminate to Small and Medium Sized Enterprises (SMEs) that produce processed food. The prototype of Beras Sehat and Tepung Sugih is one of manifestation of BPPT to empower of community in Central Lampung Technopark.
This activity was held together with Bappeda of Central Lampung Regency, and Balitbangda Lampung Province that are active in the development of SMEs and also contribute to socialization and the provision of production costs.
Kepala Program:
Dr. Ir. Agus Eko Tjahjono, M.Eng. e-Mail:
agus.eko@bppt.go.id
Balai Besar Teknologi Pati – BPPT
Desa Negara Bumi Ilir, Kecamatan Anak Tuha, Kab Lampung Tengah Telp: (0721) 702 014 ; Fax: (0721) 702 014
Enzyme Bio Center Unit is the first enzyme industry in Indonesia built by PT. Petrosida Gresik in collaboration with BPPT. The Enzyme Unit while Groundbreaking was conducted by Chairman of BPPT and the Minister for Science and Technology on July 1, 2014 was planned for commissioning and performance test in November-December 2015. By Early 2016, it is expected to start running and producing enzymes to fulfill industrial demand with the support of technology from BPPT. Unit Enzim Bio Center merupakan industri enzim
pertama di Indonesia yang dibangun oleh PT. Petrosida Gresik bekerjasama dengan BPPT. Unit enzim yang Groundbreaking-nya dilakukan oleh Kepala BPPT
dan Menristek pada tanggal 1 Juli 2014 direncanakan
untuk commissioning dan performance test pada
November – Desember 2015. Diharapkan awal tahun 2016, unit enzim ini telah beroperasi dan berproduksi
menghasilkan enzim untuk kebutuhan industri dengan dukungan teknologi dari BPPT.
Unit Enzim Bio Center – PT. Petrosida Gresik Produksi Protease
untuk Industri Kulit
Enzyme Bio Center - PT. Petrosida Gresik Produce Protease
for Leather Industry
Unit Enzim Bio Center/Enzyme Bio Center Unit
Protease merupakan produk enzim pertama yang akan diproduksi oleh Unit Enzim Bio Center. Protease adalah enzim dengan aktivitas proteolytic yang berfungsi memecah protein sehingga dapat merontokkan bulu
pada proses penyamakan kulit (dehairing). Uji aplikasi protease telah dilakukan di industri penyamakan kulit di Magetan dan PT. Rajawali Tanjungsari di Sidoarjo. Penggunaan protease dapat mengurangi konsumsi
13
To support the operation of Enzyme Bio Center Unit and commercialization of enzyme products, BPPT provides technical assisstance include a transfer of technology through the training activity of enzyme production technology, production assistance and industrial enzymes applications test (end user). The training include mastery of production technology upstream and downstream enzymes ranging from laboratory scale up to pilot plant scale fermenter with a capacity of 1500 L.
Currently, most of the enzymes for industrial products (99%) are imported from Europe, China and India. The presence of enzyme industry with a capacity of 3 tons of enzyme (in the form of a liquid concentrate) per day in Gresik Industrial Estate is expected to meet the demand for industrial enzymes and reducing imported enzyme product. Enzyme product availability and production technology will support the country’s independence for national enzyme.
Kepala Program :
Ir. Edi Wahjono, M.Si e-Mail:
edi.wahjono@bppt.go.id
Pusat Teknologi Bioindustri – BPPT
Gedung 611, LAPTIAB,
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 6922 ; Fax: (021) 756 6922
Untuk mendukung operasionalisasi Unit Enzim Bio Center dan komersialisasi produk enzim, BPPT
memberikan dukungan teknis (technical assisstance)
antara lain transfer/alih teknologi melalui kegiatan
pelatihan teknologi produksi enzim, pendampingan produksi dan uji aplikasi enzim di industri (end user). Pelatihan yang diberikan mencakup penguasaan teknologi produksi hulu dan hilir enzim mulai dari skala laboratorium sampai dengan skala pilot plant dengan kapasitas fermentor 1.500 L.
Saat ini sebagian besar produk enzim untuk industri
(99%) masih diimpor dari Eropa, Cina dan India.
