• Tidak ada hasil yang ditemukan

APPLICATION OF BASED LEARNING PROBLEMS ON THE IMPROVEMENT OF BIOLOGY STUDENT LEARNING AT SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APPLICATION OF BASED LEARNING PROBLEMS ON THE IMPROVEMENT OF BIOLOGY STUDENT LEARNING AT SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

151 Musriadi

Mahasiswa Prodi Magister Pendidikan Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh

Djufri

Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh, Aceh

Muhibuddin

Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh, Aceh

Korespondensi: musriadi@gmail.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH

ABSTRAK: Peneilitian ini bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis masalah dan konvensional. Metode penelitian menggunakan adalah eksperimen dengan desain Pretest-posttest Kontrol Group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Insafuddin Banda Aceh. Sampel penelitian siswa kelas X1 dan X2 berjumlah 60 siswa. Data dikumpulkan dengan pretes, postes dan angket. Analisis data mengunakan uji t. Tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kedua kelas dengan thitung = 2,292 dan ttabel = 1,645. Berdasarkan data angket memperlihatkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran berbasis masalah, bersikap positif terhadap pembelajaran biologi pada materi jamur (fungi). Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa serta meningkatnya kemampuan melakukan analisis terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi setiap kelompok.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar, Tanggapan Siswa dan Jamur (Fungi)

APPLICATION OF BASED LEARNING PROBLEMS ON THE IMPROVEMENT OF BIOLOGY STUDENT LEARNING AT SMA INSHAFUDDIN BANDA ACEH

ABSTRACT: The purpose of this study was to determine differences in student learning outcomes, student responses to the problem based learning model and conventional learning model. This study uses a quantitative approach to research design methods and experimental pretest posttest kontrol group design. In this study there is a class of experimental group and kontrol group classes X1and X2 with a population of high school students Inshafuddin Banda Aceh. The data was collected pretest, posttest and questionnaire data analysis techniques using t-test at a significance level of 0.05. For the student responses were analyzed descriptively. The results of this study indicate that there are differences in student learning outcomes in second grade with tcount = 2.292 and the table = 1.645. In addition, based on questionnaire data showed that students learning with problem based learning model largely positive attitude towards learning biology in materials mushrooms and responses to problem based learning model can increase the active participation of students in the learning process and increased ability to perform an analysis of the issues that have been identified by each group.

Keywords: Problem Based Learning, Conventional Learning, Learning Outcomes, Student Responses and Mushrooms

PENDAHULUAN

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembe-lajaran yang mengunakan masalah dunia nyata se-bagai suatu konteks bagi peserta didik untuk bela-jar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan

(2)

ngetahuan yang sudah dimilikinya sebagai hasil in-teraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpin-dah dari transfer informasi ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang di-konstruksinya sendiri.

Mahendra, dkk (2008) menjelaskan PBL me-miliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa memiliki pengalaman dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam penerapan model pembelajaran. Chin (2008) mengatakan bahwa pembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman yang kongkret. Pertanyaan, pengalaman, formulasi dan penyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran. Dengan demikian, aspek penting dalam PBL adalah pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang akan menetukan arah pembe-lajaran dalam kelompok. Dengan membuat perma-salahan sebagai tumpuan pembelajaran, para siswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.

Boud dan Felleti (1997) menjelaskan Keun-tungan PBL adalah para siswa didorong untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki-nya kemudian mengembangkan keterampillan pembelajaran yang independen untuk mengisi ke-kosongan yang ada. Hal tersebut merupakan pem-belajaran seumur hidup karena keterampilan terse-but dapat ditransfer ke sejumlah topik pembelaja-ran yang lain. Pembelajapembelaja-ran berbasis masalah yang memfokuskan pada permasalahan yang mampu membangkitkan pengalaman pembelajaran maka siswa akan mendapat otonomi yang lebih luas dalam pembelajaran. Oleh karena itu perancangan permasalahan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati untuk meyakinkan bahwa sebagian besar tuju-an pembelajartuju-an dapat tercapai.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Suci (2012) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pen-dekatan kooperatif diantaranya meningkatkan akti-vitas mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar, meningkatkan hasil belajar, mendapat respon yang positif dari mahasiswa karena pembelajaran men-jadi lebih bermakna. Hasil belajar baik pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor mengalami

pe-ningkatan setelah diimplikasikan pembelajaran berbasis masalah. Lestari (2008) juga mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran fisika di tingkat SMP dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kete-rampilan berpikir kreatif siswa dibanding peng-gunaan model pembelajaran tradisional.

