• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP

DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

Hisar M. Simbolon(1) Sri Suwarno(2) Restyandito(3)

hisarliska@gmail.com sswn@ukdw.ac.id dito@ukdw.ac.id

Abstraksi

Kompresi citra digital merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sistem informasi. Seiring dengan perkembangan transmisi data dibutuhkan ukuran file gambar yang kecil sehingga dapat ditransmisikan dengan kecepatan yang semaksimalnya.

Solusi dari permasalahan adalah dengan membangun aplikasi kompresi citra digital dengan menerapkan algoritma Self – Organizing Map (SOM) untuk mengolah tiap – tiap piksel pada citra sehingga kompresi dapat dimaksimalkan dengan Run Length Encode. Hasil dekompresi yang tidak jauh berbada dengan citra asli merupakan hasil yang sangat diharapkan agar tidak memberikan arti yang berbeda terhadap citra asli.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan algoritma SOM dapat mengolah setiap piksel pada citra digital dan mengurangi redundansi citra sehingga algoritma Run Length dapat dengan maksimal mengodekan setiap warna pada piksel hingga mencapai tingkat rasio kompresi 60% - 85%. Hasil dekompresi citra mengalami penurunan kualitas gambar namun masih mengandung data - data yang sama atau dengan kata lain gambar dekompresi tidak jauh berbeda dengan gambar asli.

Kata kunci : Algoritma SOM, Run length, kompresi.

1. Pendahuluan

Sebuah citra dapat digunakan untuk berbagai kepentingan baik sebagai dokumentasi

maupun sebagai alat penyelarasan dalam sebuah aplikasi. Pemanfaatan sebuah citra semakin

penting di dalam sistem informasi terlebih saat citra tersebut ingin didokumentasikan ke dalam

bentuk digital.

1Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,Universitas Kristen Duta Wacana 2

(2)

Permasalahan yang dihadapi adalah ukuran data yang semakin besar karena semakin

banyak dokumentasi citra. Hal ini akan sangat berpengaruh pada media penyimpanan data yaitu

harddisk, walaupun harddisk memiliki kapasitas yang besar tetapi akan tetap memiliki

keterbatasan dengan sebuah alasan yaitu perbandingan antara harga dari harddisk dengan nilai

citra yang akan disimpan. Saat citra akan ditransmisikan dalam suatu komunikasi jaringan

terdapat juga permasalahan dalam prosesnya, yaitu semakin besar ukuran citra maka akan

semakin lama proses transmisinya.

Melihat permasalahan tersebut dibutuhkan suatu solusi yang dapat mengatasi masalah

ukuran citra. Kompresi citra merupakan salah satu solusi yang dapat membantu agar ukuran

citra tersebut lebih kecil yang kemudian citra dapat ditransmisikan lebih cepat. Kompresi citra

dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode Self Organizing

Map (SOM). Metode SOM berfungsi untuk mengelompokkan beberapa data warna yang

memiliki kemiripan dan akan dijadikan menjadi satu kelompok sehingga dapat dikompres lebih

maksimal.

Dengan adanya sistem kompresi citra ini diharapkan bisa memperkecil ukuran citra

sehingga citra tetap dapat disimpan lebih banyak lagi dan proses transmisinya juga dapat lebih

cepat.

2. Landasan Teori

2.1. Metode Self-Organizing Map (SOM)

Pada prinsipnya algoritma SOM mempunyai 2 proses perhitungan matematika, yaitu

pada proses pencarian nilai bobot yang sesuai dengan nilai masukan dan perubahan nilai bobot

yang telah ditemukan dengan jarak terdekat.

Perhitungan perubahan nilai bobot sekitar atau tetangga bobot pemenang tidak dihitung

atau diberi nilai 0. Pemberian nilai ini dimaksudkan agar tiap bobot diarahkan ke nilai masukan

sehingga nilai bobot akan mendekati nilai masukan.

Di tahun 2005, Siang menuliskan algoritma SOM :

Step 1 : Neuron pada lapisan input (neuron input) sebanyak n dinotasikan sebagai x1, x2, …,

xn dan neuron pada lapisan output (neuron output) sebanyak m dinotasikan sebagai

y1, y2, …, ym. Bobot koneksi antara neuron input dan output dinotasikan sebagai wij

ditentukan secara acak antara 0 dan 1.