Kehadiran industri enzim dengan kapasitas 3
ton enzim (dalam bentuk konsentrat cair) per hari
di Kawasan Industri Gresik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan enzim industri dan mengurangi produk enzim impor. Ketersediaan produk enzim dan teknologi produksinya akan mendukung terwujudnya kemandirian enzim nasional.
“Phytoestrogens” is a standardized herbal medicine formulation that balance the hormonal cycle and enhance women vitality. This preparation is composed of medicinal plant extracts that contain phytoestrogen compounds that have been characterized, proven safe and efficacious.
“Fitoestrogen” adalah formula sediaan obat herbal terstandar untuk menyeimbangkan siklus hormon dan menambah vitalitas wanita. Sediaan ini tersusun dari ekstrak tanaman obat yang mengandung senyawa
fitoestrogen yang telah dikarakterisasi, terbukti aman dan berkhasiat.
Obat Herbal Terstandar
“Fitoestrogen”
Standardized Herbal Medicine “Phytoestrogens”
Senyawa fitoestrogen adalah senyawa dari tanaman yang mempunyai struktur kimia dan efek biologi mirip estrogen. Pada wanita dewasa, pemakaian sediaan ini dapat membantu melancarkan menstruasi. Pada wanita masa menopause sediaan ini dapat membantu penyesuaian tubuh terhadap perubahan keseimbangan
hormonal yang drastis (bersifat antiaging). Senyawa fitoestrogen tidak memiliki efek samping seperti
senyawa estrogen eksternal yang digunakan pada Hormone Replacement Therapy (HRT)/Terapi Sulih
Hormon (TSH).
15
Kepala Program :
Dr. Agung Eru Wibowo, M.Si.,Apt e-Mail:
agung.eru@bppt.go.id
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika – BPPT
Gedung 610-612 LAPTIAB BPPT
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0707 ; Fax: (021) 756 0707
Saat ini sedang dilakukan inkubasi sediaan Fitoestrogen tersebut di PT. Indofarma Tbk, yang meliputi tahapan formulasi sediaan soft capsule, uji stabilitias sediaan, up scaling proses ekstraksi pada skala pilot dan skala industri serta registrasi produk ke BPOM.
Cefotaxime derivative is a third generation cephalosporin antibiotic with a broader spectrum and one parental important antibiotics. This antibiotics is widely used to treat infections in hospitalized patients such as pneumonia, meningitis and to prevent postoperative infections.
Sefotaksim merupakan antibiotik derivat sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum lebih luas dan salah satu antibiotik parental yang penting. Antibiotik ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit infeksi pada pasien rawat inap seperti pneumonia, meningitis serta untuk mencegah penyakit infeksi pasca operasi.
Teknologi Produksi Bahan Baku Obat Antibiotik Sefotaksim
Production Technology of Material Raw for Cefotaxime Antibiotics Medicine
Pada penggunaannya di beberapa rumah sakit di Indonesia, Sefotaksim menempati urutan kedua setelah amoksisilin. Sefotaksim merupakan antibiotik yang ketersediaannya sangat tergantung pada impor. Antibiotik golongan sefalosporin mempunyai angka ketergantungan impor sangat tinggi, pada tahun
2012 nilainya mencapai USD 11.682.701. Dengan
diproduksinya sefotaksim di dalam negeri diharapkan
Based on its use in some hospitals in Indonesia, cefotaxime ranks second after amoxicillin. The availability of cefotaxime antibiotic is highly dependent on imports. Cephalosporins is an antibiotics that is highly dependent on imports, in 2012 was valued at US $ 11,682,701. With local produced cefotaxime it is expected to be more affordable and more readily available because it is no longer depend on import.
17
BPPT has optimize the cefotaxime process production from 7-ACA (7-aminoacephalosporanic acid) at a laboratory scale with cefotaxime production yield of 83% with a purity of 94.2% (equivalent to Pharmacopia Reference). With mastering cefotaxime production technology at laboratory scale, further research is required to up-scale to a pilot plant scale for application at an industrial scale in accordance role BPPT as technology solution provider.
The stakeholder for cefotaxime production technology study is the national pharmaceutical industry.