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa pe-neliti tersebut menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dan kemampuan berpikir, Oleh karena itu penulis ingin melanjutkan peneliti-an tersebut dengpeneliti-an sintaks pembelajarpeneliti-an ypeneliti-ang ber-beda dengan penelitian yang dilakukan sebelum-nya, perbedaan yang penulis lakukan terdapat fase pembelajaran. Kegiatan penelitian yang akan dila-kukan bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi jamur (fungi); 2) tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional? Manfaat yang diha-rapkan dari penelitian ini adalah memberikan in-formasi tentang pengetahuan awal siswa pada ma-teri jamur (fungi), yang digunakan untuk menyu-sun strategi mengajar yang sesuai sehinggga dapat mengupayakan peningkatan hasil belajar dan moti-vasi belajar siswa.uk menetahui. Selain itu juga dapat memberi alternatif pembelajaran biologi pada materi jamur (fungi) melalui model pembela-jaran berbasis masalah.

METODE

Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh. Populasi penelitian adalah sis-wa kelas X sebanyak 120 sissis-wa, yang tersebar pa-da empat kelas paralel jumlah 30 siswa per kelas. Sampel 60 siswa. 30 siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen (model pembelajaran berbasis masalah) dan 30 siswa sebagai kelas kontrol (mo-del pembelajaran konvensional). Pengelompokan siswa ke dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol didasarkan pada kemampuan awal yang tidak ber-beda nyata antara kedua kelas (homogen).

Disain Penelitian

Motode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Kelas kon-trol menggunakan model pembelajaran konvensio-nal. Pada kelas kontrol ini model pembejaran yang diterapkan adalah pemaparan materi pembelajaran oleh guru dengan bantuan media pembelajaran power point. Desain metode eksperimen “

(3)

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi 153 Tabel 1. DesainPretest-posttest Kontrol Group Design

Sampel Kelompok

Pre-tes

Perla-kuan

Pos-tes

Acak A (Eksperimen) O1 X1 O2

Acak B (Kontrol) O3 X2 O4

Keterangan:

X1 = Model Pembelajaran berbasis masalah X2 = Model Pembelajaran konvensional O1,O3 = Pretes

O2,O4 = Postes

Tahapan penelitian ini dibagi menjadi lima langkah yaitu merumuskan masalah yang akan dikaji, studi pendahuluan, perancangan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, implemen-tasi model pembelajaran berbasis masalah, peng-umpulan dan analisis data, serta pengambilan ke-simpulan.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulan dalam penelitian ini terdiri dari empat macam data, yaitu: 1) data kemampuan awal siswa yang diukur dengan pretest; 2) data kemampuan siswa setelah proses pembelajaran yang diukur dengan posttest; 3) data peningkatan hasil belajar yang diukur dengan menghitung se-lisih antara skor postest dengan skor pretest; 4) data tanggapan siswa tentang pelaksanaan strategi dan materi pembelajaran yang diukur dengan skala sikap.

Analisis Data

Dari data skor pretest dan skor postes,

selan-jutnya dihitung dengan “Gain” dengan cara me -ngurangi skor poster dengan skor pretest. Untuk menghindari kesalahan dalam mengiterpretasikan perolehan Gain masing-masing siswa, maka dila-kukan normalisasi Gain dengan menggunakan rumus dari Hake (Cheng,et al., 2004).

Data hasil belajar, siswa dihitung mengguna-kan rumus g factor (gain score normalized) seba-gai berikut:

N − gain = Skor Postes − Skor Pretes

Skor Postes Tertinggi − Skor Pretes× 100

Dengan kategori perolehan N-Gain: Tinggi : N-Gain > 70;

Sedang : 30≤ N-Gain≤ 70;

Rendah : N-Gain < 30.