(3)

Step 4 : Hitung jarak vektor input terhadap bobot koneksi dj untuk masing-masing neuron

output dengan menggunakan rumus:

[1]

Step 5 : Cari indeks j di mana dj minimum

Step 6 : Untuk setiap wij, perbaharui bobot koneksi dengan menggunakan rumus:

wij(t+1)=wij(t) + γ(t)hib(t) (xi(t) – wij(t))

Step 7 : Modifikasi Laju Pemahaman

Step 8 : Uji kondisi penghentian

2.2. Metode Run – Length Encoding

Penyusunan data kompresi citra dengan run length encoding membutuhkan sebuah

penanda antara data citra dan banyaknya data citra. Penanda ini bertujuan untuk mengetahui

dimana yang merupakan data dan yang mana yang merupakan banyaknya data.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses run length encoding sebagai berikut :

1. Lihat apakah terdapat deretan data yang sama secara berurutan lebih dari tiga karakter, jika

memenuhi lakukan kompresi.

2. Berikan bit penanda pada data yang dikompres, bit penanda disini berupa 8 deretan bit yang

boleh dipilih sembarang asalkan digunakan secara konsisten pada seluruh bit penanda

dalam kompresi. Bit penanda ini berfungsi untuk menandai bahwa karakter selanjutnya

adalah karakter pemampatan sehingga tidak membingungkan pada saat mengembalikan

data yang sudah dimampatkan ke file aslinya.

3. Tambahkan deretan bit untuk menyatakan jumlah karakter yang sama berurutan.

4. Tambahkan deretan bit yang menyatakan data yang berulang.

2.3. Metode Run – Length Decoding

Proses pengembalian data yang dikodekan menjadi data asli disebut decoding.

Algoritma run length merubah suatu data ke dalam bentuk kode dengan aturan – aturan yang

sudah dijelaskan di atas. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu algoritma untuk mengembalikan data

(4)

Run length decoding berfungsi sebagai kebalikan dari run length encoding yaitu

merubah data kode menjadi data asli. Langkah – langkah untuk mengembalikan kode dimaksud

adalah sebagai berikut :

1. Lihat karakter pada hasil kompresi satu – persatu dari awal sampai akhir, jika

ditemukan bit penanda, lakukan proses pengembalian.

2. Lihat karakter setelah bit penanda, karakter setelah bit penanda merepresentasikan nilai

jumlah karakter yang sama.

3. Lihat karakter berikutnya (karakter ke-2 setelah bit penanda), kemudian lakukan

penulisan karakter tersebut sebanyak bilangan yang telah diperoleh pada karakter

sebelumnya (point 2).

3. Pembahasan dan Hasil

Pada program utama terdapat pilihan menu KOMPRESI. Aplikasi ini merupakan

implementasi algoritma Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan metode Self – Organizing Map

(SOM) dan Run Length. Hasil dari menu ini merupakan kode kompresi dengan ber-ekstensi .esi

(dot esi).

Program kompresi ini membutuhkan beberapa masukan yang akan dibutuhkan untuk

menjalankan program kompresi. Masukan – masukan tersebut antara lain :

• Warna yang akan dipertahankan : masukan ini berfungsi sebagai pembentuk matrik yang akan dibentuk program.

• Proses Pembelajaran : masukan ini dibutuhkan untuk algoritma SOM sehingga proses berhentinya pelatihan dapat dibatasi.

• Alfa : masukan ini dibutuhkan untuk algoritma SOM sebagai laju pembelajaran, nilainya berupa nilai decimal dengan titik sebagai pemisah bilangan.

Pada program kompresi juga terdapat tombol – tombol yang di click secara berurutan

mulai dari INPUT GAMBAR, RANDOM BOBOT, KOMPRESI. Ketiga tombol tersebut

dioperasikan secara berurutan untuk menyesuaikan dengan algoritma SOM. tombol BARU dan

tombol SIMPAN dapat digunakan setelah proses kompresi selesai. Tampilan kompresi dapat

(5)

Gambar 1. Menu Kompresi

(6)

Menu berikutnya yang disediakan pada menu utama adalah menu DEKOMPRESI.

Menu dekompresi berfungsi untuk mengembalikan kode kompresi menjadi gambar. Pada

proses dekompresi hanya membutuhkan masukan kode kompresi saja, selanjutnya hanya

men-click tombol – tombol untuk melakukan proses berikutnya, tombol PROSES untuk dekompresi

dan tombol SIMPAN untuk menyimpan hasil dekompresi gambar. Tampilan menu dekompresi

dapat dilihat pada Gambar 2.

3.1. Analisis Hasil Kompresi Dan Dekompresi

Secara teori semakin sering seseorang belajar maka akan semakin ingat atau hafal akan apa

yang dia pelajari. Hal ini sangat umum sekali, namun pada pengujian ini akan diteliti terhadap

proses pembelajaran yang kecil hingga yang lebih besar dan melihat dampak yang akan

memberikan terhadap besar ukuran kompresi. Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat

dilihat pada Table 1.