Kepala Program :
Dr. Niknik Nurhayati e-Mail:
niknik.nurhayati@bppt.go.id
Pusat Teknologi Bioindustri – BPPT
Gedung II BPPT, Lt 15
Jl. M.H.Thamrin No.8 Jakarta Pusat Telp: (021) 316 9513 ; Fax: (021) 316 9510
Recovery produk sefotaksim pada produksi skala 200 gram/ Cefotaxime product recovery at 200 gram production scale Produk Sefotaksim/
Cefotaxime product
dapat tersedianya sefotaksim yang lebih murah akan tercapai dan ketersediaan antibiotik ini di dalam negeri akan lebih terjamin karena tidak tergantung impor lagi.
BPPT telah melakukan optimasi proses produksi
sefotaksim dari 7-ACA (7-aminoacephalosporanic acid) pada skala laboratorium menghasilkan rendemen
sefotaksim sebesar 83% dengan kemurnian 94,2% (setara dengan Pharmacopia Refference). Dengan dikuasainya teknologi produksi sefotaksim skala laboratorium ini selanjutnya perlu dilanjutkan pada skala pilot plant untuk penerapan pada skala industri sesuai peran solusi teknologi BPPT.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still one of the major public health problem in Indonesia. In recent years, cases during dengue outbreak often arise in the transition seasons. Due to these conditions, BPPT must take an active role in dengue outbreak management.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Beberapa tahun terakhir,
kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD seringkali
muncul di musim pancaroba. Melihat kondisi tersebut, BPPT harus mengambil peran aktif dalam upaya penanggulangan demam berdarah.
Pengembangan Prototipe Kit Diagnostik sebagai Upaya Penanggulangan
Demam Berdarah Dengue
Development Diagnostic Kit Prototype for Dengue Fever
Outbreak Management
Pengembangan Prototipe I Kit Diagnostic Dengue berbasis ELISA/ Development of Prototypes I ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay)-based Dengue diagnostic kit
Salah satu penyebab masih tingginya angka kematian yang disebabkan oleh DBD adalah keterlambatan dalam pendeteksian. Saat ini pemeriksaan laboratorium standar yang dilakukan adalah pemeriksaan hematokrit dan trombosit memerlukan waktu lama dan ketelitian. Akhir-akhir ini dikembangkan pemeriksaan antigen
Protein NS1 Dengue (Antigen NS1) yang diharapkan memberikan hasil yang lebih cepat. Namun seperti
sistem diagnostika komersial penyakit infeksi lainnya
19
di Indonesia, kit diagnostik Antigen NS1 masih impor
sehingga masih relatif mahal. Selain itu, penyakit DBD memiliki sesuatu keunikan dimana infeksi sekunder dapat berakibat lebih parah dibandingkan infeksi primer.
Kontribusi BPPT dalam upaya penanggulangan demam berdarah adalah mengembangkan Kit Diagnostik DBD yang sensitif, akurat dan harga terjangkau. Prototip I merupakan kit diagnostik DBD berbasis ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assay) yang dapat mendeteksi infeksi sekunder dengan mendeteksi
antibodi anti-NS1 dalam darah pasien. Prototipe I kit
diagnostik DBD juga akan dikembangkan berbasis rapid IC (immunochromatography) yang lebih mudah penggunaannya karena tidak memerlukan alat. Pengembangan Prototip kit diagnostik DBD
berbasis rapid IC (immunochromatography) dilakukan bekerjasama dengan Laboratorium Hepatika–
Mataram. Ke depan akan dikembangkan Prototip II kit diagnostik DBD yang dapat mendeteksi dini DBD. Pada Prototipe II akan ditambahkan monoclonal antibodi
anti NS1 dalam kit diagnostik yang dapat mendeteksi protein NS1 dalam darah, indikator dini infeksi DBD.
so it is relatively expensive. In addition, dengue fever has another unique property where secondary infection can be more severe than the primary infection.