Skor rata-rata gain normalisasi (N-Gain) an-tara kedua kelompok digunakan sebagai data untuk membandingkan kemampuan hasil belajar. Perbe-daan kedua rata-rata antara kelompok eksperimen

dilakukan dengan “uji-t”. jenis “uji-t” yang diguna

-kan adalah independen sample t-test. Sebagai

per-syaratan “uji-t” antara kedua kelompok eksperi -men harus berdistribusi normal dan memiliki va-rian yang sama (homogen). Oleh karena itu

sebe-lum dilakukan “uji-t”, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas (data N-gain) kedua kelas eksperimen, dan uji homogenitas (data N-gain) antara kelas eksperimen. Jika hasil tersebut menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjut-kan uji beda dua rata-rata dengan uji-t test. Jika hasil uji tidak berdistribusi normal atau tidak ho-mogen, maka uji beda dua rata-rata yang dilakukan adalah uji non parametric dengan menggunakan Uji Mann-whitney.

Data tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional dianalisis dengan menghitung persentase item pernyataan dan dianalisis dengan membandingkan kecenderungan sikap positif dan sikap negatif siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan utama yang diamati dalam pe-nerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional adalah: kemampuan penguasaan konsep siswa dan sikap siswa. Hasil belajar siswa ditempuh dengan dua tahap yaitu pertama tahap pengetahuan siswa, kedua membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal siswa. Tanggapan siswa yang diamati ada dua jenis yaitu tanggapan siswa ter-hadap model pembelajaran, dan terter-hadap materi jamur yang dibelajarkan dengan model pembelaja-ran berbasis masalah dan model pembelajapembelaja-ran kon-vensional.

Hasil Belajar Siswa

Kemampuan awal siswa

Siswa yang menjadi sampel penelitian untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berasal dari SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh. Siswa-siswa tentunya telah pernah mengikuti pembelajaran tentang jamur (fungi) ketika di bangku SMP/MTs. Hasil analisis kemampuan pengetahuan awal siswa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang ada di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah dilakukan pretes (Tabel 2).

(4)

Hasil jaran Hasil tentang jam postes yang Kelas Kont soal. Postes ngi) diajark sis masalah di kelas X-2 belajar sisw men dan ke

Setela da kedua k katan hasil kansi penin eksperimen

sil Belajar Siswa pada Ak an

sil belajar siswa pada akhir amur (fungi) diukur melalu ang diberikan pada kelas Ek ntrol adalah soal yang sam tes dilaksanakan setelah ma arkan dengan model pembe lah di kelas X-1dan model X-2. Pada kedua terdapat p iswa yang signifikan antara kelas kontrol yang tertera p telah diperoleh nilai pretes

kelas dilakukan uji signif sil belajar siswa. Untuk m ningkatan hasil belajar sisw

en dan kelas kontrol di te

Gambar 1. Perbandingan H

0 10 20 30 40 50 60

Postes Kelas Experimen

Kelas Kontrol

Akhir

Pembela-hir pembelajaran lalui postes. Soal Eksperimen dan ama sebanyak 60 materi jamur (fu-belajaran berba-del konvensional t perbedaan hasil ara kelas eksperi-a peksperi-adeksperi-a teksperi-abel 3. es dan postes

pa-nifikansi menguji signifi-iswa antara kelas i tempuh dengan

menguj gain pa ada pen bar 1.

G kelas e rata-rata untuk k Setelah (PBM) terdapa baik di eksperim trol 44,5 rimen 5

P rimen d

n Hasil Belajar Siswa di Kelas Postes Pretes

49.83 39.37

44.5 38.8

guji rata-rata pretes, postes, pada kedua kelas. Pada ke

peningkatan seperti yang t .

Gambar 1 tampak bahwa eksperimen dan di kelas rata skor yang tidak jauh be k kelas eksperimen dan 38,8 lah dilaksanakan proses

) di kelas eksperimen da pat perbedaan peningkatan di kelas eksperimen dan k

erimen rata-rata postes 49, 4,50 sedangkan rata-rata N n 57,82 dan kelas kontrol 54

Perbedaan hasil belajar sis n dan kelas kontrol digunak

elas Experimen dengan Kelas

Gain N-Gain

10.47 57.84

5.7 54.06

tes, skor gain dan kedua kelas tampak g tertera pada Gam-wa pretes sisGam-wa di las kontrol memiliki berbeda, yaitu 39,37 8,80 di kelas kontrol. s belajar mengajar dan kontrol tampak an hasil belajar siswa kelas kontrol. Kelas 49,83 dan kelas N-Gain kelas ekspe-l 54,06.

siswa di kelas ekspe-nakan uji t, data uji t

(5)