Table 1. Hasil Pengujian Dengan Masukan Proses Pembelajaran Yang Berbeda

Perolehan hasil kompresi sebuah citra bola.bmp yang diuji dengan masukan seperti

pada Table 1 tidak menunjukkan banyak perbedaan dari besar kompresi dan rasio kompresi,

namun waktu proses kompresi menunjukkan semakin besar proses pembelajaran maka semakin

lama juga proses kompresinya.

Perbedaan besar ukuran hasil kompresi tidak mengalami pengecilan namun semakin

besar pada saat – saat tertentu. Misalnya dari proses pembelajaran 150 terhadap proses

pembelajaran 200 rasio kompresi mengalami peningkatan yaitu semakin kecil rasio kompresi

sedangkan sebelumnya dari proses pembelajaran 100 ke proses pembelajaran 150 justru

mengalami penurunan yaitu semakin besar nilai rasio kompresi yang dihasilkan. Oleh karena

itu dapat diperoleh bahwa proses pembelajaran tidak mempengaruhi besar kecilnya ukuran hasil

(7)

Gambar Asli Gambar Dekompresi

3.2. Pengujian Gambar Hasil Dekompresi Dengan Gambar Asli

Hasil dekompresi merupakan pengembalian hasil kompresi menjadi sebuah citra

kembali. Pada bagian ini akan ditampilkan hasil gambar yang telah diujikan terhadap system.

Akan ditampilkan juga gambar asli sebagai perbandingan yang dapat dilihat secara visual.

Hasil dekompresi kode kompresi menjadi sebuah citra juga menjadi pertimbangan yang

penting, karena dengan meng-kompresi sebuah gambar bola maka diharapkan juga hasil

dekompresi menghasilkan sebuah gambar bola dan sama seperti asli. Kemiripan gambar hasil

dekompresi dengan gambar asli merupakan suatu parameter untuk pengukuran gagal atau

suksesnya metode tersebut dalam kompresi citra

Gambar 3. Hasil Dekompresi

4. Kesimpulan

Program aplikasi kompresi citra dengan menggunakan jaringan Kohonen Self –

Organizing Map dapat melakukan kompresi dengan baik. Pengembalian hasil kompresi

menjadi sebuah citra juga menghasilkan gambar yang cukup mirip dengan gambar asli

walaupun dengan menggantikan warna piksel dengan warna yang memiliki nilai kemiripan

paling dekat dengan warna sekitarnya.

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari program kompresi ini adalah sebagai berikut :

a) Nilai proses pembelajaran mempunyai pengaruh yang sangat tinggi terhadap hasil

dekompresi gambar, semakin tinggi nilai proses pembelajaran maka hasil dekompresi

akan semakin mirip dengan gambar asli.

b) Semakin tinggi nilai proses pembelajaran maka waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan kompresi akan semakin lama.

c) Nilai laju pemahaman yang terlalu rendah dengan proses pembelajaran yang sedikit

(8)

Daftar Pustaka

Hermawan, A. (2006). Jaringan Saraf Tiruan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : ANDI.

Kusumadewi, S. (2004). Membangun Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan MATLAB & EXCEL LINK. Yogyakarta : GRAHA ILMU.

Salomon, D. (2004). Data Compression 3rd Edition. New York: Springer-Verlag

Gambar

Gambar 1. Menu Kompresi
Table 1. Hasil Pengujian Dengan Masukan Proses Pembelajaran Yang Berbeda
Gambar AsliGambar Dekompresi

Referensi

Dokumen terkait

27,9 0,1 0,3 0,3 0,3 0,4 0,6 1,3 1,5 1,5 4,9 5,4 6,8 9,0 16,0 23,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Tidak tahu Gagal membawa indonesia lebih baik dari sebelumnya Tidak peduli

Dari tabel pada kondisi krisis, alternatif yang menghasilkan nilai maksimum adalah reksadana dengan tingkat pengembalian investasi pada saat krisis sebesar 18%.. Maka

Selanjutnya, Kathirvel & Srinivasagam (1992) menyatakan bahwa morfologi dari Scylla oceanica dan Scylla tranquebarica memiliki kesamaan, yaitu kedua spesies Scylla ini

RAYA INDUSTRI PASIR GOMBONG JABABEKA CIKARANG 021-890 4160 84 SILOAM HOSPITALS LIPPO CIKARANG JL.. KRAKATAU

Data di atas menunjukkan tingkat kemangkiran karyawan PT Pos Indonesia (Persero) pada tahun 2011 – 2014 yang juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Terjadi kenaikan

Dilihat dari rata-rata tingkat konsumsi energi anak-anak TK ABA ADE IRMA yaitu 1389,29 Kkal sedikit lebih rendah dari tingkat kecukupan energi yang dianjurkan untuk anak-

15.Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji,

Secara umum, artikel yang dipublikasi oleh JEB adalah karya tulis ilmiah yang memberi kontribusi bagi pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, meliputi tetapi tidak