BPPT contribution in the fight against dengue is by developing Dengue Diagnostic Kits that is sensitive, accurate and affordable. Prototypes I is an ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)-based Dengue diagnostic kit that can detect secondary infection by detecting anti-NS1 antibodies in the blood of patients. Prototype I dengue diagnostic kit will also be developed into rapid IC (immunochromatography) based which is easier to use because it does not require any equipment. Prototypes development of rapid IC (immunochromatography) based diagnostic kits will be conducted in collaboration with the Laboratorium Hepatika-Mataram. Prototype II dengue diagnostic kits will be developed in the future that can detect early dengue infection. In Prototype II monoclonal anti-NS1 antibodies will be added in the diagnostic kits that can detect the NS1 protein in the blood, an indicator of early dengue infection.
Kepala Program:
Dr. Chaidir , Apt e-Mail:
chaidir@bppt.go.id
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika – BPPT
Gd Laptiab ( Gd 611 - 612) Puspiptek Serpong Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 7560729; Fax: (021) 7560606
Induksi tikus dalam pembuatan monoclonal antibodi anti-NS1/ Induction of mice in monoclonal anti-NS1
Coal fired power plant utilizes the heat from burning the coal to generate steam, which later is used to drive the steam turbine and generator to produce electricity. This work is focused on evaluating the performance of the boiler with pulverized coal combustion and circulating fluidized bed combustion type. The ultra/ supercritical technology has emerged as an alternative to improve the PC and CFB power plant efficiency. One of the challenges in application of ultra/supercritical technology however is the ash related problems that cause a decrease in the heat transfer, increased thermal stress on the pipe and also high temperature corrosion.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara
menggunakan energi panas hasil pembakaran batubara untuk membangkitkan uap selanjutnya digunakan menggerakkan turbin uap dan generator yang menghasilkan tenaga listrik. Pada kegiatan ini, teknologi PLTU batubara difokuskan pada pembakaran
batubara halus (PC) dan circulating fluidized bed (CFB). Teknologi ultra/superkritikal juga dikaji untuk meningkatkan efisiensi pembangkit pada teknologi PC dan CFB. Tantangan aplikasi teknologi ultra/
superkritikal adalah masalah deposisi abu yang mengakibatkan hambatan dalam perpindahan panas, meningkatkan stress temperatur hingga potensi korosi temperatur tinggi.
Perekayasaan Teknologi PLTU Batubara
Peringkat Rendah yang Efisien
Highly Efficieny Coal Fired Power Plant
Using Low Rank Coal
21
Output of this work is to develop a coal combustion testing with circulating fluidized bed and pulverized coal type. The application of ultra/supercritical technology is recommended for the Indonesian coal fired power plant with the capacity of more than 600 MW as the overall plant efficiency can be increased. Highly efficient power plant means a lower coal consumption as well as lower emission load in the environment.
In this work, BPPT collaborated with PT. PLN Litbang, Kobe Steel Japan and Sumitomo Heavy Industries (SHI) Japan to develop engineering design of highly efficient power plant using low rank coal.
Kepala Program :
Dr. SD Sumbogo Murti e-Mail:
sumbogomurti@yahoo.com
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT
Gd.620-622 Setu
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0916 ; Fax: (021) 756 904
Keluaran dari program ini adalah jasa pengujian pembakaran batubara baik untuk teknologi circulating
fluidized bed maupun pulverized coal. Selain itu, aplikasi
teknologi ultra/superkritikal pada kapasitas PLTU yang besar ≥ 600 MW di Indonesia direkomendasikan agar efisiensi pembangkit meningkat. Efisiensi pembangkit
yang tinggi berarti penggunaan konsumsi batubara
lebih efisien dan beban emisi ke lingkungan juga lebih
rendah.
Dalam kegiatan ini, BPPT bekerjasama dengan PT. PLN Litbang, PT.Kobe Steel Jepang dan Sumitomo Heavy Industries (SHI) Jepang dalam pengembangan boiler
untuk PLTU Batubara peringkat rendah yang efisien.