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi 155 yang digunakan adalah data N-Gain siswa pada

kedua kelas. Diperoleh thitung sebesar 2.292 dan ttabel 1,645, dengan asumsi terima Ho bila thitung < ttabel dan tolak Ho bila thitung > ttabel pada taraf signifikan 0,05. Hasil penghitungan uji t diperoleh thitung > ttabel atau 2,292 > 1,645. Hipotesis yang menyata-kan ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibela-jarkan dengan model pembelajaran berbasis masa-lah dan model konvensional pada materi jamur (fu-ngi) diterima.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pen-dekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sen-diri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan dapat me-ningkatkan kepercayaan diri sendiri. Masalah au-tentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembe-lajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar ten-tang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemeca-han masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pem-belajaran yang ciri utamanya pengajuan pertanya-an atau masalah, memusatkpertanya-an pada keterkaitpertanya-an pertanya- an-tar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga. Model pem-belajaran menyajikan masalah autentik dan ber-makna sehingga siswa dapat melakukan penyelidi-kan dan menemupenyelidi-kan sendiri.

Pada penelitian ini terbukti dari hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen yang homogen dapat diasumsikan bahwa kemampuan kedua kelas ini setara dan sama. Perlakuan apapun yang diberikan kepada kelas eksperimen nantinya akan memberi-kan hasil seberapa besar pengaruh tindamemberi-kan yang dilakukan dan apakah bernilai positif atau sebalik-nya. Dari hasil penelitian, hasil belajar kelas ekspe-rimen terbukti lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode konvensional.

Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan ke kelas eksperimen bercirikan penggu-naan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa sehingga melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan me-nyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran

ini mengutamakan proses belajar dimana tugas gu-ru hagu-rus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembela-jaran berdasarkan masalah penggunaannya di da-lam tingkat berpikir lebih, dada-lam situasi berorien-tasi pada masalah, termasuk dalam proses belajar (Ibrahim dan Nur, 2005).

Data N-Gain penelitian menunjukkan bahwa peningkatan yang diperoleh oleh 2 (dua) kelas ter-sebut berbeda-beda, dengan rata-rata peningkatan tertinggi berada pada kelas eksperimen. Meskipun kedua kelas tersebut tidak mempunyai skor yang jauh berbeda dalam hal peningkatan belajarnya, namun peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa di kelas kelas kon-trol.

Peningkatan hasil belajar siswa kelas ekperi-men tersebut tidak terlepas dari aktivitas yang dila-kukan oleh guru maupun siswa dalam kelasnya. Guru sendiri berperan sebagai pembimbing teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam hal memahami materi yang telah disampaikan oleh guru, membuat teman-teman dkelasnya lebih aktif dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat, dika-renakan guru itu adalah teman mereka sendiri, se-hingga mereka tidak ada rasa malu ataupun enggan utnuk bertanya atau sekedar mengeluarkan penda-patnya. Siswa relatif bebas bersikap dan berpikir, bebas memilih perilaku yang dapat diterima/tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Trianto (2007) menyebutkan bahwa siswa dapat lebih aktif dalam berkomunikasi dengan perasaan bebas yang dimilikinya jika mereka merasa akrab dengan gu-runya, sehingga dapat mempermudah dalam me-mahami konsep/materi yang sedang diajarkan.

Guru dalam pembelajaran berdasarkan masa-lah berperan sebagai penyaji masamasa-lah, penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan ma-salah, dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual sis-wa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya da-pat terjadi jika guru dada-pat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

(6)

pening-katan hasil belajar siswa pada kelas kontrol, yang belajar dengan guru yang menerapkan metode pembelajaran konvensional pada materi Jamur (Fungi).

Tanggapan Siswa terhadap Model Pembela-jaran

Tanggapan siswa terhadap model pembelaja-ran berbasis masalah dan model konvensional di-berikan kepada siswa berupa angket dengan 20 pertanyaan tentang materi jamur (fungi) yang dia-jarkan dengan model pembelajaran berbasis masa-lah dan model konvensional, angket diberikan se-telah selesai materi diajarkan. Analisis tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis ma-salah dan model konvensional menggunakan per-sentase siswa. Sebelumnya pernyataan terlebih da-hulu dikelompokkan menjadi tujuh kelompok per-nyataan, lalu setiap kelompok soal diambil rata-rata persentase siswa seperti yang tertera pada tabel 2.