Cogeneration is a method for producing electricity and thermal energy simultaneously in a single process. With cogeneration technology, the total efficiency out of electric and thermal generation is higher than that of individual efficiency from electricity generation and thermal processes. The amount of potential energy savings expected from typical cogeneration technology is more than 25%. Our mapping study in 7 national energy intensive industries has shown a potential cogeneration application amounted to 3580 MW. Teknologi kogenerasi adalah suatu metode untuk
memproduksi energi listrik dan termal secara bersamaan dalam satu proses. Dengan teknologi kogenerasi akan
didapatkan efisiensi total pembangkitan energi listrik dan
termal yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah
efisiensi dari masing-masing proses pembangkitan
listrik dan termal konvensional yang dilakukan secara terpisah. Besarnya potensi penghematan energi dengan penerapan teknologi kogenerasi jika dibandingkan dengan teknologi pembangkitan listrik dan termal secara
konvensional terpisah adalah > 25%. Dari hasil kajian
pemetaan penerapan teknologi kogenerasi diperoleh
data potensi penerapan kogenerasi di 7 industri padat energi nasional adalah sebesar 3.579,81 MW.
Perekayasaan Teknologi Kogenerasi s/d 5 MW
Application of Cogeneration Technology
Up to 5 MW
23
The project aims to conduct a study of improving energy efficiency by implementation of cogeneration technologies in the industrial sector. A basic design of cogeneration system up to 5 MW for oil and gas industry was obtained and it focused on three main activities. They are cogeneration technology systems, main components of cogeneration system design, and supporting cogeneration system components design. Application of cogeneration technology is expected to improve the efficiency of energy use, which means lower the cost of energy expended to get the same output. At the same time, it will reduce the amount of air pollutant emissions of combustion of fuel, which in turn will increase the competitiveness of the similar industry.
In the implementation of this activity, BPPT cooperated with PT. Pertamina EP in the development and implementation of cogeneration systems in Natural Gas Purification Plant.
Kepala Program :
Ir. Hari Yurismono, M.Eng e-Mail:
yurismono@gmail.com
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT
Gedung 620-622
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0916 ; Fax: (021) 756 904
Output dari program ini berupa dasar desain sistem
kogenerasi s/d 5MW di Industri dan bertujuan untuk melakukan kajian peningkatan efisiensi energi dengan
penggunaan teknologi kogenerasi di sektor industri. Tiga fokus kegiatan guna mencapai tujuan tersebut,
yaitu: Kajian sistem teknologi kogenerasi, Desain
komponen utama sistem kogenerasi, dan Desain komponen pendukung sistem kogenerasi. Penerapan
teknologi kogenerasi akan meningkatan efisiensi
penggunaan energi yang berarti menurunkan biaya energi yang dikeluarkan untuk mendapatkan output yang sama sekaligus akan mengurangi jumlah emisi polutan udara hasil pembakaran bahan bakar. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan daya saing terhadap industri sejenis.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, BPPT bekerjasama dengan PT. Pertamina EP dalam pengembangan dan penerapan sistem kogenerasi di Plant Pemurnian Gas Alam.
Nowadays, the performance of LED (Light Emitting Diode) technology has developed continuously. LED has become one of the preferred illumination sources for general lighting applications. The use of LEDs in general lighting applications for households has been growing rapidly in recent years. LED lights are considered more efficient energy consumption. LEDs are also resistant to vibration and shock and have a longer life span than other types of lamps. Moreover, unlike fluorescent lamps, LEDs can light up quickly and does not contain mercury. Therefore, in these activities the LED performance testing was carried out, including the use of power, flow, color rendering index, harmonic voltage generated, the resulting lumen, efficacy rate and its life time. This study provides detailed information on the advantages and disadvantages of LED lamps for general lighting.
Saat ini kinerja teknologi LED mengalami perkembangan secara terus-menerus. LED telah menjadi salah satu sumber pencahayaan pilihan untuk aplikasi penerangan umum. Penggunaan LED dalam aplikasi penerangan umum untuk rumah tangga mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Lampu LED ditengarai lebih hemat penggunaan energinya. LED juga tahan terhadap getaran dan goncangan dan memiliki rentang hidup yang lebih panjang dibandingkan lampu jenis lainnya. LED dapat menyala dengan cepat dan tidak mengandung merkuri, seperti lampu neon. Oleh karena itu, pada kegiatan ini dilakukan pengujian unjuk kerja lampu LED yang meliputi penggunaan daya, arus, color rendering index, tegangan harmonik yang
ditimbulkan, lumen yang dihasilkan, tingkat efikasi dan
life time-nya. Penelitian ini memberikan informasi yang lengkap tentang kelebihan dan kekurangan lampu LED untuk penerangan umum.
Pengujian Unjuk Kerja Lampu LED untuk Pencahayaan Umum
LED Performance Testing Research for General Lighting
25
The LED performance testing research aimed to determine the level of efficiency and lifespan of LED ballasted, which is currently widely used for general illumination. The number of samples tested was 59 units with the power of 2 - 13 watts from various brands. The testing refers to the standard test method of IEC 62612: 2013. The initial luminous flux is measured as the first data point in determining the useful life of the lamp. LED lamp life span is determined by subjecting the lights for 6,000 hours with luminous flux measurements every 1.000 hours.
In keeping with one of the BPPT’s role as a center of innovation and technology services, this activity is expected to be one of the services and contribution of BPPT in supporting government programs in the field of energy conservation, particularly in the household sector. During the implementation of this activity, BPPT has been cooperating with the Directorate of Conservation of Energy, Directorate General EBTKE, Ministry of Energy and Mineral Resources in developing the concept of standards, testing protocols, and the star level of testing for the labeling of energy-saving level.
Kepala Program :
Ir. Arie Rahmadi, M.Eng e-Mail:
arahmadi2@yahoo.com
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT
Energy Technology Centre, Gd. 620 - 622
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0916 ; Fax: (021) 756 904
Pengujian lampu LED bertujuan untuk mengetahui
tingkat efisiensi lampu dan umur pakai lampu LED
swabalast yang saat ini banyak digunakan untuk penerangan umum. Jumlah sampel yang diuji sebanyak
59 unit dengan daya 2 s/d 13 watt dari berbagai merek. Metode pengujian mengacu pada standar SNI IEC 62612:2013. Kuat cahaya awal diukur sebagai titik data
pertama dalam menentukan umur pakai lampu. Umur pakai lampu LED ditentukan dengan cara menyalakan
lampu selama 6.000 jam dengan pengukuran kuat
cahaya setiap 1.000 jam.
Searah dengan salah satu peran BPPT sebagai pusat inovasi dan layanan teknologi, kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu layanan dan konstribusi BPPT dalam mendukung program pemerintah di bidang konservasi energi khususnya pada sektor rumah tangga. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, BPPT bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, baik dalam pengembangan konsep standar, uji protokol, tingkat bintang maupun pengujian untuk pemberian label tingkat hemat energi.
Battery as an energy storage is the main component for the success of development of the national electric vehicles (EV). In the past, electric cars use lead-acid batteries having a low density (± 30 Wh/kg), required a larger and heavier battery to drive in a relatively close range. Meanwhile, an overall performance of an electric vehicle is strongly influenced by the weight of the vehicle. The research activity includes the study of lithium battery design and battery charging systems for EV applications.
Baterai merupakan komponen utama untuk mensukseskan pengembangan mobil listrik nasional. Di masa lalu mobil listrik menggunakan baterai jenis lead-acid yang mempunyai densitas rendah (± 30 Wh/kg) sehingga diperlukan jumlah baterai yang banyak. Hal
ini mengakibatkan berat kendaraan menjadi meningkat yang berimbas pada jangkauan jarak tempuh yang relative dekat. Kegiatan perekayasaan teknologi baterai pada tahun 2015 ini meliputi kajian tentang desain baterai lithium dan sistem pengisian baterai untuk mobil listrik.
Perekayasaan Teknologi Baterai untuk Mobil Listrik
Battery Technology Research for Electric Vehicles
27
The output is technical design recommendations of lithium battery for EV applications and its battery charging system with the use of renewable energies. The results of this study showed that the electric vehicles charging stations with the use of solar power plant hybrid with the national electricity network as the energy backup is the best alternative solution in providing the electrical energy to support the national electric vehicle program. The study also showed that not only will the use of lithium-ion based battery packs could help national electric vehicle program, this will also improve the electric vehicle performance as they are light weighted and durable.
During the implementation of this activity, research cooperation with several parties has been explored. Those institutions are PT. Nipres Tbk, PT. PLN (Persero), PT. DSBC, and several universities in Indonesia (ITS, UNS, etc.).