Tanggapan siswa di kelas eksperimen pada kelompok menarik, kepuasan belajar dan tidak membosankan 4,2% siswa merasa sangat senang, 49,2% senang, 34,2% kurang senang, dan 2,5% tidak senang. Kelompok mudah memahami prin-sip dan konsep biologi, 15,6% siswa merasa sangat senang, 50% senang, 31,1% kurang senang, dan 3,3% tidak senang. Kelompok membantu meme-cahkan masalah dalam belajar 15% siswa merasa sangat senang, 41,7% senang, 43,3% kurang se-nang, dan 0% tidak sese-nang, kelompok meningkat-kan motivasi 16,7% siswa merasa sangat senang, 48,9% senang, 32,2% kurang senang, dan 2,2% tidak senang. Kelompok meningkatkan semangat

kerjasama kelompok 20% siswa merasa sangat senang, 46,7% senang, 30% kurang senang dan 3,3% tidak senang. Kelompok perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat 15% siswa mera-sa mera-sangat senang, 55% senang, 25% kurang senang dan 5% tidak senang. Kelompok meningkatkan se-mangat belajar 16,7% siswa merasa sangat senang, 65% senang, 3,3% kurang senang dan 1,7% tidak senang, dan terlihat jelas pada Gambar 2.

Tanggapan siswa di kelas kontrol pada ke-lompok menarik. Kepuasan belajar dan tidak membosankan 10,8% siswa merasa sangat senang, 50,8% senang, 35% kurang senang, dan 3,3% ti-dak senang. Kelompok mudah memahami prinsip dan konsep biologi 8,9% siswa merasa sangat se-nang, 51,1% sese-nang, 34,4% kurang sese-nang, dan 5,6% tidak senang. Kelompok membantu meme-cahkan masalah dalam belajar 10% siswa merasa sangat senang, 45% Senang, 43,3% kurang se-nang, dan 1,7% tidak senang. Kelompok

mening-katkan motivasi 6,7% siswa merasa sangat senang, 42,2% Senang, 16,7% Kurang senang, dan 4,4% tidak senang. Kelompok meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok 8,3% siswa merasa sangat senang. 52,5% Senang, 34,2% kurang se-nang, dan 2% Tidak senang. Kelompok perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat 13,3% siswa merasa sangat senang, 40% senang, 40% kurang senang, dan 6,7% tidak senang. Kelompok meningkatkan semangat belajar 10% siswa merasa sangat senang, 50% senang, 35% kurang senang, dan 5% tidak senang dan terlihat jelas pada Gam-bar 3.

Tabel 2. Skor Rata-rata Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran

Kelompok Pernyataan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Sangat

Senang Senang

Kurang Senang

Tidak Senang

Sangat

Senang Senang

Kurang Senang

Tidak Senang

Menarik, kepuasan belajar dan tidak membosankan

14,2 49,2 34,2 2,5 10,8 50,8 35 3,3

Mudah memahami prinsip dan konsep biologi

15,6 50 31,1 3,3 8,9 51,1 34,4 5,6

Membantu memecahkan masalah dalam belajar

15 41,7 43,3 0 10 45 43,3 1,7

Meningkatkan motivasi

16,7 48,9 32,2 2,2 6,7 42,2 46,7 4,4

Meingkatkan semangata kerja sama dalam kelompok

20 46,7 30 3,3 8,3 52,5 34,2 5

Perasaan dihargai dalam mengemukakan pendapat

15 55 25 5 13,3 40 40 6,7

Meningkatkan semangat belajar

(7)

SIMPU a dapat ditarik kesimpulan l belajar materi jamur (fu

el pembelajaran berbasis m ndingkan dengan kemamp eri jamur (fungi) mengguna

an konvensional. Dengan m jaran berbasis msalah dapat h kreatif, berpikir tingkat t

san hasil penelitian, lan: 1) Kemampuan (fungi) menggunakan is masalah lebih baik mpuan hasil belajar nakan model pembe-anggapan Siswa Terhadap Mod

bar 3. Tanggapan Siswa terha

Mudah

lah terhadap Peningkatan Ha

Motivasi belajar siswa pad (fungi) menggunakan mod sis masalah lebih baik dib mampuan hasil belajar mate gunakan model pembelajara lebih menyukai pembelaja karena interaksi-interaksi y mereka lebih mudah dan ce tujuan belajar. Sikap tertarik wa memberikan motivasi y

odel Pembelajaran Berbasis Ma

rhadap Model Konvensional

Hasil Belajar Biologi 157

(8)

pembelajaran. 3) Hasil temuan penelitian menje-laskan bahwa kelas siswa yang mendapat model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kelas siswa yang tidak menggunakan model

pem-belajaran berbasis masalah (konvensional). Kelas model pembelajaran berbasis masalah mempunyai motivasi lebih tinggi dalam belajar dibandingkan kelas konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Abbas, N. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Ins-truction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU. Tersedia: http://www.Depdiknas.go. id/jurnal/51/040429%.pdf. diakses 10 Januari 2013.