Kepala Program :
Dr.-Ing. Oo Abdul Rosyid, M.Sc e-Mail:
abdul.rosyid@bppt.go.id
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT
Gd.620-622 Setu
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0916 ; Fax: (021) 756 904
Output dari kegiatan ini adalah diperolehnya rekomendasi tentang desain baterai lithium sebagai penyimpan energi pada mobil listrik dan desain sistem pengisian ulang baterai mobil listrik menggunakan
energi terbarukan. Hasil kajian tersebut menunjukkan
bahwa stasiun pengisian baterai mobil listrik
menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
hybrid dengan jaringan listrik PLN sebagai energi
cadangan cocok dengan kondisi geografi Indonesia dan
menunjang program mobil listrik nasional. Sementara itu, penggunaan baterai lithium selain dapat menunjang
program mobil listrik nasional juga secara signifikan
dapat meningkatkan kinerja mobil listrik.
Dalam pelaksanaanya, BPPT telah menjajaki kerjasama
penelitian dengan beberapa institusi seperti PT. Nipres Tbk, PT. PLN (Persero), PT. DSBC dan beberapa universitas di Indonesia (ITS, UNS, dll).
In order to support to the government’s program in reducing the green-house gas emission, BPPT is implementing the Wind Hybrid Power Generation Project (WHyPGen) which aims to promote the development of wind energy as one of environment friendly and more sustainable energy resources.
Since 2012, BPPT has been successfully mapping the wind energy potential at 25 locations that spread in 16 provinces in Indonesia with the total of more than 1.000 MW. The mapping was conducted through wind resources assessment by combining data from the site measurement, field survey and satellite images. Data validations through site measurements were conducted at East Sumba, Banten and Garut.
Besides the wind potential mapping, BPPT also actively promotes the implementation of commercial wind Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam
menurunkan emisi gas rumah kaca, BPPT menjalankan Proyek Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen) untuk mendorong pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi terbarukan yang lebih lestari dan ramah lingkungan.
Sejak tahun 2012, BPPT telah berhasil memetakan
potensi energi angin di 25 lokasi yang tersebar di 16
propinsi di Indonesia dengan total potensi lebih dari 1.000 MW. Pemetaan ini dilaksanakan melalui wind resources assessment dengan menggabungkan data yang diperoleh melalui pengukuran in-situ, survei
lapangan dan data satelit. Validasi data in-situ dilakukan
di Sumba Timur, Banten dan Garut.
Selain pemetaan potensi energi angin, BPPT juga aktif mendorong terimplementasinya Pembangkit Listrik
Menuju Komersialisasi Pemanfaatan Energi Angin
Towards Commercialization of Wind Energy Development
29
power generation by providing technical assistance to PT. PLN (Persero) in reviewing and evaluating wind farm proposals. In 2015, there were 2 (two) Power Purchase Agreement (PPA) for Wind Power Generation that have been signed. They were 50 MW PPA at Yogyakarta and 70 MW PPA at South Sulawesi.
BPPT continues to support the availability of success stories of wind power generation or wind hybrid power generation implementation in the country, by supporting the application at Baron Techno Park, Yogyakarta and Nusa Penida, Bali.
Kepala Program :
Dr. Ir. Andhika Prastawa, MSEE e-Mail:
andhika.prastawa@bppt.go.id
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT
Gd.620-622 Setu
Kawasan Puspiptek Serpong - Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 0916 ; Fax: (021) 756 904
Tenaga Angin/Bayu (PLTB) skala komersial melalui dukungan teknis kepada PT. PLN (Persero) dalam
reviu dan evaluasi proposal proyek wind farm. Tahun
2015 ini telah ditandatangani 2 (dua) power purchase agreement Proyek PLTB yaitu 50 MW di Yogyakarta
dan 70 MW di Sulawesi Selatan.
BPPT juga terus mendukung upaya adanya contoh
sukses pemanfaatan PLTB ataupun PLT Hibrid berbasis
turbin angin, diantaranya adalah penyempurnaan
sistem PLTH di Baron Techno Park, Yogykarta maupun perbaikan PLTH di Nusa Penida, Bali.
PLTH di Baron Techno Park, Yogyakarta/ Wind Hybrid Power Generation at Baron Techno Park,
Yogyakarta
Biodiesel is well-known as renewable fuel from vegetable oils or animal fats by using transesterification process, the first generation biodiesel. BPPT has developed dry washing on biodiesel purification with simple system and low running cost in operation. BPPT’s biodiesel plant by capacity 3 tons per day is designed for processing oils with free fatty acid less than 4%. The commissioning process has been conducted for performance testing both of process and equipments. The biodiesel specification is targeted meets SNI 7182:2012.
Indonesia is the first country utilizing biodiesel to be mixed with diesel fuel in high percentage up to 15%. Since July 2014, Indonesia government has initiated performance testing in diesel engine vehicles, and BPPT took a part in preparation of fuel blends and performance testing. This program was introduced by BPPT as the reference for fuel blending method in Indonesia.
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan yang dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses
transesterifikasi, atau sering disebut sebagai biodiesel
generasi pertama. BPPT telah mengembangkan pemurnian biodiesel melalui proses pencucian kering dengan menggunakan sistem yang sederhana dan biaya operasi yang rendah. Pabrik biodiesel yang dikembangkan BPPT dengan kapasitas 3 ton per hari yang didisain untuk mengolah minyak dengan
kandungan lemak jenuh bebas kurang dari 4%. Proses
komisioning sudah dilaksanakan untuk menguji kinerja
baik proses maupun peralatan. Spesifikasi biodiesel diinginkan memenuhi target SNI 7182:2012.
Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang memanfaatkan biodiesel untuk dicampurkan ke dalam
minyak solar hingga prosentase mencapai 15%. Sejak Juli 2014, pemerintah Indonesia telah menginisiasi
uji kinerja untuk kendaraan bermesin diesel dan BPPT mengambil bagian dalam pencampuran bahan bakar dan pengujian kinerjanya. Program ini diperkenalkan oleh BPPT sebagai acuan dalam pengembangan sistem pencampuran bahan bakar di Indonesia.
Peran BPPT dalam Pengembangan Biodiesel di Indonesia
BPPT’s Role in Biodiesel Development in Indonesia
31
The priorities of Indonesian energy policy are to reduce oil consumption and to use the renewable energy. For power generation, it is important to increase electricity power in order to meet national demand and to change fossil fuel consumption by utilization of biomass waste. Although sources of biomass energy in Indonesia are scattered all over the country, but the biggest potential in concentrated scale can be found in the five big islands of Indonesia. The waste from palm plantation will be the promising sources for fuel supply in power plant. Special treatment for empty fruit bunches must be created to ensure there is no bad impact to the existing engines. Washing and drying process were chosen for treating the biomass waste to solid fuel. Furthermore, waste biomass to pyrolysis oil (bio-oil) will bring a benefit in developing co-processing of bio-oil and crude oil in refinery.
Kepala Program :
Ir. Agus Kismanto, M.Sc e-Mail:
agus.kismanto@bppt.go.id
Balai Perekayasa Desain dan Sistem Teknologi – BPPT
Gd. 480 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 Telp: (021) 756 3213 ; Fax: (021) 756 3273
Sudah menjadi prioritas kebijakan energi Indonesia untuk mengurangi penggunaan minyak dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Untuk pembangkit listrik, peningkatan kapasitas pembangkit untuk memenuhi kebutuhan daya listrik nasional harus diiringi dengan mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil dan menggantinya dengan limbah biomassa. Limbah dari pabrik kelapa sawit menjadi sumber bahan bakar yang sangat menjanjikan untuk pembangkit listrik seperti limbah tandan kosong. Perlakuan khusus diperlukan sebelum tandan kosong kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar agar tidak merusak mesin. Pencucian dan pengeringan diperlukan untuk mengolah limbah biomassa menjadi bahan bakar padat. Selanjutnya, proses pirolisa dilakukan terhadap limbah yang sudah kering untuk memperoleh bio-oil. Minyak hasil pirolisa ini dapat dimanfaatkan sebagai co-processing untuk bahan baku minyak mentah di kilang minyak.