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management . United States: McGraw-Hill.

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidi-kan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baturay. M.H, Bay. O.F. 2009. “The effects of

problem-based learning on the classroom community perceptions and achievement of web-based education students”Computers & Educationan International Journal. 55, 43

52.

Barrows, H. 1996. New direction for teaching and

learning “Problem Based Learning medichi-ne and beyond: A brief overbiew. Jossey Bass Publishers.

Barrows, H.S. & Tamblyn. RM. 2000. Problem Based Learnindg An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing. Boud, D, and Felleti G. 1997. The Challenge of

problem based learning. London: Kogan Page.

Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” in

teaching and learning : Challenging current paradigms and redefining their role in edu-cation.The College Quarterly. 8(3), 1-7. Cindy, E., Hmelo Silver Howard, S. Barrows.

2006. Goals and Strategies of a Problem-Based Learning Facilitator the Interdiscipli-nary. Journal of Problem-Based Learning volume 1 (1):24.

Chin, C., et.al. 2008 Problem Based Learning Tools the Science Teacher.ProQuest Educa-tion Jurnal

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Duch, J.B. 1995. Problem Based Learning in Phy-sics: The Power of Student Teaching Student. Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/jan95-phys.html. Diakses pada Tanggal 08 Januari 2013.

Duch, J.B. 2001. The Power of Problem Based Learning. Virginia: Sterling.

Holil, A. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Tersedia di: http://anwarholil.blog spot.com/2008/04/model-pembelajaran-ber dasarkanmasalah.html. diakses pada tanggal 10 Januari 2013.

Ibrahim, M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Ma-salah. Surabaya: University Press.

Lestari, S. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Bela-jar Fisika bagi Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1 (1),74-86. JPPP, Lembaga Penelitian Undik-sha.

Mahendra. A., dkk. 2008. The Implementation of Movement Problem-Based Learning: A Community-Based Action Research.” Jour-nal of Educationist.2(1).

Seng, T.O. 2000. Thinking Skills, Creativity and Problem-Based Learning. [Online]. Terse-dia: http://pbl.tp.edu.sg/others/articles. Diak-ses pada Tanggal, 23 Januari 2013.

Setyorini. U., et.al. 2011. Penerapan Model PBL untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7(1). Tersedia: Online://journal. unnes.ac.id/index.php/JPFI/article/download/ 1070/979. Diakses pada Tanggal, 23 Juli 2013.

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Hn Hasil Belajar Siswa di Kelaselas Experimen dengan Kelas as Kontrol
Tabel 2. Skor Rata-rata Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran
Gambar 2. Tangganggapan Siswa Terhadap Mododel Pembelajaran Berbasis Mais Masalah

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa koefisien gesek lumpur pada pipa spiral P/Di = 3,9 lebih tinggi dibanding persamaan Blasius untuk semua bilangan Reynolds.. Terlihat

Tanda pelunasan pajak tahun terakhir (SPT tahun 2013) dan Laporan Bulanan Pajak (PPh pasal 21, PPh pasal 23 bila ada transaksi, PPh pasal 25/29 dan PPN) untuk 3 (tiga) bulan

Di dalam itu pula saya menemukan dinding yang dioahat dengan gambar primata monyet yang sedang diburu dan dipotong, ada sebuah tulisan yang mengatakan agar kita harus menjaga

Jelas, kami akan mendukung pesan &#34;melakukan setidaknya beberapa olahraga lebih baik daripada tidak sama sekali&#34;, namun, resep dan rekomendasi yang lebih tepat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran problem based learning mengalami

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol

Service using Scalable Vector Graphics on the Human Geographic.. Seventh IEEE/ACIS International Conference on Computer

berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai rapor matematika siswa kelas X IPA 1 SMA Inshafuddin Banda Aceh mengalami peningkatan, hal tersebut